puskesmas (PBL)

30
BAB I Pendahuluan Dalam suatu negara atau suatu wilayah ada banyak masalah yang akan muncul. Salah satu masalah yang selalu akan muncul adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang terjadi dalam suatu wilayah dapat dilihat dari ; statistic kematian (IMR,MMR), dan juga CFR(Crude Fatality Rate) dari wilayah tersebut. Data- data ini sangat berguna bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatannya, apabila angka tersebut sangat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan tersebut cukup buruk. Pemerintah sangat perlu dalam melihat angka statistik ini sebagai indikasi kualitas dari pelayanan kesehatannya. Pelayanan kesehatan yang lebih diutamakan pemerintah untuk masyarakat luas yakni PUSKESMAS karena selain terjangkau harganya juga merupakan langkah sederhana yang dikoordinasi oleh beberapa oknum kesehatan dalam menjaga indeks statistic tersebut agar tetap dalam keadaan normal. PUSKESMAS merupakan suatu organisasi yang berbasiskan sistem dalam menjalankan langkah program yang sebelumnya telah ditetapkan. Di dalam PUSKESMAS banyak pihak-pihak yang terkait dalam melaksanakan setiap program. Pihak-pihak tersebut 1

description

mengetahui tentang ilmu kesehatan masyarakat

Transcript of puskesmas (PBL)

Page 1: puskesmas (PBL)

BAB I

Pendahuluan

Dalam suatu negara atau suatu wilayah ada banyak masalah yang akan muncul. Salah

satu masalah yang selalu akan muncul adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang terjadi

dalam suatu wilayah dapat dilihat dari ; statistic kematian (IMR,MMR), dan juga CFR(Crude

Fatality Rate) dari wilayah tersebut. Data-data ini sangat berguna bagi pemerintah untuk

meningkatkan pelayanan kesehatannya, apabila angka tersebut sangat tinggi maka dapat

disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan tersebut cukup buruk.

Pemerintah sangat perlu dalam melihat angka statistik ini sebagai indikasi kualitas dari

pelayanan kesehatannya. Pelayanan kesehatan yang lebih diutamakan pemerintah untuk

masyarakat luas yakni PUSKESMAS karena selain terjangkau harganya juga merupakan langkah

sederhana yang dikoordinasi oleh beberapa oknum kesehatan dalam menjaga indeks statistic

tersebut agar tetap dalam keadaan normal.

PUSKESMAS merupakan suatu organisasi yang berbasiskan sistem dalam menjalankan

langkah program yang sebelumnya telah ditetapkan. Di dalam PUSKESMAS banyak pihak-

pihak yang terkait dalam melaksanakan setiap program. Pihak-pihak tersebut diantaranya yakni

Kepala Puskesmas, kader-kader kesehatan, bidan/suster, karyawan Puskesmas. Semua pihak

harus saling bekerja sama dalam menjalankan program-program yang telah ditetapkannya setiap

bulan untuk mencapai upaya kesehehatan yang maksimal.

Menurut Gordon dan Le Richt(1950), Menyatakan timbul tidaknya penyakit/masalah

kesehatan dipengaruhi oleh tiga factor Host, Agent, and Environment. Ketiganya sangat terkait

sekali. Apabila salah satunya tidak seimbang maka penyakit/masalah kesehatan akan perlahan-

lahan timbul, dan apabila tidak ditangani secara dini maka akan menjadi suatu kondisi yang sulit

atau bahkan KLB atau wabah. Sehingga rencana Pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan

mengatasi masalah kesehatan tidak jauh-jauh dari aspek Host, Agent dan Environment; Untuk

1

Page 2: puskesmas (PBL)

meningkatkan kesehatan Host, Pemerintah memfokuskan pada sarana PUSKESMAS yang

khususnya ditekankan pada aspek promotif dan preventif. Untuk Agent, Pemerintah juga

berusaha untuk meminimalkannya dengan bekerja sama dengan aspek Environment untuk

menekan pertumbuhan Agent dari beberapa vector yang berkembang karena vector yang juga

merupakan salah satu aspek dalam penyebaran penyakit sangat dipengaruhi oleh Environment.

Apabila Environment(lingkungan) buruk maka akan menghasilkan vector atau agent(Host

perantara) yang cukup banyak. Dapat dikatakan antara Environment dan juga Agent sangat

berhubungan dan merupakan perbandingan yang terbalik.

Apabila melihat pengaruh yang digagaskan oleh Gordon dan Le Richt, maka masalah

kesehatan sangat berkaitan erat dengan Host, Agent dan Environment yang tidak seimbang.

Untuk menyeimbangkan ketiga factor tersebut maka usaha pelayanan kesehatan merupakan

indikasi management yang sangat baik karena mempunyai tujuan yang cukup untuk mengenai

sasaran kesehatan.

Dalam menjalankan suatu usaha pelayanan kesehatan memerlukan sistem yang baik.

