Tugas Makalah PBL

54
Tugas Makalah PBL Gangguan Somatisasi Pada Wanita 51 tahun Nama :Dicky Taruna NIM :10-2010-189 Kelompok :D5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta, 11510 email : [email protected] Pendahuluan Istilah somatoform berasal dari bahasa yunani , yaitu soma yang berarti bagian tubuh dan gangguan somatoform adalah sekelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utamanya. Gangguan ini mencangkup interaksi tubuh dan pikiran ( body-mind ) , yang menurut pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukan adanya terkekaitan dengan keluhan – keluhan pasien. Wawancara Psikiatrik 1 Wawancara psikiatrik digunakan untuk pemeriksaan dan terapi. Bagi pasien mereka dapat menceritakan secara terperinci dan jujur tentang kehidupan dan masalahnya yang juga dapat memberikan efek terapi bagi pasien

description

22

Transcript of Tugas Makalah PBL

Page 1: Tugas Makalah PBL

Tugas Makalah PBL

Gangguan Somatisasi Pada Wanita 51 tahun

Nama :Dicky Taruna

NIM :10-2010-189

Kelompok :D5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta, 11510

email : [email protected]

Pendahuluan

Istilah somatoform berasal dari bahasa yunani , yaitu soma yang berarti bagian tubuh

dan gangguan somatoform adalah sekelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda

serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utamanya. Gangguan ini

mencangkup interaksi tubuh dan pikiran ( body-mind ) , yang menurut pemeriksaan

fisik dan laboratorium tidak menunjukan adanya terkekaitan dengan keluhan –

keluhan pasien.

Wawancara Psikiatrik 1

Wawancara psikiatrik digunakan untuk pemeriksaan dan terapi. Bagi pasien mereka

dapat menceritakan secara terperinci dan jujur tentang kehidupan dan masalahnya

yang juga dapat memberikan efek terapi bagi pasien tersebut. Pewawancaraan harus

membangun suatu hubungan yang baik denganpasien. Disamping mengamati setiap

perkataan dan tingkah laku pasien , dokter juga harus berpartisipasi aktif dalam

wawancara tersebut .

Isi wawancara harus mencangkup semua pokok anamnesa, sehingga mungkin akan

memerlukan serangkaian wawancara. Sebaiknya wawancara dimulai dari

keluhanpasien saat ini, jangan Tanya tentang keluarga dahulu. Wawancara dapat

dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung , tetapi pada wawancara

yang pertama harus ada keseimbangan antara bertanya langsung dan membiarkan

Page 2: Tugas Makalah PBL

pasien bercerita tentang masalahnya dengan caranya sendiri. Hindari pertanyaan yang

mencela dan mengarahkan.

Untuk memperoleh catatan medic yang tepat dan lengkap biasanya diperlukan

beberapa kali wawancara . berikut adalah urutan wawancara psikiatrik :

1. Riwayat penyakit sekarang

Kita dapat menanyakan keluhan utama pasien untuk berobat, kita juga dapat

menyakan alasan dia berobat kalau perlu dapat kita tanyakan siapa yang

merujuknya untuk berobat. Kita dapat tanyakan kejadiannya urutan

kronologisnya dari awal penyakit dimana berbagai perubahan mulai timbul

sampai keadaannya sekarang ini . catat juga kejadian pencetus dan berbagai

gejala yang muncul kemudian diurutkan seakurat mungkin berdasarkan waktu

kejadian.

2. Riwayat social

Keluarga : kita dapat menanyakan hubungan pasien dengan keluarganya,

apakah dikeluarga tersebut ada yang mengalami gangguan mental, apakah ada

hubungannya antara keadaan keluarga pasien dengan keluhan pasien

( pengaruh dan suasana keluarga ) .

Riwayat Pribadi : kita dapat menanyakan riwayat perkembangan kejiwaan

anaknya dari kecil sampai saat pasien datang kekita . apakah ada kesulitan

dalam berteman dengan teman sepermainnanya, apakah pasien mengalami

keterbelakangan dan kesulitan belajar sewaktu sekolah, bila pasien sudah

menikah dapat kita tanyakan bagaimana riwayat selama puber, hubungan

dengan istri dan anak-anaknya. Bagaimana dengan kebiasaan sehari-hari

pasien apakah pasien suka minum-minuman beralkohol menggunakan obat-

obat hipnotik dan lain sebagainya.

3. Riwayat penyakit dahulu

Dapat kita tanyakan apakah dahulu pasien pernah menderita sakit seperti ini ,

apakah pernah menjalani pengobatan sebelumnya, apakah pasien mendapatkan

hasil dari pengobatannya, dan lain sebagainya.

Page 3: Tugas Makalah PBL

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus terpadu dan harus dilakukan pada keluhan yang dikeluhkan

oleh pasien. Penemuan negate atau pun positif harus dicatat . bila memungkinkan

pemeriksaan fisik dapat dilakukan sebelum pemeriksaan mental pasien , karena

observasi perilaku pasien selama pemeriksaan fisik sering bermanfaat dalam

mengungkapkan fakta kelainan mental pasien.

Pemeriksaan Psikiatri ( Keadaan Mental )

Perilaku umum : penampilan , perilaku di bangsal sejak awal masuk rumah sakit,

sikap terhadap rumah sakit, dokter, perawat, pasien lain, kegiatan makan, tidur, dsb.

Berbicara : uraikan cara pasien bicara, bukan apa yang dibicarakan. Banyak atau

sedikit, berbicara spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Kecepatan dan koherensi.

Afek: tidak hanya kegembiraan atau kesedihan, tetapi iritabilitas, kebingungan ,

ketakutan, ansietas, . datar atau berubah-ubah, penyebab perubahan, sesuai atau tidak

sesuai. Ikap terhadap masa depan, masa lalu, dan masa sekarang. Pikiran untuk bunuh

diri.

Pola Pikir : mampu berpikir dalam bentuk abstrak (ujilah dengan berbagai pepatah

dan catat jawabannya ) secara konstan dengan alur bicara yang tidak terputus-putus.

Apakah pasien mengalami bloking, tekanan atau kekosongan pikiran.

Isi Pikir : uraikan dengan lengkap isi piker , problem dan preokupasi. Daftarkan

kekuatiran utama pasien.

Waham dan salah interpetasi : keraguan terhadap lingkungan , ideas of reference,

persecution. Apakah ada wahan nihilistic , kebesaran , bersalah, hipokondriasis dsb.

Halusinasi dan kelainan persepsi lainnya : apakah ada gangguan dalam penglihatan,

pendengaran , taktil yang pasien terima berdasarkan sumber dan sifatnya, atau

khayalan yang timbul pada diri sendiri .

Page 4: Tugas Makalah PBL

Fenomena obsesi : isi obsesi dan seberapa kuat dia mempertahankannya . kesadaran

terhadap keanehan yang dia lakukan. Hubungannya dengan keadaan emosi .

hubungannya dengan tindakan konfulsif dan keagamaan.

Orientasi : mengetahui nama, identitas, tempat waktu, tanggal , orang lain ,

lingkungan rumah sakit.

Daya ingat ; dapat dinilai dari kemampuan pasien menjelaskan riwayatnya. Tes daya

ingat pasien terhadap kejadian yang baru terjadi dan kejadian masa lalu , daya ingat

terhadap daftar angka, nama dan alamat.

Perhatian dan kosentrasi : mudah dialihkan, preokupasi. Ujilah kemampuan pasien

untuk menyebutkan tanggal , dan bulan berurutan dari belakang secara berurutan.

Ujilah kemampuan pasien untuk menyebutkan angka pengurangan 7 dari 100, missal

100, 93, 86, dan seterusnya.

Pengetahuan umum : ujilah berdasarkan pengalaman dan pendidikan pasien , gunakan

peristiwa yang baru terjadi nama , nama mentri , presiden, ibu kota, dan lain

sebagainya.

Insight dan Judgement : sikap terhadap keadaan saat ini. Merasa sakit? Perlu

pengobatan? Rencana masa depan ? sikap terhadap keuangan, keluarga ataupun etika.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji darah, urin, dan pemeriksaan

penunjang lain sesuai keluhan pasien. Alasan penting untuk melakukan uji darah

adalah memeriksan adanya gangguan organik, memeriksan komplikasi fisik akibat

gangguan psikiatri, dan menemukan gangguan metabolik. Uji darah yang harus

dilakukan yaitu, pemeriksaan darah lengkap, urea dan elektrolit, uji fungsi tiroid, uji

fungsi hati, kadar vitamin B12 dan asam folat, serta serologi sifilis. Untuk pemeriksaan

darah lini kedua dapat dilakukan pemeriksaan kadar kalsium, assay kortisol dan

serologi HIV.

