Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

24
Ginjal dan Mekanisme Kerjanya Alvin Wijaya 102011307 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11510 BAB I Pendahuluan Latar belakang Dalam kehidupan manusia, manusia akan mengkonsumsi makanan dan zat – zat tertentu lainnya, tidak semua yang dikonsumsi manusia tersebut sehat dan dibutuhkan tubuh sebanyak asupannya, tubuh akan membuang zat sisa – sisa metabolisme yang dihasilkan dari pengolahannya dan membuang zat – zat yang berbahaya bagi tubuh manusia. Proses membuang zat – zat tersebut dari dalam tubuh, dilakukan oleh organ ginjal, yang meliputi proses filtrasi, reabsorpsi selektif, dan sekresi. Jikalau tubuh tidak bisa membuang zat sisa metabolisme dan zat asing tersebut, maka akan terjadi keracunan dan gangguan pada tubuh dimana hal ini berakibat buruk kepada kesehatan. Sering kali gangguan yang muncul adalah masalah yang terdapat pada ginjal dimana berakibat pada adanya penyakit – penyakit yang berkaitan tentang cairan tubuh dan zat sisanya. Penyakit seperti ini harus diobati secepatnya agar nyawanya tertolong dan juga tidak menggangu sistem tubuh lainnya. Maka dari itu pembahasan yang mendalam dan jelas mengenai sistem kerja ginjal haruslah diberikan dengan baik 1

Transcript of Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

Page 1: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

Ginjal dan Mekanisme Kerjanya

Alvin Wijaya

102011307

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11510

BAB I

Pendahuluan

Latar belakang

Dalam kehidupan manusia, manusia akan mengkonsumsi makanan dan zat –

zat tertentu lainnya, tidak semua yang dikonsumsi manusia tersebut sehat dan dibutuhkan

tubuh sebanyak asupannya, tubuh akan membuang zat sisa – sisa metabolisme yang

dihasilkan dari pengolahannya dan membuang zat – zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Proses membuang zat – zat tersebut dari dalam tubuh, dilakukan oleh organ ginjal, yang

meliputi proses filtrasi, reabsorpsi selektif, dan sekresi. Jikalau tubuh tidak bisa membuang

zat sisa metabolisme dan zat asing tersebut, maka akan terjadi keracunan dan gangguan pada

tubuh dimana hal ini berakibat buruk kepada kesehatan. Sering kali gangguan yang muncul

adalah masalah yang terdapat pada ginjal dimana berakibat pada adanya penyakit – penyakit

yang berkaitan tentang cairan tubuh dan zat sisanya. Penyakit seperti ini harus diobati

secepatnya agar nyawanya tertolong dan juga tidak menggangu sistem tubuh lainnya. Maka

dari itu pembahasan yang mendalam dan jelas mengenai sistem kerja ginjal haruslah

diberikan dengan baik agar masyarakat mengetahuinya dengan jelas sehingga bisa menjaga

kesehatan ginjalnya.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah mencari tahu secara jelas mengenai

struktur makroskopis dan mikroskopis organ ginjal dan mekanisme kerja ginjal serta faktor –

faktor pendukungnya dalam menghasilkan dan membuang zat sisa metabolisme dan zat

asing, sehingga pengetahuan yang terintegrasi ini dapat membantu pembaca dalam menjaga

kesehatannya.

Hipotesis

1

Page 2: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

Melihat dari skenario yang diberikan maka hipotesa saya adalah bengkak pada

kedua kaki dan perut membuat disebabkan karena gangguan keseimbangan cairan tubuh pada

organ ginjal.

Harapan

Harapan saya dalam membahas skenario ini agar para praktisi kesehatan dan

masyarakat dapat mengetahui lebih jelas mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis

organ – organ ginjal dan mekanisme kerja ginjal serta faktor – faktor pendukungnya dalam

menghasilkan dan membuang zat sisa metabolisme dan zat asing, sehingga gangguan atau

penyakit yang akan muncul dapat dihindari dengan benar, dimana dapat memberikan kualitas

kehidupan yang optimal pada masyarakat.

Area yang akan dibahas

Dalam makalah ini saya terlebih dahulu akan membahas mengenai istilah –

istilah yang tidak dimengerti, struktur makroskopis dan struktur mikroskopis organ ginjal dan

mekanisme kerja ginjal serta faktor – faktor pendukungnya.