Sistem yang baik itu adalah dimana di dalam suatu sistem tersebut terdapat langkah-langkah

pendekatan system sebagai pelaksanaannya. Pendekatan system yang diterapkan antara lain :

masukan, proses, keluaran, hasil(outcome), dan dampak. Lingkungan bukan merupakan unsur

dalam system tapi secara tidak langsung lingkungan sangat mempengaruhi system tersebut.

Dengan kata lain, lingkungan jangan disepelekan. Selain muncul dalam aspek yang

mempengaruhi dalam pelayanan kesehatan menurut Gordon dan Le Richt, lingkungan juga

muncul sebagai unsur di luar sistem yang sangat mempengaruhi sistem. Jadi dapat dikatakan

dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, apabila ingin meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat perlu memiliki pendekatan sistem yang baik dalam menjalani organisasi,

khususnya dalam hal ini adalah PUSKESMAS.

Selain upaya pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh ke-3 faktor yang digagaskan

oleh Gordon dan Le Richt dan juga pendekatan sistem dalam suatu fasilitas kesehatan

(PUSKESMAS), yang diperlukan juga adalah managemen puskesmas yang baik yang dimana

sangat dipengaruhi oleh seorang Kepala PUSKESMAS. Kepala PUSKESMAS adalah seorang

dokter yang dipercayai oleh suatu Dinas Kesehatan tingkat Kecamatan untuk mengatur kegiatan-

kegiatan dan juga program-progaram dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Tugas

2

Page 3: puskesmas (PBL)

seorang dokter ini juga tidak kalah pentingnya disamping unsur-unsur di astas yang telah

disebutkan. Apabila kualitas dokter sebagai Kepala PUSKESAMAS tidak berkualitas maka akan

terlihat dari program-program yang telah ditetapkan tidak terlaksana ataupun terlaksana tapi

tidak mencapai target yang ingin dicapai. Sehingga apabila ini dibiarkan akan menjalar kearah

masalah kesehatan yang tidak tertanggulangi di wilayah tersebut yang makin lama akan terlihat

indikasinya dalam statistik kematian yakni CFR(Crude Fatality Rate), IMR(Infant Mortality

Rate) dan juga MMR(Maternal Mortality Rate).

Dalam upaya peningakatan kesehatan masyarakat perlu diperhatikan faktor-faktor

terpenting , yakni :

a) Host, Agent and Environment.(menurut Gordon dan Le Richt)

b) Fasilitas kesehatan : PUSKESMAS.

c) Managemen kesehatan(PUSKESMAS) : seorang kepala PUSKESMAS = Dokter.

Ketiganya sangatlah berpengaruh layaknya sebagai rantai yang tidak terputus dalam upaya

mencapai kesehatan masyarakat yang optimal.

3

Page 4: puskesmas (PBL)

BAB II

Upaya Pencapaian Kesehatan Masyarakat

Yang seperti telah dijelaskan dalam BAB I(Pendahuluan), bahwa dalam upaya

peningkatan kesehatan masyarakat sangat berpengaruh dalam tiga hal ; a. Host, Agent and

Environment , b. Fasilitas Kesehatan(PUSKESMAS), c. Peranan Dokter sebagai Kepala

PUSKESMAS. Ketiganya harus saling melengkapi agar kesehatan masyarakat dapat terwujud

dan dapat dilihat dari prevalensi dan insiden penyakit dari suatu daerah turun secara perlahan-

lahan ataupun significant.

A. Lingkungan

Memang menurut Gordong dan Le Richt digagaskan tiga unsur pokok yakni Host, Agent

and Environment. Tapi di dalam suatu lingkungan terdapat aspek Agent dan Host(perilaku dan

adat). Sehingga kalsifikasinya seperti ini dengan tujuan udah untuk dimengerti.

1) Agent

Penyakit dan masalah kesehatan dapat diklasifikasilan dengan beberapa cara. Salah satu

pengklasifikasiannya berdasarkan agens penyebabnya – penyakit viral, keracunan bahan kimia,

cedera fisik, dan sebagainya. Dalam hal ini, agens penyebab bisa saja berupa agens biologis,

kimia , atau agens fisik. Agens biologis mencakup virus, ricketsia, bakteri, protozoa, jamur dan

metazoa(organism multiseluler). Agens kimia mencakup obat, pestisida, zat kimia industrial, zat

aditif makanan, polutan udara, dan asap rokok. Agens fisik yang dapat menyebabkan cedera

mencakup berbagai bentuk energy seperti panas, sinar ultraviolet, radiasi, getaran suara, dan

kecepatan atau objek jatuh. Dalam kesehatan masyarakat, penyakit biasa diklasifikasikan sebagi

penyakit akut atau kronik, atau sebagai penyakit menular(infeksius) atau tidak menular(non-

infeksius).

