pbl ocupasi

42
Upaya Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Jerry Berlianto Binti 10.2009.100 C-1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510 E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 1

description

makalah tentang ocupasi

Transcript of pbl ocupasi

Page 1: pbl ocupasi

Upaya Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Jerry Berlianto Binti

10.2009.100

C-1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana

Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu

tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu

memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi

perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi

penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja

perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas

kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai

faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta

keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,

sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam

bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting

untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam

bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen

yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga

kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja

dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 1

Page 2: pbl ocupasi

BAB II

Pembahasan

Kasus

Seorang laki-laki, Tn.S, 33 tahun, datang dengan keluhan mata kanan merah.

2.1 Surveilance

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :

1. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan

Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data

keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik

dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

2. Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan

Identifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi hazard

kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara

sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

3. Metode Surveilans K3

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting

yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara

sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan

surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran

informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari

penyakit dan kecelakaan.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 2

Page 3: pbl ocupasi

langkah awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko,

kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat

dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data

kesehatan dan keselamatan di tempat kerja

Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan

komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.

Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah

dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di

populasi yang berisiko

Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja

Data Pemantauan Higiene Industri

Data Pemantauan Ergonomi

Data Pemantauan Stres Kerja

Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return  to Work,

PHK/Pensiun

Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara

Faktor Risiko & Efek Kesehatan

Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut;

Pekerja

Lingkungan kerja

Pekerjaan

Pengukuran Pajanan pada Pekerja 

Noise dosimeter

Personal dust sampler

Pengukuran dengan Spirometer

Pengukuran logam berat di urine & darah

Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 3

Page 4: pbl ocupasi

Kebisingan di lingkungan kerja

Debu di lingkungan kerja

Temperatur di lingkungan kerja

Logam berat di lingkungan kerja

Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan

dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;

pajanan x tahun = person-years

Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni

Pajanan  sesaat

Pajanan kumulatif

Pajanan rata2 berdasarkan:

Sampel area

Sampel individu (toksikan, BEI mis: azide iodide pd urine krn karbondisulfida asam t-

t mukonat dalam urine karena benzene)

Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan

Persyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.

1. Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif

pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan

2. Efek penyakit dan/atau cedera  tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat

kerjanya.

3. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut

berpotensi dapat terjadi

4. Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit

dan/atau cedera tersebut.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 4

Page 5: pbl ocupasi

Teknik Surveilans kesehatan harus:

1. Sensitif

2. Spesifik

3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan

4. Aman

5. Non-invasif

6. Dapat diterima

Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan

evidence, dengan menyusun upaya promotif, prevetif, kebijakan, perencanaan program antara

lain seperti berikut.

1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di

wilayah setempat

2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan)

dan terus menerus.

3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.

4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan,

antara lain seperti beriku.

a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di

udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan

b. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko

dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.

c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase  atau

bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan

indeks pajanan biologik

d. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan

dengan standar atau target yang ditetapkan

e. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan

dengan stanar atau target yang ditetapkan

5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan

pajanan hazard di tempat kerja

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 5

Page 6: pbl ocupasi

6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas

yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi

perbaikan secara terus menerus

Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja

1.      Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang

teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian risiko

serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil pimpinan dan

pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun lingkungan dan

ergonomis.

2.      Perencanaan program

Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter Kesehatan

kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan pekerja yang

berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.

3.      Penetapan pekerja yang beresiko

4.      Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau

Tabel 1 Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.

Aktivitas Hazard

Teridentifikasi

Hazard yang

dipantau

Antisipasi efek

kesehatan

Survei dan

pembukaa

n hutan

Racun flora fauna

Debu dari kerak

bumi

Vibrasi kendaraan

Bising kendaraan

Racun flora

Debu

Vibrasi

Bising

Postur Janggal

Iritasi kulit

Pneumokoniosis

Gangguan syaraf tepi

Penurunan

pendengaran

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 6

Page 7: pbl ocupasi

Ergonomik CTD

Pengupasa

n kerak

bumi

Debu

Vibrasi

Bising

Postur janggal

Pneumokoniosis

Gangguan syaraf tepi

Penurunan

pendengaran

CTD

5.      Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatan

Tabel 2 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik

Hazard Jenis pemeriksaan

Bising Audiometri, kuesioner

Debu Spirometri. Foto toraks dan kuesioner

Ultra Violet Mata dan kuit

Virus Hepatitis B HBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPT

Pelarut organik Nerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi

ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic

 Tabel 3 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik

Jabatan Jenis pemeriksaan

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 7

Page 8: pbl ocupasi

Pengguna

respirator

Fungsi paru

Off shore Audiogram, Fungsi paru, drugs dan alcohol

Supir Visus, audiogram, drugs dan alcohol

Welders Urinalisis dan Biomonitoring

Fire fighter Audiogram dan fungsi paru

6.      Komunikasi untuk mendapatkan dukungan dan komitmen

Melibatkan seluruh pemangku kepentingan khusunya pemimpin tertinggi dan pekerja.

Sebelum penyusunan proposal program, hendaknya dilakukan komunikasi berjenjang.

7.      Pembentukan tim surveilans

Profesi utama yang bertanggungjawab dalah doketr, perawat kesja, HI dan ergonomis. Dan

membutuhkan keterlibatan manajer SDM untuk menentukan penempatan SDM. Supervisor

untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat aktif dalam surveilans

kesehatan kerja.

