makalah PBL

96
MAKALAH PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP PENYAKIT ANEMIA DI KELURAHAN PECOH RAYA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN TAHUN 2008 Disusun Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Pengalaman Belajar Lapangan Oleh : Kelompok 23 1

Transcript of makalah PBL

Page 1: makalah PBL

MAKALAH PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

PENYAKIT ANEMIA DI KELURAHAN PECOH RAYA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

TAHUN 2008

Disusun Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Pengalaman Belajar Lapangan

Oleh :

Kelompok 23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG2008

1

Page 2: makalah PBL

MAKALAH PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

PENYAKIT ANEMIA DI KELURAHAN PECOH RAYA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

TAHUN 2008

Kelompok 23 :

1. Amir Syaiful Fikri 05310005

2. Ana Riska 05310006

3. Aprilia Diah P. 05310011

4. Arry Setiawan 05310015

5. Editha 05310040

6. Eko Syaputra 05310041

7. Eni Lestari 05310044

8. Herwin 05310061

9. Indra Jaya Putra 05310070

10. Lina Herlina 05310078

11. Maria Ulfa 05310085

12. Sari Agung L. 05310126

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG2008

2

Page 3: makalah PBL

Lembar Pengesahan

Kelompok : 23

Nama : 1. Amir Syaiful Fikri 05310005

2. Ana Riska 05310006

3. Aprilia Diah P. 05310011

4. Arry Setiawan 05310015

5. Editha 05310040

6. Eko Syaputra 05310041

7. Eni Lestari 05310044

8. Herwin 05310061

9. Indra Jaya Putra 05310070

10. Lina Herlina 05310078

11. Maria Ulfa 05310085

12. Sari Agung L. 05310126

Telah melakukan presentasi sebagai salah satu prasyarat mata kuliah Pengalaman

Belajar Lapangan (PBL) yang dilaksanakan tanggal :......... dengan judul :

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Penyakit Anemia

Telah disetujui oleh :

Pembimbing 1 : dr Marisa Anggraini

Pembimbing 2 : dr. Febrika Wediasari

3

Page 4: makalah PBL

Abstrak

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut

oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Kelompok usia yang sering terkena anemia adalah remaja khususnya remaja

putri.

Ini disebabkan karena remaja putri memiliki siklus bulanan yang

menyebabkan kehilangan darah atau di sebut dengan siklus menstruasi.

Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah

terinfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat

belajar/prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan

keadaan berisiko tinggi (gklinis, 2004).

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap penyakit

anemia dan mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri

terhadap penyakit anemia.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara cross sectional, data

diperoleh dengan sistem quasioner. Data yang masuk dianalisis dengan sistem

univariat dan bivariat untuk mengetahui jumlah dan persen dari variabel yang

telah diketahui serta untuk mengetahui tingkat pemahaman responden

terhadap penyakit anemia.

Berdasarkan dari hasil penelitian di peroleh beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat pemahaman masyarakat terhadap penyakit anemia

yaitu di antaranya tingkat pendidikan masyarakat serta riwayat anemia dalam

keluarga.

4

Page 5: makalah PBL

Pengetahuan serta pemahaman mengenai anemia sangat di perlukan untuk

menghindari ataupun mengatasi penyakit anemia mengingat dampak yang di

sebabkan cukup membahayakan.

Kata Kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan

remaja putri terhadap penyakit anemia.

Pengalaman Belajar Lapangan.

5

Page 6: makalah PBL

ABSTRACT

Anemia caused decreasing the total number of red blood cell or hemoglobin. As a

consequence, the contain of the oxygen at the blood are not enough supplying a

whole of body.

Female adolescence normally very easy affected by anemia because of

menstruation cycles.

The main impact of anemia is infection of the stamina. Finally, they are possible

to have a risk of her life.

The objective of the research is to know the degree of community anemia

knowledge, especially at the level of female adolescence.

The method used are descriptive with cross-sectional techniques. The data

collected by questionnaire.

The result shows that there is correlation between educational level with anemia

knowledge. It is very important to increase the affective anemia, because of the

risk.

The knowledge and affection about anemia is very important for avoiding anemia

disease. That is because of the dangerous impact.

Password : The correlation factor of the knowledge degrees of female adolescence

to the anemia disease.

6

Page 7: makalah PBL

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada

waktunya.

Penulisan karya tulis ini merupakan salah satu prasyarat mata kuliah Pengalaman

Belajar Lapangan (PBL) yanag dilakukan di kelurahan Pecoh Raya Kecamatan

Teluk Betung Selatan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua pembimbing yaitu dr Marisa Anggraini dan dr Febrika

Wediasari, juga kepada Bapak Camat Teluk Betung Selatan dan Bapak Lurah

Pecoh Raya beserta seluruh jajaran stafnya.

Pada penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan dari seluruh pembaca.

Penulis berharap, makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 18 Desember 2008

Penulis

7

Page 8: makalah PBL

Daftar Tabel

I. Tabel. 1 Kadar Hemoglobin Pada Setiap Tingkatan usia .....………… 5

II. Tabel. 2 Distribusi besi tubuh

(Sumber: Kapita Selekta Hematologi) ..........................................………... 9

III. Tabel. 3 Prevalensi Anemia Defisiensi Besi di Dunia ..................……..... 15

IV. Tabel. 4 Perkiraan kebutuhan besi setiap hari, unit adalah mg/hari ....... 22

V. Tabel. 5 ANALISIS UNIVARIAT

5.1. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Umur ................................................................... 30

5.2. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua .......................................... 31

5.3. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Pendidikan ...................................................... 32

5.4. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Status Sosial ...................................................... 32

5.5. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Riwayat Keluarga .......................................... 33

5.6. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Sumber Informasi .......................................... 33

5.7. Distribusi Statistik Responden

Berdasarkan Penyuluhan .......................................... 34

VI. Tabel. 6 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri

Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008 ............................... 34

8

Page 9: makalah PBL

VII. Tabel 7 ANALISIS BIVARIAT

7.3 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat

Pengetahuan Remaja Putri ....................................................... 36

7.5 Hubungan Riwayat Penyakit Dengan

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri ........................................... 37

9

Page 10: makalah PBL

Daftar Gambar

I. Gambar 1. Struktur molekul hemoglobi ........................................... 6

II. Gambar 2. Proses absorbsi besi pada permukaan duodenum ....... 11

III. Gambar 3. Skema siklus pertukaran besi dalam tubuh ................... 14

IV. Gambar 4. Skema penyebab anemia mikrositik hipokrom ....... 23

10

Page 11: makalah PBL

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI ...............................................................................................

1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Masalah ........................................................................................... 2C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2a. Tujuan Umum .................................................................... 2b. Tujuan Khusus .................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3E. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3

1. Kerangka Teori ......................................................................... 32. Kerangka Konsep ...................................................................... 4

F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

A. Anemia ............................................................................................ 5B. Anemia Pada Remaja Putri ............................................................. 7

1. Anemia Defisiensi Besi ............................................................. 7c. Zat Besi ............................................................................... 8d. Prevalensi Anemia Defisiensi Besi ..................................... 15e. Etiologi ................................................................................ 15f. Patogénesis .......................................................................... 16g. Gejala .................................................................................. 17h. Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 18i. Terapi .................................................................................. 18j. Pencegahan .......................................................................... 20

2. Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja Putri .............................. 21C. Tingkat Kesadaran Pada Remaja Putri ............................................ 23

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 26

A. Disain Penelitian ............................................................................. 26B. Analisa Tabel .................................................................................. 26C. Populasi ........................................................................................... 26D. Sampel ............................................................................................ 26E. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 26

1. Lokasi ........................................................................................ 262. Waktu Penelitian ....................................................................... 26

F. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 27G. Pengolahan Data ............................................................................. 27

11

Page 12: makalah PBL

H. Defisini Operasional ...................................................................... 27I. Etika Penelitian ............................................................................... 28J. Alur Penelitian ............................................................................... 29

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.......................................................... 30 4.1 ANALISIS UNIVARIAT................................................................ 30 4.2 ANALISIS BIVARIAT................................................................... 36

PEMBAHASAN.......................................................................................... 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 40 A. KESIMPULAN.................................................................................. 40 B. SARAN.............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

12

Page 13: makalah PBL

Bab IPendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan generasi-generasi

penerus yang berpotensi tinggi. Hal ini tidak dapat terjadi secara instan,

namun secara bertahap dan dalam kurun waktu yang lama. Menurut Laporan

Pembangunan Manusia 2003 yang dikeluarkan oleh Program Pembangunan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia (1PM)

Indonesia mengalami kemerosotan dan 0,684 ke 0,682. Peringkat IPM kita

juga melorot dari urutan 110 ke 112 dari 175 negara. Di antara negara-negara

ASEAN, Indonesia hanya Lebih baik dari Kamboja, Myanmar dan Laos.

