puskesmas (PBL)
-
Upload
william-grandinata-soeseno -
Category
Documents
-
view
77 -
download
2
description
Transcript of puskesmas (PBL)
BAB I
Pendahuluan
Dalam suatu negara atau suatu wilayah ada banyak masalah yang akan muncul. Salah
satu masalah yang selalu akan muncul adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang terjadi
dalam suatu wilayah dapat dilihat dari ; statistic kematian (IMR,MMR), dan juga CFR(Crude
Fatality Rate) dari wilayah tersebut. Data-data ini sangat berguna bagi pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan kesehatannya, apabila angka tersebut sangat tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan tersebut cukup buruk.
Pemerintah sangat perlu dalam melihat angka statistik ini sebagai indikasi kualitas dari
pelayanan kesehatannya. Pelayanan kesehatan yang lebih diutamakan pemerintah untuk
masyarakat luas yakni PUSKESMAS karena selain terjangkau harganya juga merupakan langkah
sederhana yang dikoordinasi oleh beberapa oknum kesehatan dalam menjaga indeks statistic
tersebut agar tetap dalam keadaan normal.
PUSKESMAS merupakan suatu organisasi yang berbasiskan sistem dalam menjalankan
langkah program yang sebelumnya telah ditetapkan. Di dalam PUSKESMAS banyak pihak-
pihak yang terkait dalam melaksanakan setiap program. Pihak-pihak tersebut diantaranya yakni
Kepala Puskesmas, kader-kader kesehatan, bidan/suster, karyawan Puskesmas. Semua pihak
harus saling bekerja sama dalam menjalankan program-program yang telah ditetapkannya setiap
bulan untuk mencapai upaya kesehehatan yang maksimal.
Menurut Gordon dan Le Richt(1950), Menyatakan timbul tidaknya penyakit/masalah
kesehatan dipengaruhi oleh tiga factor Host, Agent, and Environment. Ketiganya sangat terkait
sekali. Apabila salah satunya tidak seimbang maka penyakit/masalah kesehatan akan perlahan-
lahan timbul, dan apabila tidak ditangani secara dini maka akan menjadi suatu kondisi yang sulit
atau bahkan KLB atau wabah. Sehingga rencana Pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan
mengatasi masalah kesehatan tidak jauh-jauh dari aspek Host, Agent dan Environment; Untuk
1
meningkatkan kesehatan Host, Pemerintah memfokuskan pada sarana PUSKESMAS yang
khususnya ditekankan pada aspek promotif dan preventif. Untuk Agent, Pemerintah juga
berusaha untuk meminimalkannya dengan bekerja sama dengan aspek Environment untuk
menekan pertumbuhan Agent dari beberapa vector yang berkembang karena vector yang juga
merupakan salah satu aspek dalam penyebaran penyakit sangat dipengaruhi oleh Environment.
Apabila Environment(lingkungan) buruk maka akan menghasilkan vector atau agent(Host
perantara) yang cukup banyak. Dapat dikatakan antara Environment dan juga Agent sangat
berhubungan dan merupakan perbandingan yang terbalik.
Apabila melihat pengaruh yang digagaskan oleh Gordon dan Le Richt, maka masalah
kesehatan sangat berkaitan erat dengan Host, Agent dan Environment yang tidak seimbang.
Untuk menyeimbangkan ketiga factor tersebut maka usaha pelayanan kesehatan merupakan
indikasi management yang sangat baik karena mempunyai tujuan yang cukup untuk mengenai
sasaran kesehatan.
Dalam menjalankan suatu usaha pelayanan kesehatan memerlukan sistem yang baik.
Sistem yang baik itu adalah dimana di dalam suatu sistem tersebut terdapat langkah-langkah
pendekatan system sebagai pelaksanaannya. Pendekatan system yang diterapkan antara lain :
masukan, proses, keluaran, hasil(outcome), dan dampak. Lingkungan bukan merupakan unsur
dalam system tapi secara tidak langsung lingkungan sangat mempengaruhi system tersebut.
Dengan kata lain, lingkungan jangan disepelekan. Selain muncul dalam aspek yang
mempengaruhi dalam pelayanan kesehatan menurut Gordon dan Le Richt, lingkungan juga
muncul sebagai unsur di luar sistem yang sangat mempengaruhi sistem. Jadi dapat dikatakan
dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, apabila ingin meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat perlu memiliki pendekatan sistem yang baik dalam menjalani organisasi,
khususnya dalam hal ini adalah PUSKESMAS.