8.      Hasil pemeriksaan kesehatan dan informed concern

Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja

1.      Tahap pengumpulan data

a.      Data Faktor Risiko

Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen

seperti safet data sheet.

b.      Data gangguan kesehatan

Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan

kesehatan pekerja.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 8

Page 9: pbl ocupasi

c.       Data pemantauan biologic

Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium

Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH

2.      Tahap analisis data dan surveilans PAK

Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek kesehatan

yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok.

Analisis hasil surveilans hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.

Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana,

bilamana   gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit

berdasarkan beberapa factor risiko.

Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans

efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.

Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan

analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa danbagaiman   suatu gangguan kesehatan

timbul.

Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak

terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang

ditimbulkan.

3.      Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan

Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen.

Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung

privasi.

Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk

kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 9

Page 10: pbl ocupasi

2.2 Kesehatan Keselamatan Kerja

2.3 Health Risk Assesment

Dalam upaya K3, basis dasarnya adalah loss control dan loss prevention. Keduanya

berbasis pada hal yang sama yaitu: manajemen risiko K3. Risiko K3 sendiri muncul dari

adanya hazards. Hazard(s) didefinisikan sebagai “source, situation, or act with a potential for

harm in terms of human injury or ill health, or a combination of these”. Dari definisi ini juga

terlihat bahwa risiko yang dimanage termasuk risiko kesehatan (risiko terhadap terjadinya ‘ill

health’). Ill health sendiri didefinisikan sebagai “identifiable, adverse physical or mental

condition arising from and/or made worse by a work activity and/or work-related situa-

tion”. Dalam konteks ini maka risiko yang dibahas adalah potensi penyakit yang muncul aki-

bat pekerjaan atau yang dipengaruhi oleh faktor pekerjaan.

Namun sayangnya, dalam proses hazard identification and risk assessment, risiko ke-

sehatan masih menjadi anak tiri. Misalnya saja ketika melakukan HIRA mengenai pengop-

erasian mesin pemotong rumput, maka risiko yang diidentifikasi akan berfokus kepada

terkena blade, terpantul kerikil. Namun jarang yang mengidentifikasi risiko munculnya gang-

guan neuromuscular pada tangan akibathazard: hand arm vibration; atau munculnya hearing

loss akibat hazard: noise.

Pada dasarnya Health Risk Assessment (HRA) secara konsep sama dengan HIRA Safety se-

cara umum. Jadi dengan menilai kombinasi likelihood dan consequence suatu potensi ill

health yang diakibatkan oleh suatu hazard. Yang membedakannya hanyalah pendekatan ter-

hadap hazards. Dalam safety, hazards muncul dari faktor elektrik, mekanis, kinetis, dll.

Sedangkan aspek kesehatan hazards dilihat sebagai faktor fisika, biologi, kimia, ergonomic,

dan psikososial. Kemudian dalam pendekatan terhadap risiko potensi yang terjadi pada safety,

yang diidentifikasi adalah ‘cedera atau injury’ yang muncul bersifat akut sedangkan pada ke-

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 10

Page 11: pbl ocupasi

sehatan, yang diidentifikasi adalah ‘gangguan fungsi atau munculnya suatu penyakit’ se-

hingga lebih bersifat ‘long-term’.

Pada HRA, memang dibutuhkan satu hal yang lebih spesifik yaitu kemampuan meni-

lai ‘proses interaksi antara manusia dengan alat, material, dan lingkungannya’. Pada HRA

prosesnya dimulai dengan melakukan ‘desk study’ terhadap proses kerja yang ada di tempat

kerja. Pada tahap ini assessor melakukan identifikasi yang bersifat ‘forecast’  terhadap peker-

jaan yang ada di tempat kerja. Assessor melakukan document review termasuk terhadap blue-

print fasilitas, prosedur kerja, dan material safety data sheet atas bahan-bahan yang dipakai.

Fase ini dikenal juga sebagai tahap ‘anticipation’.

Tahap berikutnya adalah melakukan ‘recognition’  di tempat kerja untuk melakukan

identifikasi dan konfirmasi atas hazard yang diidentifikasi pada fase sebelumnya. Hal ini di-

lakukan dengan melakukan ‘walk trough survey’ di tempat kerja dengan melakukan

penelusuran secara sistematik di tempat kerja. Pada kondisi ini, assessor harus mengidenti-

fikasi :

(1)        ‘what’-apa saja hazard yang ada di tempat kerja,

(2)        ‘who’-siapa saja yang terpapar hazard ini,

(3)        ‘when’-kapan dan seberapa lama paparan dapat terjadi,

(4)        ‘where’- dimana bahaya muncul dan dimana paparan akan terjadi

(5)        ‘how’- bagaimana paparan itu terjadi

Kemudian tahap berikutnya adalah melakukan ‘evaluasi’ terhadap risiko dengan me-

nilai nilai ambang batas. Penilaian bisa dilakukan dengan cara langsung yaitu mengukur ter-

hadap ‘dose’ hazard yang diterima personel dengan alat ukur, atau dengan cara matematis

yaitu dengan melakukan perhitungan berdasarkan NAB yang telah ditetapkan.