Pada uji urin kita melakukan skrining obat terlarang dalam urin untuk memeriksa

penyalahgunaan zat psikoaktif. Selain itu kita juga melakukan uji urin lengkap seperti

Page 5: Tugas Makalah PBL

pada uji darah. Untuk pemeriksaan lain kita dapat melakukan

elektroensefalografi(EEG), elektrokardiografi(EKG), radiografi seperti x-ray dan ct

scan.

Gangguan Somatoform 2,3

Gangguan somatoform ( terutama gangguan-gangguan konversi atau disebut juga

reaksi konversi ) adalah gangguan-gangguan neurotic yang khas bercirikan

emosionalitas yang ekstrem , dan beruba menjadi simtom-simtom fisik. Simtom-

simtom fisk itu mungkin berupa kelumpuhan anggota-anggota tubuh, rasa sakit dan

nyeri luar biasa, buta tuli, tidak bisa bicara, muntah terus-menerus, kepala dan tangan

gemetar, dan lain sebagainya. Penderita yang mengalami gangguan somatoform itu

mungkin mengalami anesthesia dimana ia tidak peka terhadap rasa sakit .

Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejalnya fisik yang berulang-

ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medic, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negative dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak

ditemukan kelainan yang menjadi dasra keluhannya. Penderita juga menyangkal dan

menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan

problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan

gejala-gejala anxietas dan depresi. Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan

pasien mengenai kemungkinan penyebab keluhan-keluhannya menimbulkan frustasi

dan kekecewaan pada kedua belah pihak.

Gangguan somatoform dibagi lagi menjadi 6 jenis menurut PPDGJ - III, yaitu :

1. Gangguan somatisasi

2. Gangguan Somatoform tak terinci

3. Gangguan hipokondriasis

4. Gangguan disfungsi otonomik somatoform

5. Gangguan nyeri somatoform menetap

6. Gangguan body dysmorphic

Gangguan somatisasi 3,4,5

Page 6: Tugas Makalah PBL

Gangguan somatisasi dicirikan dengan gejala-gejala somatic yang banyak yang tidak

dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Keluhan yang

diutarakan pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai system organ seperti

gastrointestinal, seksual, saraf dan bercampur dengan keluhan nyeri . gangguan ini

bersifat kronis, berkaitan dengan stressor psikologis yang bermakna, menimbulkan

hendaya dibidang social dan okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan

medis yang berlebihan. Dikenal juga sebagai sindrom Briquet.

Gejala Klinis 4,5

Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatic dan riwayat

medic yang panjang dan rumit. Gejala- gejala umum yang sering dikeluhkan adalah

mual, muntah ( bukan karena kehamilan ), sulit menelan, sakit pada lengan dan

tungkai , nafas pendek ( bukan karena olahraga ) , amnesia, komplikasi kehamilan dan

menstruasi. Sering kali pasien beranggapan dirinya menderita sakit sepanjang

hidupnya. Gejala pseudoneurologik sering dianggap sebagai gangguan neurologic

namun tidak patognomonik. Misalnya gangguan koordinasi atau keseimbngan,

paralisis atau kelemahan local, sulit menelan atau merasa ada gumpalan di

tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau sakit,

penglihatan kabur , buta, tuli, bangkitan atau kehilangan kesadaran bukan karena

pingsan.

Penderita psikologik dan masalah interpersonal menonjol, dengan cemas dan depresi

merupakan gejala psikiatri yang paling sering muncul. Ancaman akan bunuh diri

sering dilakukan, namun bunuh diri actual sangat jarang. Biasanya pasien

mengungkpkan keluhannya secara dramatk, dengan muatan emosi berlebihan. Pasien-

pasien ini biasanya tampak mandri, terpusat pada dirinya, haus penghargaan dan

pujian dan manipulative.

Epidemiologi 5

Prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi dalam populasi umum diperkirakan 0,1

sampai 0,2 persen walaupun beberapa kelompok riset yakin bahwa angka sebenarnya

dapat lebih mendekati 0,5 persen. Perempuan dengan ganggauan somatisasi

jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20 kali lebih banyak, tetapi perkiraan tertinggi

dapat disebabkan adanya tendensi dini tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada

Page 7: Tugas Makalah PBL

pasien laki-laki. Meskipun demikian , gangguan ini adalah gangguan yang lazim

ditemukan. Dengan rasio perempuan banding laki-laki 5 banding 1, prevalensi seumur

hidup gangguan somatisasi pada perempuan di populasi umum mungkin 1 / 2 persen.

Diantara pasien yang ditemui di tempat praktir dokter umum dan dokter keluarga,

sebayak 5 sampai 10 persen dapat memenuhi kriteria diagnostic gangguan somatisasi.

Gangguan ini berbanding terbalik dengan posisi social dan terjadi paling sering pada

pasien yang memiliki sedikit edukasi dan tingkat pendapatan yang rendah. Gangguan

somatisasi didefinisikan dimulai sebelum usia 30 tahun dan paling sering dimulai

selama masa remaja seseorang.

Etiologi 5

Factor psikososial : formulasi psikososial melibatkan interpretasi gejala

sebagaikomunikasi social, akibatnya adalah hindari kewajiban ( contohnya harus

pergi ke tempat kerja yang tidak disukai ) , mengekspresikan emosi ( contohnya

marah kepada pasangan) atau menyimbolkan suatu perasaan atau keyakinan

( contohnya nyeri diusus ). Interprestasi gejala psikoanalitik yang kaku bertumpu pada

hipotesis bahwa gejalagejala tersebut menggantikan impuls berdasarkan insting yang

ditekan.

Perpektif perilaku pada gangguan somatisasi menekankan bahwa pengajaran orang

tua, contoh dari orang tua , dan adat istiadat dapat mengaari beberapa anak untuk

lebih melakukan somatisasi daripada orang lain. Disamping itu, sejumlah pasien

dengan gangguan somatisasi menekankan bahwa pengajaran orang tua, contoh dari

orang tua dan adat-istiadat dapat mengajari beberapa anak untuk lebih melakukan

somatisasi daripada orang lain. Disamping itu, sejumlah pasien dengan gangguan

somatisasi datang dari keluarga yag tidak stabil dan mengalami penyiksaan fisik.

Faktor Biologis dan Genetik : sejumlah studi mengemukakan bahwa pasien memiliki

perhatian yang khas dan hendaya kognitif yang menghailkan persepsi dan penilaian

input somatosensorik yang salah. Hendaya ini mencangkup perhatian mudah teralih,

ketidakmampuan menghabituasi stimulus berulang, pengelompokan konstruksi

kognitif dengan dasar impresionistik, hubungan parsial dan sirkumstansial, serta

kurangnya selektivitas seperti yang ditunjukan sejumlah studi potensial bangkitan.

Page 8: Tugas Makalah PBL

Sejumlah terbatas studi pencitraan otak melaporkan adanya penurunan metabolism

lobus frontalis dan hemisfer nondominan.

Data genetic menunjukan bahwa gangguan somatisasi dapat memiliki komponen

genetic. Gangguan somatisasi cenderung menurun di dalam keluarga dan terjadi pada

10 hinga 20 persen kerabat perempuan derajat pertama pasien dengan gangguan

somatisasi. Didalam keluara ini, kerabat laki-laki derajat pertama rentan terhadap

penyalagunaan obat dan angguan kepribadian antisosial. Satu studi melaporkan bahwa

angka kejadian kembar dizigot menunjukan adanya efek genetic.

Penelitian sitokin, suatu are baru studi ilmu neurologi dasar, dapat relevan dengan

gangguan somatisasi dan angguan somatoform lainnya. Sitokin adalah melekul

pembawa pesan yang digunakan system saraf, termasuk otak. Contoh sitokin adalah

interleukin , factor nekrosis tumor dan interferon. Bebrapa percobaan pendahuluan

menunjukan bahwa sitokin dapat berperan menyebabkan sejulah gejala nonspesifik

penyakit, terutama infeksi, seperti ihipersomnia, anoreksia, lelah dan depresi.

Walaupun ada data yang menyokong hipotesis pengaturan abnormal system sitokin

dapat mengakibatkan sejumlah gejala yang ditemukan pada gangguan somatoform.

Pedoman diagnostic somatisasi : 3

1. Adanya banyak keluha-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya

2 tahun

2. Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak

ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya

3. Terdapat disabilitas dalam fungsi di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan

dengan sifat keluhan – keluhannya dan dampak dari perilakunya

Prognosis 5

Diagnosis biasanya dapat ditegakan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal sudah

dimulai saat remaja. Masalah menstruasi biasanya merupakan keluhan paling dini

yang muncul pada wanita. Keluhan seksual sering kali berkaitan dengan perselisihan

dalam perkawinan. Periode keluhan yang ringan dapat berlangsung sekitar 9 – 12

bulan, sedangkan gejala yang berat dan pengembangan dari keluhan-keluhan baru

Page 9: Tugas Makalah PBL

berlangsung selama 6-9 bulan. Sebelum setahun biasanya pasien sudah mencari

pertolongan medis . adanyapeningkatan tekanan kehidupan mengakibatkan

eksaserbasi gejala-gejala somatic.