Selain upaya pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh ke-3 faktor yang digagaskan
oleh Gordon dan Le Richt dan juga pendekatan sistem dalam suatu fasilitas kesehatan
(PUSKESMAS), yang diperlukan juga adalah managemen puskesmas yang baik yang dimana
sangat dipengaruhi oleh seorang Kepala PUSKESMAS. Kepala PUSKESMAS adalah seorang
dokter yang dipercayai oleh suatu Dinas Kesehatan tingkat Kecamatan untuk mengatur kegiatan-
kegiatan dan juga program-progaram dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Tugas
2
seorang dokter ini juga tidak kalah pentingnya disamping unsur-unsur di astas yang telah
disebutkan. Apabila kualitas dokter sebagai Kepala PUSKESAMAS tidak berkualitas maka akan
terlihat dari program-program yang telah ditetapkan tidak terlaksana ataupun terlaksana tapi
tidak mencapai target yang ingin dicapai. Sehingga apabila ini dibiarkan akan menjalar kearah
masalah kesehatan yang tidak tertanggulangi di wilayah tersebut yang makin lama akan terlihat
indikasinya dalam statistik kematian yakni CFR(Crude Fatality Rate), IMR(Infant Mortality
Rate) dan juga MMR(Maternal Mortality Rate).
Dalam upaya peningakatan kesehatan masyarakat perlu diperhatikan faktor-faktor
terpenting , yakni :
a) Host, Agent and Environment.(menurut Gordon dan Le Richt)
b) Fasilitas kesehatan : PUSKESMAS.
c) Managemen kesehatan(PUSKESMAS) : seorang kepala PUSKESMAS = Dokter.
Ketiganya sangatlah berpengaruh layaknya sebagai rantai yang tidak terputus dalam upaya
mencapai kesehatan masyarakat yang optimal.
3
BAB II
Upaya Pencapaian Kesehatan Masyarakat
Yang seperti telah dijelaskan dalam BAB I(Pendahuluan), bahwa dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat sangat berpengaruh dalam tiga hal ; a. Host, Agent and
Environment , b. Fasilitas Kesehatan(PUSKESMAS), c. Peranan Dokter sebagai Kepala
PUSKESMAS. Ketiganya harus saling melengkapi agar kesehatan masyarakat dapat terwujud
dan dapat dilihat dari prevalensi dan insiden penyakit dari suatu daerah turun secara perlahan-
lahan ataupun significant.
A. Lingkungan
Memang menurut Gordong dan Le Richt digagaskan tiga unsur pokok yakni Host, Agent
and Environment. Tapi di dalam suatu lingkungan terdapat aspek Agent dan Host(perilaku dan
adat). Sehingga kalsifikasinya seperti ini dengan tujuan udah untuk dimengerti.
1) Agent
Penyakit dan masalah kesehatan dapat diklasifikasilan dengan beberapa cara. Salah satu
pengklasifikasiannya berdasarkan agens penyebabnya – penyakit viral, keracunan bahan kimia,
cedera fisik, dan sebagainya. Dalam hal ini, agens penyebab bisa saja berupa agens biologis,
kimia , atau agens fisik. Agens biologis mencakup virus, ricketsia, bakteri, protozoa, jamur dan
metazoa(organism multiseluler). Agens kimia mencakup obat, pestisida, zat kimia industrial, zat
aditif makanan, polutan udara, dan asap rokok. Agens fisik yang dapat menyebabkan cedera
mencakup berbagai bentuk energy seperti panas, sinar ultraviolet, radiasi, getaran suara, dan
kecepatan atau objek jatuh. Dalam kesehatan masyarakat, penyakit biasa diklasifikasikan sebagi
penyakit akut atau kronik, atau sebagai penyakit menular(infeksius) atau tidak menular(non-
infeksius).
4
Agent sangat mempengaruhi penyakit, sehingga penyakit yang disebabkan oleh agent dapat
diklasifikasikan berdasarkan mekanismenya :
Penyakit menular
Penyakit menular(infeksius) merupakan penyakit yang agens biologis atau produknya
menjadi penyebab dan yang dapat ditularkan dari satu-satu individu ke individu lain. Istilah
infektivitas mengacu pada kemampuan agens biologis untuk menetap dan bertumbuh di dalam
pejamu, istilah patogenitas mengacu pada kemampuan agens penyakit infeksius untuk
menimbulkan suatu penyakit. Dalam kondisi tertentu , agens biologis patogenik dapat ditularkan
dari individu yang terinfeksi dalam masyarakat kepada individu sehat yang rentan. Penyakit
tidak menular tidak dapat ditularkan seperti itu.
