Makalah PBL 1
Transcript of Makalah PBL 1
ILMU KESEHATAN GIGI MULUT MASYARAKAT
SKENARIO 1
”DOKTER GIGI PROFESIONAL”
\
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
LIDYA NAMORA 0906508806
MIRANDA ADRIANI 0906508812
MISSY MERCIA 0906508825
NASYTHA VIKARINA SIREGAR 0906508863
NURI LATHIFAH 0906508895
RIA ARYANI HAYUNINGTYAS 0906508945
RIVANTI IRMADELLA DEVINA 0906508951
DIAS TARITA 0906539074
DEO DEVELAS 0906554485
MUHAMMAD ARIS FURQON 0906554560
AWAN HAFI PRATOMO 0906626622
SARAH FARAHYATI 0906552782
SEPTI WARDA ZULFIKAR 0906552795
TRI ISMI 09
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 2009
UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRAKSI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilatarbelakangi skenario 1, yaitu mengenai masalah dokter gigi
profesional.
Jabaran skenario :
Tina dan Adi, mahasiswa sedang berjalan menuju tempat praktek drg. Fadly. Ketika
akan masuk ia bertabrakan dengan Prof. Toni dosennya, tapi mereka diam saja. Pak dosen
marah dan berkata: “Apa kamu tidak pernah belajar etika?” Tina berkata pada temannya
“untuk apa ya tau etika, saya kan dari kecil sudah belajar agama, emangnya moralku jelek
apa!” Sesudah menunggu Tina lalu masuk dan diperiksa, pak dokter lalu berkata bahwa gigi
Tina rusak dan harus ditambal. Setelah selesai, dokter memberi kuitansi dan ternyata Tina
harus membayar mahal, sehingga uangnya kurang Rp 100 ribu. Tina dan Adi lalu berbisik,
“Kok gitu ya, … emang tuh dokter tidak professional, dan tidak punya etik kali ya!”
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang skenario diatas dapat dirumuskan beberapa masalah serta luang
ringkup yang akan dipelajari yaitu :
1. Apa definisi etika, moral, dan agama?
2. Bagaimana ciri-ciri orang yang beretika?
3. Bagaimana korelasi antara agama, etika, dan moral?
4. Apa definisi profesional?
5. Apa saja criteria dokter gigi profesional?
6. Apa saja kode etik dokter gigi yang berkaitan dengan biaya dan informasi kepada
pasien?
7. Siapa / organisasi apa yang menentukan kode etik dokter gigi?
8. Apa tugas dan fungsi organisasi profesi dokter gigi?
Hipotesa :
1. Pernyataan Tina dan Adi mengenai etika dan moral salah.
2. Tina tidak memahami arti sesungguhnya dari profesional.
3. Pengajaran agama belum tentu mempengaruhi etika dan moral.
4. Drg. Fadly tidak mematuhi kode etik dokter gigi karena tidak memberikan informasi
yang lengkap kepada pasien.
5. Dokter gigi profesional mematuhi kode etik dokter gigi, memiliki moral dan etika
yang baik, dan melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya sesuai keahliannya.
6. Dalam kasus ini, Tina dan Adi tidak beretika.
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu
untuk :
1. Menjelaskan mengenai perbedaan antara etika dan moral
2. Menjelaskan pentingnya mempelajari etika di bidang kedokteran gigi
3. Menjelaskan fungsi kode etik di bidang kedokteran gigi
4. Menjelaskan tugas dan fungsi organisasi profesi
D. Jenis Penelitian dan Metode Analisis yang Digunakan
Pada kasus ini jenis penelitian yang kami gunakan ialah diskusi kelompok yang
dilakukan 2 kali (DK 1 dan DK 2). Metode analisis yang digunakan ialah PBL (Problem
Based Learning). Kami mengambil referensi dari berbagai buku dan sumber internet.
BAB II
ISI
A. Etika, Moral, dan Agama
1. Definisi singkat
Moral: Ilmu pengetahuan tentang asas- asas akhlak. Nilai-nilai dan norma – norma yang
menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Etika : Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.Kumpulan asas atau nilai moral. Ilmu tentang yang baik
atau buruk.
Agama : Sistem kepercayaan pada Tuhan sesuai dengan ajaran kebaktian /kewajiban –
kewajiban yang berkaitan tentang kepentingan tersebut.