4

Page 5: puskesmas (PBL)

Agent sangat mempengaruhi penyakit, sehingga penyakit yang disebabkan oleh agent dapat

diklasifikasikan berdasarkan mekanismenya :

Penyakit menular

Penyakit menular(infeksius) merupakan penyakit yang agens biologis atau produknya

menjadi penyebab dan yang dapat ditularkan dari satu-satu individu ke individu lain. Istilah

infektivitas mengacu pada kemampuan agens biologis untuk menetap dan bertumbuh di dalam

pejamu, istilah patogenitas mengacu pada kemampuan agens penyakit infeksius untuk

menimbulkan suatu penyakit. Dalam kondisi tertentu , agens biologis patogenik dapat ditularkan

dari individu yang terinfeksi dalam masyarakat kepada individu sehat yang rentan. Penyakit

tidak menular tidak dapat ditularkan seperti itu.

Unsur-unsur di dalam model penyakit menular sederhana adalah agens, pejamu, dan

lingkungan. Ketiga faktor tersebut tampaknya membentuk persyaratan minimal untuk kejadian

dan penyebaran penyakit menular dalam populasi. Dalam, model ini, agens merupakan unsur

yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Contoh, virus influenza haarus ada dalam diri

seseorang agar orang itu menderita sakit influenza. Pejamu adalah organism rentan

apapun(organism bersel tunggal, tumbuhan, binatang, dan manusia) yang disusupi oleh agens

yang infeksius. Lingkungan mencakup semua factor lain (fisik, biologis atau social) yang

mengahalangi atau memicu penularan penyakit. Penularan suatu penyakit menular terjadi jika

seorang pejamu rentan dan suatu agens patogenik berada dalam suatu lingkungan yang kondusif

untuk penularan penyakit. Dalam menginfeksi suatu pejamu, agens mempunyai suatu mata rantai

yang terbentuk , yakni : Patogen – Reservoir – portal of exit – penularan – portal of entry –

menetapnya penyakit dalam pejamu baru.

Cara penularannya dibagi menjadi dua bagian yakni penularan secara langsung dan tidak

langsung. Penularan secara langsung menyiratkan adanya perpindahan langsung agens penyakit

antar individu yang terinfeksi dan individu yang rentan melalui kontak langsung, misalnya

sentuhan, gigitan, ciuman, senggama, atau karena pancaran langsung(penyemburan) droplet ke

dalam konjunctiva atau ke atas membrane mukosa mata, hidung, atau mulut selain bersin, batuk,

meludah, bernyanyi, atau berbicara(biasanya terbatas pada jarak sekitar satu meter atau kurang).

5

Page 6: puskesmas (PBL)

Contoh penyakit dengan cara penularan biasanya secara langsung antara lain AIDS, sifilis,

gonorrhea, rabies, dan selesma.

Penularan tidak langsung dapat berupa salah satu dari tiga jenis berikut : bawaan

udara(airborne), bawaan media(vehicleborne), atau bawaan vector(vektorborne). Penularan

bawaan udara adalah penyebaran aerosol microbial ke port of entry yang sesuai, biasanya

saluran pernafasan. Aerosol microbial merupakan kumpulan debu atau droplet sangat kecil yang

sebagian atau keseluruhannya terdiri dari mikroorganisme. Partikel-partikel tersebut dapat terus

berada dalam bentuknya yang tersuspensi(campuran) dan tetap infektif untuk jangka waktu yang

lama. Tuberkulosis, influenza, histoplasmosis, dan legionellosis merupakan suatu contoh

penyakit bawaan udara.

Pada penularan bawaan media, materi dan objek yang terkontaminasi berperan sebagai

media(objek tidak hidup yang menjadi sumber perpindahan agens menular ke pejamu rentan).

Agents tersebut dapat atau mungkin juga tidak menggandakan diri atau berkembang pada media

itu. Contohnya : mainan, saputangan, baju kotor dan lain sebagainya.

Penularan bawaan vector adalah perpindahan penyakit melalui organism hidup seperti

nyamuk, lalat, atau kutu. Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut

yang terkontaminasi atau kaki dari vector, atau secara biologis, yang melibatkan perubahan

multiplikasi atau perkembangan agens vector sebelum penularan berlangsung. Pada penularan

mekanis, penggandaan dan perkembangan organism penyakit biasanya tidak terjadi, Contoh :

organism penyebab disentri, polio, kolera dan lain sebagainya.

Penularan biologis, perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit

berlangsung dalam vector sebelum penularan terjadi. Penularan biologis jauh lebih penting

daripada penularan mekanis jika dikaitkan dengan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Contohnya : vector biologis antara lain nyamuk pinjal, kutu, tungau dan lainsebagainya.

6

Page 7: puskesmas (PBL)

Penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker, sekarang

menduduki peringkat yang tinggi di antara penyebab utama kematian yang lain di tingkat

nasional. Walau tidak menular, kejadian penyakit tersebut cukup besar(epidemi). Lagipula, sifat

kronis dari sebagian besar penyakit tersebut dapat menghabiskan sumber daya masyarakat secara

cepat.

