pbl ocupasi
-
Upload
jerry-berlianto-binti -
Category
Documents
-
view
99 -
download
2
description
Transcript of pbl ocupasi
Upaya Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jerry Berlianto Binti
10.2009.100
C-1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana
Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi
perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 1
BAB II
Pembahasan
Kasus
Seorang laki-laki, Tn.S, 33 tahun, datang dengan keluhan mata kanan merah.
2.1 Surveilance
Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :
1. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan
Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data
keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik
dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program K3 di dunia usaha dan dunia kerja
2. Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan
Identifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi hazard
kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara
sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program K3 di dunia usaha dan dunia kerja
3. Metode Surveilans K3
Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting
yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara
sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan
surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran
informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari
penyakit dan kecelakaan.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 2
langkah awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko,
kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat
dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja
Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan
komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah
dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di
populasi yang berisiko
Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja
Data Pemantauan Higiene Industri
Data Pemantauan Ergonomi
Data Pemantauan Stres Kerja
Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work,
PHK/Pensiun
Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara
Faktor Risiko & Efek Kesehatan
Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut;
Pekerja
Lingkungan kerja
Pekerjaan
Pengukuran Pajanan pada Pekerja
Noise dosimeter
Personal dust sampler
Pengukuran dengan Spirometer
Pengukuran logam berat di urine & darah
Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 3
Kebisingan di lingkungan kerja
Debu di lingkungan kerja
Temperatur di lingkungan kerja
Logam berat di lingkungan kerja
Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan
dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;
pajanan x tahun = person-years
Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni
Pajanan sesaat
Pajanan kumulatif
Pajanan rata2 berdasarkan:
Sampel area
Sampel individu (toksikan, BEI mis: azide iodide pd urine krn karbondisulfida asam t-
t mukonat dalam urine karena benzene)
Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan
Persyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.
1. Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif
pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan
2. Efek penyakit dan/atau cedera tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat
kerjanya.
3. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut
berpotensi dapat terjadi
4. Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit
dan/atau cedera tersebut.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 4
Teknik Surveilans kesehatan harus:
1. Sensitif
2. Spesifik
3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan
4. Aman
5. Non-invasif
6. Dapat diterima
Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan
evidence, dengan menyusun upaya promotif, prevetif, kebijakan, perencanaan program antara
lain seperti berikut.
1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di
wilayah setempat
2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan)
dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan,
antara lain seperti beriku.
a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di
udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan
b. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko
dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau
bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan
indeks pajanan biologik
d. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan
dengan standar atau target yang ditetapkan
e. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan
dengan stanar atau target yang ditetapkan
5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan
pajanan hazard di tempat kerja
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 5
6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas
yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi
perbaikan secara terus menerus
Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1. Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang
teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian risiko
serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil pimpinan dan
pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun lingkungan dan
ergonomis.
2. Perencanaan program
Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter Kesehatan
kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan pekerja yang
berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.
3. Penetapan pekerja yang beresiko
4. Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau
Tabel 1 Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.
Aktivitas Hazard
Teridentifikasi
Hazard yang
dipantau
Antisipasi efek
kesehatan
Survei dan
pembukaa
n hutan
Racun flora fauna
Debu dari kerak
bumi
Vibrasi kendaraan
Bising kendaraan
Racun flora
Debu
Vibrasi
Bising
Postur Janggal
Iritasi kulit
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan
pendengaran
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 6
Ergonomik CTD
Pengupasa
n kerak
bumi
Debu
Vibrasi
Bising
Postur janggal
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan
pendengaran
CTD
5. Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatan
Tabel 2 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik
Hazard Jenis pemeriksaan
Bising Audiometri, kuesioner
Debu Spirometri. Foto toraks dan kuesioner
Ultra Violet Mata dan kuit
Virus Hepatitis B HBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPT
Pelarut organik Nerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi
ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic
Tabel 3 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik
Jabatan Jenis pemeriksaan
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 7
Pengguna
respirator
Fungsi paru
Off shore Audiogram, Fungsi paru, drugs dan alcohol
Supir Visus, audiogram, drugs dan alcohol
Welders Urinalisis dan Biomonitoring
Fire fighter Audiogram dan fungsi paru
6. Komunikasi untuk mendapatkan dukungan dan komitmen
Melibatkan seluruh pemangku kepentingan khusunya pemimpin tertinggi dan pekerja.
Sebelum penyusunan proposal program, hendaknya dilakukan komunikasi berjenjang.
7. Pembentukan tim surveilans
Profesi utama yang bertanggungjawab dalah doketr, perawat kesja, HI dan ergonomis. Dan
membutuhkan keterlibatan manajer SDM untuk menentukan penempatan SDM. Supervisor
untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat aktif dalam surveilans
kesehatan kerja.
8. Hasil pemeriksaan kesehatan dan informed concern
Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1. Tahap pengumpulan data
a. Data Faktor Risiko
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen
seperti safet data sheet.
b. Data gangguan kesehatan
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan
kesehatan pekerja.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 8
c. Data pemantauan biologic
Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium
Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH
2. Tahap analisis data dan surveilans PAK
Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek kesehatan
yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok.
Analisis hasil surveilans hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.
Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana,
bilamana gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit
berdasarkan beberapa factor risiko.
Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans
efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.
Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan
analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa danbagaiman suatu gangguan kesehatan
timbul.
Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak
terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang
ditimbulkan.
3. Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan
Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen.
Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung
privasi.
Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk
kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 9
2.2 Kesehatan Keselamatan Kerja
2.3 Health Risk Assesment
Dalam upaya K3, basis dasarnya adalah loss control dan loss prevention. Keduanya
berbasis pada hal yang sama yaitu: manajemen risiko K3. Risiko K3 sendiri muncul dari
adanya hazards. Hazard(s) didefinisikan sebagai “source, situation, or act with a potential for
harm in terms of human injury or ill health, or a combination of these”. Dari definisi ini juga
terlihat bahwa risiko yang dimanage termasuk risiko kesehatan (risiko terhadap terjadinya ‘ill
health’). Ill health sendiri didefinisikan sebagai “identifiable, adverse physical or mental
condition arising from and/or made worse by a work activity and/or work-related situa-
tion”. Dalam konteks ini maka risiko yang dibahas adalah potensi penyakit yang muncul aki-
bat pekerjaan atau yang dipengaruhi oleh faktor pekerjaan.
Namun sayangnya, dalam proses hazard identification and risk assessment, risiko ke-
sehatan masih menjadi anak tiri. Misalnya saja ketika melakukan HIRA mengenai pengop-
erasian mesin pemotong rumput, maka risiko yang diidentifikasi akan berfokus kepada
terkena blade, terpantul kerikil. Namun jarang yang mengidentifikasi risiko munculnya gang-
guan neuromuscular pada tangan akibathazard: hand arm vibration; atau munculnya hearing
loss akibat hazard: noise.
Pada dasarnya Health Risk Assessment (HRA) secara konsep sama dengan HIRA Safety se-
cara umum. Jadi dengan menilai kombinasi likelihood dan consequence suatu potensi ill
health yang diakibatkan oleh suatu hazard. Yang membedakannya hanyalah pendekatan ter-
hadap hazards. Dalam safety, hazards muncul dari faktor elektrik, mekanis, kinetis, dll.
Sedangkan aspek kesehatan hazards dilihat sebagai faktor fisika, biologi, kimia, ergonomic,
dan psikososial. Kemudian dalam pendekatan terhadap risiko potensi yang terjadi pada safety,
yang diidentifikasi adalah ‘cedera atau injury’ yang muncul bersifat akut sedangkan pada ke-
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 10
sehatan, yang diidentifikasi adalah ‘gangguan fungsi atau munculnya suatu penyakit’ se-
hingga lebih bersifat ‘long-term’.
Pada HRA, memang dibutuhkan satu hal yang lebih spesifik yaitu kemampuan meni-
lai ‘proses interaksi antara manusia dengan alat, material, dan lingkungannya’. Pada HRA
prosesnya dimulai dengan melakukan ‘desk study’ terhadap proses kerja yang ada di tempat
kerja. Pada tahap ini assessor melakukan identifikasi yang bersifat ‘forecast’ terhadap peker-
jaan yang ada di tempat kerja. Assessor melakukan document review termasuk terhadap blue-
print fasilitas, prosedur kerja, dan material safety data sheet atas bahan-bahan yang dipakai.
Fase ini dikenal juga sebagai tahap ‘anticipation’.
Tahap berikutnya adalah melakukan ‘recognition’ di tempat kerja untuk melakukan
identifikasi dan konfirmasi atas hazard yang diidentifikasi pada fase sebelumnya. Hal ini di-
lakukan dengan melakukan ‘walk trough survey’ di tempat kerja dengan melakukan
penelusuran secara sistematik di tempat kerja. Pada kondisi ini, assessor harus mengidenti-
fikasi :
(1) ‘what’-apa saja hazard yang ada di tempat kerja,
(2) ‘who’-siapa saja yang terpapar hazard ini,
(3) ‘when’-kapan dan seberapa lama paparan dapat terjadi,
(4) ‘where’- dimana bahaya muncul dan dimana paparan akan terjadi
(5) ‘how’- bagaimana paparan itu terjadi
Kemudian tahap berikutnya adalah melakukan ‘evaluasi’ terhadap risiko dengan me-
nilai nilai ambang batas. Penilaian bisa dilakukan dengan cara langsung yaitu mengukur ter-
hadap ‘dose’ hazard yang diterima personel dengan alat ukur, atau dengan cara matematis
yaitu dengan melakukan perhitungan berdasarkan NAB yang telah ditetapkan.
Setelah melakukan hal ini dilakukan maka langkah berikutnya adalah tahap menen-
tukan langkah-langkah pengendalian dan penanggulangan yang akan dijalankan. Pendekatan-
nya dapat menggunakan hirarki control sebagaimana pada HIRA Safety yaitu: Eliminasi,
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 11
Substitusi, Engineering, Administration, dan PPE. Namun fokusnya diarahkan kepada tiga hal
yaitu:
(1) Pengendalian di tempat asal hazard (‘source’)
(2) Pengendalian di jalur atau mode paparan (‘exposure’)
(3) Pengendalian pada orang yang terpajan (‘host’)
Setelah melakukan hal ini langkah berikutnya dalah dengan melakukan komunikasi
dan konsultasi hasil HRA ini kepada semua pihak terkait dengan focus kepada bagaiaman
pekerja mengenali bahaya ini, risiko apa yang dihadapi, dan bagaimana cara penanganannya.