Penatalaksanaan 4

Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter, sebab apabila dengan beberapa

dokter psaien akan mendapat kesempatan lebih banyak mengungkapkan keluhan

somatiknya . interval pretemuan sebulan sekali. Meskipun pemeriksaan fisik tetap

harus dilakukan untuk setiap keluhan somatic yang baru, dokter atau terapis harus

mendengarkan keluhan somatic sebagai ekspresi emosional dan bukan sebagai

keluhan medic.

Psikoterapi baik yang individual maupun kelompok akan menurunkan pengeluaran

dana perawatan kesehatannya terutama untuk rawat inap dirumah sakit. Psikoterapi

membantu pasien untuk mengatasi gejala-gejalanya , mengekspresikan emosi yang

mendasari dan mengembangkan strategi alternative untuk mengungkapkan

perasaannya.

Terapi psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gangguan lain ( komorbid ).

Pengawasan ketat terhadap pemberian obat harus dilakukan karena pasien dengan

gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat-obatan berganti-ganti dan tidak

rasional.

Gangguan somatoform tidak terinci

Menurut DSM-IV-TR, gangguan somatoform yang tidak terinci didefinisikan sebagai

efek fisk yang tidak dapat dijelaskan, berlangsung sedikitnya selama 6 bulan dan

dibawah ambang untk mendiagnosis gangguan somatisasi. Diagnosis DSM-IV-TR

seseuai bagi pasien dengan satu atau lebih gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan

oleh keadaan medis yang diketahui atau yang secara jelas melampaui keluhan yang

dipikirkan untuk suatu keadaan medis, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostic

gangguan somatoform spesifik. Gejala harus menimbulkan distress emosi yang

signifikan atau mengganggu fungsi social maupun pekerjaan mereka.

Pedoman diagnostic untuk gangguan somatoform tidak terinci :

Page 10: Tugas Makalah PBL

1. keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi

gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak

terpenuhi

2. kemungkinan ada ataupun tidak factor penyebab psikologis belum jelas, akan

tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.

Gangguan hipokondriasis 3,5

Hipokondriasis didefinisikan sebagai seorang yang berokupasi dengan ketakutan atau

kenyakinan menderita penyakit serius. Pasien dengan hipokondriasis memiliki

interpretasi yang tidak realistis maupun akurat terhadap gejala atau sensasi fisik,

meskipun tidak ditemukan penyebab medis. Preokupasi pasien menimbulkan

penderitaan bagi dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk berfungsi secara

baik dibidang social , interpersonal dan pekerjaan. Pasien dengan hipokondriasis

memiliki skema kognitif yang salah. Mereka salah menginterpretasikan sensasi fisik.

Sebagai contoh pasien merasakan kembung, tetapi oleh pasien dirasakan sebagai sakit

perut . pasien hipokondriasis menambah dan memperbesar sensasi somatic yang

dialaminya, karena rasa tidak nyaman secara fisik mempunyai ambang dan toleransi

yang rendah.

Hipokonriasis juga bisa dilihat sebagai permintaan untuk mendapatkan peran sakit

pada orang yang sedang menghadapi masalah berat yang tidak dapat diselesaikannya.

Peran sakit memberikan peluang bagi seseorang untuk menghindari kewajiban berat,

menunda tantangan yang tidak dikehendaki dan mendapatkan permakluman untuk

tidak memenuhi tugas dan tanggung jawabnya.

Teori lain memandang hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan mental lainnya

, yang tersering adalah depresi dan cemas. Diperkirakan 80% pasien hipokondriasis

juga mengalami gangguan deprsi atau cemas bersamaan.

Pedoman diagnostic untuk gangguan hipokondriasis :

1. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang

serius yang melandasi keluhan-keluhannya , meskipun pemeriksaan yang

berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun

Page 11: Tugas Makalah PBL

adanya preokupasi yang menetap kemugkinan deformitas atau perubahan

bentuk penampakan fisiknya ( tidak sampai waham )

2. Tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi

keluhan-keluhannya.

Perjalanan penyakit hipokondriasis biasanya episodk. Setiap episode berlangsung

berbulan –bulan sampai tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama

lamanya. Pasien hipokondriasis biasanya menolak untuk terapi psikiatrik. Beberapa

bersedia menerima terapi psikiatrik apabila dilakukan pada setting medis dan edukasi

untuk menghadapi penyakit kronik. Psikoterapi kelompok sangat bermanfaat karena

dapat memberikan dukungan social dan interaksi social sehingga menurunkan

kecemasan.

Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform 3,5

Gangguan ini lebih memberikan keluhan-keluhan kepada pasien yang memberikan

kesan adanya gangguan / penyakit pada saraf otonomik. Gejalan klinis pada umumnya

yaitu gejala objektif otonomik seperti palpitasi, berkeringat, flushing, tremor dan

gejala subjektif / tidak spesifik seperti gejala-gejala dikulit.

Pedoman diagnostic disfungsi otoomik somatoform yaitu :

1. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat,

tremor, muka panas, yang menetap dan mengganggu

2. Gejala subjektif tambahan mengacu pada system atau organ tertentu (gejala

tidak khas )

3. Preokupasi dengan dan penderitaan mengenai kemungkinan adanya gangguan

yang serius dari system atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil

pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter

4. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur / fungsi dari

system atau organ yang dimaksud.

Gangguan Nyeri Somatoform 3,4

Gangguan nyeri ini didefinisikan gangguan nyeri sebagai adanya nyeri yang

merupakan factor dominan perhatian klinis. Factor psikologis memerankan peranan

Page 12: Tugas Makalah PBL

yang penting di dalam gangguan tersebut. Gejala utamanya adalah nyeri pada satu

atau lebih tempat yang tida seutuhnya disebabkan oleh keadaan medis atau

neurologus nopsikiatri. Gejala nyeri disertai penderitaan emosional dan hendaya

fungsi. Gangguan ini disebut gangguan nyeri somatoform, gangguan nyeri

psikogenik, gangguan nyeri idiopatik atau gangguan nyeri atipikal.

Nyeri mungkin merupakan keluhan tersering dalam praktik medis dan sindrom nyeri

yang sulit dikendalikan lazim ditemukan. Nyeri punggung bawah menyebabkan 7 juta

orang di amerika mengalami hendaya dan bertanggung jawab untuk lebih dari 8 juta

kunjungan keruang praktik dokter setiap tahun. Gangguan nyeri didiagnosis 2 kali

lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki. Usia puncak awitan adalah pada

decade keempat atau kelima, mungkin karena toleransi terhadap nyeri berkurang

seiring dengan penambahan usia. Gangguan nyeri paling lazim dtemukan pada orang

dengan pekerjaan industry mungkin karena cenderung mendapatkan cedera terkait

pekerjaan yang meningkat. Gangguan depresif, gangguan ansietas dan

penyalahgunaanzat juga lebih lazim ditemukan didalam keluarga pasien dengan

gangguan nyeri dibandingkan populasi umum.

Penyebabnya pun dapat dibagi lagi menjadi beberapa factor yaitu :

1. Factor psikodinamik : pasien yang mengalami sakit dan nyeri di tubuh tanpa

adanya penyebab fisik yang dapat diidentifikasi dan adekuat mungkin secara

simbolis mengekspresikan suatu konflik intrapsikik melalui tubuhnya. Pasien

disini tidak dapat menjelaskan keadaan perasaan internal mereka dengan kata-

kata, tubuh merekalah yang mengekspresikan keadaan tersebut. Pasien

memindahkan masalah mereka ketubuh , mereka dapat merasakan bahwa

mereka memiliki tuntunan sah terhadap pemenuhan kebutuhan mereka untuk

bergantung. Arti simbolik gangguan tubuh juga dapat menghubungkan untuk

pertobatan dosa yang disadari , untuk memperbaiki rasa bersalah atau untuk

menekan agresi. Banyak pasien mengalami nyeri yang tidak responsive dan

sulit dikendalikan karena mereka yakin mereka pantas untuk menderita.

2. Faktor perilaku : perilaku nyeri didorong saat dihargai dan dihambat saat

diabaikan atau dihukum. Contohnya gejala nyeri sedang dapat menjadi intens

Page 13: Tugas Makalah PBL

jika diikuti perilaku cemas dan perhatian oleh orang lain, dengan keuntungan

keungan atau dengan behasilnya penghindaran aktivitas yang tidak disukai.