(Khudori, 2003).

Anemia defisiensi besi merupakan penyebab terbesar anemia di Indonesia dan

negara sedang berkembang lainnya. Penelitian terhadap beberapa siswa SMU

di Jakarta menunjukkan 40% remaja menderita anemia. (H.S Dijon dan

Supandi, 1994). Sedangkan hasil penelitian di Surabaya ( Hari Basuki, 2000 )

terhadap beberapa remaja putri di Pondok Pesantren di Surabaya

menunjukkan 87,5% santriwati menderita anemia.

Menurut Depkes (1998) anemia yang terjadi pada remaja disebabkan masa ini

merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi

termasuk zat besi. Kebutuhan zat gizi pada remaja putri akan lebih tinggi

karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan, sementara jumlah

makanan yang dikonsumsinya lebih rendah dari pria karena faktor ingin

langsing (Renata, Diah & Evy, 2002).

Anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi

>15%, dimana merupakan hasil penelitian pada remaja putri 10-14 tahun di

Bogor sebesar 57,1% (SKRT 1995), remaja putri di Bogor 44% (Permaesih

1988), remaja putri di Bandung 40-41% (Saidin 2002 & Lestari 1996), remaja

putri di Bogor, Tangerang dan Kupang 4,17% (UNICEF 2001), remaja putri

13

Page 14: makalah PBL

10-19 tahun 30% (SKRT 2001), anak SEL daerah pantai 23,58% (Dinkes Kab.

Tangerang 2001).

Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah

terinfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat

belajar/prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan

keadaan berisiko tinggi (gklinis, 2004).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas yang menyatakan bahwa

adanya dampak anemia yang cukup besar pada remaja putri dan tingginya

angka kejadian anemia pada remaja putri maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang anemia pada remaja putri dengan judul “Faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman remaja putri terhadap penyakit

anemia”.

B. Identifikasi Masalah

Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pemahaman remaja putri di

kelurahan pecoh raya kec. Teluk Betung Selatan terhadap penyakit anemia.

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahaman remaja putri terhadap penyakit anemia.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman remaja putri terhadap

penyakit anemia.

14

Page 15: makalah PBL

Tingkat Pengeta

D. Manfaat Penelitian

a. Memberi informasi kepada masyarakat tentang penyakit anemia dan

pengaruhnya terhadap masyarakat.

b. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

c. Sebagai referensi bagi institusi dan peneliti selanjutnya.

d. Sebagai masukan bagi sistem pendidikan Indonesia dan Dinas

Kesejahteraan Masyarakat mengenai gambaran tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap penyakit anemia.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Menurut Notoacmojo (2002), kerangka teori pada dasarnya adalah

kerangka hubungan antara teori-teori yang ingin diamati untuk diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan teori yang

telah dijelaskan diatas, maka dapat digambarkan kerangka teori penelitian

dalam diagram sebagai berikut:

Anemia

Sumber : Suinito Arkharida, 1986

15

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

anemia:

Pendidikan

Sosial ekonomi

Umur

Lingkungan

Informasi

Nutrisi

Page 16: makalah PBL

2. Kerangka Konsep

F. Metodologi Penelitian

1. Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara cross sectional,

data diperoleh dengan system questioner.

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk

Betung Selatan.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 13 hari dimulai dari tanggal 3 November

sampai dengan tanggal 15 November.

16

Faktor internal1. Pendidikan2. Umur3. Riwayat penyakit

anemia4. Penghasilan

Keluarga5. Pekerjaan Orang

tua

Faktor eksternal

1. Penyuluhan2. Informasi tentang

anemia

Tingkat Pengetahuan Penyakit Anemia

Baik / Kurang Baik

Page 17: makalah PBL

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

A. ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah

sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel

darah merah berada dibawah normal.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka

mengangkut oksigen dan paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian

tubuh.

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut

oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Batasan untuk kadar hemoglobin berbeda untuk setiap kelompok umur dan

jenis kelamin, yaitu:

Tabel 1. Kadar Hemoglobin pada setiap tingkatan usia

NO UMUR KELOMPOK KADAR (gram%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

0-5 thn

6-17 thn

18-27 thn

18-30 thn

BALITA

ANAK USIA SEKOLAH

WANITA DEWASA

LAKI-LAKI DEWASA

IBU HAMIL

IBU MENYUSUI

11

12

12

13

11

12

17

Page 18: makalah PBL

Gambar l. Hemoglobin merupakan bagian terpenting dan sel darah merah, terdiri

atas protein (heme) yang berfungsi mengikat oksigen.

Sel darah merah

Agar berhasil mengangkut Hb untuk mengenai jaringan dan untuk pertukaran

gas yang baik sel darah merah berdiameter 8 cm, harus sanggup melewati

secara berulang-ulang inikrosirkulasi dengan diameter minimal 3,5 m, untuk

menjaga Hb dalam keadaan tereduksi dan untuk mempertaharikan

keseimbangan osmotik walaupiln terdapat konsentrasi protein (Hb) tinggi

didalam sel. Utk memenuhi fungsi ini sel bersifat lentur, bikonkaf dengan

kemampilan membentuk energi sebagai ATP dengan jalan anaerob, glikolitik

dan menghasilkan daya pereduksi NADH dengan jalan ini dan sebagai

NADPH dengan shunt heksosa monofosfat.

- Membran sel darah merah

Ini merupakan lapisan lipid bipolar yang mengandung lipid struktural dan

kontraktil dan banyak enzim serta antigen permukaan. Kira-kira 50%

membran adalah protein, 40% adalah lemak, dan sampai 10% karbohidrat.

Lipid terdiri dari 60% fosfolipid, 30% lipid netral (terutama kolesterol)

dan 10% glikolipid.

18

Page 19: makalah PBL

- Penghancuran sel darah merah

Ini terjadi selelah umur rata-rata 120 hari ketika sel dipindahkan ke

ekstravaskular oleh makrofag system reticular endothelial (RES),

teristimewa dalam sumsum tulang tetapi juga dalam hati dan limfa.

Metabolisme sel darah merah perlahan-lahan memburuk karena enzim

tidak diganti, sampai sel menjadi tidak mampil (non-viable), tetapi alasan

yang tepat mengapa sel darah merah mati tidak jelas. Sel darah merah

yang pecah membebaskan besi untuk sirkulasi melalui transferin plasma

ke eritobias sumsum, dan protoporfirin yang dipecah menjadi bilirubun.

Bilirubin beredar di hati dimana ia dikonjugasikan dengan glukoronida

yang diekskbesi kedalam usus melalui empedu dan dikonversi menjadi

sterkobilinogen dan sterkobilin (diekskbesi dalam feses). Sterkobilinogen

dan sterkobilin sebagian diserap kembali (reabsorpsi) dan diekskbesi

dalam urin sebagai urobilinogen dan urobilin. Fraksi kecil protoporfirin

dikonversi menjadi karbonmonoksida (CO) dan diekskbesi melalui paru-

paru. Rantai globin dipecah menjadi asam amino yang dipakai kembali

(reutilisasi) untuk sintesis protein umum dalam tubuh.

B. ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa anemia

defisiensi besi (disebut juga anemia gizi besi) merupakan anemia yang sering

terjadi dimasyarakat, terutama pada remaja yang sedang dalam masa

pertumbuhan dan pada wanita hamil (Sumber Depkes, 1998).

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted

iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin

berkurang. Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap.

19

Page 20: makalah PBL

- Tahap pertama

Terjadi bila simpanan besi berkurang, yang terlihat dan penurunan feritin

dalam plasma hingga 12 ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan

absorpsi besi yang terlihat dan peningkatan kamampilan mengikat besi

total (Total Iron Binding Capacily/TIBC). Pada tahap ini belum terlihat

perubahanfungsional pada tubuh.

- Tahap Kedua

Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh

transferin dan meningkatnya protporfirin. Pada tahap ini nilai hemoglobin

di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat

mengganggu metabolisme energi, sehingga menyebabkan menurunnya

kemampilan bekerja.

- Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga, terjadilah anemia defisiensi besi, dimana kadar

hemoglobin total turun dibawah nilai normal. Anemia defisiensi besi

ditandai oleh anemia hipokroinik inikrositer dan basil laboratorim yang

menunjukkan cadangan besi kosong. Oleh karena itu, anemia defisiensi

besi dinamakan anemia inikrositik hipokroinik. (Almatsier, 2002)

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai,

terutama di negara-negara tropik atau negara dunia ketiga, oleh karena sangat

berkaitan erat dengan tarafsosial akonomi.