Proses komunikasi dapat dilakukan dengan menempatkan rambu dan marka, label dan tanda
terkait dengan bahaya dan risiko ini.
Kemudian langkah terakhir adalah dengan melakukan monitor dan review terhadap
pelaksanaan langkah control, hazards yang ada di tempat kerja, dan dampak yang muncul
pada karyawan yang terpajan.
Dengan melakukan proses HRA ini seperti di atas, maka risiko-risiko kesehatan dapat
diidentifikasi, dikendalikan, dan ditanggulangi jauh sebelum memunculkan dampak yang
merugikan kesehatan pekerja. Karena penyakit akibat kerja akan menghasilkan kecacatan
menetap yang sulit disembuhkan dan mengganggu fungsi social pekerja dalam jangka pan-
jang
Medical Check Up
Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, merupakan salah satu hal penting
dalam sebuah perusahaan. Perlu disadari bahwa setiap pekerja dihadapkan dengan berbagai
bahaya potensial di tempat kerja. Sebaik apa pun lingkungan tempat kerja, potensi bahaya
yang mengancam senantiasa ada, baik terhadap kesehatan maupun keselamatan pekerja yang
menjadi salah satu faktor penentu produktivitas dan profitabilitas suatu perusahaan. Bila ter-
jadi kecelakaan atau penyakit akibat hubungan kerja, tentunya akan menyebabkan kerugian
yang tidak kecil bagi semua pihak, baik pihak pengusaha, tenaga kerja maupun masyarakat
yang memerlukan produk atau hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlindungan serta kenya-
manan dan ketenangan terhadap tenaga kerja menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 12
dipenuhi. Pemerintah melalui undang-undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
mewajibkan setiap perusahaan untuk memberikan perlindungan atas keselamatan dan kese-
hatan tenaga kerjanya. Pekerja berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala minimal
satu tahun sekali sesuai dengan pajanan di tempat kerja. Pekerja juga berkewajiban
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mempertahankan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sehingga produktivitas kerja pun terjaga dengan baik.
Adapun tujuan dari Medical Check Up berkala terhadap tenaga kerja adalah :
1. Untuk mendapatkan pekerja yang sehat dan produktif, serta mencegah terjadinya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja
2. Deteksi dini berbagai penyakit terutama untuk penyakit akibat kerja
3. Data dasar dan pembanding untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit akibat
hubungan kerja
4. Data dasar untuk pengembangan kegiatan promosi kesehatan perusahaan
Perusahaan, instansi atau institusi yang hendak mencapai provider untuk pemeriksa kesehatan
hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut :
1. Legalitas provider pemeriksa
2. Kompetensi dokter pemeriksa kesehatan
3. Kualitas pemeriksaan dan layanan provider
4. Kompetensi sumber daya manusia yang mengerjakan pemeriksaan
Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seorang tenaga kerja diterima un-
tuk melakukan pekerjaannya. Tujuannya untuk memastikan bahwa calon tenaga kerja berada
dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak berpotensi membahayakan diri sendiri, rekan
kerja, dan juga lingkungan kerjanya, serta memiliki kapasitas yang dibutuhkan dalam peker-
jaannya sehingga keselamatan dan kesehatannya selama bekerja akan terjamin.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 13
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap tenaga kerja pada waktu – waktu
tertentu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kese-
hatan yang terjadi dan berpotensi menjadi gangguan kesehatan dan berhubungan dengan pa-
janan bahaya kesehatan di tempat kerja.
Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara khusus berdasarkan riwayat penyakit dan atau
status kesehatan pekerja pada saat tertentu.
Alur Produksi
Produksi Alas Kaki
Pembuatan alas kaki dapat terdiri dari beberapa langkah, alur produksi yang sederhana dapat
digambarkan seperti dalam gambar di bawah ini.
Penyiapan Bahan Showroom/ penyimpanan
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 14
Pembuatan Pola/
bahan alas kaki
Persiapan bagian atas
Persiapan bagian bawah
Pemotongan bahan
Penyatuan bag. Atas dan
bawah
Penyelesaian
Biasanya, alas kaki dirancang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Suatu model akan
digambarkan penuh warna dan rinci. Pembuatan alas kaki pada sektor informal mungkin
memiliki berbagai model rancangan untuk dipasarkan dan memenuhi keinginan konsumen
baru. Suatu pola menunjukkan bentuk dan ukuran bagian atas alas kaki; pola tersebut dapat
diproduksi oleh pembuat alas kaki atau dipesan dari luar. Gaya bagian atas digambarkan pada
bahan (misal kulit, polyurethane, PVC) menurut pola yang ada, kemudian bagian tersebut
digunting.
Setelah digunting, bagian luar bahan seringkali disisit menggunakan mesin sisit.