Etiologi(penyebab) kompleks dari banyak penyakit tidak menular , misalnya penyakit

jantung koroner, terilustrasi dengan baik dalam model penyakit berpenyebab ganda. Dalam

model ini, manusia pejamu digambarkan di tengah-tengah lingkungan tempat itnggalnya. Dalam

tubuh pejamu, terdapat perkembangan genetik unik yang tidak dapat diubah. Keberadaan

pejamu di lingkungan membentuk besaran factor yang dapat berkontribusi dalam proses

penyakit. Faktor-faktor lingkungan ini dapat berupa factor fisik, kimia, biologis, atau factor

social.

Faktor-faktor fisik mencakup ketinggian, iklim, dan letak geografis fisik tempat tinggal

seseorang. Risiko utama kesehatan di daerah tropis(penyakit menular dan penyakit parasit)

berbeda dengan resiko utama di daerah yang memilki musim salju yang dingin(kesulitan dalam

mencari makan dan bertahan tetap hangat). Faktor kimia mencakup bukan saja bahaya kimia dari

air dan udara yang tercemar tetapi juga polutan lain yang ditambahkan oleh masyarakat industri

modern kita. Bahaya biologis mencakup agens penyakit menular seperti virus, bakteri dan jamur

patogenik. Faktor-faktor social mencakup pilihan pekerjaan seseorang, aktivitas rekresional, dan

pengaturan kehidupan. Pilihan yang buruk dalam kehidupan dapat meningkatkan factor risiko

seseorang , yang dapat mengganggu kesehatan.

Agent DHF(Dengue Hemoragik Fever)

Apabila disesuaikan dengan kasus DHF(Dengue Hemoragik Fever), agent dari penyakit

ini adalah virus dengue yang termasuk dalam klasifikasi Arthropod borne virus(Arbavirus) dan

genus Flavivirus family(Flaviviridae).Virus ini juga memiliki 4 serotype : DEN-1.DEN-2,DEN-

3, dan DEN-4. Virus ini tidak berpindah ke host satu ke host yang lain secara langsung tapi

dengan menggunakan vector. Vektor dari agent ini adalah seekor nyamuk Aedes aegypty.

Penularan ini disebut juga penularan mekanik. Agent virus tersebut tidak akan pernah

7

Page 8: puskesmas (PBL)

menyebabkan penyakit apabila vektornya tidak ada atau menurun sehingga dengan kata lain

yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan vektornya dari pada agentnya. Apabila

jumlah vector dikendalikan dengan baik maka akan berpengaruh juga kepada agent virusnya

karena tidak memiliki tempat untuk dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan menjadi

infektif yang biasa disebut sebagai sikliko-propagatif. Prilaku vector dari Aedes aegypti adalah :

Aktif menghisap darah pada siang hari. Nyamuk dewasa hidup kurang lebih 10 hari.

Tempat perindukan yaitu tempat-tempat yang mengandung air jernih yang tidak

berhubungan dengan tanah, terlindung dari cahaya matahari dan dekat dengan manusia.

Masa terpendek pertumbuhan dari telur sampai dengan nyamuk dewasa kurang lebih 10

hari.

Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai perilaku mencari darah, beristirahat dan

berkembang biak. Di saat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan banyak darah untuk

bertelur. Sehingga nyamuk betina akan menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali,

selama pagi sampai sore hari pada waktu-waktu tertentu untuk mendapatkan banyak

darah.

Nyamuk betina yang biasanya mencapai umur 1 bulan ini dan mempunyai jarak terbang

100 meter sering menggigit lebih dari satu orang. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap

di pakaian yang bergantung di kamar dan menggigit atau menghisap darah pada siang hari.

Sekali lagi yang dapat dilakukan untuk menurunkan insidensi dari penyakit DHF ini

adalah bukan dengan membunuh agent virusnya tapi dengan memberantas setiap vectornya. Di

daerah perkotaan, umumnya vector akan berkembang menjadi banyak dan meningkat menjelang

awal musim kemarau karena terdapat keadaan tenang yang dimana air tidak mengalir dan

menjadikan factor predisposisi dari penyakit ini.

Terdapat cara-cara untuk memberantas vector dari DBD, yakni :

8

Page 9: puskesmas (PBL)

a) Menggunakan insektisida

Malathion fogging

Membunuh nyamuk dewasa, minimal dilakukan 2x dengan selang waktu 1 minggu,

kemudian diikuti dengan abatisasi. Fogging ada 2 cara :

1. Fogging focus

- Dilakukan kalau menemukan kasus DBD di rumah-rumah setiap 100 meter

dengan selang interval seminggu.

2. Fogging missal

- Fogging yang dilakukan di daerah endemis.Khususnya di daerah endemis

merah di dalam suatu wilayah dan dalam kurun waktu 2 minggu didapati

1 orang mati atau 2 kasus DBD.

Abate(Temefos) larvasida.