1. Zat Besi

Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk

pembentukan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan

berbagai enzim. Di samping sebagai komponcn Hemoglobin dan mioglobin,

besi juga merupakan komponen dan enzim oksidase pemindah energi, yaitu

sitokrom paksidasc, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase

dan peroksidase. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang cukup berlimpah.

Dilihat dari segi evolusi alat penyerapan besi dalam usus, maka sejak awal

manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dan sumber hewani,

20

Page 21: makalah PBL

tetapi kemudian pola makanan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari

sumber nabati, tetapi perangkat besi tidak mengalami evolusi yang sama,

sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.

Tabel.2 Distribusi besi tubuh (Sumber: Kapita Selekta Hematologi)

Jumlah besi pada orang dewasa

Pria (g) Wanita (g) % dari keseluruhari

Hemoglobin Ferritin dan haemosiderinMyoglobinEnzim-enzim haem (misalnya sitokrom, katalase, peroksidase, flavopotrein)Besi yang terlihat dengan transferrin

2.41.0 (0.3 – 1.5)0.150.02

0.004

1.70.3 (0 – 1.0)0.120.015

0.003

65303.50.5

0.1

a. Kompartemen besi dalam tubuh

Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh berupa:

1. Senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang

berfungsi dalam tubuh.

2. Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi kurang.

3. Besi transport, besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam

fungsinya untuk mengangkut besi dan satu kompartemen ke komparteman

lainnya.

Besi dalam tubuh tidak pernah terdapat dalam bentuk logam bebas (free iron),

tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak

jaringan, mempilnyai sifat seperti radikal bebas (Sumber Buku Ajar ilmu

Penyakit Dalam FK UI, 2006).

b. Absorpsi besi

Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan. Untuk

memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi.

21

Page 22: makalah PBL

Absorpsi besi paling banyak pada bagian proksimal duodenum disebabkan

oleh pH dari asam lambung dan kepadatan protein tertentu yang diperlukan

dalam absorpsi besi pada epitel usus. Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3

fase:

1. Fase Luminal

Besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di

duodenum. Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu:

- Besi heme

Terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorpsinya tinggi, tidak

dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempilnyai

bioavailabilitas tinggi.

- Besi non-heme

Berasal dan sumber tumbuh-tumbuhan, tingkat absorpsinya rendah,

dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga

bioavalabilitasnya rendah.

Yang tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah “meat factors”

dan vitamin C, sedangkan yang tergolong bahan penghambat adalah tanat,

phytat dan serat. Dalam lambung karena pengaruh asam lambung maka

besi dilepaskan dan ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi

reduksi dan ferri ke ferro yang siap untuk diserap.

2. Fase Mukosal

Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum

proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat

kompleks dan terkendali (carefully regulated). Besi dipertahankan dalam

keadaan terlarut oleh pengaruh asam lambung. Sel absorptif terletak pada

pilncak dan vili usus (apical cell). Pada brush border pada sel absorptif,

besi ferri dikonversi menjadi besi ferro oleh enzim ferireduktase, mungkin

dimediasi oleh protein duodenal cytochrome b-like (DCYTB). Selelah besi

masuk dalam sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin,

sebagian ditoloskan melalui basolateral transporter kedalam kapiler usus.

22

Page 23: makalah PBL

Pada proses ini terjadi reduksi dan feri ke fero oleh enzim ferooksidase,

kemudian besi (feri) diikat oleh apotransferin dalam kapiler usus.

Gambar 2. Proses absorpsi besi pada permukaan duodenum

(Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI)

Besi heme diabsorpsi melalui proses berbeda yang mekanismenya belum

diketahui dengan jelas. Besi heme dioksidasi menjadi heinin, yang

kemudian diabsorpsi secara intak (utuh) diperkirakan melalui suatu

reseptor. Absoprsi besi heme jauh lebih efisien dibandingkan dengan besi

non-heme.

3. Fase Korporeal

Meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel

yang memerlukan dan penyimpanan besi oleh tubuh.

Besi selelah diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati bagian basal

epitel usus, memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh

apotransferin menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel

RES melalui proses pinositosis. Satu molekul transferin dapat mengikat

maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transfcrin (Fe2-Tt)

23

Page 24: makalah PBL

akan diikat oleh reseptor transferin (tran.sferin reseptor = Tfr) yang

terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblas. Kompleks Fe2-Tf-

Tfr akan terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisis oleh klatrin,

sekungan ini mengalami invaginasi sehingga membentuk endosom. Suatu

pompa proton menurunkan pH dalam endosom, menyebabkan

perubahankonformasional dalam protein sehingga melepaskan ikatan besi

dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluakan ke sitoplasma

dengan bantuan DMTI, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor

transferin mengalami siklus kembali ke permukaan sel dan dapat

dipergunakan kembali.

c. Mekanisme regulasi absorpsi besi

Terdapat tiga mekanisme regulasi absorpsi besi dalam usus:

1. Regulator dictetik

Absorpsi besi dipengaruhi oleh jenis diet dimana besi terdapat. Diet dengan

bioavailabilitas tinggi yaitu besi heme, besi dan sumber hewani, serta

adanya faktor enharicer akan meningkatkan absorpsi besi. Sedangkan besi

dengan bioavailabilitas rendah adalab besi non-heme, besi yang berasal dan

sumber nabati dan banyak mengandung inhibuor akan disertai persentase

absorpsi besi yang rendah. Pada dietary regulator ini juga dikenal adanya

mucosal block, seperti yang telah diuraikan didepan.

2. Regulator simpanan

Penyerapan besi diatur melalui besarnya cadangan besi dalam tubuh.

Penyerapan besi rendah jika cadangan besi tinggi, sebaliknya apabila

cadangan besi rendah maka absorpsi besi akan ditingkatkan. Bagaimana

mekanisme regulasi ini bekcrja belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan

melalui crypt cell- pro grainining sehubungan dengan respon saturasi

transferin plasma dengan besi.

3. Regulator eritropietik

Besar absoprsi besi berhubungan kecepatan eritropoesis. Erythropoietic

regulator mempilnyai kemampilan regu lasi absorpsi besi lebih tinggi

24

Page 25: makalah PBL

dibandingkan dengan stores regulator. Mekanisme eiythropoietic regulator

ini belum diketahui dengan pasti. Eritropoesis inefektif (peningkatan

eritropoesis tetapi disertai penghancuran precursor eritrosit dalam sumsum

tulang), seperti misalnya pada thalesmia atau hemoglobinopati lainnya,

disertai peningkatan absorpsi besi lebih besar dibandingkan dengan

peningkatan eritropoesis akibat destruksi eritrosit di daerah tepi, seperti

misalnya pada anemia hemolitik autoimun. Oleh karena itu hemokromatosis

sekunderjauh lebih sering pada keadaan pertama dibandingkan keadaan

kedua. Akhir-akhir ini ditemukan suatu peptide hormonal kecil yaitu

hepsidin yang diperkirakan mempilnyai peran sebagai soluble regulator

absorpsi besi dalam usus.

d. Siklus besi dalam tubuh

Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur

oleh besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologik

bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap hariberkisar antara 1-2 mg,

ekskbesi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi epitel besi dan

usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi

dan makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22mg untuk dapat memenuhi

kebutuhaneritropoiesis sebanyak 24 mg/hari. Eritrosit yang teHbentuk secara

efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17mg, sedangkan

besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya

eritropoesis inefektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit

yang beredar, selelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada

makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg. sehingga dengan demikian dapat

dilihat suatu Iingkaran tertutup (closed sit-cult) yang sangat efisien, seperti

yang dilukiskan pada gambar.

25

Page 26: makalah PBL

Gambar 3. Skema sikius pertukaran besi dalam tubuh

(Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI)

e. Kiasifikasi derajat defisiensi besi

Jika dilihat dan denajat kekurang besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat

dibagi menjadi tiga tingkatan:

1. Deplesi besi (iron depleted state)

Cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum

terganggu. Pada orang dewasa keadaan ini mudah dibedakan dengan

keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh agak sulit

ditentukan, karena pada anakanak yang sedang tumbuh dalam keadaan

nornialpiln bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang

sangat rendah.

2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis)

Cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis

terganggu, tetapi belum timbul anemia secara labolatorik.