2

Page 3: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

BAB II

Isi

Sebelum saya membahas mengenai skenario ini, saya akan terlebih dahulu

menulis ulang kasus yang saya dapatkan. “Seorang laki – laki usia 58 tahun datang ke rumah

sakit dengan keluhan bengkak pada kedua kaki sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Sejak 2

minggu terakhir bengkak dirasakan semakin parah, dan perutnya mulai membuncit. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, pitting oedem dan asites.”

Dalam skenario terdapat kata pitting oedem dan asites. Pitting oedem adalah

gejala pada kulit yang ditekan akan mencekung, dan tidak langsung kembali seperti semula

dimana diakibatkan oleh meningkatnya cairan dalam ruang ekstraseluler.1 Asites adalah

penimbunan cairan serosa (mirip serum) di rongga peritoneum.2

Sistem urinaria terdiri dari organ yang memproduksi urine dan yang

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem yang memproduksi urine terdiri dari dua buah ginjal

sedangkan sistem yang mengeluarkan urine dari tubuh adalah dua ureter yang membawa

urine ke kandung kemih untuk penampungan sementara dan uretra yang mengalirkan urine

keluar dari tubuh melalui orifisium uretra eksterna. Ren atau ginjal memiliki beberapa fungsi

yaitu:

- Mengatur konsentrasi ion – ion penting (natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat,

dan fosfat)

- Mengatur keseimbangan asam – basa tubuh (melalui ekskresi ion H+, HCO3-, NH4

+,

dan produksi urine asam atau basa sesuai kebutuhan tubuh)

- Mengatur produksi sel darah merah (melalui produksi hormon eritropoietin)

- Mengatur tekanan darah (melalui produksi hormon renin)

- Mengendalikan secara terbatas konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah

- Mengeluarkan zat sisa organik (urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian

hemoglobin dan hormon)

- Mengeluarkan zat beracun (polutan, zat aditif makanan, obat – obatan, dan zat kimia

asing lainnya)3

Ren atau ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang berwarna

merah tua dengan panjang sekitar 12.5 cm dan memiliki ketebalan 2.5 cm sehingga kurang

lebih sebesar kepalan tangan. Setiap ginjal memiliki berat dari 125 gram sampai 175 gram

pada laki – laki dan pada perempuan dimulai dari 115 gram sampai 155 gram. Ginjal terletak

retroperitoneal, yaitu di antara peritoneum parietale dan fascia transversa abdominis, pada

sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Setiap ginjal mempunyai sebuah kelenjar adrenal

3

Page 4: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

(glandula suprarenalis) di bagian ekstremitas superiornya yang dibatasi/dipisahkan oleh

lemak perinealis. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2 – 3, sedangkan

ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra lumbal 3 – 4. Ren mempunyai ekstremitas

superior dan ekstremitas inferior, jarak ekstremitas superior antara ren dextra dan sinistra

adalah 7 cm, sedangkan jarak antara extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm,

dan jarak antara extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3 – 5 cm.4 Pada ginjal terdapat 2

margo yaitu margo lateralis yang berbentuk konveks dan margo medialis yang berbentuk

konkaf. Pada margo medialis terdapat suatu celah yang disebut hilus renalis dimana

merupakan tempat masuknya pembuluh – pembuluh darah, limfe, saraf, dan ureter. Hilus

renalis ini akan dimasuki dengan urutan v. renalis, a. renalis, dan ureter, yang akan menuju ke

suatu ruangan yaitu sinus renalis.

Ginjal dibungkus oleh:

- Capsula fibrosa. Capsula fibrosa merupakan pembungkus yang langsung menempel

pada ginjal. Capsula fibrosa mudah dikelupas dan hanya menyelubungi ginjal,

glandula supra renalis tidak diselubungi

- Capsula adiposa. Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan membungkus

ginjal serta glandula supra renalisnya. Capsula fibrosa ini terbagi menjadi 2 bagian

yaitu yang bagian depan dan belakang, bagian depan relatif lebih tipis sedangkan

bagian belakang relatif lebih tebal. Ginjal dipertahankan oleh fascia adiposa

- Fascia renalis. Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar

yaitu fascia prerenalis untuk bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis untuk bagian

belakang ginjal, keduanya bersatu ke arah cranial dan berpisah di arah caudal

sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah4

Ginjal terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu korteks dan medula ginjal. Pada

korteks terdiri dari berjuta – juta nefron (unit kerja ginjal)5. Selain itu, korteks ginjal terdiri

dari glomerulus dan pembuluh darah. Dalam glomerulus, darah akan disaring dan disalurkan

masuk ke dalam medula, saluran ini akan bermuara di papila renalis sehingga tampak garis –

garis pada medula yang disebut processus medullaris (ferheini). Pada medula ginjal dapat

dijumpai papila renalis yang menonjol ke calyx minor, akan berbentuk segitiga di ujungnya

yang disebut pyramid renalis (malphigi) dan di antara pyramis terdapat columna renalis

(bertini), di medula juga terdapat saluran – saluran yang menembus papila disebut ductuli

papillares (bellini) dengan area tembusannya disebut area cribriformis, ductuli merupakan

bagian medula ginjal yang paling sering ditemui, calyx minor yang terdapat pada medula

akan bergabung sebanyak 2 sampai 4 calyx minor yang akan membentuk calyx major, lalu

4

Page 5: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

beberapa calyx major akan menjadi pyelum/pelvis renis lalu akan membentuk ureter, dan

ruangan tempat calyx yang juga merupakan ruangan bukaan dari hilus renalis disebut sinus

renalis.4

Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron, nefron yang merupakan unit

pembentuk urine. Nefron yang merupakan unit fungsional terkecil dari ginjal, terdiri atas

glomerulus dan tubuli ginjal. Glomerulus adalah gulungan kapiler darah yang dikelilingi oleh

kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Kapsula Bowman memiliki 2

lapisan yaitu, lapisan viseral dan parietal. Lapisan viseral kapsula Bowman merupakan

lapisan internal epitelium, sel – selnya dimodifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki) yang

berada khusus di sekitar kapiler glomerular. Kapsula Bowman dan glomerulus akan

membentuk korpuskel ginjal. Sedangkan pada lapisan parietal kapsula Bowman, dibentuk

tepi terluar korpuskel ginjal dengan dua kutubnya yaitu kutub vaskular korpuskel ginjal yang

terdapat arteriola aferen yang masuk ke glomerulus dan arteriola eferen yang keluar dari

glomerulus, dan kutub urinarius korpuskel ginjal untuk glomerulus memfiltrasi aliran yang

menuju ke tubulus kontortus proksimal (TKP). Barier filtrasi glomerular adalah barier

jaringan yang memisahkan darah dalam kapiler glomerular dari ruang dalam kapsula

Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium kapilar, membran dasar (lamina basalis) kapilar,

dan filtration slits.

Tubulus kontortus proksimal (TKP) memiliki panjang 15 mm dengan

salurannya yang sangat berliku – liku, pada permukaan yang menghadap lumen tubulus

ditemukan sel – sel epitel kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) untuk

memperluas area permukaan lumen. Setelah keluar dari TKP maka urine akan menuju Ansa

Henle, yang pertama kali dilalui adalah ansa Henle pars desenden (menurun) yang masuk ke

dalam medula, yang akan melanjutkan diri membentuk lengkungan yang tajam dan membalik

ke atas membentuk ansa Henle pars asenden. Pada ansa Henle ditemukan 2 jenis nefron yaitu,

Nefron korteks yang terletak di bagian terluar korteks dengan lekukan pendek yang

memanjang ke sepertiga bagian atas medula dan nefron jukstamedular yang terletak di dekat

medula dengan lekukan panjang yang menjulur ke dalam piramida medula. Urine yang sudah

melalui ansa Henle akan masuk ke dalam tubulus kontortus distal (TKD) dengan saluran

panjang 5 mm yang juga sangat berliku dan akan membentuk segmen terakhir nefron. Di

sepanjang jalurnya, TKD bersentuhan dengan dinding arteriol aferen, bagian TKD yang

bersentuhan ini mengandung sel – sel termodifikasi yang disebut macula densa yang

berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium.