Unsur-unsur di dalam model penyakit menular sederhana adalah agens, pejamu, dan
lingkungan. Ketiga faktor tersebut tampaknya membentuk persyaratan minimal untuk kejadian
dan penyebaran penyakit menular dalam populasi. Dalam, model ini, agens merupakan unsur
yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Contoh, virus influenza haarus ada dalam diri
seseorang agar orang itu menderita sakit influenza. Pejamu adalah organism rentan
apapun(organism bersel tunggal, tumbuhan, binatang, dan manusia) yang disusupi oleh agens
yang infeksius. Lingkungan mencakup semua factor lain (fisik, biologis atau social) yang
mengahalangi atau memicu penularan penyakit. Penularan suatu penyakit menular terjadi jika
seorang pejamu rentan dan suatu agens patogenik berada dalam suatu lingkungan yang kondusif
untuk penularan penyakit. Dalam menginfeksi suatu pejamu, agens mempunyai suatu mata rantai
yang terbentuk , yakni : Patogen – Reservoir – portal of exit – penularan – portal of entry –
menetapnya penyakit dalam pejamu baru.
Cara penularannya dibagi menjadi dua bagian yakni penularan secara langsung dan tidak
langsung. Penularan secara langsung menyiratkan adanya perpindahan langsung agens penyakit
antar individu yang terinfeksi dan individu yang rentan melalui kontak langsung, misalnya
sentuhan, gigitan, ciuman, senggama, atau karena pancaran langsung(penyemburan) droplet ke
dalam konjunctiva atau ke atas membrane mukosa mata, hidung, atau mulut selain bersin, batuk,
meludah, bernyanyi, atau berbicara(biasanya terbatas pada jarak sekitar satu meter atau kurang).
5
Contoh penyakit dengan cara penularan biasanya secara langsung antara lain AIDS, sifilis,
gonorrhea, rabies, dan selesma.
Penularan tidak langsung dapat berupa salah satu dari tiga jenis berikut : bawaan
udara(airborne), bawaan media(vehicleborne), atau bawaan vector(vektorborne). Penularan
bawaan udara adalah penyebaran aerosol microbial ke port of entry yang sesuai, biasanya
saluran pernafasan. Aerosol microbial merupakan kumpulan debu atau droplet sangat kecil yang
sebagian atau keseluruhannya terdiri dari mikroorganisme. Partikel-partikel tersebut dapat terus
berada dalam bentuknya yang tersuspensi(campuran) dan tetap infektif untuk jangka waktu yang
lama. Tuberkulosis, influenza, histoplasmosis, dan legionellosis merupakan suatu contoh
penyakit bawaan udara.
Pada penularan bawaan media, materi dan objek yang terkontaminasi berperan sebagai
media(objek tidak hidup yang menjadi sumber perpindahan agens menular ke pejamu rentan).
Agents tersebut dapat atau mungkin juga tidak menggandakan diri atau berkembang pada media
itu. Contohnya : mainan, saputangan, baju kotor dan lain sebagainya.
Penularan bawaan vector adalah perpindahan penyakit melalui organism hidup seperti
nyamuk, lalat, atau kutu. Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut
yang terkontaminasi atau kaki dari vector, atau secara biologis, yang melibatkan perubahan
multiplikasi atau perkembangan agens vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan
mekanis, penggandaan dan perkembangan organism penyakit biasanya tidak terjadi, Contoh :
organism penyebab disentri, polio, kolera dan lain sebagainya.
Penularan biologis, perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit
berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi. Penularan biologis jauh lebih penting
daripada penularan mekanis jika dikaitkan dengan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Contohnya : vector biologis antara lain nyamuk pinjal, kutu, tungau dan lainsebagainya.
6
Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker, sekarang
menduduki peringkat yang tinggi di antara penyebab utama kematian yang lain di tingkat
nasional. Walau tidak menular, kejadian penyakit tersebut cukup besar(epidemi). Lagipula, sifat
kronis dari sebagian besar penyakit tersebut dapat menghabiskan sumber daya masyarakat secara
cepat.
Etiologi(penyebab) kompleks dari banyak penyakit tidak menular , misalnya penyakit
jantung koroner, terilustrasi dengan baik dalam model penyakit berpenyebab ganda. Dalam
model ini, manusia pejamu digambarkan di tengah-tengah lingkungan tempat itnggalnya. Dalam
tubuh pejamu, terdapat perkembangan genetik unik yang tidak dapat diubah. Keberadaan
pejamu di lingkungan membentuk besaran factor yang dapat berkontribusi dalam proses
penyakit. Faktor-faktor lingkungan ini dapat berupa factor fisik, kimia, biologis, atau factor
social.