Setelah melakukan hal ini dilakukan maka langkah berikutnya adalah tahap menen-

tukan langkah-langkah pengendalian dan penanggulangan yang akan dijalankan. Pendekatan-

nya dapat menggunakan hirarki control sebagaimana pada HIRA Safety yaitu: Eliminasi,

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 11

Page 12: pbl ocupasi

Substitusi, Engineering, Administration, dan PPE. Namun fokusnya diarahkan kepada tiga hal

yaitu:

(1)    Pengendalian di tempat asal hazard (‘source’)

(2)    Pengendalian di jalur atau mode paparan (‘exposure’)

(3)    Pengendalian pada orang yang terpajan (‘host’)

Setelah melakukan hal ini langkah berikutnya dalah dengan melakukan komunikasi

dan konsultasi hasil HRA ini kepada semua pihak terkait dengan focus kepada bagaiaman

pekerja mengenali bahaya ini, risiko apa yang dihadapi, dan bagaimana cara penanganannya.

Proses komunikasi dapat dilakukan dengan menempatkan rambu dan marka, label dan tanda

terkait dengan bahaya dan risiko ini.

Kemudian langkah terakhir adalah dengan melakukan monitor dan review terhadap

pelaksanaan langkah control, hazards yang ada di tempat kerja, dan dampak yang muncul

pada karyawan yang terpajan.

Dengan melakukan proses HRA ini seperti di atas, maka risiko-risiko kesehatan dapat

diidentifikasi, dikendalikan, dan ditanggulangi jauh sebelum memunculkan dampak yang

merugikan kesehatan pekerja. Karena penyakit akibat kerja akan menghasilkan kecacatan

menetap yang sulit disembuhkan dan mengganggu fungsi social pekerja dalam jangka pan-

jang

Medical Check Up

Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, merupakan salah satu hal penting

dalam sebuah perusahaan. Perlu disadari bahwa setiap pekerja dihadapkan dengan berbagai

bahaya potensial di tempat kerja. Sebaik apa pun lingkungan tempat kerja, potensi bahaya

yang mengancam senantiasa ada, baik terhadap kesehatan maupun keselamatan pekerja yang

menjadi salah satu faktor penentu produktivitas dan profitabilitas suatu perusahaan. Bila ter-

jadi kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja, tentunya akan menyebabkan kerugian

yang tidak kecil bagi semua pihak, baik pihak pengusaha, tenaga kerja maupun masyarakat

yang memerlukan produk atau hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlindungan serta kenya-

manan dan ketenangan terhadap tenaga kerja menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 12

Page 13: pbl ocupasi

dipenuhi. Pemerintah melalui undang-undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja,

mewajibkan setiap perusahaan untuk memberikan perlindungan atas keselamatan dan kese-

hatan tenaga kerjanya. Pekerja berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala minimal

satu tahun sekali sesuai dengan pajanan di tempat kerja. Pekerja juga berkewajiban

melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mempertahankan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya sehingga produktivitas kerja pun terjaga dengan baik.

Adapun tujuan dari Medical Check Up berkala terhadap tenaga kerja adalah :

1. Untuk mendapatkan pekerja yang sehat dan produktif, serta mencegah terjadinya

penyakit dan kecelakaan akibat kerja

2. Deteksi dini berbagai penyakit terutama untuk penyakit akibat kerja

3. Data dasar dan pembanding untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit akibat

hubungan kerja

4. Data dasar untuk pengembangan kegiatan promosi kesehatan perusahaan

Perusahaan, instansi atau institusi yang hendak mencapai provider untuk pemeriksa kesehatan

hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut :

1. Legalitas provider pemeriksa

2. Kompetensi dokter pemeriksa kesehatan

3. Kualitas pemeriksaan dan layanan provider

4. Kompetensi sumber daya manusia yang mengerjakan pemeriksaan

Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seorang tenaga kerja diterima un-

tuk melakukan pekerjaannya. Tujuannya untuk memastikan bahwa calon tenaga kerja berada

dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak berpotensi membahayakan diri sendiri, rekan

kerja, dan juga lingkungan kerjanya, serta memiliki kapasitas yang dibutuhkan dalam peker-

jaannya sehingga keselamatan dan kesehatannya selama bekerja akan terjamin.

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 13

Page 14: pbl ocupasi

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap tenaga kerja pada waktu – waktu

tertentu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kese-

hatan yang terjadi dan berpotensi menjadi gangguan kesehatan dan berhubungan dengan pa-

janan bahaya kesehatan di tempat kerja.

Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara khusus berdasarkan riwayat penyakit dan atau

status kesehatan pekerja pada saat tertentu.

Alur Produksi

Produksi Alas Kaki

Pembuatan alas kaki dapat terdiri dari beberapa langkah, alur produksi yang sederhana dapat

digambarkan seperti dalam gambar di bawah ini.

Penyiapan Bahan Showroom/ penyimpanan

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 14

Pembuatan Pola/

bahan alas kaki

Persiapan bagian atas

Persiapan bagian bawah

Pemotongan bahan

Penyatuan bag. Atas dan

bawah

Penyelesaian

Page 15: pbl ocupasi

Biasanya, alas kaki dirancang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Suatu model akan

digambarkan penuh warna dan rinci. Pembuatan alas kaki pada sektor informal mungkin

memiliki berbagai model rancangan untuk dipasarkan dan memenuhi keinginan konsumen

baru. Suatu pola menunjukkan bentuk dan ukuran bagian atas alas kaki; pola tersebut dapat

diproduksi oleh pembuat alas kaki atau dipesan dari luar. Gaya bagian atas digambarkan pada

bahan (misal kulit, polyurethane, PVC) menurut pola yang ada, kemudian bagian tersebut

digunting.