Bagian atas dan lapisan dalam dijahit bersama; kemudian pembuatan lubang tali, lubang
kancing, dan asesoris dapat dilaksanakan. Penyatuan bagian atas dan bawah pada umumnya
dilakukan dengan proses pengeleman, tetapi juga ada yang dilakukan melalui proses
penjahitan, pemakuan, atau penyekrupan. Sebelum disatukan, bagian sol dihaluskan dengan
menggunakan gerinda. Pada sol-sol tersebut diberikan primer, bahan kimia berbasis pelarut
agar sol tersebut bersih dan dapat melekatkan lem secara efektif. Sesudah dilakukan
pengelaman pada bagian sol, kemudian bagian yang sudah dilem tersebut dipanaskan dalam
suatu pemanas (biasanya oven) agar lem bertambah kuat. Lalu, agar pengelaman lebih kuat
lagi, alas kaki tersebut dimampatkan/ditekan dengan mesin press. Proses akhir dapat terdiri
dari beberapa kerja seperti: pembersihan, penyemiran, pemberian lilin, pewarnaan, dan
penyemprotan dengan cat. Akhirnya, alas kaki dikemas dalam kotak atau tas plastik dan siap
dipasarkan kepada para konsumen.
Identifikasi hazard
Lingkungan Fisik - Debu
1. Debu: buang debu, bersihkan secara teratur – jangan sebarkan debu
MENGAPA?
Mesin gerinda alas kaki menghasilkan banyak debu kulit, plastik, dan kain. Debu juga
dihasilkan oleh proses kerja lainnya seperti proses penyisitan dan pemotongan. Semua debu
berbahaya, debu dapat mengakibatkan iritasi atau merusak paru-paru dan rongga udara atas. Sebagai
contoh, paparan debu dapat mengakibatkan kanker rongga hidung. Debu secara negatif mempengaruhi
fungsi mesin, jadi perawatan mesin perlu dilakukan sesering mungkin. Debu juga mempengaruhi
kualitas bahan baku dan produk-produk siap jual.
BAGAIMANA?
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 15
Kenali atau tingkatkan ventilasi penghisap udara lokal pada tempat-tempat yang
menghasilkan debu, khususnya tempat gerinda alas kaki.Isolasikan tempat mesin gerinda
atau proses kerja yang menghasilkan debu.
Bersihkan tempat kerja secara teratur dan rawat tempat kerja setiap hari. Gunakan air kala
membersihkan. Jangan sebar debu.
Jika ventilasi penghisap udara lokal tak mungkin, gunakan lubang angin dan blower untuk
mengurangi paparan terhadap debu.
Lingkungan Fisik - Bahan-bahan Kimia
2. Bahan-bahan kimia: lindungi pekerja dari bahaya kimia
MENGAPA?
Dalam pembuatan sepatu, paparan bahaya kimia yang serius seringkali disebabkan
oleh penggunaan bahan pelarut dalam lem, primer, penghilang minyak, pembersih, dan cat.
Gas-gas yang tersebar di sekeliling bengkel – pelarut- tidak hanya terbatas pada proses
pengeleman, pencucian/pembersihan, dan penyemiran. Bahan kimia alas kaki memiliki
dampak kesehatan jangka panjang yang serius yang dapat muncul pada beberapa tahun ke
depan: sebagai contoh kerusakan pada sistem saraf (rendahnya kapasitas intelektual, daya
ingatlemah, dan lemahnya alat perasa, dll.), kulit, liver, ginjal, paru-paru, sistem kekebalan,
dll. Penanganan bahan kimia yang keliru membahayakan lingkungan di luar bengkel. Bahan
kimia alas kaki juga mudah terbakar dan rentan mengakibatkan bahaya kebakaran.
Karenanya, jauhkanlah bahan kimia tersebut dari segala hal yang mudah menimbulkan
kebakaran: percikan api, rokok, dll. Semua kaleng penyimpanan bahan kimia harus diberi
label yang menjelaskan dengan baik cara penggunaan, informasi tentang produses, maupun
upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan informasi lain yang mendukung peningkatan K-3.
BAGAIMANA?
Periksalah bahwa seluruh kaleng penyimpan bahan kimia dilengkapi dengan label yang tepat
dan lembar data keselamatan bahan tersedia pada seluruh bahan kimia. Jika tidak,
informasikan pada pengawas tenaga kerja dan pabrik produsen tentang hal ini.
Carilah kemungkinan pengganti bahan kimia yang lebih aman, missal bahan kimia berbasis
air menggantikan bahan kimia berbasis pelarut.
Kenali dan tingkatkan penggunaan ventilasi penghisap udara lokal.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 16
Pastikan seluruh kaleng dalam keadaan tertutup.
Ubah cara kerja untuk mengurangi penanganan bahan-bahan kimia berbahaya secara
langsung. Rotasikan tugas kerja.
Sediakan pekerja dengan dan menggunakan pakaian dan sarung tangan pelindung untuk
mencegah kontak langsung dengan bahan kimia berbahaya.
Jika ventilasi penghisap udara tak mungkin, gunakan kipas angin dan sediakan lubang angin
secukupnya untuk mengurangi paparan.
Lingkungan Fisik - Kebisingan
3. Kebisingan: pastikan kebisingan tak membahayakan pekerja
MENGAPA?
Tingkat kebisingan tinggi yang dimunculkan oleh mesin dapat merusak pendengaran. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pekerja pula, contoh menimbulkan darah tinggi, sakit
kepala, nervous dan stress. Kebisingan dapat disebabkan oleg teriakan, signal, dan percakapan.