Faktor-faktor fisik mencakup ketinggian, iklim, dan letak geografis fisik tempat tinggal
seseorang. Risiko utama kesehatan di daerah tropis(penyakit menular dan penyakit parasit)
berbeda dengan resiko utama di daerah yang memilki musim salju yang dingin(kesulitan dalam
mencari makan dan bertahan tetap hangat). Faktor kimia mencakup bukan saja bahaya kimia dari
air dan udara yang tercemar tetapi juga polutan lain yang ditambahkan oleh masyarakat industri
modern kita. Bahaya biologis mencakup agens penyakit menular seperti virus, bakteri dan jamur
patogenik. Faktor-faktor social mencakup pilihan pekerjaan seseorang, aktivitas rekresional, dan
pengaturan kehidupan. Pilihan yang buruk dalam kehidupan dapat meningkatkan factor risiko
seseorang , yang dapat mengganggu kesehatan.
Agent DHF(Dengue Hemoragik Fever)
Apabila disesuaikan dengan kasus DHF(Dengue Hemoragik Fever), agent dari penyakit
ini adalah virus dengue yang termasuk dalam klasifikasi Arthropod borne virus(Arbavirus) dan
genus Flavivirus family(Flaviviridae).Virus ini juga memiliki 4 serotype : DEN-1.DEN-2,DEN-
3, dan DEN-4. Virus ini tidak berpindah ke host satu ke host yang lain secara langsung tapi
dengan menggunakan vector. Vektor dari agent ini adalah seekor nyamuk Aedes aegypty.
Penularan ini disebut juga penularan mekanik. Agent virus tersebut tidak akan pernah
7
menyebabkan penyakit apabila vektornya tidak ada atau menurun sehingga dengan kata lain
yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan vektornya dari pada agentnya. Apabila
jumlah vector dikendalikan dengan baik maka akan berpengaruh juga kepada agent virusnya
karena tidak memiliki tempat untuk dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan menjadi
infektif yang biasa disebut sebagai sikliko-propagatif. Prilaku vector dari Aedes aegypti adalah :
Aktif menghisap darah pada siang hari. Nyamuk dewasa hidup kurang lebih 10 hari.
Tempat perindukan yaitu tempat-tempat yang mengandung air jernih yang tidak
berhubungan dengan tanah, terlindung dari cahaya matahari dan dekat dengan manusia.
Masa terpendek pertumbuhan dari telur sampai dengan nyamuk dewasa kurang lebih 10
hari.
Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai perilaku mencari darah, beristirahat dan
berkembang biak. Di saat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan banyak darah untuk
bertelur. Sehingga nyamuk betina akan menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali,
selama pagi sampai sore hari pada waktu-waktu tertentu untuk mendapatkan banyak
darah.
Nyamuk betina yang biasanya mencapai umur 1 bulan ini dan mempunyai jarak terbang
100 meter sering menggigit lebih dari satu orang. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap
di pakaian yang bergantung di kamar dan menggigit atau menghisap darah pada siang hari.
Sekali lagi yang dapat dilakukan untuk menurunkan insidensi dari penyakit DHF ini
adalah bukan dengan membunuh agent virusnya tapi dengan memberantas setiap vectornya. Di
daerah perkotaan, umumnya vector akan berkembang menjadi banyak dan meningkat menjelang
awal musim kemarau karena terdapat keadaan tenang yang dimana air tidak mengalir dan
menjadikan factor predisposisi dari penyakit ini.
Terdapat cara-cara untuk memberantas vector dari DBD, yakni :
8
a) Menggunakan insektisida
Malathion fogging
Membunuh nyamuk dewasa, minimal dilakukan 2x dengan selang waktu 1 minggu,
kemudian diikuti dengan abatisasi. Fogging ada 2 cara :
1. Fogging focus
- Dilakukan kalau menemukan kasus DBD di rumah-rumah setiap 100 meter
dengan selang interval seminggu.
2. Fogging missal
- Fogging yang dilakukan di daerah endemis.Khususnya di daerah endemis
merah di dalam suatu wilayah dan dalam kurun waktu 2 minggu didapati
1 orang mati atau 2 kasus DBD.
Abate(Temefos) larvasida.
Membunuh jentik (larva nyamuk) dengan menaburkan serbuk abate di tempat-
tempat penampungan air yang sukar dibersihkan atau disikat, dilakukan setiap 3
bulan.
b) Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M : Menguras, Menutup dan
Mengubur(minimal dilakukan dengan interval 1 minggu sekali).
Harus dilakukan dengan syarat “Total Coverage” yaitu seluruh rumah harus
melakukan tindakan PSN ini, tidak ada yang terkecuali.
Sebagai indicator apakah penyakit ini termasuk perlu penanganan yang khusus atau tidak
dilihat dari ABS(Angka Bebas Jentik). Angka bebas jentik sangat penting dalam proses
penggulangan dari penyakit DHF.