Setelah digunting, bagian luar bahan seringkali disisit menggunakan mesin sisit.

Bagian atas dan lapisan dalam dijahit bersama; kemudian pembuatan lubang tali, lubang

kancing, dan asesoris dapat dilaksanakan. Penyatuan bagian atas dan bawah pada umumnya

dilakukan dengan proses pengeleman, tetapi juga ada yang dilakukan melalui proses

penjahitan, pemakuan, atau penyekrupan. Sebelum disatukan, bagian sol dihaluskan dengan

menggunakan gerinda. Pada sol-sol tersebut diberikan primer, bahan kimia berbasis pelarut

agar sol tersebut bersih dan dapat melekatkan lem secara efektif. Sesudah dilakukan

pengelaman pada bagian sol, kemudian bagian yang sudah dilem tersebut dipanaskan dalam

suatu pemanas (biasanya oven) agar lem bertambah kuat. Lalu, agar pengelaman lebih kuat

lagi, alas kaki tersebut dimampatkan/ditekan dengan mesin press. Proses akhir dapat terdiri

dari beberapa kerja seperti: pembersihan, penyemiran, pemberian lilin, pewarnaan, dan

penyemprotan dengan cat. Akhirnya, alas kaki dikemas dalam kotak atau tas plastik dan siap

dipasarkan kepada para konsumen.

Identifikasi hazard

Lingkungan Fisik - Debu

1. Debu: buang debu, bersihkan secara teratur – jangan sebarkan debu

MENGAPA?

Mesin gerinda alas kaki menghasilkan banyak debu kulit, plastik, dan kain. Debu juga

dihasilkan oleh proses kerja lainnya seperti proses penyisitan dan pemotongan. Semua debu

berbahaya, debu dapat mengakibatkan iritasi atau merusak paru-paru dan rongga udara atas. Sebagai

contoh, paparan debu dapat mengakibatkan kanker rongga hidung. Debu secara negatif mempengaruhi

fungsi mesin, jadi perawatan mesin perlu dilakukan sesering mungkin. Debu juga mempengaruhi

kualitas bahan baku dan produk-produk siap jual.

BAGAIMANA?

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 15

Page 16: pbl ocupasi

Kenali atau tingkatkan ventilasi penghisap udara lokal pada tempat-tempat yang

menghasilkan debu, khususnya tempat gerinda alas kaki.Isolasikan tempat mesin gerinda

atau proses kerja yang menghasilkan debu.

Bersihkan tempat kerja secara teratur dan rawat tempat kerja setiap hari. Gunakan air kala

membersihkan. Jangan sebar debu.

Jika ventilasi penghisap udara lokal tak mungkin, gunakan lubang angin dan blower untuk

mengurangi paparan terhadap debu.

Lingkungan Fisik - Bahan-bahan Kimia

2. Bahan-bahan kimia: lindungi pekerja dari bahaya kimia

MENGAPA?

Dalam pembuatan sepatu, paparan bahaya kimia yang serius seringkali disebabkan

oleh penggunaan bahan pelarut dalam lem, primer, penghilang minyak, pembersih, dan cat.

Gas-gas yang tersebar di sekeliling bengkel – pelarut- tidak hanya terbatas pada proses

pengeleman, pencucian/pembersihan, dan penyemiran. Bahan kimia alas kaki memiliki

dampak kesehatan jangka panjang yang serius yang dapat muncul pada beberapa tahun ke

depan: sebagai contoh kerusakan pada sistem saraf (rendahnya kapasitas intelektual, daya

ingatlemah, dan lemahnya alat perasa, dll.), kulit, liver, ginjal, paru-paru, sistem kekebalan,

dll. Penanganan bahan kimia yang keliru membahayakan lingkungan di luar bengkel. Bahan

kimia alas kaki juga mudah terbakar dan rentan mengakibatkan bahaya kebakaran.

Karenanya, jauhkanlah bahan kimia tersebut dari segala hal yang mudah menimbulkan

kebakaran: percikan api, rokok, dll. Semua kaleng penyimpanan bahan kimia harus diberi

label yang menjelaskan dengan baik cara penggunaan, informasi tentang produses, maupun

upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan informasi lain yang mendukung peningkatan K-3.

BAGAIMANA?

Periksalah bahwa seluruh kaleng penyimpan bahan kimia dilengkapi dengan label yang tepat

dan lembar data keselamatan bahan tersedia pada seluruh bahan kimia. Jika tidak,

informasikan pada pengawas tenaga kerja dan pabrik produsen tentang hal ini.

Carilah kemungkinan pengganti bahan kimia yang lebih aman, missal bahan kimia berbasis

air menggantikan bahan kimia berbasis pelarut.

Kenali dan tingkatkan penggunaan ventilasi penghisap udara lokal.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 16

Page 17: pbl ocupasi

Pastikan seluruh kaleng dalam keadaan tertutup.

Ubah cara kerja untuk mengurangi penanganan bahan-bahan kimia berbahaya secara

langsung. Rotasikan tugas kerja.

Sediakan pekerja dengan dan menggunakan pakaian dan sarung tangan pelindung untuk

mencegah kontak langsung dengan bahan kimia berbahaya.

Jika ventilasi penghisap udara tak mungkin, gunakan kipas angin dan sediakan lubang angin

secukupnya untuk mengurangi paparan.