Bising dapat menyebabkan kecelakaan dan mempengaruhi kualitas produk. Jika Anda berdiri
pada jarak satu lengan dari kawan Anda dan tak dapat berbicara dengan tekanan suara normal,
berarti tingkat kebisingan sudah tinggi. Dalam bengkel alas kaki, beberapa hal seperti mesin press,
penggunaan palu, dan gerinda dapat menciptakan tingkat kebisigan yang tinggi. Dalam pabrik alas
kaki yang lebih besar, tingkat kebisingan biasanya disebabkan oleh penggunaan banyak mesin.
BAGAIMANA?
Kurangi kebisingan pada sumber-sumbernya melalui alat-alat atau mesin-mesin yang
dirancang dengan tepat, dirawat teratur, dan disesuaikan dengan pengguna.
Beri sekat atau isolasikan sumber-sumber kebisingan semaksimal mungkin.
Kurangi pemantulan kebisingan dengan meningkatkan jumlah atau penggunaan bahan-bahan kedap suara.
Cara terakhir, gunakan penutup dan pelindung telinga jika perlu.
Lingkungan Fisik - Panas
4. Panas: lindungi pekerja dari panas menyengat
MENGAPA?
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 17
Panas mempengaruhi kapasitas kerja dan mengurangi produktivitas. Panas dapat mengakibatkan
kelelahan, kesalahan kerja, dan kecelakaan. Bahaya kesehatan yang terkait dengan panas meliputi
dehidrasi (kekurangan cairan), tidak segar, keram, dan iritasi. Khususnya dalam iklim tropis, sangat
penting untuk menyediakan alat-alat yang melindungi pekerja dari panas yang menyengat. Dalam
bengkel alas kaki, cobalah sedapat mungkin seluruh benda yang dapat menjaga suhu ruangan lebih
rendah dari 30oC, suhu dimana sudah sangat tidak nyaman bagi lingkungan kerja.
BAGAIMANA?
Perbanyak ventilasi alam dengan menyediakan banyak lubang angin, jendela, atau pintu.
Bukalah mereka sebanyak mungkin.
Pisahkan atau beri sekat pada bahan-bahan, mesin, atau peralatan yang menghasilkan panas.
Gunakan ventilasi atau kipas angin untuk mendapatkan udara sejuk yang mengalir.
Ingat bahwa pohon, semak, dan bunga-bunga dapat menolong mengurangi radiasi matahari
yang berbahaya, angin panas, dan sekaligus menciptakan lingkungan yang menyenangkan.
Lingkungan Fisik - Pencahayaan
5. Pencahayaan: tambah pencahayaan untuk meningkatkan kualitas dan mencegah
kecelakaan
MENGAPA?
Pencahayaan yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan dan prestasi pekerja,
juga membuat tempat kerja menjadi menyenangkan. Pencahayaan juga mengurangi kesalahan
kerja, sehingga akhirnya meningkatkan kualitas. Tambahan, tempat yang gelap atau redup
dapat mengakibatkan kecelakaan, khususnya kala bahan dipindahkan.
BAGAIMANA?
Maksimalisasikan penggunaan sinar matahari dengan:
- penempatan mesin dan tempat kerja yang tepat;
- atap yang lebih tinggi dan jendela yang lebih besar dan terbuka; serta
- pasang genteng kaca (atau plastik).
Bersihkan jendela secara teratur dan peliharalah lampu-lampu serta sumber-sumber ca-
haya lainnya.
Hilangkan silau atau pantulan cahaya yang menyilaukan mata pekerja.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 18
Perbanyak cahaya lampu atau sediakan lampu sorot.
Lingkungan Fisik - Perawatan Tempat Kerja
6. Perawatan bengkel: pindahkan segala benda yang tidak diperlukan dan sediakan
tempat yang layak untuk semua benda yang dibutuhkan
MENGAPA?
Saat tempat kerja bebas dari bahan sisa, kerja berproses secara aman dan nyaman.
Tempat yang baik bebas dari segala hambatan dan para pekerja dapat dengan mudah
menemukan alat yang tepat bagi pekerjaan mereka. Tempat kerja yang tertata rapi akan
mengurangi terjadinya kebakaran dan kecelakaan. Tempat kerja yang rapi menampilkan
kesan yang baik padapelanggan Anda.
BAGAIMANA?
Pindah semua benda yang tak diperlukan dari tempat kerja.
Berikan tanggung jawab yang lebih sering pada pekerja tertentu guna membersihkan
tempat tertentu.
Sediakan tempat yang nyaman dan rak penyimpanan untuk alat-alat, bahan baku, ba-
han persediaan, dan hasil produksi.
Jagalah kebersihan jalur jalan dan sela-sela agar mudah bagi pekerja berlalu lalang.
Lingkungan Fisik - Pembuangan Limbah
7. Pembuangan limbah: bangun sistem pembuangan limbah yang baik
MENGAPA?
Limbah, bekas galian dan sisa bocoran air di lantai tidak hanya mengakibatkan
kerugian material dan hambatan kerja, namun juga menyebabkan kecelakaan yang fatal.
Tempat yang nyaman, tempat sampah yang mudah dibersihkan membantu dalam perawatan
tempat kerja dan menciptakan kawasan yang bersih.