B. Kaitan etika, moral, dan agama
Tidak jarang kita mendengar kata “etika”, “moral” dan “agama”. Mungkin bahkan
dalam topik yang sama kita mendengar 3 kata tersebut. Karena memang terdapat ’benang
merah’ di kata-kata tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa agama adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, dewa atau nama lainnya, yang dianut oleh setiap orang.
Dalam hal lain agama adalah salah satu faktor beretika. Tetapi agama merupakan motivasi
terpenting dan terkuat bagi perilaku moral.
Moral adalah sesuatu yang dianggap baik atau benar. Moral ada di dalam setiap
individu. Sebuah tindakan dikatakan bermoral jika yang mengatakan menganggap tindakan
itu adalah sesuatu yang baik, tapi ada pula orang-orang yang menganggap suatu tindakan itu
salah karena tidak bermoral. Tidak ada patokan yang pasti dan jelas. Jadi, moral adalah
sesuatu yang ada dalam diri manusia (individual) dan bersifat relatif.
Moral itu sendiri berkembang di dalam diri manusia di bawah pengaruh dari
lingkungan, budaya, agama, dan ideologi orang yang tekait. Agama untuk orang yang
beragama tentu punya pengaruh dalam mengembangkan moral orang tersebut karena ajaran
agama yang ada dan berkembang saat ini cenderung mengajak pengikutnya untuk lebih
berempati terhadap sesama dan menghargai perbedaan dengan sopan santun.
Dalam perkembangannya, terjadi perbedaan pandangan dalam moral di kalangan
masyarakat sehingga butuh sesuatu yang menyamakan atau menstandarkannya lalu
muncullah sebuah tinjauan tentang moral yang disebut sebagai etika. Jadi etika merupakan
hasil kristalisasi nilai-nilai moral yang layak dijadikan sebagai standar.
Etika bersifat universal karena etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah untuk hidup lebih baik. Oleh karena itu, etika
bersifat sama di seluruh negara yang ada di dunia karena mempunyai tujuan yang sama.
Pada dasarnya agama adalah urusan kita dengan Tuhan, moral adalah urusan kita
dengan diri kita sendiri, sementara etika adalah urusan kita dengan orang lain. Oleh karena
itu, ketiga hal ini sangat penting bagi kehidupan kita.
Namun, pada makalah ini yang akan lebih banyak dibahas adalah mengenai Etika,
karena Etika lebih bersifat universal dan banyak berhubungan dengan profesi sebagai dokter
gigi.
C. Pentingnya Etika
Setelah mengkaji tentang definisi etika, perlulah diketahui pula tentang alasan
mengapa etika itu penting untuk diterapkan. Seorang dokter akan berinteraksi langsung
dengan pasien dan menyangkut jiwa pasien itu sendiri. Dengan adanya etika, seorang dokter
gigi akan mematuhi kode etik dokter gigi yang berlaku.
Kode etik sendiri bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap pasien,
mengutamakan keadilan, tidak menyakiti pasien, dan juga menghormati hak-hak pasien.
Agar tujuan ini dapat terpenuhi dengan sepenuhnya, maka seorang dokter harus mempunyai
etika yang baik. Apabila seorang dokter tidak mempunyai etika yang baik, maka akibat dari
hal tersebut akan berdampak ke individual itu sendiri serta dapat merugikan pasien.
Pentingnya menerapkan etika berkaitan erat dengan asal mula etika tersebut
dibentuk. Etika dibentuk karena moral yang ada saat ini bersifat kontradiktif, sehingga perlu
dibuat sesuatu yang bersifat eksak dan universal, maka terciptalah etika. Etika juga dapat
mengurangi konflik dan kesalahpahaman antar manusia. Jadi pentingnya mempelajari etika
adalah untuk menciptakan suatu keadaan yang mutualisme, damai, dan adil.
D. Profesional
1. Definisi
Seorang profesional adalah seseorang yang menyediakan jasa sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya, digaji sesuai dengan pekerjaannya, dan melakukan pekerjaan sesuai
peraturan di bidangnya.
Namun, sebenarnya profesional bukan sekedar seorang yang pintar dan ahli di
bidangnya saja, tapi juga memiliki attitude / perilaku yang baik dalam melakukan
pekerjaannya / dalam berprofesi.