Lingkungan Fisik - Kebisingan

3. Kebisingan: pastikan kebisingan tak membahayakan pekerja

MENGAPA?

Tingkat kebisingan tinggi yang dimunculkan oleh mesin dapat merusak pendengaran. Hal

tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pekerja pula, contoh menimbulkan darah tinggi, sakit

kepala, nervous dan stress. Kebisingan dapat disebabkan oleg teriakan, signal, dan percakapan.

Bising dapat menyebabkan kecelakaan dan mempengaruhi kualitas produk. Jika Anda berdiri

pada jarak satu lengan dari kawan Anda dan tak dapat berbicara dengan tekanan suara normal,

berarti tingkat kebisingan sudah tinggi. Dalam bengkel alas kaki, beberapa hal seperti mesin press,

penggunaan palu, dan gerinda dapat menciptakan tingkat kebisigan yang tinggi. Dalam pabrik alas

kaki yang lebih besar, tingkat kebisingan biasanya disebabkan oleh penggunaan banyak mesin.

BAGAIMANA?

Kurangi kebisingan pada sumber-sumbernya melalui alat-alat atau mesin-mesin yang

dirancang dengan tepat, dirawat teratur, dan disesuaikan dengan pengguna.

Beri sekat atau isolasikan sumber-sumber kebisingan semaksimal mungkin.

Kurangi pemantulan kebisingan dengan meningkatkan jumlah atau penggunaan bahan-bahan kedap suara.

Cara terakhir, gunakan penutup dan pelindung telinga jika perlu.

Lingkungan Fisik - Panas

4. Panas: lindungi pekerja dari panas menyengat

MENGAPA?

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 17

Page 18: pbl ocupasi

Panas mempengaruhi kapasitas kerja dan mengurangi produktivitas. Panas dapat mengakibatkan

kelelahan, kesalahan kerja, dan kecelakaan. Bahaya kesehatan yang terkait dengan panas meliputi

dehidrasi (kekurangan cairan), tidak segar, keram, dan iritasi. Khususnya dalam iklim tropis, sangat

penting untuk menyediakan alat-alat yang melindungi pekerja dari panas yang menyengat. Dalam

bengkel alas kaki, cobalah sedapat mungkin seluruh benda yang dapat menjaga suhu ruangan lebih

rendah dari 30oC, suhu dimana sudah sangat tidak nyaman bagi lingkungan kerja.

BAGAIMANA?

Perbanyak ventilasi alam dengan menyediakan banyak lubang angin, jendela, atau pintu.

Bukalah mereka sebanyak mungkin.

Pisahkan atau beri sekat pada bahan-bahan, mesin, atau peralatan yang menghasilkan panas.

Gunakan ventilasi atau kipas angin untuk mendapatkan udara sejuk yang mengalir.

Ingat bahwa pohon, semak, dan bunga-bunga dapat menolong mengurangi radiasi matahari

yang berbahaya, angin panas, dan sekaligus menciptakan lingkungan yang menyenangkan.

Lingkungan Fisik - Pencahayaan

5. Pencahayaan: tambah pencahayaan untuk meningkatkan kualitas dan mencegah

kecelakaan

MENGAPA?

Pencahayaan yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan dan prestasi pekerja,

juga membuat tempat kerja menjadi menyenangkan. Pencahayaan juga mengurangi kesalahan

kerja, sehingga akhirnya meningkatkan kualitas. Tambahan, tempat yang gelap atau redup

dapat mengakibatkan kecelakaan, khususnya kala bahan dipindahkan.

BAGAIMANA?

Maksimalisasikan penggunaan sinar matahari dengan:

- penempatan mesin dan tempat kerja yang tepat;

- atap yang lebih tinggi dan jendela yang lebih besar dan terbuka; serta

- pasang genteng kaca (atau plastik).

Bersihkan jendela secara teratur dan peliharalah lampu-lampu serta sumber-sumber ca-

haya lainnya.

Hilangkan silau atau pantulan cahaya yang menyilaukan mata pekerja.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 18

Page 19: pbl ocupasi

Perbanyak cahaya lampu atau sediakan lampu sorot.

Lingkungan Fisik - Perawatan Tempat Kerja

6. Perawatan bengkel: pindahkan segala benda yang tidak diperlukan dan sediakan

tempat yang layak untuk semua benda yang dibutuhkan

MENGAPA?

Saat tempat kerja bebas dari bahan sisa, kerja berproses secara aman dan nyaman.

Tempat yang baik bebas dari segala hambatan dan para pekerja dapat dengan mudah

menemukan alat yang tepat bagi pekerjaan mereka. Tempat kerja yang tertata rapi akan

mengurangi terjadinya kebakaran dan kecelakaan. Tempat kerja yang rapi menampilkan

kesan yang baik padapelanggan Anda.

BAGAIMANA?

Pindah semua benda yang tak diperlukan dari tempat kerja.

Berikan tanggung jawab yang lebih sering pada pekerja tertentu guna membersihkan

tempat tertentu.

Sediakan tempat yang nyaman dan rak penyimpanan untuk alat-alat, bahan baku, ba-

han persediaan, dan hasil produksi.

Jagalah kebersihan jalur jalan dan sela-sela agar mudah bagi pekerja berlalu lalang.

Lingkungan Fisik - Pembuangan Limbah

7. Pembuangan limbah: bangun sistem pembuangan limbah yang baik

MENGAPA?