BAGAIMANA?
Sediakan tempat sampah yang cukup dalam ukuran yang layak.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 19
Laksanakan sistem yang teratur guna memindahkan limbah tempat kerja.
Tentukan penanggungjawab yang jelas guna menangani limbah.
Bangunan - Atap
8. Atap: lindungi pekerja dan hasil produksi Anda dari sengatan matahari dan hujan
MENGAPA?
Bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja, kelembaban dan suhu udara yang baik
dalam tempat kerja adalah penting. Atap yang layak secara langsung maupun tidak langsung
dapat melindungi mereka dari sengatan matahari. Jika hujan dan atap tak dalam keadaan baik,
berisiko merusak bahan-bahan dan barang produksi.
BAGAIMANA?
Tingkatkan ketinggian atap untuk melindungi dari sengatan matahari dan hujan.
Tingkatkan ketinggian atap untuk memperbanyak ventilasi dan pencahayaan alamiah
dalam bangunan.
Bangunan - Lantai dan Saluran Pembuangan Air
9. Lantai: perbaiki lantai tempat kerja Anda demi pekerjaan yang produktif dan aman
MENGAPA?
Permukaan lantai yang tak layak atau kurang perawatannya dapat menjadi sebab utama
kecelakaan, mengganggu pekerjaan, dan merusak hasil produksi.
BAGAIMANA?
Perbaiki lantai demi terciptanya kekuatan yang lebih baik untuk digunakan dan daya tahan
lantai dari abrasi.
Jaga kebersihan lantai dari segala hambatan/benda berserakan.
Jaga agar selalu dalam kondisi yang baik guna mencegah kecelakaan kerja, kerusakan ba-
han, serta hasil produksi.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 20
10. Saluran pembuangan air: perbaiki sistem saluran pembuangan air guna menjaga
tempat kerja Anda tetap kering dan bersih
MENGAPA?
Sistem saluran air yang baik sangat penting guna menjaga tempat kerja tetap kering,
mencapai tingkat kesehatan yang baik, mengurangi timbulnya penyakit menular dan
mencegah terjadinya kecelakaan.
BAGAIMANA?
Sediakan saluran pembuangan air yang layak di luar tempat kerja, dan ingat saluran pem-
buangan ini hanya digunakan untuk limbah cair.
Sediakan sistem saluran air hujan.
Jaga kebersihan dan kejernihan saluran air secara teratur.
Bangunan - Pencegahan Kebakaran
11. Pencegahan kebakaran: lindungi usaha Anda dari bahaya kebakaran
MENGAPA?
Pencegahan kebakaran adalah jaminan terbaik menghadapi kebakaran. Saat terjadi
kebakaran, seringkali menyebabkan kematian, kerusakan bahan-bahan penting, selain itu juga
kerugian finansial yang besar.
BAGAIMANA?
Jaga bangunan kerja dengan merawat tempat kerja.
Sediakan perlengkapan dasar menangani kebakaran, contoh pemadam kebakaran, em-
ber, dan selimut atau karung basah.
Latih pekerja dalam mencegah dan menangani kebakaran.
Periksa dan yakinkan semua alat listrik terbungkus baik.
Sediakan tempat penyimpanan yang layak bagi bahan kimia yang mudah terbakar dan
bahan lainnya, seperti: semua bahan kimia alas kaki berbasis pelarut, bahan bakar, dan
gas. Jauhkan bahan-bahan tersebut dari sumber ledakan.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 21
Ergonomis - Mengangkat, Membawa dan Memindahkan
12. Mengangkat, membawa dan memindahkan: jangan sampai punggung Anda patah
MENGAPA?
Mengangkat barang berat dan cara mengangkat yang salah mengakibatkan kelelahan
dan cedera punggung. Hal ini dapat mengakibatkan Anda mengalami kerugian yang amat
besar, seperti Anda bisa kehilangan kemampuan bekerja dalam jangka waktu lama.
BAGAIMANA?
Latih pekerja gunakan kaki ketimbang punggung ketika mengangkat.
Angkat dan rendahkan badan perlahan di depan badan tanpa memutar atau memutar
dalam tubuh kita.
Daripada mengangkat atau membawa benda berat, bagi benda tersebut dalam
bungkus, kemasan atau keranjang yang lebih kecil yang memungkinkan kita menggu-
nakan kekuatan pegangan (power grip), daripada sentuhan pegangan (pinch grip), saat
membawa secara manual.
Gunakan kereta dorong, dan alat beroda lainnya atau troli ketika memindahkan benda-
benda yang berat.
Kombinasikan angkatan dengan tugas yang secara fisik lebih ringan guna mencegah
cedera, kelelahan dan guna menambah efisiensi.
Rotasikan tugas kerja.
Ergonomis - Postur Berbahaya dan Tempat Duduk
13. Postur berbahaya: postur yang buruk mengurangi efisiensi dan kenyamanan
MENGAPA?
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 22
Pekerjaan dilakukan dalam posisi yang alami, dengan beban di kedua kaki dan tanpa
membengkokkan ataupun memutar badan, mengurangi kelelahan dan meningkatkan
produktivitas. Aturlah posisi tangan dengan baik agar posisi alami terjadi.
BAGAIMANA?