Sedangkan pada dinding arteriol aferennya mengandung sel – sel otot polos termodifikasi

5

Page 6: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

yang disebut sel jukstaglomerular, sel ini distimulasi oleh penurunan tekanan darah untuk

memproduksi renin. Jadi dalam pengaturan darah diatur oleh aparatus jukstaglomerular yang

terbentuk dari macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium yang saling bekerja

sama. Perjalanan terakhir urine di ginjal akan menuju tubulus dan duktus kolegentes. Tubulus

kolegentes akan membentuk duktus kolegentes, lalu duktus kolegentes akan membentuk tuba

yang lebih besar untuk mengalirkan urine menuju ke dalam calyx minor. Dari calyx minor

akan bermuara ke pelvis ginjal melalui calyx major, kemudian pelvis ginjal akan mengalirkan

urine ke ureter yang akan ditampung sementara di kandung kemih.3

Ginjal mendapat pendarahan dari a. renalis cabang dari aorta abdominalis

setinggi vertebra lumbal 1 – 2. A. renalis dextra lebih panjang daripada a. renalis sinistra

karena harus menyilang v. cava inferior di belakangnya. A. renalis masuk ke dalam hilus

renalis dan mempercabangkan 2 cabang besar yaitu yang berjalan ke depan ginjal dimana

memperdarahi ginjal bagian depan dan ke belakang ginjal dimana memperdarahi ginjal

bagian belakang. Cabang yang menuju ke ginjal depan lebih panjang daripada yang menuju

ke ginjal belakang, namun keduanya tetap akan bertemu di tepi lateral ginjal yaitu di garis

tengah ginjal yang disebut garis Broedel. Pembedahan pada ginjal dilakukan di garis Broedel

ini, dikarenakan perdarahannya yang minimal. A. renalis akan berjalan di antara lobus ginjal

dan bercabang menjadi a. interlobaris. A. interlobaris berada pada perbatasan korteks dan

medula yang akan bercabang lagi menjadi a. arcuata yang mengelilingi korteks dan medula

sehingga disebut a. arciformis. A. arcuata/a. arciformis mempercabangkan a. interlobularis

dan berjalan sampai tepi ginjal (korteks) yang kemudian akan mempercabangkan vasa

afferens yaitu glomerulus dan dalam glomerulus akan membentuk anyaman

rambut/pembuluh kapiler sebagai vasa efferens yaitu tubuli contorti. Sedangkan untuk

pembuluh balik pada ginjal mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler dan

kemudian berkumpul di v. interlobaris = vv. stellatae (verheyeni). Dari v. interlobularis akan

menuju v. arcuata, lalu ke v. interlobaris kemudian menuju v. renalis dan berakhir di v. cava

inferior.4

Nefron pada ginjal dapat digolongkan berdasarkan letak korpuskel dalam

korteks dan panjangnya ansa henle. Berdasarkan letak korpuskel dalam korteks dibagi

menjadi 2 yaitu, kapsular atau superfisial dan korteks tengah atau jukstamedular. Sedangkan

berdasarkan panjangnya ansa henle dibedakan menjadi 2 juga yaitu, nefron pendek (korteks)

yang meluas sampai ke zona luar medula (outer medulla) dan nefron panjang (jusktamedular)

yang meluas sampai zona dalam medula (inner medulla) bahkan dekat puncak papila, lebih

banyak terdapat nefron pendek dari pada nefron panjang. Nefron sendiri terbagi menjadi 2

6

Page 7: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

bagian besar yaitu korpuskel ginjal untuk memfiltrasi plasma dan tubulus renalis untuk

reabsorpsi selektif dan sekresi urine menuju tubulus koligentes. Korpuskel renalis terdiri dari

2 kutub yaitu, kutub vaskular tempat masuknya arteriola aferen dan keluarnya arteriola eferen

dan kutub urinarius tempat bermulanya tubulus kontortus proksimal. Korpuskel renalis

mempunyai lamina basal tebal yang bekerja sebagai barier filtrasi dengan sel – sel mesangial

yang melekat ke kapiler berguna untuk membersihkan lapisan basal. Kapsula glomerulus

terdiri dari 2 lapis epitel membran yaitu lapisan parietal luar yang membentuk dinding

korpuskel luar dan lapisan parietal dalam yang melapisi kapiler – kapiler. Pada lapisan

viseralnya juga ditemukan podosit dan perluasan kaki pedikel yang membentuk celah

filtrasi/filtration slits. Pada glomerulus terdapat arteriol dengan kapiler darahnya yang

mengandung pori – pori disebut fenestrata berfungsi untuk ultrafiltrasi. Aparatus

jukstaglomerular terletak di atas badan malphigi, yang terdiri dari, sel – sel jukstaglomerulus

yang menghasilkan renin, sel – sel mesangial ekstraglomerular/sel polkisen/sel lacis yang

menghasilkan eritropoietin, dan makula densa sebagai sensor osmolaritas cairan di TKD

terhadap natrium.