2. Ciri – ciri atau kriteria dokter gigi profesional
a. Kompeten dalam menampilkan sikap perawatan yang sesuai kepada pasien.
b. Kompeten dalam menunjukkan profesionalitas kepada seluruh tim kedokteran gigi.
c. Memiliki pengetahuan tentang masalah sosial dan psikologi yang relevan terhadap
perawatan pasien.
d. Kompeten dalam melanjutkan dan mengembangkan pendidikan dan pengetahuan.
e. Memiliki pengetahuan dan kesadaran dalam kesehatan mereka sendiri dan
pengaruhnya.
f. Kompeten dalam bekerja dengan anggota lain dalam tim kedokteran gigi.
g. Memiliki pengetahuan tentang prinsip – prinsip etika berhubungan dengan
kedokteran gigi, kompeten dalam praktek dengan integritas pribadi dan professional,
kejujuran serta kepercayaan.
h. Kompeten dalam menyediakan perawatan manusiawi dan kasih kepada seluruh
pasien.
i. Memiliki pengethauan dan pemahaman tentang hak – hak pasien, persetujuan pasien,
dan keharusan pasien.
j. Memiliki pengetahuan bahwa dokter gigi harus berjuang dalam setiap kesempatan
untuk memberika yang terbaik kepada pasiennya.
k. Kompeten dalam berbagi informasi dan pengetahuan professional,bernegosiasi,
memberi dan menerima kritik baik dari pasien dan juga kolega.
l. Kompeten dalam mengaplikasikan prinsip kesehatan dan pencegahan penyakit.
Secara ringkas, setiap dokter gigi yang profesional harus memiliki :
a. High based competency. Setiap dokter gigi harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang masalah yang luas dalam kedokteran gigi. Kompeten dalam
keterampilan termasuk penelitian, investigasi, analisis, memecahkan masalah,
merencanakan, komunikasi, presentasi dan keterampilan tim dan memahami
hubungan dari hal – hal tersebut dalam praktek kedokteran gigi.
b. Moral responsibility. Setiap dokter gigi harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang moral dan tanggung jawab etika yang melibatkan ketentuan perawatan
kepada pasien individu sampai masyarakat luas, dan memiliki pengetahuan tentang
hukum yang berlaku apda kedokteran gigi.
c. Competency in communicating . Dokter gigi harus kompeten dalam berkomunikasi
yang efektif kepada pasien, keluarga dan perkumpulannya, dan dengan kolega –
kolega yang ahli di bidang kesehatan.
d. Improving oral health of individuals, families, and groups in the community. Dokter
gigi harus kompeten dalam mengembangkan kesehatan gigi dan mulut setiap
pasiennya.
E. Kode Etik
1. Definisi
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita
dan nilai bersama. Mereka yang satu profesi disatukan karena latar pendidikan yang sama
dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan demikian,
profesi menjadi suatu kelompok yang memiliki tanggung jawab khusus.
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional
Kode etik suatu profesi dibuat untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan
dipegang teguh oleh seluruh kelompok tersebut. Supaya dapat berfungsi dengan semestinya,
salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri karena hanya
profesi sendiri akan menentukan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai
moral yang dianggapnya hakiki. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat
berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus dan mengandung
sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode.
2. Fungsi dan tujuan kode etik di bidang kedokteran gigi
Di Indonesia, lembaga yang berwenang untuk membuat kode etik kedokteran gigi
Indonesia bernama Majelis Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia atau biasa disingkat
MKEKG. MKEKG merupakan badan kelengkapan dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) yang dibentuk secara khusus untuk melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan,
dan penilaian Etik Kedokteran Gigi. Hanya MKEKG yang berhak membuat, merevisi, dan
memberikan sanksi terhadap pelanggar kode etik tersebut.
Tujuan dibuatnya kode etik kedokteran gigi, antara lain :
1. untuk meminimalisir bahaya profesi yang mungkin terjadi, terutama sebagai dokter
gigi
2. menjamin mutu moral profesi dokter gigi di mata masyarakat
3. menjamin hak-hak pasien dan melaksanakan kewajibannya sebagai dokter yang
professional.
Penjabaran pasal 7 kode etik kedokteran gigi Indonesia.