Cegah pekerjaan yang melelahkan atau posisi kerja yang tidak alami dan berkepanjan-
gan.
Cegah pekerjaan yang memerlukan posisi tangan yang lebih tinggi bagi pekerja yang
berdiri dengan menyediakan ruangan kaki maupun panggung kecil.
Berikan penugasan kerja untuk menciptakan peluang mengkombinasikan antara posisi
berdiri dan duduk.
14. Tempat duduk: sediakan tempat duduk yang baik bagi semua orang
MENGAPA?
Kerja dalam posisi duduk tampak lebih nyaman dibandingkan posisi lainnya. Namun,
duduk dalam waktu lama juga melelahkan. Tempat duduk yang baik dengan sandaran yang
nyaman dan kuat mengurangi kelelahan dan meningkatkan kepuasan kerja.
BAGAIMANA?
Sediakan kursi atau bangku yang tingginya tepat atau buat tempat duduk yang tingginya
dapat disesuaikan.
Pilih permukaan tempat duduk dan/atau Sediakan bantal untuk kenyamanan dan doron-
gan semangat.
Sediakan kursi dengan sandaran yang layak ukurannya yang menyediakan pendukung
punggung yang rendah.
Ergonomis - Permukaan Kerja
15. Permukaan kerja: sediakan permukaan kerja yang stabil pada setiap tempat kerja
MENGAPA?
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 23
Pekerjaan terdiri dari beragam tugas. Permukaan kerja yang stabil memungkinkan
pekerjaan dilakukan setinggi siku sangat diperlukan. Permukaan yang terlalu sempit atau
tidak stabil mengakibatkan kerugian waktu dan usaha lainnya, selain itu juga mengurangi
produktivitas kerja dan meningkatkan kelelahan.
BAGAIMANA?
Pada setiap tempat kerja, sediakan permukaan kerja yang stabil dalam ukuran yang layak.
Hindari permukaan yang sempit maupun tidak stabil.
Hindari posisi yang membungkuk bagi pekerja yang berdiri dengan menambah ketinggian
perlengkapan, kontrol atau permukaan kerja.
Sediakan meja kerja yang tingginya bisa disesuaikan bagi pekerja dalam posisi duduk
hingga posisi tangan yang terlalu tinggi atau rendah serta postur memutar bisa dicegah.
Ergonomis - Peralatan Kerja
16. Peralatan kerja: peralatan yang aman dan ergonomis adalah alat produktif
MENGAPA?
Peralatan yang disesuaikan dengan proses tertentu dan terawat baik adalah aman
digunakan. Saat peralatan memotong tetap tajam, sedikit kekuatan yang diperlukan
menggunakannya. Anak-anak dilarang bekerja menggunakan peralatan tajam. Pegangan
yang lebar dan lunak pada peralatan alas kaki seperti pisau, gunting dan catut lebih
memberikan kenyamanan saat digunakan. Peralatan tak nyaman dengan pegangan yang kecil
dan keras (contohnya dari kayu atau logam) tidak ergonomis dan kurang produktif. Alat bantu
dan alat jepit mengurangi kecelakaan, karena mencegah jatuhnya bahan, mengurangi
kebutuhan perawatan karena postur yang buruk dan menyediakan pengawasan yang lebih
baik terhadap proses kerja dan peralatan.
BAGAIMANA?
Gunakan peralatan yang hemat tenaga dan pastikan penggunaan pengaman.
Pilih peralatan yang layak ukuran dan bentuknya agar mudah dan aman digunakan.
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 24
Perbaiki peralatan atau gunakan peralatan pengunci untuk mengurangi kekuatan pegan-
gan dan penanganan.
Sediakan ‘rumah’ bagi tiap-tiap peralatan.
Pastikan bahwa peralatan terawat dan diperbaiki serta tidak ada peralatan yang tidak
layak digunakan.
2.4 Gizi Kerja
Tingkat Pekerjaan
Gizi makanan
2.5 Usaha Peningkatan Kesehatan Pekerja
Penyuluhan
Peningkatan Kebersihan Lingkungan
Penyediaan kantin
Kalau waktu bekerja menghendekai bahwa pekerja haru mkaan siang dalam lingkungan
pekerjaan, maka harus disediakan ruang mkana yang cukup luas sehingga semua pekerja
dapat makan sekaligus atau bergantian. Pekerja tidak diperbolehkan makan diruang kerja
sebab tempat itu biasanya terdapat bahan beracun atau bahan yang dapat membahayakan
kesehatan. Pada tiap perusahaan yang pekerjaanya terkena debu atau bahan beracun harus
disediakan tempat makan yang terpisah keculia kapau perkerja lebih menyukai makan diluar
perusahaan. Ruang makan juga harus mendapt cukup penerangan dan juga ventilasi yang
memadi serta udara yang cukup sejuk. Kalau dalam perusahaab diadakan kantin makan,
kantin itu harus dibuat, dirawat dan dijalankan sesuai dengan peraturan untuk kebersihan pada
tempat makan umum. Dapur, tempat makan, dan alat-alat untuk keperluan makan harus
bersih dan memenuhi syarat kesehatan. Air minum dan makanan yang dihidangkan harus
bersih dan sehat. Semua personil yang melayani kantin harus diperiksa kesehatannya pada
waktu-waktu tertentu menurut peraturan yang berlaku. Semua personil harus selalu bebas dari
penyakit menular dan selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, alat makan atau mask
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 25
sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air panas serta dikeringkan. Alat
tersebut haru dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan.