Neoplasma
9
Neoplasma maligna terjadi jika sel-sel lepas control terhadap pertumbuhan dan
pembelahannya. Sel normal terhalang untuk terus bertumbuh dan membelah karena kontaknya
dengan sel tetangga. Sel-sel maligna (ganas) tidak begitu terhalangi ; sel it uterus tumbuh dan
membelah, sampai akhirnya bertumpuk dalam “ pertumbuhan baru”, disebut neoplasma atau
tumor. Selama pertumbuhan tumor berlanjut, bagian-bagian dari neoplasma dapat terlepas dan
terbawa ke bagian yang jauh pada tubuh, tempatnya kemudian tersangkut dan berlanjut tumbuh.
Jika kondisi ini terjadi , kanker tersebut dikatakan bermetastasis. Jika neoplasma ganas telah
menyebar ke bagian yang jauh pada tubuh dan membentuk tumor yang baru, kanker tersebut
dikatakan telah invasive(menyebar). Semakin menyebar keganasan tersebut, semakin susah
kanker itu untuk ditangani dan semakin menurunkan angka kasus yang dapat bertahan(survival).
2) Host
Yang bersangkutan mengenai host adalah prilaku dan adat yang mempengaruhinya.Untuk
adat sangat dipengaruhi dengan wilayah atau daerah setempat. Untuk prilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh latar belakang dari suatu keluarga sehingga membentuk suatu gaya hidup dari
individu tersebut. Sehingga diperlukan adanya suatu upaya untuk mengubah cara pandang
masyarakat terlebih dahulu terhadap arti kesehatan.
Sebelum mengembangkan dan menerapkan program untuk beragam populasi, pendidik
kesehatan pertama kali harus memahami sistem kepercayaan mereka sendiri sehubungan
persoalan kebergaman ( mis. Ras, etnis, agama, gender, orientasi seksual, usia dan kemampuan).
Langkah pertama dalam proses ini melibatkan upaya untuk lebih mengenal bias atau prasangka
personal. Pendidik kesehatan perlu mengenali bias personal mereka sehingga mereka tidak
mengacaukan layanan dan pendidikan yang diberikan dalam lingkungan lintas-budaya( mis.
Pengalaman dengan orang berbeda dengan diri kita). Manusia memiliki pengalaman yang
berlainan dan mereka dengan sendirinya akan membawa bias ke dalam interaksi dengan orang
lain yang berbeda dengan dirinya. Pengalaman social dan interaksi politik sebelumnya, sekaligus
kemampuan berkomunikasi dan penyelesaian masalah akan mempengaruhi interaksi dengan
orang lain dan dapat mengarah pada munculnya pandangan orang stereotip atau kesalahpahaman.
Dengan memahami bias personal, pendidik kesehatan akan memiliki suatu pemahaman yang
lebih jelas tentang keterbatasan mereka dalam berkomunikasi dengan populasi sasaran.
10
Bersamaan dengan evaluasi yang seksama terhadap bias personal , mau mendengarkan,
melihat, membaca, dan berpartisipasi merupakan hal yang penting untuk menjadi professional
yang kompeten secara budaya. Pendidik kesehatan dapat mempelajari banyak hal tentang budaya
lain ketika mereka membenamkan diri mereka sendiri dalam budaya tersebut.
Membangun hubungan dengan penduduk yang berasal dari kebudayaan lain mungkin
merupakan cara yang paling bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan lain. Hubungan itu
memungkinkan dilakukannya diskusi bebas dan membuka kesempatan untuk mendengar dan
belajar dari sudut pandang yang lain.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membantu masyarakat supaya mencapai
pemahaman yang benar dalam kesehatan, yakni :
Pengalihan pengetahuan personal ke lingkungan profesionalisme.
Pembentukkan lingkungan inklusif
Penggunaan bahasi inklusif
Pemahaman budaya populasi sasaran
Penyusunan budaya populasi sasaran
Penyusunan panduan diskusi
Pengembangan ketrampilan fasilitasi
Pemilihan materi dengan bijak
Pembedaan teknik pengajaran dan gaya belajar
B. Pelayanan Kesehatan(PUSKESMAS)
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di dalam masyarakat luas(khususnya
agar lebih terjangkau), pemerintah sangat ingin memaksimalkan peranan dari PUSKESMAS. Di
dalam organisasi pelayanan masyarakat(PUSKESMAS) sangat identik dengan program, Kepala
puskesmas, evaluasi
Apabila membicarakan tentang PUSKESMAS, maka di dalam manajemen
PUSKESMAS, terdapat 3 fungsi , yakni :
11
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan dan pengendalian
c) Pengawasan dan pertanggungjawaban
Selain perencanaan yang baik dan bagus, tapi pelaksanaan dan pengendalian perlu
ditindak lanjuti dengan baik dan tepat agar tidak terjadi masalah diantara perencanaan dan
pengendalian, misalnya perencanaan sudah matang dan berpotensi tinggi untuk mencapai tujuan
yang maksimal, tapi apabila dilaksanakan dengan tidak teratur dan ditambah dengan pengawasan
yang minimal maka target yang akan dicapai pun akan jauh dari sempurna atau jauh dari apa
yang diharapkan.