“Dalam menjalankan profesinya, setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan
informasi yang cukup kepada pasiennya.”
Informasi harus diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti kepada pasien.
Hal-hal tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Prosedur dan hasil diagnosis
2. Nama operasi / perawatan tersebut
3. Maksud dan tujuan operasi/perawatan
4. Sifat dan luasnya tindakan operasi/perawatan
5. Apakah ada alternatif lain selain operasi/perawatan tersebut
6. Hal-hal atau tindakan apa saja yang terlibat dalam operasi/perawatan tersebut
7. Prosedur operaasi/perawatan tersebut, misalnya pembiusannya bagaimana.
8. Resiko operasi/perawatan tersebut, seperti hilangnya fungsi organ tubuh dan lain-
lain
9. Kemungkinan komplikasi dan efek samping dari operasi/perawatan
10. Resiko jika tidak dilakukan operasi/perawatan
11. Keterbatasan pengobatan dengan operasi/perawatan
12. Keadaan setelah operasi/perawatan, misalnya ada sakit atau tidak
13. Tingkat (rate) kesuksesan/ kegagalan operasi/perawatan
14. Seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien.
Dokter Gigi dengan penuh perhatian dapat mempersilakan apabila pasien bermaksud
meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
Keramahtamahan dan sopan santun serta perilaku yang tidak tercela sangat
diharapkan dari seorang Dokter Gigi terhadap pasien yang telah memberi kepercayaan
kepadanya.
F. Organisasi Profesi
Fungsi Organisasi Profesi adalah sebagai wadah untuk meningkatkan kompetensi,
karier, wawasan, perlindungan, kesejahteraan, pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu prasyarat mutlak eksistensi sebuah organisasi adalah visi dan misi yang
terencana dan mampu memberikan sebuah solusi dari setiap permasalahan yang timbul.
G. Organisasi Profesi Dokter Gigi PDGI
1. Profil PDGI
PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) atau Indonesian Dental Association (IDA)
merupakan satu-satunya organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di Indonesia.
PDGI didirikan pada tanggal 22 Januari 1950 di Bandung.
Pengurus besar PDGI terdapat di Jakarta dan memiliki 12 Pengurus Wilayah dan 119
cabang PDGI di seluruh Indonesia.
Di tingkat Internasional PDGI merupakan “country member” pada berbagai
organisasi antara lain :
- APDF/APRO (Asia Pacific Dental Federation/Asia Pacific Regional Organizations) –
Organisasi Dokter Gigi Regional
- FDI (Federation Dentaire Internationale) – Organisasi Dokter Gigi se-dunia.
2. Fungsi PDGI
Organisasi profesi, dalam hal ini PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) setidaknya dimata
masyarakat umum menjadi titik awal dari setiap perubahan dunia Kedokteran Gigi
Indonesia.
3. Tujuan / Tugas PDGI
Menyumbangkan darma baktinya demi kepentingan bangsa dan negara.
Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan umum dalam
rangka menunjang kesejahteraan rakyat Indonesia
Memajukan ilmu kedokteran gigi dalam arti yang seluas-luasnya
Meningkatkan kesejahteraan anggota.
BAB III
PENUTUP
A. Pembuktian Hipotesa
Bila dikaitkan dengan skenario, tindakan Tina dan Adi yang menabrak dosennya dan
diam saja merupakan tindakan tidak beretika.Seharusnya sebagai mahasiswa, mereka
meminta maaf atas perbuatan mereka tersebut, baik sengaja maupun tidak disengaja.
Pernyataan Tina mengenai etika dan moral, “Untuk apa ya tau etika, saya kan dari kecil
sudah belajar agama, emangnya moralku jelek apa!” merupakan pernyataan yang salah. Di
pernyataan tersebut, Tina menganggap bahwa karena sudah belajar agama sejak kecil
moralnya pasti baik dan tidak perlu lagi belajar etika.
Padahal pada pembahasan-pembahasan di atas, moral bersifat individual dan relatif,
jadi tidak bisa ada patokan mengenai yang benar dan salah, tergantung per individu,
sedangkan etika sangat penting untuk dipelajari karena menyangkut cara yang baik dalam
kita berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut membuktikan kebenaran hipotesa 1
(Pernyataan Tina dan Adi mengenai etika dan moral salah) dan hipotesa 6 (Tina dan Adi
tidak beretika). Selain itu, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ajaran agama yang diterima
seseorang belum tentu mempengaruhi orang tersebut dalam menjalankan kehidupan yang
bermoral dan beretika. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa 3 (Pengajaran agama belum
tentu mempengaruhi etika dan moral) benar.