26

Page 27: makalah PBL

3. Anemia defisiensi besi

Cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi. (sumber Davidson

dkk)

2. Prevalensi Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai

baik di klinik maupiln di masyarakat. ADB merupakan anemia yang sangat

sering dijumpai di negara berkembang. Dari berbagai data yang dikumpillkan

sampai saat ini, didapatkan gambaran prevalensi anemia defisiensi besi seperti

tertera pada tabel

Tabel 3. Prevalensi Anemia defisiensi besi di dunia

Afrika Amerika Latin Indonesia

Laki dewasa 6% 3% 16 - 50%

Wanita tak hamil 20% 17 - 21% 25 - 48%

Wanita hamil 60% 39 - 46% 46 - 92%

(sumber Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam FK UI)

Belum ada data yang pasti mengenal prevalensi ADB di Indonesia.

Martoacmojo et al memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25- 84%

pada perempilan tidak hamil. Pada pensiunan pegawai negeri di Bali didapatkan

prevalensi anemia 36% dengan 61% disebabkan oleh karena defisiensi besi.

Sedangkan pada penduduk suatu desa di Bali didapatkan angka prevalensi ADB

sebesar 27%.

3. Etiologi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,

gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahanmenahun :

- Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :

27

Page 28: makalah PBL

Saluran cema akibat dan tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAIDs,

Kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi

cacing tambang.

Saluran genitalia perempilan : menorraghia atau metrorraghia.

Sal uran keinih : hematuria.

Saluran nafas : hemoptoe.

- Faktor nutrisi : akibat kurangnyajumlah besi total dalam makanan, atau

kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,

rendah vitamin C, dan rendah daging).

- Kebutuhanbesi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhandan kehamilan.

- Gangguan absorpsi besi : gasterektoini, tropical sprue atau kolitis kronik.

Terdapat perbedaan pola etiologi ADB di masyarakat atau di lapangan dengan

ADB di Rumah Sakit atau praktek klinik. ADB di lapangan pada umumnya

disertai anemia ringan atau sedang, sedangkan di klinik ADB pada umumnya

disertai anemia derajat berat. Di lapangan faktor nutrisi lebih berperan di

bandingkan dengan perdarahan(Sumber Buku ajar ilmu Penyakit Dalam FK

UI).

4. Patogenesis

Asupan nutrisi yang miskin kandungan besi akan mengakibatkan terpakainya

cadangan besi dalam tubuh. Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang

lama akan mengakibatkan penurunan cadangan besi dalam tubuh. Jika

cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative

iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum,

peningkatan absoprsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum

tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi

menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang

sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara

klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai iron deficient eryihropoiesis.

Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai ialah peningkatan kadar free

protophorpirin atau zinc protophorpirin dalam eritrosit. Saturasi transferin

28

Page 29: makalah PBL

menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Akhir-akhir ini

parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor transferin dalam

serum. Apabilajumlah besi menurun terus maka eritropoiesis semakin

terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia

hipokroinik inikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini

juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat

menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala

lainnya.

5. Gejala

Gejala ADB dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

a. Gej ala umum anemia

Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemiac

syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin

turun dibawah 7-8g/dL. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah,

mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Pada anemia defisiensi

besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan-

lahansering kali sindroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan

dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih

cepat, oleh karena mekanismc kompensasi tubuh dapat berjalan dengan

baik. Anemia bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun >7g/dL. Pada

pcmeriksaan fisik dijumpai pasien yang pilcat, terutama pada konjungtiva

dan jaringan dibawah kuku.

b. Gejala khas defisiensi besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak

dijumpai pada anemia jenis lain adalah:

Koilonychia : kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-

garis vertikal dan menjadi cekung sehingga inirip seperti sendok.

Atrofi papil lidah permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena

papil lidah menghilang.

29

Page 30: makalah PBL

Stomatitis angularis (cheilosis) : adanya keradangan pada sudut mulut

sehingga tampak sebagai bercak berwarna pilcat kepiltihan.

Disfagia: nycri menelan karena kerusakan epitci hipofaring

Pica keinginan untuk memakan bahanyang tidak lazim, seperti : tanah

hat, es, lem dan lain-lain.

c. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumapi gejala-gejala penyakit yang

menjadi penyebab anemia defisiensi tersebut. Misalnya pada anemia akibat

cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak dan kulit telapak

tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena

perdarahankronik akibat kanker colon dijumpai gejala gangguan kebiasaan

buang besar atau gejala lain tergantung dan lokasi kanker tersebut.

6. Pemeriksaan Penunjang

- Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun

- Hapils darah tepi menunjukkan hipokroinik inikrositik

- Kadar besi serum (Si) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun

- Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP,)

meningkat

- sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat

7. Terapi

Selelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi

terhadap anemia defisiensi besi adalah:

a. Terapi kausal

Terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing

tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorraghia. Terapi kausal

harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembal i.

b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh

(iron replacement therapy):

- Terapi besi oral

30

Page 31: makalah PBL

Terapi besi oral merupakan terapi piliharipertama oleh karena efektif,

murah dan aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous suphat (sulfas

ferosus) merupakan preparat piliharipertama oleh karena paling murah

tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. setiap 200mg sulfas

ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3

x 200 mg mengakibatkan absorpsi besi 50 mg/hari yang dapat

rneningkatkan eritropoiesis 2-3 kali normal.

Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek

samping lebih sering dibandigkan dengan pemberikan selelah makan.

Pada pasien yang mengalami intoleransi, sulfas ferosus dapat dibenikan

saat makan atau selelah makan.

Efek samping utama besi peroral adalah gangguan gastrointestinal yang

dijumpai pada 15-20% yang sangat mengurangi kepatuharipasien.

Keluhan ini dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk

mengurangi efek samping besi saat makan atau dosis dikurangi menjadi

3 x 100mg.

Pengobatan besi diberikan 3-6 bulan, ada juga yang menganjurkan

sampai 12 bulan, selelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi

cadangan besi tubuh. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100-

200 mg. Jika tidak diberikan dosis pemeliharaan, anemia sering kambuh

kembali.

- Terapi besi parenteral

Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mempilnyai besiko lebih

besar dan harganya lebih mahal. Oleh karena besiko ini maka besi

parenteral hariya diberikan atas indikasi tertentu.

Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50mg

besi/ml), iron sorbitol citrit acid complex dan yang terbaru adalah iron

ferric gluconate dan iron sucroce yang lebih aman. Besi parenteral

dapat diberikan secara intramuskular dalam atau intravena pelan.

31

Page 32: makalah PBL

Pemberian secara intramuskular memberikan rasa nyeri dan

memberikan warna hitam pada kulit. Efek samping yang dapat timbul

adalah reaksi anafilaksis, meskipiln jarang (0,6%). Efek samping lain

adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan

sinkop.

Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar

hemoglobin dan mengisi besi sebesar 500-1000 mg.

c. Pengobatan lain

- Diet

Sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama

yang berasal dan protein hewani.

- VitaminCV

Vitamin C diberikan 3 x 100 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi.

- Transfusi darah

ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi

darah pada anemia kekurangan besi adalah:

Adanya penyakit jantung anemiak dengan ancaman payah jantung.

Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala

pilsing yang sangat menyolok.

Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat

seperti pada kehamilan trimester akhir atau preoperasi.

Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi

bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian

furoseinid intravena. (Sumber Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam FK UI)

8. Pencegahan

Mengingat tingginya prevelensi anemia defisiensi besi di masyarakat maka

diperlukan suatu tindakan pencegahanyang terpadu. Tindakan pencegahan

tersebut dapat berupa :

- Pendidikan Kesehatan :

32

Page 33: makalah PBL

Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, perbaikan

lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki sehingga dapat

mencegah penyakit cacing tambang

Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu

absorpsi besi.

- Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronis

paling yang sering dijumpai di daerah tropik.

- Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk

yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita. Di Indonesia diberikan pada

perempilan hamil dan anak balita memakai pil besi dan folat.

- Fortifikasi bahanmakanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi pada

bahanmakan. Di negara barat dilakukan dengan mencampur tepung untuk

roti atau bubuk susu dengan besi.

b. Anemia Defisiensi Besi pada Remaja Putri

Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan

mencegah berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur

penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan

pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.

Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya

mereka yang karena aktif, amat sibuk, dan pilnya keterbatasan waktu, tidak bisa

mengikuti pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi. Kemungkinan

lain adalah meningkatnya kebutuhankarena kondisi fisiologis, misalnya hamil,

kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya

penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria,

tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai /TBC/). Mereka yang berdiet pun

terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang berpantang telur,

daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah

diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita

anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak

teratur tanpa kualitas makanan seimbang. Demikian pula pengidap gangguan

33

Page 34: makalah PBL

penyerapan zat besi dalam usus. ini bisa terjadi karena gangguan pencernaan

atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh, atau serat makanan

tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup. Wanita, terutama, perlu memberi

perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat remaja mengalami haid di

masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi,

vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus kehilangan zat

besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria. Pada wanita dewasa dengan

berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan dan kulit atau

kehilangan basal berjumlah 0,5 - 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8 mg

per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95%

populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat

haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95%

populasi. Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi

karena hilangnya zat itu di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan

makanan yang cukup mengandung zat besi. Kehilangan zat besi lewat haid

pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi jumlahnya di antara kaum

wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi lebih banyak

daripada wanita lain.