Pemantauan dan juga pelaksanaan merupakan suatu kesatuan yang juga merupakan
langkah kedua setelah perencanaan di dalam manajeman PUSKESMAS. Pemantauan yang
dilakukan di PUSKESMAS, merupakan suatu bagian dari pelaksanaan dan pengendalian.
Pemantauan yang dilakukan oleh PUSKESMAS ada 2 hal , yakni : Pemantauan(telaahan)
internal dan juga pemantauan(telaahan) ekternal.
Dalam hal ini, pemantauan(telaahan) internal lebih diutamakan dari pada yang ekternal.
Maksudnya bukan berarti pemanttauan internal lebih penting dari pada pemantauan ekternal, tapi
pemantauan internal merupakan suatu step yang perlu konsentrasi lebih untuk membantu
PUSKESMAS dalam mencapai tujuannya.
Pemantauan internal adalah Pemantauan bulanan terhadap penyelengaraaan kegiatan dan
hasil kegiatan PUSKESMAS dibandingkan dengan rencana dan pedoman standard pelayanan
PUSKESMAS. Data yang digunakan berasal dari Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas(SIMPUS). SIMPUS ini merupakan tolak ukur yang penting dalam melihat program
yang direncanakan PUSKESMAS secara bulanan. Data dari Sistem Manajemen Puskesmas
(SIMPUS), terdiri dari :
1. SP2TP(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) yang terdiri dari :
o Catatan : kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register.
o Laporan : bulanan, tahunan dan laporan KLB.
2. Survey lapangan
3. Laporan Lintas Sektoral
12
4. Laporan Sarana Kesehatan Swasta
*bagian dari SIMPUS yang rentan mengalami kesalahan adalah SP2TP, karena apabila tidak
dilakukan dengan benar dan menimbulkan masalah maka data-data yang didapat menjadi tidak
valid dan akhirnya dapat menyimpulkan data yang salah dari fakta yang benar.(hipotesis H0
alfa).
Peranan PUSKESMAS terhadap DHF
Sebelum menjelaskan tentang bagian-bagian dari SIMPUS, terlebih dahulu akan
dijelaskan mengenai peranan PUSKESMAS mengenai DHF. Hakikatnya dalam menemukan
insiden DHF dalam suatu wilayah dapat dilakukan dengan 2 cara , yakni :
1. Active case finding
Dalam tekni active case finding, diggerakkan dari tenaga-tenaga/ kader-kader kesehatan
masyarakat untuk terjun langsung untuk mengamati setiap keadaan kesehatan di setiap
rumah. Apabila ditemukan seseorang dalam rumah itu yang memilki gejala yang hamper
mirip dengan DHF , langsung di bawa untuk di lakukan test laboratorium untuk
memastikan apakah orang tersebut terkena DHF atau tidak. Biasannya teknik ini
dilakukan di daerah non-endemik.
2. Passive case finding.
Dalam teknik ini sangat berbeda dengan cara active case finding. Teknik ini terlihat
seperti menunggu orang yang kemungkinan terjangkit penyakti DHF untuk berobat
DHF. Sehingga suspect benar-benar ditentukan di dalam PUSKESMAS itu sendiri tanpa
dilakukannya pengamtan secara berkala ke rumah-rumah wraga di wilayah setempat.
1.SP2TP
13
SP2TP merupakan bagian dari pencatatan dan pelaporan dari PUSSKESMAS selain
Laporan kegitan PUSKESMAS yang ke propinsi merupakan kebutuhan propinsi(termasuk juga
dalam pencatatan dan pelaporan PUSKESMAS).
SP2TP yang merupakan salah satu program pencatatan dan pelaporan PUSKESMAS
terdiri dari :
1. Laporan tahunan, meliputi :
a. Data penduduk
b. Data pegawai
c. Data fasilitas kesehatan
d. Data sarana kesehatan yang erdiri dari alat medis dan alat non medis.