Definisi seorang yang profesional adalah seseorang yang menyediakan jasa sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya, digaji sesuai dengan pekerjaannya, dan melakukan
pekerjaan sesuai peraturan di bidangnya. Lewat definisi ini, berarti membuktikan bahwa
pernyataan Tina mengenai dokter gigi yang profesional adalah benar. Drg. Fadly tidak
bersikap profesional karena tidak memberikan informasi yang cukup jelas kepada Tina
sebelum melakukan penambalan. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa 2 ( Tina tidak
memahami arti sesungguhnya dari profesional) salah.
Dari isi skenario, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa drg. Fadly tidak memberikan
informasi yang cukup jelas pada Tina sebelum ia menambal giginya, juga tidak memberikan
penjelasan bahwa akan mengeluarkan biaya cukup besar. Padahal ada dalam kode etik
dokter gigi bahwa seorang dokter gigi harus memberikan informasi yang cukup kepada
pasien. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa 4 (Drg. Fadly tidak mematuhi kode etik dokter
gigi karena tidak memberikan informasi yang lengkap kepada pasien) benar.
Hipotesa 5 (Dokter gigi profesional mematuhi kode etik dokter gigi, memiliki moral
dan etika yang baik, dan melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya sesuai
keahliannya) dapat dibuktikan melalui pembahasan mengenai arti kode etik. Kode etik
adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Juga
diperjelas melalui definisi profesional itu sendiri yaitu seorang profesional bukan sekedar
seorang yang pintar dan ahli di bidangnya saja, tapi juga memiliki attitude / perilaku yang
baik dalam melakukan pekerjaannya / dalam berprofesi, dalam hal ini, memiliki moral dan
etika.
B. Kesimpulan
Setelah menelaah ulang dan mencari informasi-informasi yang berhubungan dengan
hasil diskusi kami dalam DK 1 dan DK 2, kami menyimpulkan bahwa pernyataan : “Etika
dan moral memiliki makna yang sama, dan keduanya sangat dipengaruhi oleh agama. Etika
dan moral berasal dari hati nurani manusia dan bersifat tidak tertulis, tetapi berlaku di
lingkungannya” tidak sepenuhnya benar.
Berdasarkan sumber referensi yang kami baca, kami mendapati bahwa moral
memiliki definisi yang berbeda dengan etika, di mana moral adalah nilai/norma yang dianut
oleh sekelompok masyarakat tertentu yang didasarkan oleh kebudayaan masyarakat tersebut
dan mungkin berbeda-beda pada kelompok masyarakat lainnya dan mungkin bersifat
subjektif karena berdasarkan pada hati nurani setiap orang, sedangkan etika adalah refleksi
sistematis pada moral, yang berarti etika merupakan hasil peninjauan ulang terhadap moral
sehingga etika menjadi patokan universal yang berlaku bagi semua orang dan bersifat
objektif. Selain itu, ajaran agama belum tentu mempengaruhi seseorang memiliki moral dan
etika yang baik.
Kami juga menemukan bahwa semua permasalahan etika dan moral yang
berhubungan dengan kode etik kedokteran gigi diatur dan disusun oleh PDGI, yaitu suatu
organisasi yang menghimpun dokter-dokter gigi di Indonesia dan berfungsi untuk mewadahi
para dokter gigi dan memberi patokan yang jelas kepada para dokter gigi agar menjadi
dokter-dokter yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
www.pdgi-online.com
http://mohtar.staff.uns.ac.id/files/2009/03/kode-etik.pdf
Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Maertens, Guido, dkk. 1990. BIOETIKA. Jakarta : PT Gramedia.
Magniz, Franz. Etika Dasar.
Rule, JT dan Veatch RM. 1993. Ethical Questions in Dentistry. Chicago : Quintessence
Publishing Co, Inc.
Thiroux. 1995. Ethics, Theory and Practice 5th Edition. New Jersey : PrenticeHall,
Englewood Cliffs.