Tabel 4. Perkiraan kebutuhan besi setiap hari, unit adalah mg/hari

Urin, Keringat

FesesHaid Kehamilan Pertumbuhan Total

PriadewasaWanita yangsedang menstruasiWanita hamilAnak-anak(rata-rata)Wanita(umur l2-15)

0.5 – 10.5 – 1

0.5 – 10.5

0.5 – 1

0.5 – 1

0.5 – 1

1 – 2 0.6

0.6

0.5 – 11 – 2

1.5 – 31

1 – 2.5

(Sumber Kapita Selekia Hematologi)

34

Page 35: makalah PBL

Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin

mempertaharikan bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi

penting yang masuk, terutama zat besi. Kurangnya asupan zat besi akan

mengakibatkan terpakainya cadangan zat besi dan bila hal ini berlangsung

dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya anemia

defisiensi besi seperti telah dijelaskan di atas.

Gambar 4. Sebab anemia mikrositik hipokrom.

(Sumber Kapita Selekta Hematologi)

C. TINGKAT PRESTASI PADA REMAJA PUTRI

Perubahanyang dialaini remaja meliputi perubahan fisik, baik yang dapat

dilihat maupiln yang tidak dapat dilihat dan luar. Remaja juga mengalami

perubahanernosiona! yang tercerinin dalam sikap dan tingkah laku.

Perkembangan kepribadian remaja selain dipengaruhi olehorangtua dan

lingkungan keluarga juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan teman-

teman pergaulan di luar sekolah, dan faktor gizi. Pada remaja juga terjadi

perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung

jawab yang dihadapi (Suinito Arkanda, 1986). Berikut faktor-faktor yang

mempengaruhi tumbuh kembang remaja:

35

Page 36: makalah PBL

a. Faktor herediter. Yaitu faktor keturunan (heretio-constiturnet).

b. Faktor jumlah anak Yang dapat mempengaruhi besar dan panjang anak.

Anak pertama biasanya lebih kecil dan anak kedua sewaktu dilahirkan,

dan anak kedua biasanya lebih kecil dari anak yang ketiga.

c. Faktor sosial lekonomi. Golongan sosial ekonomi rendah biasanya

memiliki postur tubuh yang lebih kecil dibandingkan golongan sosial

ekonomi tinggi atau menengah.

d. Faktor seks/kelamin. Pada adolescent seks berpengaruh terhadap tinggi

dan berat badan

e. Faktor bangsa dan kebiasaan serta lingkungan. Contoh: orang-orang

Jepang yang terkenal pendek-pendek ternyata mereka yang tinggal di

Amerika, berat dan panjangnya hampir menyamai orang-orang Amerika.

f. Faktor endokrin. Terutama hyphophyse dan thyroid. Contoh hyphophyse:

cretinisme/kekerdilan.

g. Kelainan kongenital (bawaan) dapat terjadi karena faktor herediter atau

penyakit pada masa kecil akibat dan banyak hal. Contoh: beberapa organ

mental mengalami perlambatan (retardation), kebutaan, atau ketulian

bawaan.

h. Faktor malnutrition (kekurangan gizi). Gizi sangat berpengaruh,

terjadinya kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama

disebabkan oleh kekurangan protein dan vitamin B. Malnutrisi secara

primer terjadi akibat kekurang makan, secara sekunder terjadi akibat

penyakit kronis, penyakit darah, dan kelainan kongenital (Suinito

Arkandha, 1986)

Salah satu akibat dan faktor maInurisi adalah anemia defisiensi besi , disebut

juga anemia gizi (Djoko, 2006). Pertumbuhan remaja yang cepat

menyebabkan volume darah meningkat, demikian pula massa otot dan

enzim-enzim. Oleh karena itu diperlukan asupan besi yang cukup untuk

menjamin kebutuhan tersebut, zat besi membantu pembentukan hemoglobin

dalam sel darah merah, mcncegah anemia, keletihan, dan kondisi yang

menyebabkan mereka kehilangan konsentrasi dalam belajar. Remaja lebih

banyak memerlukan zat besi untuk mencegah anemia karena kekurangan zat

36

Page 37: makalah PBL

besi dan remaja putri memerlukan lebih banyak lagi untuk mengganti zat

besi yang hilang bersama darah haid (Arisman, 2003). Kebutuhan zat besi

pada remaja putri adalah 15 mg/hari, sedangkan pada remaja putra harinya

12 mg/hari (Sumber Kapita Selekta Hematologi).

Sel-sel otak memiliki mitokondria yang lebih banyak dan sel-sel tubuh yang

lain. ini berarti sel-sel otak membutuhkan oksigenasi sel yang lebih banyak.

Penghantaran oksigen ke otak diperantarai oleh sel darah merah dalam hal ini

hemoglobin. Jumlah hemoglobin yang cukup akan dapat mengantarkan

jumlah oksigen yang cukup ke sel-sel otak. Dengan cukupnya jumlah

oksigen pada sel-sel otak proses penerimaan impills pada sel-sel otak akan

berlangsung dengan baik (Enoch M, 1999).

37

Page 38: makalah PBL

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif secara cross sectional, data

diperoleh dengan system questioner.

3.2 Analisa Tabel

Data yang masuk dianalisis dengan bivariat untuk mengetahui jumlah dan %

dari variable yang telah diketahui serta untuk mengetahui tingkat pemahaman

responden terhadap penyakit anemia.

3.3 Populasi

Penduduk di kelurahan Pecoh Raya kecamatan Teluk Betung Selatan yang

berusia 14 - 22 tahun.

3.4 Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berada di lingkungan

kelurahan Pecoh Raya kec. Teluk Betung Selatan. Mengingat waktu penelitian

yang amat singkat maka sample yang dipilih adalah 50 orang responden yang

diambil secara random dari 5.018 orang penduduk di wilayah tersebut.

3.5 Lokasi & Waktu Penelitian

3.5.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk

Betung Selatan.

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 13 hari dimulai dari tanggal 3 November

sampai dengan tanggal 15 November.

38

Page 39: makalah PBL

3.6 Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan teknik kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan dengan datang langsung ke lapangan yang

sebelumnya sudah terbagi-bagi menurut sub wilayah kerja masing-masing

dengan mendatangi langsung secara acak.

3.7 Pengolahan Data

Semua data yang diperoleh dan hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk

piebar. Hasilnya diuraikan dengan penjelasan-penjelasan yang selanjutnya

dijelaskan dengan teori untuk pembahasan yang lebih lanjut.

3.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Metode Skala- Umur

- Pendidikan terakhir

- Status sosial

- Pekerjaan orang tua

Umur responden pada saat penelitian dilakukan

Pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden

Pendapatan minimum yang didapat oleh keluarga responden dalam jangka waktu 1 bulan

Pekerjaan dari keluarga responden dalam menghasilkan apa?

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

0 = <18 tahun1 = ≥18 tahun

1 = <SMU2 = ≥SMU

0 = ≤1.000.0001 = 1.000.000- 2.000.0002 = ≥ 2.000.000

0 = Pedagang1 = Petani2 = Buruh3 = PNS4 = Wiraswasta5 = lain-lain

39

Page 40: makalah PBL

- Riwayat Penyakit anemia

- Informasi

- Pengetahuan

Perjalanan penyakit anemia dalam keluarga responden

Dari mana Responden mendapat pengetahuan tentang anemia

Wawasan atau informasi yang diketahui oleh responden dalam suatu hal

Kuesioner

Kuesioner

Kuasioner

Wawancara

Wawancara

wawancara

Dikotomous0 = Ada1 = Tidak ada

0 = Dokter1 = Bidan2 = Perawat3 = Teman4 = Penyuluhan5 = Buku6 = Majalah7 = Iklan

Dikotomus 0 = baik1 = kurang baik

3.8 Etika Penelitian

- Proposal ini akan diajukan ke komite etik untuk dinilai etika penelitiannya

- Para responden akan diberikan surat persetujuan ( Informed Consent) untuk

ditanda tangani

40

Page 41: makalah PBL

3.9 Alur Penelitian

Persiapan

Informed Consent

Pengumpulan Data

Analisa Data

Pengolahan Data

Penulisan Laporan

Pengumpulan Laporan

Presentasi Laporan

Revisi

41

Page 42: makalah PBL

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di Kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk Betung Selatan

Bandar Lampung pada tangga 3 November 2008 – 15 November 2008.