Tubulus kontortus proksimal berada di korteks ginjal dengan epitel kuboid

rendah dan inti bulat yang saling berjauhan. TKP bersifat asidofil dengan lumennya yang

tidak jelas karena brush border. TKP berfungsi sebagai absorpsi makromolekul dari filtrat

glomerulus dan transport ion. Ansa henle terdapat di korteks dan medula ginjal, terdiri dari

ansa henle pars desenden yang bergerak menurun dengan dinding tipisnya dan serupa dengan

TKP, lengkung ansa henle yang berada di tengah dan disebut juga titik isoosmolar, mirip

kapiler namun tidak terdapat darah di lumennya, dan ansa henle pars asenden yang bergerak

ke atas dengan dinding tebalnya dan serupa dengan TKD. Fungsi utama ansa henle adalah

untuk reabsorpsi air dan ion – ion. Tubulus kontortus distalis terletak di korteks ginjal dengan

epitel selapis kuboid rendah dan bersifat basofil. TKD memiliki inti sel yang saling

berdekatan dan lumennya jelas dan lebih lebar daripada TKP karena tidak terdapat brush

border. Terdapat pula makula densa yang menempel di TKD dekat glomerulus. Fungsi utama

TKD adalah untuk reabsorpsi dan sekresi/ekskresi. Duktus koligentes terdapat di berkas

medula dan medula sendiri. Duktus koligentes memiliki diameter 40 um dengan epitel

kuboid/torak yang memiliki sitoplasma pucat dan batas selnya jelas.6

Kerja utama ginjal adalah filtrasi, reabsorpsi selektif, dan sekresi. Filtrasi

dilakukan di glomerulus, reabsorpsi selektif dilakukan di TKP, ansa henle, dan TKD, dan

sekresi dilakukan di TKP dan TKD. Proses filtrasi di glomerulus merupakan proses pertama

dan utama di ginjal dikarenakan jika tidak terjadi filtrasi maka tidak akan dihasilkan urine.

7

Page 8: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

Glomerulus memiliki 3 membran filtrasi yaitu dinding kapiler glomerulus, membrana basalis,

dan kapsula Bowman. Proses filtrasi akan menyaring plasma menjadi plasma yang bebas dari

protein, sebenarnya masih terdapat protein dalam jumlah sedikit namun tidak terdeteksi jika

dilakukan pemeriksaan laboratorium. Filtrasi dapat berjalan juga dengan bantuan adanya

gaya – gaya Starling yang terdiri dari 3 macam tekanan yaitu, tekanan hidrostatik glomerulus

(utama) yang mendorong filtrasi, tekanan hidrostatik kapsula Bowman yang melawan filtrasi,

dan tekanan osmotik glomerulus yang menyaring protein sehingga disebut tekanan onkotik

(protein plasma). Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus bergantung pada tekanan darah,

aliran darah ginjal, dan diameter arteriola aferen eferen. Tekanan darah dan aliran darah

ginjal yang meningkat, akan meningkatkan pula tekanan hidrostatik kapiler glomerulus,

sehingga semakin banyak urine yang terbentuk, namun pada diameter kapiler aferen eferen

merupakan kebalikannya, ketika tekanan meningkat maka diameter kapiler aferen eferen

akan konstriksi dan sebaliknya. Pada tekanan onkotik plasma terdapat beberapa keadaan yang

dapat mempengaruhinya seperti luka bakar luas maka protein akan menurun sehingga filtrasi

menjadi meningkat dan dehidrasi maka protein akan meningkat sehingga filtrasi menjadi

menurun. Tekanan hidrostatik kapsula Bowman juga akan terpengaruh jika terjadi sumbatan

di bagian distal.