Membunuh jentik (larva nyamuk) dengan menaburkan serbuk abate di tempat-

tempat penampungan air yang sukar dibersihkan atau disikat, dilakukan setiap 3

bulan.

b) Tanpa insektisida

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M : Menguras, Menutup dan

Mengubur(minimal dilakukan dengan interval 1 minggu sekali).

Harus dilakukan dengan syarat “Total Coverage” yaitu seluruh rumah harus

melakukan tindakan PSN ini, tidak ada yang terkecuali.

Sebagai indicator apakah penyakit ini termasuk perlu penanganan yang khusus atau tidak

dilihat dari ABS(Angka Bebas Jentik). Angka bebas jentik sangat penting dalam proses

penggulangan dari penyakit DHF.

Neoplasma

9

Page 10: puskesmas (PBL)

Neoplasma maligna terjadi jika sel-sel lepas control terhadap pertumbuhan dan

pembelahannya. Sel normal terhalang untuk terus bertumbuh dan membelah karena kontaknya

dengan sel tetangga. Sel-sel maligna (ganas) tidak begitu terhalangi ; sel it uterus tumbuh dan

membelah, sampai akhirnya bertumpuk dalam “ pertumbuhan baru”, disebut neoplasma atau

tumor. Selama pertumbuhan tumor berlanjut, bagian-bagian dari neoplasma dapat terlepas dan

terbawa ke bagian yang jauh pada tubuh, tempatnya kemudian tersangkut dan berlanjut tumbuh.

Jika kondisi ini terjadi , kanker tersebut dikatakan bermetastasis. Jika neoplasma ganas telah

menyebar ke bagian yang jauh pada tubuh dan membentuk tumor yang baru, kanker tersebut

dikatakan telah invasive(menyebar). Semakin menyebar keganasan tersebut, semakin susah

kanker itu untuk ditangani dan semakin menurunkan angka kasus yang dapat bertahan(survival).

2) Host

Yang bersangkutan mengenai host adalah prilaku dan adat yang mempengaruhinya.Untuk

adat sangat dipengaruhi dengan wilayah atau daerah setempat. Untuk prilaku seseorang sangat

dipengaruhi oleh latar belakang dari suatu keluarga sehingga membentuk suatu gaya hidup dari

individu tersebut. Sehingga diperlukan adanya suatu upaya untuk mengubah cara pandang

masyarakat terlebih dahulu terhadap arti kesehatan.

Sebelum mengembangkan dan menerapkan program untuk beragam populasi, pendidik

kesehatan pertama kali harus memahami sistem kepercayaan mereka sendiri sehubungan

persoalan kebergaman ( mis. Ras, etnis, agama, gender, orientasi seksual, usia dan kemampuan).

Langkah pertama dalam proses ini melibatkan upaya untuk lebih mengenal bias atau prasangka

personal. Pendidik kesehatan perlu mengenali bias personal mereka sehingga mereka tidak

mengacaukan layanan dan pendidikan yang diberikan dalam lingkungan lintas-budaya( mis.

Pengalaman dengan orang berbeda dengan diri kita). Manusia memiliki pengalaman yang

berlainan dan mereka dengan sendirinya akan membawa bias ke dalam interaksi dengan orang

lain yang berbeda dengan dirinya. Pengalaman social dan interaksi politik sebelumnya, sekaligus

kemampuan berkomunikasi dan penyelesaian masalah akan mempengaruhi interaksi dengan

orang lain dan dapat mengarah pada munculnya pandangan orang stereotip atau kesalahpahaman.

Dengan memahami bias personal, pendidik kesehatan akan memiliki suatu pemahaman yang

lebih jelas tentang keterbatasan mereka dalam berkomunikasi dengan populasi sasaran.

10

Page 11: puskesmas (PBL)

Bersamaan dengan evaluasi yang seksama terhadap bias personal , mau mendengarkan,

melihat, membaca, dan berpartisipasi merupakan hal yang penting untuk menjadi professional

yang kompeten secara budaya. Pendidik kesehatan dapat mempelajari banyak hal tentang budaya

lain ketika mereka membenamkan diri mereka sendiri dalam budaya tersebut.

Membangun hubungan dengan penduduk yang berasal dari kebudayaan lain mungkin

merupakan cara yang paling bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan lain. Hubungan itu

memungkinkan dilakukannya diskusi bebas dan membuka kesempatan untuk mendengar dan

belajar dari sudut pandang yang lain.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membantu masyarakat supaya mencapai

pemahaman yang benar dalam kesehatan, yakni :

Pengalihan pengetahuan personal ke lingkungan profesionalisme.