Kelurahan Pecoh Raya terbagi menjadi 2 lingkungan yaitu lingkungan 1 dan

lingkungan 2. lingkungan 1 terbagi menjadi 8 RT sedangkan lingkungan 2 terbagi

menjadi 5 RT.

Peneliti melakukan penelitian di ingkungan 1, dimana sebagian besar merupakan

wilayah kumuh dengan persentase 75% dan sisa nya 25 % merupakan wilayah

tidak kumuh. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai buruh sehingga

tingkat kesejahteraan masyarakat dikelurahan Pecoh Raya khususnya lingkungan

1 sangat rendah. Ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat

yang mana sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu rata-

rata dibawah SMU.

A. Hasil Penelitian

4.1 ANALISIS UNIVARIAT

4.1.1 Data Umum

Distribusi responden masyarakat Kelurahan Pecoh Raya berdasarkan

umur, pekerjaan, pendidikan, dan status social.

4.1.1.1 Umur Responden

Tabel 5.1Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Umur

Di Kelurahan Pecoh RayaTahun 2008

UmurResponden

Jumlah %<18 Tahun≥18 Tahun

Total

2624

50

5248

100

42

Page 43: makalah PBL

Dari data yang didapat berdasarkan tingkat usia/umur responden yang mengisi

kuasioner, di ketahui responden yang memiliki usia <18 tahun ( remaja muda )

sebanyak 26 orang atau 52 %, sedangkan responden yang usia >18 tahun ( remaja

dewasa ) sebanyak 24 orang atau 48 %.

4.1.1.2 Pekerjaan Orang Tua Responden

Hasil Penelitian :

Tabel 5.2Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

PekerjaanResponden

Jumlah %PedagangPetaniBuruhPNSWiraswastaLain-lain

Total

11223158

50

224463016

100

Pekerjaan orang tua responden yang mengisi kuasioner di kelurahan Pecoh Raya

menunjukkan sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai buruh yaitu sebanyak

22 responden (44%), kemudian wiraswasta sebanyak 15 respponden (30%), lain-

lain sebanyak 8 responden (16%), PNS sebanyak 3 responden (6%), petani

sebanyak 1 responden (2%) dan pedagang sebanyak 1 responden (2%).

43

Page 44: makalah PBL

4.1.1.3 Pendidikan Responden

Tabel 5.3Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan

Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

PendidikanResponden

Jumlah %< SMU≥ SMU

Total

3614

50

7228

100

Dari data yang diperoleh Responden yang memiliki tingkat pendidikan < SMU

sebanyak 36 Responden ( 72% ), dari 50 total responden. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan Pecoh Raya

Kecamatan Teluk Betung Selatan masih sangat rendah.

4.1.1.4 Status Sosial

Tabel 5.4Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Status Sosial

Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

PenghasilanResponden

Jumlah %< Rp 1.000.000≥ Rp 1.000.000

Total

4010

50

8020

100

Dari data yang didapat, Responden yang keluarganya mempunyai pendapatan

perbulan < Rp 1.000.000 sebanyak 40 responden atau 80%, sedangkan yang

berpendapatan ≥ Rp1.000.000 sebanyak 10 responden atau 20%. Sehingga dapat

kita simpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk

Betung Selatan mempunyai status sosial yang rendah. Ini sangat erat kaitannya

dengan tingkat pendidikan masyarakat dimana semakin rendah status sosial maka

semakin rendah pula tingkat pendidikan masyarakat.

44

Page 45: makalah PBL

4.1.2 Data Khusus

4.1.2.1 Distribusi Responden Mengenai Ada Tidaknya Riwayat Keluarga

Yang Terkena Anemia

Tabel 5.5Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga

Yang Terkena Anemia Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

Riwayat KeluargaResponden

Jumlah %AdaTidak ada

Total

1040

50

8020

100

Dari data diatas, diketahui bahwa hanya ada 10 orang responden ( 80 % ) yang

memiliki riwayat keluarga terkena anemia dari 50 orang total jumlah responden.

4.1.2.2 Distribusi Responden Mengenai Informasi Penyakit Anemia

Tabel 5.6Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

Sumber InformasiResponden

Jumlah %Dokter BidanPerawatTemanBukuIklan

Total

2724467

50

544881214

100

Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 responden mengenai informasi penyakit

anemia, 27 orang (54%) mendapatkan informasi dari dokter, 2 orang (4%) dari

45

Page 46: makalah PBL

bidan, 4 orang (8%) dari perawat, 4 orang (8%) dari teman, 6 Orang (12%) dari

buku, 7 orang (14%) dari iklan.

4.1.2.3 Distribusi Responden Mengenai Penyuluhan Yang Dilakukan Di

Lingkungan Responden

Hasil Penelitian :

Tabel 5.7Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Penyuluhan Yang

Dilakukan Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

PenyuluhanResponden

Jumlah %Tidak Pernah 50 100

Dari data diatas, di lingkungan responden tidak pernah diadakan penyuluhan

mengenai penyakit anemia.

Tidak pernah nya diadakan penyuluhan mengenai penyakit anemia di lingkungan

masyarakat di sebabkan karena tidak tersedia nya sarana dan prasarana yang

memadai untuk mengadakan penyuluhan. Padahal penyuluhan sangat bermanfaat

untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit anemia.

Tabel 6.

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Di Kelurahan Pecoh Raya

Kecamatan Teluk Betung Selatan

Tahun 2008

Tingkat PengetahuanResponden

Jumlah %BaikKurang Baik

Total

446

50

892

100

46

Page 47: makalah PBL

Dari data diatas, didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan

yang baik mengenai penyakit anemia sebanyak 4 orang dari 50 responden.

Ini menunjukkan masih sangat rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai

penyakit anemia.

Faktor penyebab rendah nya pemahaman masyarakat terhadap penyakit anemia

adalah salah satunya yaitu tingkat pendidikan masyarakat yang sangat rendah

sehingga masyarakat sulit untuk memperoleh informasi mengenai penyakit

anemia. Di tambah lagi tidak pernah di adakannya penyuluhan-penyuluhan

kepada masyarakat mengenai penyakit anemia itu sendiri. Hal inilah yang

menyebabkan masyarakat khususnya di kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk

Betung Selatan sangat awam terhadap Penyakit anemia.

47

Page 48: makalah PBL

4.2 ANALISIS BIVARIAT

Variabel-variabel yang memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan remaja

mengenai penyakit anemia yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

4.2.3 Pendidikan Responden

Tabel 7.3Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Terhadap Penyakit Anemia Di Kelurahan Pecoh Raya Tahun 2008

Tingkat

pendidikan

InterpretasiTotal P value

OR

(95%CI)Baik Kurang Baik

< SMU

≥ SMU

Total

1 (2,8%) 35 (97,2%) 36 (100%)

0,031 0,1053 (21,4%) 11 (78,6%) 14 (100%)

4 46 50

Berdasarkan Tabel 6.3, di peroleh bahwa remaja yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik mengenai penyakit anemia dengan pendidikan < SMU sebesar

2,8 % atau 1 responden dari total 36 responden. Sedangkan remaja yang tingkat

pendidikannya ≥ SMU sebesar 21,4 % atau 3 responden dari 14 responden yang

mempunyai tingkat pendidikan sama.

Nilai p value 0,031. lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,05). Dengan

demikian dapat di simpulkan secara statistik dengan derajat kepercayaan 95%,

ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

pemahaman masyarakat mengenai penyakit anemia.

Nilai OR (95% CI) sebesar 0,105, dengan demikian responden yang memiliki

pendidikan ≥ SMU mempunyai peluang Lebih Paham 0,105 dari responden yang

mempunyai pendidikan < SMU.

48

Page 49: makalah PBL

4.2.5 Riwayat Penyakit

Tabel 7.5Hubungan Riwayat Penyakit Anemia Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Terhadap Penyakit Anemia Di Kelurahan Pecoh Raya Tahum 2008

Perjalanan

penyakit dalam

keluarga

Interpretasi

TotalP

value

OR

(95%CI)Baik Kurang Baik

Ada

Tidak Ada

Total

3 (25%) 9 (75%) 12 (100%)

0,014 12,3331 (2,6%) 37 (97,4%) 38 (100%)

4 46

Berdasarkan Tabel 6.5, di peroleh remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan

baik terhadap penyakit anemia yang ada riwayat keluarga sebesar 25 % atau 3

responden dari total 12 responden yang mempunyai riwayat anemia dalam

keluarga. Sedangkan remaja yang tidak ada riwayat keluarga ada 2,6 % atau 1

orang responden yang tingkat pengetahuannya baik dari 38 total jumlah responden

yang ada yang sama-sama tidk memiliki riwayat penyakit anemia dalam keluarga.