Limbah, bekas galian dan sisa bocoran air di lantai tidak hanya mengakibatkan

kerugian material dan hambatan kerja, namun juga menyebabkan kecelakaan yang fatal.

Tempat yang nyaman, tempat sampah yang mudah dibersihkan membantu dalam perawatan

tempat kerja dan menciptakan kawasan yang bersih.

BAGAIMANA?

Sediakan tempat sampah yang cukup dalam ukuran yang layak.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 19

Page 20: pbl ocupasi

Laksanakan sistem yang teratur guna memindahkan limbah tempat kerja.

Tentukan penanggungjawab yang jelas guna menangani limbah.

Bangunan - Atap

8. Atap: lindungi pekerja dan hasil produksi Anda dari sengatan matahari dan hujan

MENGAPA?

Bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja, kelembaban dan suhu udara yang baik

dalam tempat kerja adalah penting. Atap yang layak secara langsung maupun tidak langsung

dapat melindungi mereka dari sengatan matahari. Jika hujan dan atap tak dalam keadaan baik,

berisiko merusak bahan-bahan dan barang produksi.

BAGAIMANA?

Tingkatkan ketinggian atap untuk melindungi dari sengatan matahari dan hujan.

Tingkatkan ketinggian atap untuk memperbanyak ventilasi dan pencahayaan alamiah

dalam bangunan.

Bangunan - Lantai dan Saluran Pembuangan Air

9. Lantai: perbaiki lantai tempat kerja Anda demi pekerjaan yang produktif dan aman

MENGAPA?

Permukaan lantai yang tak layak atau kurang perawatannya dapat menjadi sebab utama

kecelakaan, mengganggu pekerjaan, dan merusak hasil produksi.

BAGAIMANA?

Perbaiki lantai demi terciptanya kekuatan yang lebih baik untuk digunakan dan daya tahan

lantai dari abrasi.

Jaga kebersihan lantai dari segala hambatan/benda berserakan.

Jaga agar selalu dalam kondisi yang baik guna mencegah kecelakaan kerja, kerusakan ba-

han, serta hasil produksi.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 20

Page 21: pbl ocupasi

10. Saluran pembuangan air: perbaiki sistem saluran pembuangan air guna menjaga

tempat kerja Anda tetap kering dan bersih

MENGAPA?

Sistem saluran air yang baik sangat penting guna menjaga tempat kerja tetap kering,

mencapai tingkat kesehatan yang baik, mengurangi timbulnya penyakit menular dan

mencegah terjadinya kecelakaan.

BAGAIMANA?

Sediakan saluran pembuangan air yang layak di luar tempat kerja, dan ingat saluran pem-

buangan ini hanya digunakan untuk limbah cair.

Sediakan sistem saluran air hujan.

Jaga kebersihan dan kejernihan saluran air secara teratur.

Bangunan - Pencegahan Kebakaran

11. Pencegahan kebakaran: lindungi usaha Anda dari bahaya kebakaran

MENGAPA?

Pencegahan kebakaran adalah jaminan terbaik menghadapi kebakaran. Saat terjadi

kebakaran, seringkali menyebabkan kematian, kerusakan bahan-bahan penting, selain itu juga

kerugian finansial yang besar.

BAGAIMANA?

Jaga bangunan kerja dengan merawat tempat kerja.

Sediakan perlengkapan dasar menangani kebakaran, contoh pemadam kebakaran, em-

ber, dan selimut atau karung basah.

Latih pekerja dalam mencegah dan menangani kebakaran.

Periksa dan yakinkan semua alat listrik terbungkus baik.

Sediakan tempat penyimpanan yang layak bagi bahan kimia yang mudah terbakar dan

bahan lainnya, seperti: semua bahan kimia alas kaki berbasis pelarut, bahan bakar, dan

gas. Jauhkan bahan-bahan tersebut dari sumber ledakan.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 21

Page 22: pbl ocupasi

Ergonomis - Mengangkat, Membawa dan Memindahkan

12. Mengangkat, membawa dan memindahkan: jangan sampai punggung Anda patah

MENGAPA?

Mengangkat barang berat dan cara mengangkat yang salah mengakibatkan kelelahan

dan cedera punggung. Hal ini dapat mengakibatkan Anda mengalami kerugian yang amat

besar, seperti Anda bisa kehilangan kemampuan bekerja dalam jangka waktu lama.

BAGAIMANA?

Latih pekerja gunakan kaki ketimbang punggung ketika mengangkat.

Angkat dan rendahkan badan perlahan di depan badan tanpa memutar atau memutar

dalam tubuh kita.

Daripada mengangkat atau membawa benda berat, bagi benda tersebut dalam

bungkus, kemasan atau keranjang yang lebih kecil yang memungkinkan kita menggu-

nakan kekuatan pegangan (power grip), daripada sentuhan pegangan (pinch grip), saat

membawa secara manual.

Gunakan kereta dorong, dan alat beroda lainnya atau troli ketika memindahkan benda-

benda yang berat.

Kombinasikan angkatan dengan tugas yang secara fisik lebih ringan guna mencegah

cedera, kelelahan dan guna menambah efisiensi.

Rotasikan tugas kerja.

Ergonomis - Postur Berbahaya dan Tempat Duduk

13. Postur berbahaya: postur yang buruk mengurangi efisiensi dan kenyamanan

MENGAPA?