3. Factor Interpersonal : nyeri yang sulit dikendalikan telah dikonseptualisasikan

sebagai cara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam

hubungan interpersonal, contohnya untuk menyakinkan kasih sayang seorang

anggota keluarga atau menstabilkan perkawinan yang mudah retak.

Keuntungan sekunder seperti itu paling penting pada pasien dengan gangguan

nyeri.

4. Faktor biologis : korteks serebri dapat menghambat cetusan serat nyeri aferen.

Serotonin mungkin merupakan neurotransmitter utama dalam jaras inhibisi

desenden dan endorphin juga memainkan peran penting dalam modulasi nyeri

sitem saraf pusat. Defisiensi endorphin tampaknya berhubungan dengan

augmentasi stimulus sensorik yang datang. Beberapa pasien dapat memiliki

gangguan nyeri bukannya gangguan jiwa lain karena kelainan kimiba atau

structural limbic dan sensorik menjadi predisposisi mereka untuk mengalami

nyeri.

Pasien dengan gangguan nyeri tidak menyusun suatu kelompok yang sama , tetapi

kumpulan orang yang heterogen dengan nyeri punggung abwah sakit kepala, nyeri

fasial atipikal, nyeri pelvis krons dan nyeri lainya. Rasa nyeri pasien dapat berupa

neuropatik, neurologis, iatogernik , musculoskeletal, pascatrauma . meskipun

demikian untuk memnuhi diagnosis gangguan nyeri, gangguan tersebut harus

memiliki factor psikologis yang dinilai secara signifikan terlibat dalam gejala nyeri

dan percabangannya.

Pasien dengan gangguan nyeri sering memiliki riwayat perawatan medis dan

pembedahan yang panjang . mereka mengunjungi banyak dokter, meminta banyak

obat dan terutama dapat terus menerus menginginkan pembedahan. Bahkan mereka

dapat benar-benar memiliki preokupasi terhadap nyeri mereka dan menyebutnya

sebagai sumber semua kesengsaraan mereka.

Pedoman Diagnostik untuk nyeri somatoform adalah :

Page 14: Tugas Makalah PBL

1. keluhan utama adanlah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya atas arsar proses fisiologik maupun adanya gangguan

fisik .

2. nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem

psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam

mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut .

3. dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan , baik personal

maupun medis, untuk yang bersangkutan.

Nyeri pada gangguan nyeri umumnya dimulai dengan tiba-tiba dan meningkat

keparahannya untuk beberapa minggu atau bulan. Prognosisnya bervariasi walaupun

gangguan nyeri sering dapat bersifat kronik, menimbulkan distress dan benar-benar

menimbulkan ketidakmampuan. Jika factor psikologis mendominasi gangguan nyeri,

rasa nyeri tersebut dapat membaik dengan terapi atau setelah menyingkirkan

dorongan eksternal. Pasien dengan prognosis terburuk dengan atau tanpa terapi

memiliki masalah karakter yang sebelumnya telah ada, khususnya pasivitas yang

nyata, terlibat didalam proses hokum atau mendapatkan komponensasi keuangan,

pengguanaan zat yang menimbulkan kecanduan dan memiliki riwayat nyeri yang

panjang.

Untuk terapi karena tidak memungkinkan untuk mengurangi nyeri pasien ,

pendekatan terapi harus mencangkung rehabilitas. Klinisi harus mendiskusikan

maslah factor psikologis diawal terapi dan harus dengan jujur mengatakan kepada

pasien bahwa factor tersebut penting sebagai penyebab dan akibat nyeri fisik dan

psikogenik.

Obat analgesic umumnya tidak membantu untuk sebagian besar pasien dengan

gangguan nyeri. Disamping itu penyalahgunaan dan ketergantungan zat adalah

masalah utama bagi pasien yang menerima terpai analgesic jangka panjang.

Antidepresan seperti trisiklik dan selective serotonin reuptake inhibitor ( SSRI )

berguna. Mekanisme antidepresan dalam mengurangi nyeri masih kontroversial,

apakah melalui kerja anti depresan atau mengeluarkan efek analgesic langsung dan

independen. Keberhasilan SSRI menyokong hipotesis bahwa serotonin penting dalam

patofisiologi gangguan ini. Amfetamin, yang memiliki efek analgesic dapat

Page 15: Tugas Makalah PBL

menguntungkan bagi beberapa pasien, khususnya jika digunakan sebagai tambahan

terhadap SSRI, tetapi dosisnya harus diawasi dengan cermat.

Untuk psikoterapi sejumlah data keluaran menunjukan bahwa psikoterapi

psikodinamik membantu pasien dengan gangguan nyeri. Langkah utama psikoterapi

adalah membangun hubungan terapeutik yang solid melalui empati terhadap

penderitaan pasien. Klinisi tidak boleh mengkonfrontasi pasien somatisasi dengan

komentar seperti “ ini semua hanya ada di dalam pikiran anda”. Bagi pasien nyeri

dialami adalah nyeri yang nyata dan klinisi harus memahami nyeri tersebut.

Gangguan Dismorfik Tubuh 5

Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh memiliki perasaan subjektif yang pervasive

mengenai keburukan beberapa aspek penampilan walaupun penampilan mereka

normal atau hamper normal. Inti gangguan ini adalah keyakinan atau ketakutan

seseorang yang kuat bahwa ia tidak menarik atau bahkan menjijikan. Rasa takut ini

jarabg bisa dikurangi dengan pujian atau penentraman, meskipun pasien yang khas

dengan gangguan ini cukup normal penampilannya .

Gambaran klinis yang paling khas adalah kekhawatiran yang lazim mencangkup

ketidaksempurnaan wajah, terutama yang meliputi anggota tubuh tertentu. Kadang-

kadang kekhawatiran ini bersifat samar dan sulit dimengerti , seperti kekhawatiran

yang berlebihan terhadapat dagu yang bergumpal atau lain sebagainya.

Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang sedikit dipelajari, sebagian karena

pasien lebih cenderung pergi ke dermatologis, internis atau ahli bedah plastic daripada

pergi ke psikiater. Salah satu studi pada suatu kelompok mahasiswa perguruan tinggi

menemukan bahwa lebih dari 50 % mahasiswa sedikitnya memiliki beberapa

preokupasi terhadap aspek tertentu penampilan merka dan pada 25% mahasiswa,

kekhawatiran tersebut sedikitnya memiliki beberapa efek yang signifikan terhadap

perasaan dan fungsi mereka.

Awitan usia yang paling lazim ditemukan adalah antara 15 dan 30 tahun dan

perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki. Pasien yang mengalami gangguan

Page 16: Tugas Makalah PBL

ini cenderung tidak menikah. Gangguan dismorfik tubuh lazim timbul bersamaan

dengan gangguan jiwa lain. Satu studi menemukan bahwa lebih dari 90 persen pasien

dengan gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat

dikehidupan mereka, kira-kira 70% persen pernah mengalami gangguan ansietas , dan

kira-kira 30% pernah mengalami gangguan psikotik.

Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Komorbiditas yang tinggi

dengan gangguan depresif, riwayat keluarga dengan gangguan mood dan gangguan

obsesif kompulsif yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, serta responsivitas

keadaan tersebut terhadap obat yang spesifik serotonin menunjukan bahwa sedikitnya

pada beberapa pasien patofisiologi gangguan ini melibatkan serotonin dan dapat

terkait dengan gangguan jiwa lain konsepstreotipik mengenai kecantikan ditekankan

pada keluarga tertentu dan didalam budaya dapat memengaruhi pasien dengan

gangguan dismorfik tubuh dilihat sebagai tindakan mencerminkan pemindahan

konflik seksual atau emosional ke bagian tubuh yang tidak berkaitan. Hubungan

tersebut terjadi melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi

dan proyeksi.

Kriteria diagnostic gangguan dismorfik terdiri dari :

1. preokupasi mengenai defek khayalan terhadap penampilan jika terdapat sedikit

anomalik fisik, kepedulian orang tersebut sangat berlebihan.

2. Preokupasi ini menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau

hendaya dalam fungsi social pekerjaan dan area fungsi penting lainnya

3. Preokupasi ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan jiwa lain. ( cth:

ketidakpuasan akan bentuk tubuh dan ukuran pada anoreksia nervosa )

Awitan gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap . orang yang mengalami

gangguan ini dapat mengalami kekhawatiran yang bertambah mengenai bagian tubuh

tertentu sampai orang tersebut dapat mencari pertolongan medis atau bedah untuk

menyelesaikan masalah yang diduga. Tingkat kekhawatiran mengenai maslah ini

dapat memburuk dan membaik seiring waktu, walau gangguan ini biasanya menjadi

kronis bila tidak ditangani.