Nilai p value 0,014 sehingga lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,05).

Dengan demikian dapat di simpulkan secara statistik dengan derajat kepercayaan

95%, ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dalam keluarga

dengan tingkat pemahaman masyarakat mengenai penyakit anemia.

Nilai OR (95% CI) sebesar 12,333, sehingga peluang untuk masyarakat yang

mempunyai riwayat penyakit anemia dalam keluarga memiliki peluang untuk

lebih paham sebesar 12,333 dari masyarakat yang tidak memiliki riwayat

keluarga.

49

Page 50: makalah PBL

PEMBAHASAN :

4.2.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap tingkat Pemahaman Masyarakat

Dari data yang diperoleh Responden yang memiliki tingkat pendidikan < SMU

sebanyak 36 Responden ( 72% ), sedangkan responden yang memiliki tingkat

pendidikan ≥ SMU sebanyak 16 responden ( 28 % ) dari 50 total responden yang

ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di

kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk Betung Selatan masih sangat rendah.

Berdasarkan data di atas, bahwa responden yang mempunyai pendidikan < SMU

hanya terdapat 1 responden dari 36 responden yang ada yang mempunyai tingkat

pemahaman baik terhadap penyakit anemia. Sedangkan responden yang memiliki

pendidikan ≥ SMU terdapat 3 responden dari 16 responden yang ada yang

memiliki pemahaman yang baik mengenai penyakit anemia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor

pendukung terhadapat tingkat pemahaman masyarakat mengenai penyakit

anemia. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik pemahaman

mengenai penyakit anemia. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mempunyai

pendidikan lebih tinggi mempunyai akses yang lebih baik serta lebih

komprehensif untuk memperoleh sumber informasi yang memadai tentang

berbagai hal. Mereka bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber, misalnya

dari para pendidik, buku, internet, serta teman-teman. Sehingga mereka cenderung

memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas terhadap semua hal di

bandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan rendah.

Khususnya mengenai tingkat pemahaman terhadap penyakit anemia.

50

Page 51: makalah PBL

4.2.5 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Dengan Tingkat Pemahaman Mengenai

Penyakit Anemia

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa hanya ada 10 orang responden ( 80 % )

yang memiliki riwayat keluarga terkena anemia dari 50 orang total jumlah

responden.

Berdasarkan data diatas diperoleh tingkat pengetahuan yang baik pada responden

yang memiliki riwayat penyakit anemia sebanyak 3 orang dari 10 responden.

Sedangan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit anemia sebanyak 1

orang dari 40 responden.

Riwayat Penyakit anemia dalam keluarga memiliki keterkaitan yang erat dengan

tingkat pemahaman masyarakat terhadap penyakit anemia.

Adanya riwayat penyakit anemia dalam keluarga sangat mempengaruhi tingkat

pemahaman masyarakat akan penyakit anemia. Dengan kata lain masyarakat yang

mempunyai riwayat keluarga cenderung memiliki pemahaman yang baik tentang

penyakit anemia. Ini dikarenakan masyarakat bisa melihat dan memahami secara

langsung terhadap gejala-gejala yang timbul, bagaimana cara mengatasinya serta

apa akibat yang bisa di timbulkan dari anemia itu sendiri dengan cara mengamati

serta menanyakan secara langsung kepada keluarga yang terkena anemia.

51

Page 52: makalah PBL

Bab V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang di peroleh, bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai penyakit anemia di kelurahan Pecoh Raya Kecamatan

Teluk Betung Selatan tahun 2008 masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman masyarakat yaitu salah

satunya yang dapat kami temukan diantaranya adalah tingkat pendidikan yang

masih sangat rendah serta adanya riwayat penyakit anemia dalam keluarga.

Tingkat Pendidikan masyarakat di Kelurahan Pecoh Raya Kecamatan Teluk

Betung Selatan jauh dibawah standard pemerintah, Dimana persentasinya

adalah 30% SD (15 responden), 42% SLTP (21 responden), 22% SMU (11

responden), 4 % DIPLOMA (2 responden) dan 2% Sarjana (1 responden). Ini

dikarenakan tidak adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

serta tingkat ekonomi masyarakat yang sangat rendah sehingga pendidikan

tidak bisa di jangkau oleh masyarakat.

Adanya riwayat anemia dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang

cukup berpengaruh terhadap tingkat pemahaman masyarakat tentang penyakit

anemia. Masyarakat yang memiliki riwayat keluarga cenderung lebih paham

mengenai penyakit anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tidak

memiliki riwayat anemia dalam keluarga. Ini di karenakan masyarakat yang

mempunyai riwayat anemia dalam keluarga bisa melihat dan memahami secara

langsung bagaimana tanda-tanda serta dampak dari anemia itu sendiri dengan

cara bertanya kepada anggota keluarga yang terkena atau pernah terkena

anemia.

52

Page 53: makalah PBL

B. Saran

Penyakit anemia khususnya karena defisiensi besi adalah penyakit yang bisa

dicegah serta disembuhkan dengan pemahaman serta informasi yang memadai

akan penyakit anemia itu sendiri.

Dengan demikian untuk menekan angka resiko terkena dan mengurangi

dampak negatif yang bisa di timbulkan oleh anemia sangat diperlukan sekali

peran serta pihak terkait untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada

masyarakat tentang penyakit anemia dengan cara memberikan penyuluhan

kepada masyarakat.

53

Page 54: makalah PBL

PRINT OUT SPSS :

1. Umur

Frequencies

UMUR

26 52,0 52,0 52,0

24 48,0 48,0 100,0

50 100,0 100,0

remaja muda

remaja dewasa

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs

Statistics

UMUR

50

0

Valid

Missing

N

Case Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%UMUR * INTERPREN Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

UMUR * INTERPRETASI Crosstabulation

Count

3 23 26

1 23 24

4 46 50

remaja muda

remaja dewasa

UMURGRP

Total

PAHAM TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

54

Page 55: makalah PBL

Chi-Square Tests

,921b 1 ,337

,192 1 ,661

,966 1 ,326

,611 ,336

,903 1 ,342

50

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is1,92.

b.

Symmetric Measures

,135 ,337

,136 ,128 ,949 ,347c

,136 ,128 ,949 ,347c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

3,000 ,290 31,013

2,769 ,309 24,846

,923 ,785 1,085

50

Odds Ratio forUMURGRP (remajamuda / remaja dewasa)

For cohort INTERPRE =PAHAM

For cohort INTERPRE =TIDAK PAHAM

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

55

Page 56: makalah PBL

2. Pekerjaan

FrequenciesStatistics

pekerjaan dari keluarga responden50

0

Valid

Missing

N

pekerjaan dari keluarga responden

1 2,0 2,0 2,0

1 2,0 2,0 4,0

22 44,0 44,0 48,0

3 6,0 6,0 54,0

15 30,0 30,0 84,0

8 16,0 16,0 100,0

50 100,0 100,0

pedagang

petani

buruh

PNS

wiraswasta

lain-lain

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

CrosstabsCase Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%pekerjaan * INTERPRETASI

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pekerjaan dari keluarga responden * INTERPRE Crosstabulation

Count

1 1

1 1

1 21 22

3 3

1 14 15

2 6 8

4 46 50

pedagang

petani

buruh

PNS

wiraswasta

lain-lain

Pekerjaan dari keluargaResponden

Total

PAHAM TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

56

Page 57: makalah PBL

Chi-Square Tests

3,969a 5 ,554

3,396 5 ,639

2,208 1 ,137

50

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

9 cells (75,0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,08.

a.

Symmetric Measures

,271 ,554

-,212 ,141 -1,505 ,139c

-,215 ,146 -1,523 ,134c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

aOdds Ratio for pekerjaandari keluarga responden(pedagang / petani)

Value

Risk Estimate statistics cannot be computed. Theyare only computed for a 2*2 table without empty cells.

a.

57

Page 58: makalah PBL

3. Pendidikan

FrequenciesStatistics

pendidikan terakhir yang dijalani responden50

0

Valid

Missing

N

pendidikan terakhir yang dijalani responden

36 72,0 72,0 72,0

14 28,0 28,0 100,0

50 100,0 100,0

<SMU

>=SMU

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

CrosstabsCase Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%INTERPRE * pendidikanterakhir yang dijalaniresponden

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

INTERPRE * pendidikan terakhir yang dijalani respondenCrosstabulation

Count

1 3 4

35 11 46

36 14 50

PAHAM

TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

<SMU >=SMU

pendidikan terakhiryang dijalaniresponden

Total

58

Page 59: makalah PBL

Chi-Square Tests

4,764b 1 ,029

2,567 1 ,109

4,190 1 ,041

,061 ,061

4,669 1 ,031

50

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is1,12.

b.