2. Laporan semester, S1(data sekolah) dan S2(jumlah murid sekolah).
3. Laporan bulanan
Lb 1 = data kesakitan, mengandung :
Laporan jumlah kasus baru
Laporan kunjungan kasus
Lb 2 = data kematian, mengandung :
Identitas
Riwayat penyakit
Sebab kematian
Tanggal dan jam kematian
Cara pemakaman
Nama pemeriksa
Nama penanggung jawab
Lb 3 = data kegiatan program gizi merupakan laporan kegiatan program terpadu di
POSYANDU F1 POSYANDU yang dilaporkan PUSKESMAS kelurahan menjadi
F2 gizi kelurahan, kemudian dilaporkan menjadi F3 gizi PUSKESMAS kecamatan.
Lb 4 = data kegiatan program lainnya, terdiri dari :
Kegiatan PUSKESMAS
Laporan pelayanan kesehatan jiwa terpadu.
14
4. Laporan mingguan = W1, laporan penyakit-penyakit menular dan dapat menimbulkan
KLB yang harus dilaporkan mempunyai sifat segera maksimal 7 hari ke jenjang yang
lebih tinggi agar segera dilaksanakan penanggulangannya.
5. Lapporan harian = W2, laporan penyakit-penyakit menular yang mempunyai potensi
menjadi wabah atau KLB dan harus dilaporkan segera dalam waktu 24 jam ke jenjang
yang lebih tinggi.
Berikut ini adalah alur pelaporan PUSKESMAS :
POSYANDU (F1 POSYANDU) PUSKESMAS kelurahan (REKAP SP2TP
PUSKESMAS kelurahan) PUSKESMAS KECAMATAN(REKAP SP2TP PUSKESMAS
kecamatan)Suku Dinas Kesehatan KOTA(REKAP SP2TP KOTA)Dinas Kesehatan
PROPINSI (REKAP SP2TP PROPINSI) DEPARTEMEN KESEHATAN.
2. Pencegahan
Dalam fasilitas kesehatan khususnya PUSKESMAS, memiliki tujuan kesehatan untuk
masyarakat luar yang memiliki dasar promotif dan preventif. Menurut The 5 level of Prevention
terdiri dari :
Health promotion(upaya promosi kesehatan)
Specific protection(upaya proteksi kesehatan)
Early diagnosis and prompt treatment(upaya diagnosis dini dan tindakan segera)
Disability limitation(upaya pemberantasan akibat buruk)
Rehabilitation(upaya pemulihan kesehatan)
Hampir mengarah terhadap The 5 level of Prevention, Dalam upaya pencegahan juga
terdapat tingkatannya, yakni : primordial, primer, sekunder dan tersier.
15
a) Pencegahan primordial
o Tujuan : untuk menghindari kemunculan adanya factor resiko
o Memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang tidak melakukan hal-hal
yang beresiko timbulnya penyakit tertentu.
o Contohnya : melarang menebang pohon banjir kejadian diare.
b) Pencegahan primer
o Sasaran : factor penyebab, lingkungan dan pejamu.
o Penyebab : menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi,
sterilisasi, penyemprotan insektisida) memutuskan rantai penularan.
o Lingkungan : perbaikan lingkungan fisik air bersih, sanitasi, lingkungan, dan
perumahan.
o Pejamu : perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian imunisasi.
c) Pencegahan sekunder
o Sasaran : penderita / dianggap menderita dan terancam menderita.
o Tujuan : diagnosis dini dan pengobatan yang tepat(mencegah meluasnya
penyakit/timbulnya wabah dan proses suatu penyakit lebih lanjut/ akibbat samping dan
komplikasi)
o Usaha : Pencarian penderita, pemeriksaan CPN, pemberian
chemopropilaksis(prepatogenesis/ pathogenesis penyakit tertentu).
d) Pencegahan tersier
o Sasaran : penderita penyakit tertentu.
o Tujuan : mencegah jangan sampai mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit
juga kematian dan rehabilitasi(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/psikologis
dan social).
16
3. Pembiayaan
Dalam menjalani dan melaksanakan suatu sistem kesehatan yang terangkum dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, pembiayaan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya agar
program yang telah direncanakan tetap terlaksana. Dalam hal ini, PUSKESMAS sebagai bentuk
pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan dana(biaya) agar setiap programnya dapat berjalan
dengan baik guna masyarakat luas.
Pembiayaan PUSKESMAS dapat didapat dari berbagai aspek, yakni :
i. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Disamping itu ada dana dari Pemerintah Propinsi
dan Pemerintah Pusat terutama untuk membiayai Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya
Kesehatan Perorangan bagi penduduk miskin.