Pembentukkan lingkungan inklusif

Penggunaan bahasi inklusif

Pemahaman budaya populasi sasaran

Penyusunan budaya populasi sasaran

Penyusunan panduan diskusi

Pengembangan ketrampilan fasilitasi

Pemilihan materi dengan bijak

Pembedaan teknik pengajaran dan gaya belajar

B. Pelayanan Kesehatan(PUSKESMAS)

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di dalam masyarakat luas(khususnya

agar lebih terjangkau), pemerintah sangat ingin memaksimalkan peranan dari PUSKESMAS. Di

dalam organisasi pelayanan masyarakat(PUSKESMAS) sangat identik dengan program, Kepala

puskesmas, evaluasi

Apabila membicarakan tentang PUSKESMAS, maka di dalam manajemen

PUSKESMAS, terdapat 3 fungsi , yakni :

11

Page 12: puskesmas (PBL)

a) Perencanaan

b) Pelaksanaan dan pengendalian

c) Pengawasan dan pertanggungjawaban

Selain perencanaan yang baik dan bagus, tapi pelaksanaan dan pengendalian perlu

ditindak lanjuti dengan baik dan tepat agar tidak terjadi masalah diantara perencanaan dan

pengendalian, misalnya perencanaan sudah matang dan berpotensi tinggi untuk mencapai tujuan

yang maksimal, tapi apabila dilaksanakan dengan tidak teratur dan ditambah dengan pengawasan

yang minimal maka target yang akan dicapai pun akan jauh dari sempurna atau jauh dari apa

yang diharapkan.

Pemantauan dan juga pelaksanaan merupakan suatu kesatuan yang juga merupakan

langkah kedua setelah perencanaan di dalam manajeman PUSKESMAS. Pemantauan yang

dilakukan di PUSKESMAS, merupakan suatu bagian dari pelaksanaan dan pengendalian.

Pemantauan yang dilakukan oleh PUSKESMAS ada 2 hal , yakni : Pemantauan(telaahan)

internal dan juga pemantauan(telaahan) ekternal.

Dalam hal ini, pemantauan(telaahan) internal lebih diutamakan dari pada yang ekternal.

Maksudnya bukan berarti pemanttauan internal lebih penting dari pada pemantauan ekternal, tapi

pemantauan internal merupakan suatu step yang perlu konsentrasi lebih untuk membantu

PUSKESMAS dalam mencapai tujuannya.

Pemantauan internal adalah Pemantauan bulanan terhadap penyelengaraaan kegiatan dan

hasil kegiatan PUSKESMAS dibandingkan dengan rencana dan pedoman standard pelayanan

PUSKESMAS. Data yang digunakan berasal dari Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas(SIMPUS). SIMPUS ini merupakan tolak ukur yang penting dalam melihat program

yang direncanakan PUSKESMAS secara bulanan. Data dari Sistem Manajemen Puskesmas

(SIMPUS), terdiri dari :

1. SP2TP(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) yang terdiri dari :

o Catatan : kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register.

o Laporan : bulanan, tahunan dan laporan KLB.

2. Survey lapangan

3. Laporan Lintas Sektoral

12

Page 13: puskesmas (PBL)

4. Laporan Sarana Kesehatan Swasta

*bagian dari SIMPUS yang rentan mengalami kesalahan adalah SP2TP, karena apabila tidak

dilakukan dengan benar dan menimbulkan masalah maka data-data yang didapat menjadi tidak

valid dan akhirnya dapat menyimpulkan data yang salah dari fakta yang benar.(hipotesis H0

alfa).

Peranan PUSKESMAS terhadap DHF

Sebelum menjelaskan tentang bagian-bagian dari SIMPUS, terlebih dahulu akan

dijelaskan mengenai peranan PUSKESMAS mengenai DHF. Hakikatnya dalam menemukan

insiden DHF dalam suatu wilayah dapat dilakukan dengan 2 cara , yakni :

1. Active case finding

Dalam tekni active case finding, diggerakkan dari tenaga-tenaga/ kader-kader kesehatan

masyarakat untuk terjun langsung untuk mengamati setiap keadaan kesehatan di setiap

rumah. Apabila ditemukan seseorang dalam rumah itu yang memilki gejala yang hamper

mirip dengan DHF , langsung di bawa untuk di lakukan test laboratorium untuk

memastikan apakah orang tersebut terkena DHF atau tidak. Biasannya teknik ini

dilakukan di daerah non-endemik.

2. Passive case finding.

Dalam teknik ini sangat berbeda dengan cara active case finding. Teknik ini terlihat

seperti menunggu orang yang kemungkinan terjangkit penyakti DHF untuk berobat

DHF. Sehingga suspect benar-benar ditentukan di dalam PUSKESMAS itu sendiri tanpa

dilakukannya pengamtan secara berkala ke rumah-rumah wraga di wilayah setempat.

1.SP2TP

13

Page 14: puskesmas (PBL)

SP2TP merupakan bagian dari pencatatan dan pelaporan dari PUSSKESMAS selain

Laporan kegitan PUSKESMAS yang ke propinsi merupakan kebutuhan propinsi(termasuk juga

dalam pencatatan dan pelaporan PUSKESMAS).

SP2TP yang merupakan salah satu program pencatatan dan pelaporan PUSKESMAS

terdiri dari :

1. Laporan tahunan, meliputi :

a. Data penduduk

b. Data pegawai

c. Data fasilitas kesehatan

d. Data sarana kesehatan yang erdiri dari alat medis dan alat non medis.