Page 17: Tugas Makalah PBL

Terapi pada pasien dengan gangguan dismorfik tubuh dengan prosedur bedah,

dermatologis, dental atau prosedur medis lain untuk mnyelesaikan defek yang diduga

hamper selalu tidak berhasil. Walaupun obat trisiklik , monoamine oxidase inhibitor

( MAOI) dan pimozide dilaporkan bergna pada kasus tertentu. Data yang lebih besar

menunjukan bahwa obat yang spesifik serotonin contohnya clomipramine dan

fluoxetine efektive dalam mengurangi gejala pada sedikitnya 50% pasien. Pada pasien

manapun dengan gangguan jiwa yang terjadi bersamaan , seperti gangguan depresif

atau gangguan ansietas, gangguan yang juga ada ini harus diterapi dengan

farmakoterapi dan psikoterapi sesuai. Berapa lama terapi harus dilanjutkan setelah

gejala gangguan dismorfik tubuh mengalami remisi tidak diketahui.

Diagnosis Banding

Gangguan jiwa lainnya selain somatoform yang memiliki keluhan atau gejala fisik

yang ada kaitanna dengan factor psikologik antara lain gangguan disosiatif

( konversi ), gangguan factor psikologik yang mempengaruhi kondisi fisik ( general

medical condition ), gangguan cemas, gangguan depresi, gangguan buatan dan

gangguan pura-pura ( malingering )

Gangguan Disosiatif 5

Sebagian besar orang melihat diri mereka sendiri sebagai seseorang dengan

kepribadian dasar. Mereka mengalami rasa kesatuan diri, meskupin demikian orang

dengan gangguan disosiatif kehilangan rasa memiliki kesadaran. Mereka seolah-olah

tidak memiliki identitas, bingung mengenai siapa diri mereka atau mengalami

identitas majemuk. apapun yang biasana memberikan seseorang kepribadian khas-

pikiran, perasaan dan tindakan menjadi abnormal pada orang dengan gangguan

disosiatif.

Pada sebagian besar keadaan disosiatif merupakan gambaran kontradiksi mengenai

diri, yang bertentangan satu sama lain, tersimpan di dalam kompartemen jiwa yang

terpisah. Terdapat empat tipe gangguan disosiatif , yaitu :

1. Amnesia Disosiatif

- Definisi: ketidak mampuan mengingat informasi, biasanya disebabkan

oleh peristiwa traumatic atau yang penuh dengan tekanan, yang tidak

Page 18: Tugas Makalah PBL

diakibatkan oleh keadaan lupa biasa, konsumsi zat atau keadaan medis

umum.

- Epidemiologi : merupakan jenis disosiatif yang paling lazim ditemukan,

lebih sering terjadi pada perempuan disbanding laki-laki dan lebih sering

pada dewasa muda dibandingkan dewasa tua, tetapi gangguan ini dapat

terjadi pada semua usia. Insiden meningkat biasa pada keadaan perang

atau bencana alam.

- Etiologi : sebagian besar pasien dengan gangguan disosiatif tidak mampu

mengingat kembali kenangan yang menyakitkan dari suatu peristiwa

traumatic dan penuh tekanan sehingga kandungan emosi terhadap

kenangan tersebut secara jelas menjadi dasar patofisiologi dan penyebab

gangguan ini.

- Gambaran Klinis : biasanya episode amnesia disosiatif terjadi spontan,

riwayatnya biasanya mengungkapkan adanya trauma emosi pencetus yang

berisi emosi menyakitkan serta konflik psikologis. Adanya ekspresi impuls

khayalan atau yang sebenarnya yang tidak mampu dihadapi seseorang

dapat juga berlaku sebagai pencetus dan amnesia dapat menyertai perilaku

yang dikemudian hari oleh orang tersebut dirasakan patut dicela secara

moral ( contohnya dengan kekerasan atau perselingkuhan diluar nikah ).

Awitannya biasnya tiba-tiba dan pasien biasanya menyadari bahwa mereka

kehilangan daya ingat tetapi pasien tampak tidak peduli dan acuh.

- Perjalanan penyakit dan Prognosis : biasanya berakhir tiba-tiba dan

pemulihan biasanya sempurna dengan sejumlah kecil kekambuhan.

- Terapi : wawancara dapat memberikan petunjuk kepada klinis mengenai

pencetus yang bersifat traumatic secara psikologis. Dapat dibantu dengan

obat barbiturate kerja singkat seperti pentothal (thiopental ) dan natrium

amobarbital yang diberikan secara intravena, serta benzodiazepine dapat

membantu pasien memulihkan ingatan yang telah dilupakan. Hypnosis

dapat digunakan untuk pasien yang dapat membuat pasien cukup santai

sehingga mereka dapat mengingat kembali hal yang mereka telah lupakan.

2. Fugue Disosiatif

- Definisi : ditandai dengan pasien bepergian jauh dari rumah atau pekerjaan

secara tidak disangka dan tiba-tiba, disetai ketidakmampuan mengingat

Page 19: Tugas Makalah PBL

masa lalu serta bingung mengenai identitas pribadi seseorang atau disertai

pengadopsian suatu identitas baru

- Epidemiologi : jarang ditemukan, dan seperti amnesia disosiatif, paling

sering teradi selama perang, setelah bencana alam dan akibat krisi pribadi

dengan konflik internal yang berat. Menurut DSM-IV-TR terdapat angka

prevalensi sebesar 0,2% didalam populasi umum

- Etiologi : orang yang mengkonsumsi alcohol berlebihan dapat menjadi

factor predisposisi , penyebab gangguan ini pada dasarnya dianggap

psikologis. Pasien dengan gangguan mood dan gangguan kepribadian

tertentu dan memiliki factor motivasi yang penting berupa keinginan

menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara emosi. Berbagai

stressor dan fator pribadi menjadi predisposisi bagi orang untuk

mengalami fugue disosiatif.

- Gambaran klinis : orang tersebut harus bingung terhadap identitasnya atau

mengambil identitas baru. Tidak seperti amnesia disosiatif , diagnosis

fugue disosiatif mengharuskan awitan gejala yang tiba-tiba. Pasien fugue

disosiatif memiliki bebrapa ciri khas. Pasien berkelana dengan tujuan,

biasanya jauh dari rumah dan sering berhari-hari. Selama periode ini

mereka mengalami amnesia sepenuhnya untuk kehidupan masa lalu dan

hubungannya, tidak seperti pasien amnesia disosiatif mereka tidak sadar

bahwa mereka telah melupakan segalanya. Pasien fugue disosiatif

umumnya berperilaku dengan cara berbeda, keberadaan mereka diam-

diam, tidak mencolok, menyendiri, pekerjaan sederhana, hidup sederhana

dan umumnya tidak melakukan apapun untuk menarik perhatian orang-

orang kearah mereka.

- Perjalanan gangguan dan prognosis : fugue biasanya terjadi singkat

berjam-jam sampai berhari – hari. Yang lebih jarang fugue dapat

berlangsung selama beberapa bulan dan melibatkan bepergian jauh

melintasi ribuan mil. Umumnya pemulihan terjadi spontan dan cepat.

Kekambuhan mungkin terjadi.

- Terapi : terapinya serupa dengan terapi amnesia disosiatif.

3. Gangguan Identitas Disosiatif

Page 20: Tugas Makalah PBL

- Definisi : merupakan gangguan kepribadian multiple, umumnya dianggap

sebagai gangguan disosiatif yang paling berat dan kronis yang ditandai

dengan adanya 2 kepribadian atau lebih yang khas pada satu orang.

- Epidemiologi : perkiraan prevalensi gangguan ini bervariasi. Pada suatu

studi yang terkontrol baik dilaporkan bahwa antara 0,5 – 3,0 persen pasien

yang datang ke RS psikiatrik umum memenuhi kriteria diagnostic

gangguan identitas disosiatif. Sebagian besar mengenai perempuan dengan

perbandingan 5:1. Gangguan ini paling lazim ditemukan pada masa remaja

akhir dan dewasa muda , dengan diagnosis rerata adalah 30 tahun.

- Etiologi : penyebab gangguan identitas disosiatif tidak diketahui walaupun

riwayat pasien hamper semua ( mendekati 10% ) melibatkan peristiwa

traumatic, paling sering traumatic pada masa kanak-kanak.

- Gambaran Klinis : pada kelainan ini pasien dapat memiliki sekitar 5

hingga 10 kepribadian dalam diri pasien. Seringnya hanya dua atau tiga

kepribadian yang tampak jelas saat diagnostic, yang lainnya dikenali

selama perjalanan terapi. Transisi dari satu kepribadian ke kepribadian

yang lain sering terjadi tiba-tiba dan dramatic. Selama masing-masing

keadaan kepribadian, pasien umumnya mengalami amnesia akan keadaan

kepribadian yanglain dan peristiwa saat kepribadian lain yang sedang

dominan.