2.6 Pencegahan dan Keselamatan Kerja
Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya saja
dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan dalam kerja harus dicegah. Pencegahan
kecelakaan berdasarkan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan yang terjadi
di perusahaan diketahuai dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Selai
dengan analisis, sangat penting dilakukan adanya identifikasi bahaya yang terdapat dan dapat
menimbulkan insiden kecelakaan diperusahaan serta mengasses (assesment) besar risiko
bahaya. Resiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antara kemungkinan terjadinya kecelakaan
(probabiltas) danakibat (konsekuensi, keparahan. Baik kemungkinan maupun akibat dapat
dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif. Contoh kategori kualitatif
kemungkinan dari yang paling rendah ke kategori paling tinggi adalah :
1. Kemungkinan tidak terjadi
2. Kemungkinan terjadi tapi sangat kecil
3. Kemungkinan terjadi kadang-kadang saja
4. Kemungkinan terjadi pasti tetapi jarang
5. Dan kemungkinan terjadi berulang
Pencegahan ditujukan kepda lingkungan, mesin,peralatan kerja, perlenglapan kerja, dan
terutama faktor manusia. Lingkuan harus memenuhi syarat lingkuan kerja yang aman serta
memenuhi persyaratan keselamatan, penyelenggaraan kerumahtanggan yang baik, kondisi
gedung yang memenuhi syrat keselamatan, dan perencanaan yang sepenuhnya
memperhatikan faktor keselamatan, syarat-syarat lingkungan kerja meliputi higene umum,
sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan ditempat kerja, dan pengaturan suhu
udara diruang kerja. Setiap upaya pencegehaan kecelakaan denagn cara menghilangkan atau
mengurangi sebab-musababnya selalu akan disertai menurunnya angka frekuensi kecelakaan
(injury frequency rate) yaitu jumlah kecelakaan yang membawa korban dikalikan 1.000.000
(sejuta) dibagi dengan jumlah jam orang yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan
dan angka keparahan kecelakaan (injury severity rate) yaitu jumlah hari kerja yang hilang
dialikan 1.000 dibagi dengan sejumlah jam orang yang bekerja dalam perusahaan yang
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 26
bersangkutan. Selain itu keberhasialan upaya pencegahan dapat dinilai dari panjangya waktu
tidak terjadinya kecelakaan misalnya yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja (zero
accident). Namu pada sewaktu-waktu penurunan angka kecelakaan ni tidak terjadi demikian
pesat, tidak speerti penurunan pada keadaan awal program. Penyebab dari tidak pesatnya
angak kecelakaan tersebut ialah faktor manusia yang tidak dapat dikoreksi labih jauh lagi.
Alat Pelindung Diri
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin,peralatan
dan lingkungan kerja wajib diutamakan, namun kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan
masih belum spenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (alat
proteksi diri) (personal protective device) . jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir
yaitu oerlengkapan dari sgenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi
persyratan :
1. Enak (nyaman) dipakai
2. Tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan
3. Memberingan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi
Pakaian kerja harus dianggap sebagai lat perlindungan terhadap nahaya kecelkaan.
Pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlangan pendek, pas (tidak
longgar) pada dada atau pungguan, tidak ada dasi tidak ada lipatan atau kerutan yang
mungkin mendatangka bahaya. Wanita sebaiknya mengenakan celana panjang, jala atau ikat
rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik
terhadap bahan kimi korosif, tetapi justru bahaya pada lingkunan kerja dengan bahan yang
dapat meledak oleh aliran listrik statis.
Alat proteksi diri beaneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang
dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sbb :
1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi
pengaman (safety helmet) topi atau tudung kepala, tutup kepala
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 27
2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)
3. Muka : Pelindung muka (face shields)
4. Tangan dan jari: sarung tangan ( sarung tangan dengan ibujari terpisah), sarung tangan
biasa ( gloves) pelindung telapak tanga (hand pad) dan sarung tangan yang menutupi
pergelanan tangan sampai lengan (sleeve).
5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)
6. Alat pernafasan: Respirator, masker alat bantu pernafasan.
7. Telinga : Sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff)
8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja yang tahan
panasm tahan dingin, pakaian kerja lainnya
9. Lainnya : sabuk pengaman
PENUTUP
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 28
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir A, Hanafiah MJ. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC;
2008
2. Guwandi J. Rahasia kedokteran. Jakarta; 2003.
3. Guwandi J. Etika dan hukum kedokteran. Jakarta; 2000
4. Undang-undang RI No.29 th 2004 tentang praktik kedokteran. Penerbit : Indonesia
Legal Center Publishing. 2009.
5. Veronica komalawati. Hukum dan etika dalam praktek dokter. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. 2003
6. Amelyn, F.Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta : Grafika Tama Jaya. 2004
7. Husein Kerbal. Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. 2001
8. Budi S, Zulhasmar S, Tjeptjep DS. Bioetika dan hukum kedokteran. Edisi ke-II
Jakarta: Pustaka. 2007
PBL Blok 28 Occupational Medicine Page 29