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 22

Page 23: pbl ocupasi

Pekerjaan dilakukan dalam posisi yang alami, dengan beban di kedua kaki dan tanpa

membengkokkan ataupun memutar badan, mengurangi kelelahan dan meningkatkan

produktivitas. Aturlah posisi tangan dengan baik agar posisi alami terjadi.

BAGAIMANA?

Cegah pekerjaan yang melelahkan atau posisi kerja yang tidak alami dan berkepanjan-

gan.

Cegah pekerjaan yang memerlukan posisi tangan yang lebih tinggi bagi pekerja yang

berdiri dengan menyediakan ruangan kaki maupun panggung kecil.

Berikan penugasan kerja untuk menciptakan peluang mengkombinasikan antara posisi

berdiri dan duduk.

14. Tempat duduk: sediakan tempat duduk yang baik bagi semua orang

MENGAPA?

Kerja dalam posisi duduk tampak lebih nyaman dibandingkan posisi lainnya. Namun,

duduk dalam waktu lama juga melelahkan. Tempat duduk yang baik dengan sandaran yang

nyaman dan kuat mengurangi kelelahan dan meningkatkan kepuasan kerja.

BAGAIMANA?

Sediakan kursi atau bangku yang tingginya tepat atau buat tempat duduk yang tingginya

dapat disesuaikan.

Pilih permukaan tempat duduk dan/atau Sediakan bantal untuk kenyamanan dan doron-

gan semangat.

Sediakan kursi dengan sandaran yang layak ukurannya yang menyediakan pendukung

punggung yang rendah.

Ergonomis - Permukaan Kerja

15. Permukaan kerja: sediakan permukaan kerja yang stabil pada setiap tempat kerja

MENGAPA?

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 23

Page 24: pbl ocupasi

Pekerjaan terdiri dari beragam tugas. Permukaan kerja yang stabil memungkinkan

pekerjaan dilakukan setinggi siku sangat diperlukan. Permukaan yang terlalu sempit atau

tidak stabil mengakibatkan kerugian waktu dan usaha lainnya, selain itu juga mengurangi

produktivitas kerja dan meningkatkan kelelahan.

BAGAIMANA?

Pada setiap tempat kerja, sediakan permukaan kerja yang stabil dalam ukuran yang layak.

Hindari permukaan yang sempit maupun tidak stabil.

Hindari posisi yang membungkuk bagi pekerja yang berdiri dengan menambah ketinggian

perlengkapan, kontrol atau permukaan kerja.

Sediakan meja kerja yang tingginya bisa disesuaikan bagi pekerja dalam posisi duduk

hingga posisi tangan yang terlalu tinggi atau rendah serta postur memutar bisa dicegah.

Ergonomis - Peralatan Kerja

16. Peralatan kerja: peralatan yang aman dan ergonomis adalah alat produktif

MENGAPA?

Peralatan yang disesuaikan dengan proses tertentu dan terawat baik adalah aman

digunakan. Saat peralatan memotong tetap tajam, sedikit kekuatan yang diperlukan

menggunakannya. Anak-anak dilarang bekerja menggunakan peralatan tajam. Pegangan

yang lebar dan lunak pada peralatan alas kaki seperti pisau, gunting dan catut lebih

memberikan kenyamanan saat digunakan. Peralatan tak nyaman dengan pegangan yang kecil

dan keras (contohnya dari kayu atau logam) tidak ergonomis dan kurang produktif. Alat bantu

dan alat jepit mengurangi kecelakaan, karena mencegah jatuhnya bahan, mengurangi

kebutuhan perawatan karena postur yang buruk dan menyediakan pengawasan yang lebih

baik terhadap proses kerja dan peralatan.

BAGAIMANA?

Gunakan peralatan yang hemat tenaga dan pastikan penggunaan pengaman.

Pilih peralatan yang layak ukuran dan bentuknya agar mudah dan aman digunakan.

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 24

Page 25: pbl ocupasi

Perbaiki peralatan atau gunakan peralatan pengunci untuk mengurangi kekuatan pegan-

gan dan penanganan.

Sediakan ‘rumah’ bagi tiap-tiap peralatan.

Pastikan bahwa peralatan terawat dan diperbaiki serta tidak ada peralatan yang tidak

layak digunakan.

2.4 Gizi Kerja

Tingkat Pekerjaan

Gizi makanan

2.5 Usaha Peningkatan Kesehatan Pekerja

Penyuluhan

Peningkatan Kebersihan Lingkungan

Penyediaan kantin

Kalau waktu bekerja menghendekai bahwa pekerja haru mkaan siang dalam lingkungan

pekerjaan, maka harus disediakan ruang mkana yang cukup luas sehingga semua pekerja

dapat makan sekaligus atau bergantian. Pekerja tidak diperbolehkan makan diruang kerja

sebab tempat itu biasanya terdapat bahan beracun atau bahan yang dapat membahayakan

kesehatan. Pada tiap perusahaan yang pekerjaanya terkena debu atau bahan beracun harus

disediakan tempat makan yang terpisah keculia kapau perkerja lebih menyukai makan diluar

perusahaan. Ruang makan juga harus mendapt cukup penerangan dan juga ventilasi yang

memadi serta udara yang cukup sejuk. Kalau dalam perusahaab diadakan kantin makan,

kantin itu harus dibuat, dirawat dan dijalankan sesuai dengan peraturan untuk kebersihan pada

tempat makan umum. Dapur, tempat makan, dan alat-alat untuk keperluan makan harus

bersih dan memenuhi syarat kesehatan. Air minum dan makanan yang dihidangkan harus

bersih dan sehat. Semua personil yang melayani kantin harus diperiksa kesehatannya pada

waktu-waktu tertentu menurut peraturan yang berlaku. Semua personil harus selalu bebas dari

penyakit menular dan selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, alat makan atau mask

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 25

Page 26: pbl ocupasi

sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air panas serta dikeringkan. Alat

tersebut haru dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan.