- Perjalanan gangguan dan prognosis : gangguan ini dapat terjadi pada anak

bahkan yang berusia 3 tahun. Pada anak, gejala dapat tampak seperti

kesurupan dan dapat disertai gejala gangguan depresif, periode amnestic,

suara halusinasi, penyangkalan perilaku, perubahan kemampuan dan

perilaku bunuh diri atau mencederai diri sendiri. Terdapat 2 pola gejala

pada perempuan remaja yang mengalami gangguan ini telah diamati. Satu

pola adalah kehidupan kacau seperti penggunaan obat dan upaya bunuh

diri. Pola yang kedua ditandai dengan penarikan diri dan perilaku seperti

anak-anak.

Semakin dini awitan gangguan identitas disosiatif maka semakin buruk

prognosisnya. Kepribadian pasien dapat berfungsi satu atau lebih dengan

cukup baik sementara yang lain berfungsi terbatas.

Page 21: Tugas Makalah PBL

- Terapi : pendekatan yang paling efektif untuk gangguan ini adalah melalui

psikoterapi berorientasi tilikan, sering disertai dengan hipnoterapi atau

wawancara yang dibantu obat.

4. Gangguaan Depersonalisasi

- Definisi : merupakan gangguan yang ditandai dengan rasa berulang atau

menetap mengenai lepas dari tubuh atau pikiran.

- Epidemiologi : sejumlah studi menunjukan bahwa depersonalisasi dapat

terjadi pada sebanyak 70% populasi tertentu tanpa perbedaan signifikan

antara laki-laki dan perempuan . anak sering mengalami depersonalisasi

ketika mereka mengembangkan kapasitas kesadaran diri dan orang dewasa

sering mengalami rasa tidak nyata sementara ketika mereka bepergian

kedaerah baru dan asing. Gangguan ini lebih mengenai perempuan

disbanding laki-laki dengan perbandingan 2 : 1. Gangguan ini jarang

ditemukan pada orang berusia 40 tahun, awitan usia reata kira-kira 16

tahun.

- Etiologi : dapat disebabkan oleh penyakit psikologis, neurologis atau

sistemik. Seperti pada pasien dengan gangguan tiroid, epilepsy ataupun

tumoro otak.

- Diagnosis dan gambaran klinis : untuk dapat mendiagnosis depersonalisasi

mengharuskan adanya episode depersonalisasi yang berulang dan menetap,

yang menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien atau hendaya

dalam kemampuan untuk berfungsi dalam hubungan social, pekerjaan atau

interpersonal.

Karakteristik utama depersonalisasi adalah kualitas ketidaknyataan dan

keterasingan. Bagian tubuh atau seluruh fisik tampak asing , seperti juga

banyak proses jiwa and perilaku yang biasa. Perubahan didalam tubuh

pasien adalah hal yang paling lazim terjadi contohnya pasien merasa

bahwa ekstremitasnya lebih kecil dari biasanya.

- perjalanan gangguan dan prognosis : pada sebagian besar gangguan

depersonalisasi muncul tiba-tiba, hanya sedikit pasien melaporkan adanya

awitan perlahan. Pada banyak pasien gejala berlangsung stabil tanpa

fluktuasi intensitas bermakna atau gejala dapat muncul episodic, diselingi

dengan interval bebas gejala.

Page 22: Tugas Makalah PBL

- Terapi : hanya sedikit perhatian yang telah diberikan untuk pasien dengan

gangguan depersonalisasi. Pendekatan secara psikoterapi belumlah diuji.

Seperti pada pasien dengan gejala neurotic , keputusan menggunakan

psikoanalisis atau psikoterapi berorientasi tilikan ditentukan bukan oleh

gejala itu sendiri tetapi oleh berbagai indikasi positif yang berasal dari

penilaian mengenai kepribadian pasien, hubungan manusia dan situasi

hidup.

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Medis 4

Secara umum gangguan ini digambarkan sebagai satu atau lebih factor psikologis atau

masalah perilaku yang secara jelas memperburuk perjalanan atau hasil kondisi medis

umum. Atau secara jelas meningkatkan resiko seseorang mengalami hasil yang lbih

buruk.

Etiologi

Hamper semua setuju bahwa strees berat dan kronis mempunyai peran penyebab

timbulnya penyakit-penyakit somatic, namun beberapa peneliti meragukan validitas

konsep psychosomatic medicine. Masih merupakan psiko-kontroversial, beberapa

factor seperti bagaimana karakter strees, factor fisiologis, kepekaan genetic dan organ

seseorang serta factor konfilik emosional menyebabkan terjadinya suatu penyakit.

Diagnosis dan kriteria diagnosis

Diagnosis dapat ditegakan apabila :

1. Didapatkan adanya kondisi medis umum, yang dicantumkan pada aksis III ,

diagnosis multi aksial

2. Terdapat factor psikologis uang secara bermakna dan tidak menyenangkan,

mempengaruhi kondisi medis umum dalam hal :

- Mempengaruhi perjalanan penyakit

- Menghambat atau mengganggu pengobatan

- Menimbulkan tambahan resiko kesehatan

- Respon fisiologis akibat strees mencetuskan atau mengeksaserbasi simtom

dari kondisi medis umumnya

Page 23: Tugas Makalah PBL

Beberapa kondisi medis merupakan gangguan psikosomatik, sehingga bila kondisi

tersebut didapati oleh klinisi maka perlu dieksplorasi keberadaan gangguan tersebut

seperti akne, reaksi alergi, angina pectoris, aritmia, asma bronkial, ulkus duodenum,

nyeri kepala, ulkus gastrik dan lain sebagainya.

Penatalaksanaan

Tujuan terapi adalah kesembuhan , maksudnya adalah resolusi gangguan, reorganisasi

kepribadian, adaptasi yang lebih matang, meningkatkan kapasitas fisik dan okupasi

serta proses penyembuhan, perbaikan penyakit , mengurangi secondary gain terhadap

kondisi medisnya, serta menjadi patuh dengan pengobatan . Hal tersebut dilakukan

dengan :

Terapi kombinasi

Terapi penyakit somatic dalam keadaan akut , yang utama adalah terapi medis. Pada

umumnya adalah anti ansietas dan anti depresan serta farmakoterapi untuk penyakit

kontaminanya.

Psikoterapi pada kondisi ini lebih bersifat reassurance dan suportif. Apabila seorang

dokter spesialis penyakit dalam, misalnya bersamaan dengan terapi medisnya juga

telah memberikan terapi suportif, ventilasi, reassurance serta manipulasi lingkungan

dan menghasilkan hasil yang baik selama serangan awal gangguan psikosomatik,

tidak diperlukan psikoterapi dari seorang psikiater .

Pada keadaan kronis, atau bila tidak reponsif terhadap terapi medis, harus dilakukan

evaluasi psikosomatik oleh psikiater bersamaan dengan terapi medisnya.

Selayaknya terapi menghasilkan kemampuan penyesuaian yang matang , peningkatan

kemampuan aktivitas fisik dan okupasi , sikap yang lebih baik terhadap penyakitnya,

mencegah komplikasi , mengurangi secondary gain , serta meningkatnya kemampuan

penyesuaian terhadap keberadaan penyakit tersebut.

Aspek psikiatri

Page 24: Tugas Makalah PBL

Terapi harus tetap focus pada pengertian terhadap motivasi dan fungsi mekanisme

yang terganggu serta membantu pasien mengenali penyakit dan dampak dari pola

adaptif terhadap penyakit tersebut.

Pasien gangguan psikosomatis biasanya lebih enggan berurusan dengan suasana

emosinya disbanding dengan gangguan psikiatrik lainnya. Mereka lebih suka secara

pasif menyerahkan organnya yang sakit untuk diobati dan disembuhkan oleh

dokternya, sementara menyangkal stress dan konfliknya.

Penderita gangguan psikosomatik biasanya adalah orang-orang yang dependen,

karakteristik tersebut dapat dipakai secara suportif dan interaktif didalam tatalaksana,

pada saat krusial.

Penderita psikosomatis sering terlibat dalam pola situasi stress yang berulang dan

tidak menyadarinya. Membantu pasien mengenali dan mengarahkan kepola yang

lebih sehat akan sangat bermanfaat.

Prognosis

Kekambuhan bisa saja terjadi baik penyakitnya ataupun pola perilaku yang salah.

Kadang-kadang hal ini perlu terjadi sebagai bagian dari proses perubahan .