Symmetric Measures

,295 ,029

-,309 ,150 -2,248 ,029c

-,309 ,150 -2,248 ,029c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

,105 ,010 1,112

,329 ,060 1,808

3,136 1,459 6,743

50

Odds Ratio forINTERPRE (PAHAM /TIDAK PAHAM)

For cohort pendidikanterakhir yang dijalaniresponden = <SMU

For cohort pendidikanterakhir yang dijalaniresponden = >=SMU

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

59

Page 60: makalah PBL

4. Pendapatan

FrequenciesStatistics

pendapatan minimum yang didapatoleh keluarga responden per bulan

50

0

Valid

Missing

N

pendapatan minimum yang didapat oleh keluarga responden per bulan

40 80,0 80,0 80,0

10 20,0 20,0 100,0

50 100,0 100,0

< 1.000.000

1.000.000 - 2.000.000

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

CrosstabsCase Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%

pendapatan minimumyang didapat olehkeluarga respondenper bulan * INTERPRE

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pendapatan minimum yang didapat oleh keluarga responden per bulan * INTERPRECrosstabulation

Count

3 37 40

1 9 10

4 46 50

< 1.000.000

1.000.000 - 2.000.000

pendapatanminimum yangdidapat oleh keluargaresponden per bulan

Total

PAHAM TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

60

Page 61: makalah PBL

Chi-Square Tests

,068b 1 ,794

,000 1 1,000

,065 1 ,799

1,000 ,603

,067 1 ,796

50

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,80.

b.

Symmetric Measures

,037 ,794

-,037 ,152 -,256 ,799c

-,037 ,152 -,256 ,799c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

,730 ,068 7,865

,750 ,087 6,468

1,028 ,821 1,287

50

Odds Ratio forpendapatan minimumyang didapat olehkeluarga responden perbulan (< 1.000.000 /1.000.000 - 2.000.000)

For cohort INTERPRE =PAHAM

For cohort INTERPRE =TIDAK PAHAM

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

61

Page 62: makalah PBL

5. Riwayat Penyakit

FrequenciesStatistics

perjalanan penyakit anemia dalam keluarga responden50

0

Valid

Missing

N

perjalanan penyakit anemia dalam keluarga responden

10 20,0 20,0 20,0

40 80,0 80,0 100,0

50 100,0 100,0

ADA

TIDAK ADA

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs

Case Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%perjalanan penyakitanemia dalam keluargaresponden * INTERPRE

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

perjalanan penyakit anemia dalam keluarga responden * INTERPRECrosstabulation

Count

3 9 12

1 37 38

4 46 50

ADA

TIDAK ADA

perjalanan penyakitanemia dalamkeluarga responden

Total

PAHAM TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

62

Page 63: makalah PBL

Chi-Square Tests

6,200b 1 ,013

3,533 1 ,060

5,132 1 ,023

,038 ,038

6,076 1 ,014

50

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,96.

b.

Symmetric Measures

,332 ,013

,352 ,159 2,607 ,012c

,352 ,159 2,607 ,012c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

12,333 1,144 132,930

9,500 1,087 83,047

,770 ,553 1,072

50

Odds Ratio for perjalananpenyakit anemia dalamkeluarga responden (ADA/ TIDAK ADA)

For cohort INTERPRE =PAHAM

For cohort INTERPRE =TIDAK PAHAM

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% ConfidenceInterval

63

Page 64: makalah PBL

6. Informasi

FrequenciesStatistics

dari mana responden mendapat pengetahuan tentang anemia50

0

Valid

Missing

N

dari mana responden mendapat pengetahuan tentang anemia

27 54,0 54,0 54,0

2 4,0 4,0 58,0

4 8,0 8,0 66,0

4 8,0 8,0 74,0

6 12,0 12,0 86,0

7 14,0 14,0 100,0

50 100,0 100,0

DOKTER

BIDAN

PERAWAT

TEMAN

BUKU

IKLAN

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

CrosstabsCase Processing Summary

50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%

dari mana respondenmendapatpengetahuan tentanganemia * INTERPRE

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

dari mana responden mendapat pengetahuan tentang anemia *INTERPRE Crosstabulation

Count

4 23 27

2 2

4 4

4 4

6 6

7 7

4 46 50

DOKTER

BIDAN

PERAWAT

TEMAN

BUKU

IKLAN

dari manarespondenmendapatpengetahuantentang anemia

Total

PAHAM TIDAK PAHAM

INTERPRE

Total

64

Page 65: makalah PBL

Chi-Square Tests

3,704a 5 ,593

5,225 5 ,389

2,535 1 ,111

50

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

9 cells (75,0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,16.

a.

Symmetric Measures

,263 ,593

,227 ,059 1,618 ,112c

,257 ,066 1,841 ,072c

50

Contingency CoefficientNominal by Nominal

Pearson's RInterval by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

ValueAsymp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

Risk Estimate

a

Odds Ratio for darimana respondenmendapat pengetahuantentang anemia(DOKTER / BIDAN)

Value

Risk Estimate statistics cannot be computed. Theyare only computed for a 2*2 table without empty cells.

a.

65

Page 66: makalah PBL

Diagram

pekerjaan dari keluarga responden

lain-lain

wiraswasta

PNS

buruh

petani

pedagang

Status Sosial

1.000.000 - 2.000.00

< 1.000.000

UMUR

remaja dewasa

remaja muda

66

Page 67: makalah PBL

Pendidikan Responden

>=SMU

<SMU

Riwayat Penyakit

TIDAK ADA

ADA

Sumber Informasi

IKLAN

BUKU

TEMAN

PERAWAT

BIDAN

DOKTER

67

Page 68: makalah PBL

Penyuluhan

TIDAK

INTERPRETASI

TIDAK PAHAM

PAHAM

68

Page 69: makalah PBL

DAFTAR PUSTAKA

A.V. Hoffbrand MA DM FRACP FRCPath, J.E. Pettit FRCPA FRCPath. Kapita

Selekta HAEMA TOLOGI (Essensial Haematology). Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta 1985

Alton, Irene. Iron Deficiency Anemia, Chapter 9 .Availabe at http: //www. epi.

umn.edu/let /pubs/irng/adolch9.pdf

Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus AIwi, Marcellus Sirnadibrata K, Siti

Satiati. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2006

Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A. Anemia Defisiensi Besi.

Available at: http://ummusalma.wordpress.com/2

Conrad MD, Marcell E. Iron Deficiency Anemia . Available at:

http://www.emedicine. com /med/topic 1188 .htm 007/01 /24/anernia-

defisicnsi-besi/

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Data dan Informasi, 2005.

Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Available at :

http://bankdata.depkes.go.id/data%20 intranet/Dokumen/Glosarium.pdf

Depkes. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remja Putri dan

Wanita Usia Subur. Departemen Kesehatan Republik Indomesia, Jakarta.

Enoch, M. 1989. Kekurangan gizi pada anak dan konsentrasi belajar. Buletin

Gizi.1(13).

69

Page 70: makalah PBL

Errnawati, Fitrah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Severitas Anemia Anak

Balita dan Wanita Usia Subur. Research Report. Availabe at :

http://litbang.depkes.c

Isselbacher, Braunwauld, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison Prinsip-

prinsip Iimu Penyakit Dalam, Volume 4, E/13. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 2000o.id

Khudori. Kebutuhan Pokok dan SDM Berkualitas. Sinar Harapan Press. 2003

Notoatmodjo, Dr. Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.

Jakarta. 2005

Permaisih, D. A.M. Dahro, & H. Riyadi. 1989. Hubungan Status Anemi dan

Status Besi Wanita Remaja Santri. Penelitian Gizi dan Makanan (II),

Puslitbang Gizi, Depkes RI, Bogor

Ratna, dr. Ida. Anemia. Available at : http : //www.mer-c.org/mc/inalkonkes/2005

/ kkes_0505_h_anemia.htm

Robert E. Olson, dkk (1988), Mineral, pengetahuan Gizi Mutakhir, PT Gramedia,

Jakarta

Solihin pudjiadi (1993), Ilmu Gizi Klinis, FK UI, Jakarta

SWARA TIGARAKSA No. 80/Th.V/Pekan I - Il April 2004 - hal 14

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006

70

Page 71: makalah PBL

Wahyuni, Chatarina Umbul. Peranan Pola Makan Terhadap Anemia Gizi pada

Remaja Putri Pondok Pesantren di Surabaya. Research Report. Availabe

at : http://litbang. depkes.co.id

Wahyuni, dr. Arlinda Sari. Anemia Defisiensi Besi. Karya Tulis Ilmiah. Available

at:http://library.usu.ac.id/modules.php?

op=modload&name=Downloads&file=index&reqgetit&lid=996.

71