Dana yang disediakan oleh Pemerintah dibedakan atas dua macam, yaitu :
Dana anggaran pembangunan
*mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan dan pengadaan obat.
Dana anggaran rutin
*mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis
pakai dan biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
Daftar Usulan Kegiatan ke Pemerintah Kabupaten/Kota dan dibahas bersama DPRD
Kabupaten/Kota. PUSKESMAS mengajukan kebutuhan untuk kedua Anggaran tersebut melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang sudah disetujui diturunkan secara bertahap ke PUSKESMAS melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengadaan obat, peralatan dan Pembangunan gedung dikelola oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten.
17
ii. Pendapatan PUSKESMAS
Masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang
dimanfaatkan, yang besarnya ditentukan oleh Peraturan Daerah masing-masing, disebut
retribusi. Kebijakan pemanfaatan dana retribusi :
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
b. Sebagian dimanfaatkan langsung oleh PUSKESMAS, lazimnya berkisar antara 25% -
50% dan digunakan untuk mebiayai kegiatan operasional PUSKESMAS dan secara
berkala dipertanggungjawabkan oleh PUSKESMAS ke Pemerintah Kabupaten/ Kota
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh PUSKESMAS. PUSKESMAS seperti ini
disebut PUSKESMAS Swakelola. Pemerintah tetap berkewajiban membiayai upaya
kesehatan masyarakat.
iii. Sumber lain
Puskesmas menerima dana dari beberapa sumber lain, seperti :
a. PT. Askes, sebagai imbal jasa pelayanan
b. PT. Jamsostek sebagai imbal jasa pelayanan
c. JPS, untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan dana secara
langsung ke PUSKESMAS dan Pengelolaan dana mengacu pada pedoman yang
ditetapkan.
C. Peranan dokter.
Peranan dokter dalam PUSKESMAS masuk dalam beberapa kategori. Selain otomatis
menjadi Kepala PUSKESMAS yang berazaskan manager-ing, dokter juga tetap menjalankan
tugasnya sebagai tenaga profesionalisme yakni mendiagnosis dan rehabilitatif. Tapi memang
syarat yang paling sempurna untuk menjadi dokter PUSKESMAS harus ditambah dengan
promotif dan preventif skill.
18
Bukan hanya standard PUSKESMAS tapi dunia sangat menginginkan bahwa dokter-
dokter memiliki keahlian “Dokter Bintang Lima” (“Five Star Dokter”). Syarat “Dokter Bintang
Lima” , adalah :
Care provider
Decision maker
Communicator
Community leader
Manager
Lima bagian tersebut sangat diharapakan bagi seorang dokter untuk menjadi dokter
PUSKESMAS, tapi tidak hanya jadi seorang dokter PUSKESMAS saja memerlukan criteria
tersebut, tapi untuk menjadi seorang dokter yang berkualitas memerlukannya juga.
Di dalam PUSKESMAS selain menjadi tenaga medis peranan dokter yang diperlukan
adalah menjadi sosok seorang pemimpin yang mampu memipin staf-staf yang ada dibawahnya
untuk dapat melakukan bersama-sama/ bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang
berlandaskan kesehatan.
19
BAB III
Kesimpulan
Apabila tedapat masalah kesehatan dalam suatu wilayah/daerah hendaknya ditelaah
dengan baik dan benar dan juga teliti dalam setiap aspeknya. Perlu juga diadakan suatu survey
untuk melihat dan mengkaji ulang pendapat dari orang-orang agar terlihat fakta yang terjadi
apakah sesuai dengan cara pikir yang dipikirkan.
Dalam kasus ini yang dimana dikatakan prevalensi DHF (Dengue Haemoragik Fever)
tinggi di dalam suatu wilayah tersebut dapat dikatakan terjadi suatu masalah. Masalah adalah
suatu kondisi yang dimana fakta yang terjadi tidak sesuai dengan harapan/ekspektasi yang
diinginkan. Masalah yang terjadi ini dikhususkan dalam masalah kesehatan.Apabila terjadi
masalah kesehatan harus dilihat dari tiga factor yang mempengaruhi,yakni :
a. Lingkungan ,Host, Agent (Gordon and Le Richt)
b. Pelayanan kesehatan (system, fasilitas)
c. Peranan dokter yang ada di dalamnya.
Jadi, apabila ditarik kesimpulan dari munculnya masalah kesehatan dalam suatu wilayah,
perlu memperhatikan ketiga faktor diatas karena ketiga faktor di atas sangat erat kaitannya.
Apabila salah satunya tidak dikendalikan dengan baik, maka akan mempengaruhi factor yang
lainnya yang dimana akhir-akhirnya akan timbul suatu masalah kesehatan.
20