Gangguan Ansietas 5,6

Gangguan ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di

amerika serikat dan diseluruh dunia. Studi menunjukan bahwa gangguan ini

meningkatkan morbiditas, penggunaaan pelayanan kesehatan, dan hendaya

fungsional. Pengalaman ansietas memiliki dua komponen : kesadaran akan sensasi

fisiologis ( seperti palpitasi dan berkeringat ) serta kesadaran bahwa ia gugup atau

ketakutan. Ansietas juga memengaruhi pikiran , persepsi dan pembelajaran. Ansietas

cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi

waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa.

Gangguan Panik

Page 25: Tugas Makalah PBL

Merupakan satu periode munculnya rasa takut atau tidak nyaman, disertai gejala-

gejala yang muncul mendadak dan mencapai puncaknya dalam waktu 10 menit.

Serangan panic yang pertama sering benar-benar spontan , walaupun serangan panic

kadang-kadang mengikuti kegairahan, aktivitas fisik atau trauma emosi. Serangan

sering dimulai dengan periode meningkatnya gejala mental dengan cepat selama 10

menit, dan berakhir setelah 20-30menit kemudiat, jarang lebih dari 1 jam. Gejala

mental tersebut adalah takut yang ekstrim dan perasaan/firasat akan bahaya atau

kematian. . Pasien biasanya tidak dapat menyebutkan sumber rasa takut mereka

sehingga mereka menjadi bingung.

Agorafobia

Sebagian besar kasus agoraphobia dianggap disebabkan oleh gangguan panic. Pasien

dengan agoraphobia secara kaku menghindari situasi yang didalam situasi tersebut

sulit untuk didapatkan bantuan. Mereka lebih memilih ditemeni anggota keluarga atau

teman di jalan yang ramai, toko yang ramai, ruang tertutup serta kendaraan tertutup.

Pasien dapat berkeras untuk ditemani setiap waktu saat mereka meninggalkan rumah.

Pasien yang mengalami gangguan parah dapat menolak meninggalkan rumah.

Gangguan Ansietas Menyeluruh

Gangguan ansietas menyeluruh merupakan orang yang tampaknya cemas patologis

mengenai hamper semua hal cenderung digolongkan memiliki gangguan ansietas

menyeluruh. Menurut DSM-IV-TR mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh

sebagai peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari sedikitnya 6 bulan.

Kekhawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan dengan gejala somatic seperti otot

tegang, iritabilitas, sulit tidur, gelisah.

Epidemiologi

Merupakan kelompok gangguan yang paling sering ditemukan. National comorbidity

study melaporkan bahwan 1 diantara 4 orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu

gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7 persen.

Etiologi

Berikut adalah beberapa factor yang dapat menyebabkan Ansietas :

Page 26: Tugas Makalah PBL

1. Faktor Genetik : sejumlah data menunjukan bahwa gangguan panic dapat

diturunkan.

2. Ancaman terhadap integritas biologic : seperti kebutuhan dasar makan, minum

dan hubungan sex

3. Ancaman terhadap keselamatan diri : tidak memperoleh pengakuan dari orang

lain, ketidak sesuaian pandangan diri dengan kehidupan nyata

4. Stressor predisposisi : semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. (cth : frustasi )

5. Stressor presipitasi : semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetus

timbulnya kecemasan.

Gejala Klinis

Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-gejala panic,

hysteria, fobik, somatisasi , hipokondriasis dan obsesif kompulsif. Diagnosis

gangguan ansietas ditegakan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas,

khawatir, was-was , ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah,

takut mati, takut menjadi gila yang mana perasaan-perasaan tersebut mempengaruhi

hamper diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi pertimbangan akal sehat ,

perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu juga dapat ditemukan gejala-gejala

fisiologis tubuh seperti jantung berdebar-debar, sesak napas, nyeri kepala, lesu dan

lain sebagainya.

Perjalanan gangguan dan prognosis

Awitan usia sulit dirinci, sebagian besar pasien dengan gangguan ini melaporkan

bahwa mereka telah cemas sepanjang yang mereka ingat. Pasien biasanya datang

untuk mendapatkan perhatian klinisi pada usia 20an walaupun kontak pertama dengan

klinisi dapat teradi pada usia berapapun. Hanya sepertiga pasien yang memiliki

ansietas menyeluruh mencari terapi psikiatri. Untuk perjalan penyakitnya sulit

diprediksi , meskipun demikian sejumlah data menunjukan bahwa peristiwa hidup

terkait dengan awitan gangguan ansietas menyeluruh.

Terapi

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas adalah terapi yang

menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoterapeutik dan suportif. . Terapi

Page 27: Tugas Makalah PBL

tersebut membantu penderita dan keluarganya menyesuaikan diri dengan kenyataan

bahwa pasien memiliki gangguan dan menyesuaikan diri dengan kesulitan psikososial

yang dapat dicetuskan gangguan tersebut.

Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi utama gangguan ansietas adalah terapi perilaku-kognitif,

suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan. Sejumlah data menunjukan bahwa

kombinasi terapi seperti ini lebih efektif daripada salahsatu terapi yang digunakan

tersendiri

Farmakoterapi

Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor

Semua SSRI efektif karena memiliki efek sedative dan cenderung segera membuat

pasien tengan sehingga menimbulkan kepatuhan yang lebih besar serta putus minum

obat lebih sedikit.

Benzodiazepin

Merupakan obat pilihan untuk gangguan ansietas Obat ini diresepkan bila perlu

sehingga pasien mengkonsumsi benzodasepin kerja cepat saat mereka terasa mulai

cemas.

Gangguan Depresi 3,6,7

Gangguan depresi merupakan gangguan nonpsikotik kronis yang lazim ditemukan

pada penurunan mood.

Epidemiology

Gangguan ini paling sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki dengan

perbandingan 3:1. Paling sering muncul pada usia 20-30 tahun. Dengan prevalensi

selama hidup sebesar 6%.

Etiologi

Berikut adalah factor predisposisi untuk depresi :

1. Kehilangan besar pada masa anak-anak ( seperti orangtua )

2. Baru saja mengalami kehilangan ( seperti pekerjaan, orang tua, dsb )

Page 28: Tugas Makalah PBL

3. Stress kronis ( missal akibat gangguan medis )

4. Kerentanan psikiatrik ( missal pada gangguan histrionic, penyalah gunaan obat

atau alcohol , gangguan obsesif kompusif, dsb )

Gejala Klinis

Pada gangguan depresi terdapat beberapa gejala klinis, berikut adalah gejala utama :

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energy dan semangat, Mudah merasa lelah dan Menurunnya

aktifitas

Gejala lainnya seperti :

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang

Berikut adalah beberapa jenis episode depresif dan pedoman diagnostiknya :

1. Episode depresif ringan

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

tersebut diatas

- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lalinnya

- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

- Lamanya selruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa

dilakukannya

2. Episode depresif sedang

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

- Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lain

- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

Page 29: Tugas Makalah PBL

- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan,

dan urusan rumah tangga.

3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

- Semua 3 Gejala utama depresi harus ada

- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat

- Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk

melaporkan banyak gejala secara rinci

- Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset cepat maka masih

dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

minggu

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social,

pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.

4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik

- Episode depresi berat

- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal tersebut.

Prognosis

Sebagian besar pasien akan sembuh secara tidak sempurna dan meninggalkan gejala

sisa berupa gangguan dismitik ( gangguan depresi ganda ) yang cenderung

berlangsung selama bertahun-tahun.

Pada depresi yang lebih berat 50%-85% mendapat serangan kedua 4-6 bulan

kemudian . bila gangguan depresi terkena pada usia yang lebih muda maka

prognosisnya akan semakin buruk. Jika pasien mengalami gangguan depresi akut

maka prognosis baik. Jika pasien berangsur-angsur mengalami depresi maka

prognosis menjadi semakin buruk.

Page 30: Tugas Makalah PBL

Terapi

Apabila pasien mempunyai pemikiran untuk bunuh dirih , kurang memperhatikan

kesehatan dan perawatan dirinya, pasien boleh di hospitalisasikan untuk memberikan

perawatan terbaik untuk pasien.

Farmakoterapi

Secara umum semua antidepresan memiliki efektivitas setara, factor yang

mempengaruhi pemilihan sediaan ialah riwayat respon penderita dan keluarganya,

kondisi terkini, gejala yang terlihat, kemudian interaksi obat, perbedaan gambaran

efek samping dan pilihan sediaan oleh penderita serta harga obat. Sediaan

antidepresan yang dapat diberikan antara lain golongan SSRI, Tetrasiklik, trisiklik dan

lain sebagainya.