2. Laporan semester, S1(data sekolah) dan S2(jumlah murid sekolah).

3. Laporan bulanan

Lb 1 = data kesakitan, mengandung :

Laporan jumlah kasus baru

Laporan kunjungan kasus

Lb 2 = data kematian, mengandung :

Identitas

Riwayat penyakit

Sebab kematian

Tanggal dan jam kematian

Cara pemakaman

Nama pemeriksa

Nama penanggung jawab

Lb 3 = data kegiatan program gizi merupakan laporan kegiatan program terpadu di

POSYANDU F1 POSYANDU yang dilaporkan PUSKESMAS kelurahan menjadi

F2 gizi kelurahan, kemudian dilaporkan menjadi F3 gizi PUSKESMAS kecamatan.

Lb 4 = data kegiatan program lainnya, terdiri dari :

Kegiatan PUSKESMAS

Laporan pelayanan kesehatan jiwa terpadu.

14

Page 15: puskesmas (PBL)

4. Laporan mingguan = W1, laporan penyakit-penyakit menular dan dapat menimbulkan

KLB yang harus dilaporkan mempunyai sifat segera maksimal 7 hari ke jenjang yang

lebih tinggi agar segera dilaksanakan penanggulangannya.

5. Lapporan harian = W2, laporan penyakit-penyakit menular yang mempunyai potensi

menjadi wabah atau KLB dan harus dilaporkan segera dalam waktu 24 jam ke jenjang

yang lebih tinggi.

Berikut ini adalah alur pelaporan PUSKESMAS :

POSYANDU (F1 POSYANDU) PUSKESMAS kelurahan (REKAP SP2TP

PUSKESMAS kelurahan) PUSKESMAS KECAMATAN(REKAP SP2TP PUSKESMAS

kecamatan)Suku Dinas Kesehatan KOTA(REKAP SP2TP KOTA)Dinas Kesehatan

PROPINSI (REKAP SP2TP PROPINSI) DEPARTEMEN KESEHATAN.

2. Pencegahan

Dalam fasilitas kesehatan khususnya PUSKESMAS, memiliki tujuan kesehatan untuk

masyarakat luar yang memiliki dasar promotif dan preventif. Menurut The 5 level of Prevention

terdiri dari :

Health promotion(upaya promosi kesehatan)

Specific protection(upaya proteksi kesehatan)

Early diagnosis and prompt treatment(upaya diagnosis dini dan tindakan segera)

Disability limitation(upaya pemberantasan akibat buruk)

Rehabilitation(upaya pemulihan kesehatan)

Hampir mengarah terhadap The 5 level of Prevention, Dalam upaya pencegahan juga

terdapat tingkatannya, yakni : primordial, primer, sekunder dan tersier.

15

Page 16: puskesmas (PBL)

a) Pencegahan primordial

o Tujuan : untuk menghindari kemunculan adanya factor resiko

o Memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang tidak melakukan hal-hal

yang beresiko timbulnya penyakit tertentu.

o Contohnya : melarang menebang pohon banjir kejadian diare.

b) Pencegahan primer

o Sasaran : factor penyebab, lingkungan dan pejamu.

o Penyebab : menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi,

sterilisasi, penyemprotan insektisida) memutuskan rantai penularan.

o Lingkungan : perbaikan lingkungan fisik air bersih, sanitasi, lingkungan, dan

perumahan.

o Pejamu : perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian imunisasi.

c) Pencegahan sekunder

o Sasaran : penderita / dianggap menderita dan terancam menderita.

o Tujuan : diagnosis dini dan pengobatan yang tepat(mencegah meluasnya

penyakit/timbulnya wabah dan proses suatu penyakit lebih lanjut/ akibbat samping dan

komplikasi)

o Usaha : Pencarian penderita, pemeriksaan CPN, pemberian

chemopropilaksis(prepatogenesis/ pathogenesis penyakit tertentu).

d) Pencegahan tersier

o Sasaran : penderita penyakit tertentu.

o Tujuan : mencegah jangan sampai mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit

juga kematian dan rehabilitasi(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/psikologis

dan social).

16

Page 17: puskesmas (PBL)

3. Pembiayaan

Dalam menjalani dan melaksanakan suatu sistem kesehatan yang terangkum dalam upaya

peningkatan kesehatan masyarakat, pembiayaan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya agar

program yang telah direncanakan tetap terlaksana. Dalam hal ini, PUSKESMAS sebagai bentuk

pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan dana(biaya) agar setiap programnya dapat berjalan

dengan baik guna masyarakat luas.

Pembiayaan PUSKESMAS dapat didapat dari berbagai aspek, yakni :

i. Pemerintah

Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah

terutama adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Disamping itu ada dana dari Pemerintah Propinsi

dan Pemerintah Pusat terutama untuk membiayai Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya

Kesehatan Perorangan bagi penduduk miskin.