2.6 Pencegahan dan Keselamatan Kerja

Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya saja

dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan dalam kerja harus dicegah. Pencegahan

kecelakaan berdasarkan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan yang terjadi

di perusahaan diketahuai dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Selai

dengan analisis, sangat penting dilakukan adanya identifikasi bahaya yang terdapat dan dapat

menimbulkan insiden kecelakaan diperusahaan serta mengasses (assesment) besar risiko

bahaya. Resiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antara kemungkinan terjadinya kecelakaan

(probabiltas) danakibat (konsekuensi, keparahan. Baik kemungkinan maupun akibat dapat

dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif. Contoh kategori kualitatif

kemungkinan dari yang paling rendah ke kategori paling tinggi adalah :

1. Kemungkinan tidak terjadi

2. Kemungkinan terjadi tapi sangat kecil

3. Kemungkinan terjadi kadang-kadang saja

4. Kemungkinan terjadi pasti tetapi jarang

5. Dan kemungkinan terjadi berulang

Pencegahan ditujukan kepda lingkungan, mesin,peralatan kerja, perlenglapan kerja, dan

terutama faktor manusia. Lingkuan harus memenuhi syarat lingkuan kerja yang aman serta

memenuhi persyaratan keselamatan, penyelenggaraan kerumahtanggan yang baik, kondisi

gedung yang memenuhi syrat keselamatan, dan perencanaan yang sepenuhnya

memperhatikan faktor keselamatan, syarat-syarat lingkungan kerja meliputi higene umum,

sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan ditempat kerja, dan pengaturan suhu

udara diruang kerja. Setiap upaya pencegehaan kecelakaan denagn cara menghilangkan atau

mengurangi sebab-musababnya selalu akan disertai menurunnya angka frekuensi kecelakaan

(injury frequency rate) yaitu jumlah kecelakaan yang membawa korban dikalikan 1.000.000

(sejuta) dibagi dengan jumlah jam orang yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan

dan angka keparahan kecelakaan (injury severity rate) yaitu jumlah hari kerja yang hilang

dialikan 1.000 dibagi dengan sejumlah jam orang yang bekerja dalam perusahaan yang

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 26

Page 27: pbl ocupasi

bersangkutan. Selain itu keberhasialan upaya pencegahan dapat dinilai dari panjangya waktu

tidak terjadinya kecelakaan misalnya yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja (zero

accident). Namu pada sewaktu-waktu penurunan angka kecelakaan ni tidak terjadi demikian

pesat, tidak speerti penurunan pada keadaan awal program. Penyebab dari tidak pesatnya

angak kecelakaan tersebut ialah faktor manusia yang tidak dapat dikoreksi labih jauh lagi.

Alat Pelindung Diri

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin,peralatan

dan lingkungan kerja wajib diutamakan, namun kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan

masih belum spenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (alat

proteksi diri) (personal protective device) . jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir

yaitu oerlengkapan dari sgenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi

persyratan :

1. Enak (nyaman) dipakai

2. Tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan

3. Memberingan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi

Pakaian kerja harus dianggap sebagai lat perlindungan terhadap nahaya kecelkaan.

Pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlangan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau pungguan, tidak ada dasi tidak ada lipatan atau kerutan yang

mungkin mendatangka bahaya. Wanita sebaiknya mengenakan celana panjang, jala atau ikat

rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik

terhadap bahan kimi korosif, tetapi justru bahaya pada lingkunan kerja dengan bahan yang

dapat meledak oleh aliran listrik statis.

Alat proteksi diri beaneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sbb :

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi

pengaman (safety helmet) topi atau tudung kepala, tutup kepala

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 27

Page 28: pbl ocupasi

2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)

3. Muka : Pelindung muka (face shields)

4. Tangan dan jari: sarung tangan ( sarung tangan dengan ibujari terpisah), sarung tangan

biasa ( gloves) pelindung telapak tanga (hand pad) dan sarung tangan yang menutupi

pergelanan tangan sampai lengan (sleeve).

5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernafasan: Respirator, masker alat bantu pernafasan.

7. Telinga : Sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff)

8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja yang tahan

panasm tahan dingin, pakaian kerja lainnya

9. Lainnya : sabuk pengaman

PENUTUP

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 28

Page 29: pbl ocupasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A, Hanafiah MJ. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC;

2008

2. Guwandi J. Rahasia kedokteran. Jakarta; 2003.

3. Guwandi J. Etika dan hukum kedokteran. Jakarta; 2000

4. Undang-undang RI No.29 th 2004 tentang praktik kedokteran. Penerbit : Indonesia

Legal Center Publishing. 2009.

5. Veronica komalawati. Hukum dan etika dalam praktek dokter. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan. 2003

6. Amelyn, F.Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta : Grafika Tama Jaya. 2004

7. Husein Kerbal. Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan. 2001

8. Budi S, Zulhasmar S, Tjeptjep DS. Bioetika dan hukum kedokteran. Edisi ke-II

Jakarta: Pustaka. 2007

PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 29