Gangguan Buatan 5

Pada gangguan buatan pasien sengaja membuat tanda gangguan medis atau jiwa dan

salah menunjukan riwayat serta gejalanya. Satu-satunya tujuan perilaku tersebut yang

jelas adalah mengambil peran seorang pasien tanpa adanya dorongan dari luar. Untuk

banyak orang, rawat inap dirumahsakit merupakan tujuan utama dan sering menjadi

cara hidup. Gangguan ini memiliki kualitas kompulsif, tetapi perilaku tersebut

dianggap volunteer karena memiliki tujuan dan disengaja, bahkan jika perilaku ini

tidak dapat dikendalikan.

Epidemiologi

Populasi gangguan buatan pada populasi umum tidak diketahui walaupun jumlah

klinisi yakin bahwa gangguan ini lebih banyak daripada yang diketahu. Gangguan ini

tampak lebih sering terdapat dirumah sakit dan pekerja perawatan kesehatan daripada

populasi umum. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada

anak laki-laki. Dan sindrom yang lebih parah terjadi pada anak perempuan. Satu studi

melaporkan bahwa terdapat 9 persen gangguan buatan di antara semua pasien yang

datang kerumah sakit, studi lain menemukan demam buatan pada 3 persen pasien.

Etiologi

Faktor psikososial

Page 31: Tugas Makalah PBL

Penyokong psikodinamik pada gangguan buatan kurang di mengerti karena pasien

sulit dilibatkan dalam psikoterapi eksplorasi. Pasien dapat bersikeras bahwa gejala

mereka besifat fisik dan terapi yang berorientasi psikologis tidak berguna. Sebagai

contoh pada pasien yang di masa kanak-kanak sering mendapatkan penganiyaan

sering di rawat dirumah sakit pada perkembangan dini. Dalam keadaan ini perawatan

dirumah sakit dapat dianggap sebagai pelarian dari situasi yang traumatic dan pasien

dapat merasakan bahwa sekumpulan pemberi perawatan sebagai orang yang

memperhatikan dan penuh kasih sayang.

Faktor Biologis

Sejumlah peneliti mengemukakan bahwa disfungsi otak dapat menjadi factor

gangguan buatan, terutama sindrom munchausen . telah diadilkan bahwa pemrosesan

informasi yang teganggu berperan dalam fantastika pseudologia pasien dan perilaku

menyimpang. Gangguan ini tidak memperlihatkan pola genetic dan studi

elektroensefalografik ( EEG ) mencatat bahwa tidak aa kelainan spesifik pada pasien

dengan gangguan buatan.

Diagnosis dan gambaran klinis

Pemeriksaan psikiatri harus menekankan pada diperolehnya informasi dari teman,

kerabat, atau informan lain yang ada , karena wawancara dengan sumber luar yang

dapat diandalkan sering mengungkapkan sifat palsu penyakit pasien. Walaupun

memakan waktu dan lama dokter harus memperoleh semua fakta yang dilaporkan

pasien mengenai perawatan rumah sakit dan perawatan medis sebelumnya.

Berikut adalah kriteria diagnostic DSM-IV-TR gangguan buatan :

1. pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik atau psikologis yang

disengaja.

2. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran sakit

3. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini.

Uji psikologis dapat mengungkapkan patologi spesifik yang mendasari pada masing-

masing pasien. Gambaran yang berlebihan ditampilkan pada pasien dengan gangguan

buatan mencangkup IQ normal atau diatas rata-rata; tidak adanya gangguan berpikir

formal; rasa identitas yang buruk, mencangkup kebingungan identitas seksual;

Page 32: Tugas Makalah PBL

penyesuaian seksual yang buruk . suatu profil uji yang invalid dan peningkatan semua

skala klinis pada Minnesota multiphasic personality inventory 2 menunjukan upaya

untuk tampak lebih terganggu dari pada kasus sebenarnya. Tidak ada uji laboratorium

spesifik untuk gangguan buatan. Meskipun demikian , uji tertentu dapat membantu

memastikan adanya atau menyingkirkan suatu gangguan medis atau jiwa yang

spesifik.

Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan buatan khususnya dimulai pada masa dewasa awal, walaupun juga dapat

tampak pada masa kanak atau remaja. Awitan gangguan atau episode terpisah

pencarian terapi dapat mengikuti penyakit, kehiangan, penolakan atau pengabaian

yang sesungguhnya. Biasanya , pasien atau kerabat dekat pernah dirawat di rumah

sakit pada masa kanaka tau remaja awal untuk suatu penyakit yang sebenarnya.

Setelah itu pola panjang perawatan di rumah sakit yang berturutan dimulai secara

samar dan menjadi berkembang. Ketika penyakit berkembang , pasien menjadi lebih

memahami obat dan rumah sakit. Awitan gangguan pada pasien yang mengalami

perawatan dini di rumah sakit untuk penyakit yang sebenarnya lebih awal dari yang

biasanya dilaporkan.

Gangguan buatan mengurangi kemampuan pasien dan sering menimbukan trauma

berat atau reaksi tidak sesuai yang berkaitan dengan terapi. Suatu rangkaian

perawatan berulang atau jangka panjang dirumah sakit secara jelas tidak sesuai

dengan pekerjaan atas keinginan sendiri yang bermakna dan hubungan interpersonal

yang dipertahankan. Prognosis pada sebagian besar kasus adalah buruk. Sejumlah

kecil pasien kadang-kadang menghabiskan waktu dipenjara, biasanya untuk kejahatan

kecil seperti perampokan tuna wisma atau tindakan melanggar hokum lainnya. Pasien

juga dapat memilki riwayat perjalanan dirumh sakit untuk gangguan psikiatri

intermiten.

Terapi

Tidak ada terapi psikiatrik spesifik yang efektif dalam tatalaksana gangguan buatan.

Pasien biasanya menyangkal diri mereka dan orang lain mengenai penyakit mereka

yang sebenarnya sehingga menghindari terapi yang memungkinkan untuk itu.

Akhirnya pasien melarikan diri dari terapi yang berate dengan cara tiba-tiba

meninggalkan rumahsakit dan lain sebagainya. Farmakoterapi pada gangguan buatan

Page 33: Tugas Makalah PBL

memiliki kegunaan yang terbatas. SSRI dapat berguna untuk mengurangi perilaku

impulsive bila perilaku tersebut merupakan komponen utama perilaku berpura-pura.

Gangguan Pura-Pura ( Malingering )

Malingering merupakan suatu kondisi berpura-pura sakit sebagai bagian yang

disengaja dengan menampakan gejala fisik atau psikologis yang palsu atau terlalu

berlebihan. Kondisi ini termotivasi oleh intentif eksternal seperti menghindari tugas,

menghindari pekerjaan, memperoleh kompensasi finansial, menghindari tuntunan

pidana atau memperoleh obat-obatan.

Etiologi

Meskipun tidak ada factor biologis yang telah ditemukan kausal berkaitan dengan

berpura-pura sakit kondisi ini sering dihubungkan dengan gangguan kepribadian

antisosial. Namun sampai saat ini tidak ada predisposisi genetic, neurofisiologis,

neurokimia atau kondisi neuroendokrinologi yang diketahui.

Epidemiologi

Dalam konteks hokum , selama wawancara dari terdakwa pidana, estimasi prevalensi

malingering jauh lebih tinggi antara 10-20%. Sekitar 50% anak-anak yang mengalami

gangguan perilaku yang digambarkan memiliki isu terkait serius ini dikemudian hari.

Meskipun tidak ada pola keluarga atau genetic telah dilaporkan dan tidak ada bias

jenis kelamin jelas atau usia saat onset. Malingering tampaknya sangat lazim terjadi

pada kondisi militer tertentu, dipenjara, dan proses hokum di masyarakat barat.

Kondisi yang terkait dengan meningkatnya keadaan ini dimasnyarakat barat

dihubungkan dengan gangguan perilaku dan gangguan kecemasan pada anak-anak

dan gangguan kepribadian antisosial, borderline dan narsis pada orang dewasa.

Page 34: Tugas Makalah PBL

Daftar Pustaka

1. Ingram IM, Timbury GC, Mowbray RM. Catatan kuliah psikiatrik, Ed 6.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995. H: 1-6

2. Semiun Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta : Penerbit Carnisius. 2006. H: 374

3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta : Penerbit Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unika Atmajaya. 2003. H: 64-84

4. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit FK

UI. 2010. H:230-40; 265-93; 288-96

5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis, Ed 2.

Jakarta : penerbit buku kedoktera EGC. 2010. H:268-79

6. Nah YK, Arif A, Rumawas MA, Wijaya D, Angelia F, William.

Farmakoterapi penyakit neurologis dan psikiatri. Jakarta : Penerbit FK

Ukrida.H:8-18

7. Tomb DA. Buku saku psikiatri, Ed 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2004. H: 52-3