Dana yang disediakan oleh Pemerintah dibedakan atas dua macam, yaitu :

Dana anggaran pembangunan

*mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan dan pengadaan obat.

Dana anggaran rutin

*mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis

pakai dan biaya operasional.

Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam

Daftar Usulan Kegiatan ke Pemerintah Kabupaten/Kota dan dibahas bersama DPRD

Kabupaten/Kota. PUSKESMAS mengajukan kebutuhan untuk kedua Anggaran tersebut melalui

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Anggaran yang sudah disetujui diturunkan secara bertahap ke PUSKESMAS melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengadaan obat, peralatan dan Pembangunan gedung dikelola oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten.

17

Page 18: puskesmas (PBL)

ii. Pendapatan PUSKESMAS

Masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang

dimanfaatkan, yang besarnya ditentukan oleh Peraturan Daerah masing-masing, disebut

retribusi. Kebijakan pemanfaatan dana retribusi :

a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah

b. Sebagian dimanfaatkan langsung oleh PUSKESMAS, lazimnya berkisar antara 25% -

50% dan digunakan untuk mebiayai kegiatan operasional PUSKESMAS dan secara

berkala dipertanggungjawabkan oleh PUSKESMAS ke Pemerintah Kabupaten/ Kota

melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh PUSKESMAS. PUSKESMAS seperti ini

disebut PUSKESMAS Swakelola. Pemerintah tetap berkewajiban membiayai upaya

kesehatan masyarakat.

iii. Sumber lain

Puskesmas menerima dana dari beberapa sumber lain, seperti :

a. PT. Askes, sebagai imbal jasa pelayanan

b. PT. Jamsostek sebagai imbal jasa pelayanan

c. JPS, untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan dana secara

langsung ke PUSKESMAS dan Pengelolaan dana mengacu pada pedoman yang

ditetapkan.

C. Peranan dokter.

Peranan dokter dalam PUSKESMAS masuk dalam beberapa kategori. Selain otomatis

menjadi Kepala PUSKESMAS yang berazaskan manager-ing, dokter juga tetap menjalankan

tugasnya sebagai tenaga profesionalisme yakni mendiagnosis dan rehabilitatif. Tapi memang

syarat yang paling sempurna untuk menjadi dokter PUSKESMAS harus ditambah dengan

promotif dan preventif skill.

18

Page 19: puskesmas (PBL)

Bukan hanya standard PUSKESMAS tapi dunia sangat menginginkan bahwa dokter-

dokter memiliki keahlian “Dokter Bintang Lima” (“Five Star Dokter”). Syarat “Dokter Bintang

Lima” , adalah :

Care provider

Decision maker

Communicator

Community leader

Manager

Lima bagian tersebut sangat diharapakan bagi seorang dokter untuk menjadi dokter

PUSKESMAS, tapi tidak hanya jadi seorang dokter PUSKESMAS saja memerlukan criteria

tersebut, tapi untuk menjadi seorang dokter yang berkualitas memerlukannya juga.

Di dalam PUSKESMAS selain menjadi tenaga medis peranan dokter yang diperlukan

adalah menjadi sosok seorang pemimpin yang mampu memipin staf-staf yang ada dibawahnya

untuk dapat melakukan bersama-sama/ bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang

berlandaskan kesehatan.

19

Page 20: puskesmas (PBL)

BAB III

Kesimpulan

Apabila tedapat masalah kesehatan dalam suatu wilayah/daerah hendaknya ditelaah

dengan baik dan benar dan juga teliti dalam setiap aspeknya. Perlu juga diadakan suatu survey

untuk melihat dan mengkaji ulang pendapat dari orang-orang agar terlihat fakta yang terjadi

apakah sesuai dengan cara pikir yang dipikirkan.

Dalam kasus ini yang dimana dikatakan prevalensi DHF (Dengue Haemoragik Fever)

tinggi di dalam suatu wilayah tersebut dapat dikatakan terjadi suatu masalah. Masalah adalah

suatu kondisi yang dimana fakta yang terjadi tidak sesuai dengan harapan/ekspektasi yang

diinginkan. Masalah yang terjadi ini dikhususkan dalam masalah kesehatan.Apabila terjadi

masalah kesehatan harus dilihat dari tiga factor yang mempengaruhi,yakni :

a. Lingkungan ,Host, Agent (Gordon and Le Richt)

b. Pelayanan kesehatan (system, fasilitas)

c. Peranan dokter yang ada di dalamnya.

Jadi, apabila ditarik kesimpulan dari munculnya masalah kesehatan dalam suatu wilayah,

perlu memperhatikan ketiga faktor diatas karena ketiga faktor di atas sangat erat kaitannya.

Apabila salah satunya tidak dikendalikan dengan baik, maka akan mempengaruhi factor yang

lainnya yang dimana akhir-akhirnya akan timbul suatu masalah kesehatan.

20