Dikarenakan banyak faktor yang bisa mengganggu filtrasi maka tubuh

mempunyai mekanisme khusus untuk menstabilkannya yaitu mekanisme autoregulasi.

Autoregulasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal terdiri atas 2 yaitu, mekanisme miogenik dan tubuloglomerular feedback, sedangkan

faktor eksternal terdiri dari saraf otonom. Mekanisme miogenik merupakan mekanisme yang

mengatur keadaan otot polos pada pembuluh darah arteriol aferen yang berbanding lurus dari

peningkatan tekanan darah. Jika tekanan darah meningkat maka a. aferen akan berkontraksi

sehingga pembuluh darah menjadi mengecil dan darah yang mengalir pun sedikit sehingga

tekanan darah akan menurun perlahan, dan berlaku sebaliknya jika tekanan darah menurun

maka a. aferen akan berdilatasi sehingga pembuluh darah membesar dan darah yang mengalir

banyak sehingga tekanan darah akan dinaikkan kembali secara perlahan. Tubuloglomerular

feedback berguna untuk mempertahankan GFR, tekanan darah, dan volume darah. Sistem

tubuloglomerular feedback akan dimulai ketika tekanan darah sistemik menurun yang

mengakibatkan GFR pun turun dan mempengaruhi arus filtrat karena tekanan darah menurun

tersebut. Ketika arus yang ada kecil maka durasi reabsorpsi menjadi lebih lama karena arus

kecil tersebut alirannya pelan maka reabsorpsi Na+ pun menjadi lebih lama sehingga menurun

kadarnya, dan kadar Na+ yang menurun ini akan terdeteksi oleh macula densa. Pada saat Na+

8

Page 9: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

yang rendah terdeteksi oleh macula densa maka akan mengeluarkan renin untuk

mengaktifkan RAS (Renin Angiotensin System), RAS merupakan sistem untuk

meningkatkan kembali tekanan darah yang rendah. RAS yang aktif akan meningkatkan

aldosteron sebagai hasil akhirnya, aldosteron yang meningkat akan meningkatkan reabsorpsi

Na+ kembali di TKD. Na+ merupakan ion yang memiliki daya osmotik, bisa menarik air

secara langsung, dan juga Na+ merupakan ion yang dapat menarik Cl- secara pasif sehingga

air dan Cl- pun ikut meningkat reabsorpsinya dikarenakan Na+ yang meningkat. Setelah Na+,

Cl-, dan air meningkat, maka tekanan darah, arus darah dan GFR akan kembali meningkat.

Berikut adalah tabel mengenai reabsorpsi dan sekresi di ginjal, setelah urine

melewati proses filtrasi di glomerulus dan kapsula Bowman.

No

Tubulus Proksimal (secara

obligat)Ansa Henle Tubulus

Distal

(secara

fakultatif)

Duktus

Koligens

(secara

fakultatif)Reabsorpsi Sekresi

Pars

Desendens

(hiperosmotik)

Pars Asendens

(hipoosmotik)

1. Glukosa &

Asam amino:

100%, ko-

transport Na+

H+:

bergantun

g pada

keasaman

cairan

tubuh

Air: 15%

direabsorpsi

secara

osmotik, tidak

dapat

dikendalikan

NaCl: 25%

direabsorpsi

secara aktif,

tidak dapat

dikendalikan

Na+:

kendali

oleh

aldosteron

, Cl- ikut

secara

pasif

Air:

kendali

oleh ADH

2. Na+: secara

aktif, 67%

atau 2/3,

tidak dapat

dikendalikan,

Cl- ikut

secara pasif

Ion

organik:

tidak dapat

dikendalik

an

NaCl

(kemungkinan)

: sekresi pasif,

tidak dapat

dikendalikan

Bagian ini

impermeabel

terhadap

substansi lain

K+:

kendali

oleh

aldosteron

H+:

dipengaru

hi oleh

faktor pH

cairan

tubuh

3. PO4- &

elektrolit:

Air:

kendali

9

Page 10: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

bervariasi,

tidak dapat

dikendalikan

oleh

aldosteron

4. Air: 67%

atau 2/3,

tidak dapat

dikendalikan

H+:

dipengaru

hi oleh

faktor pH

cairan

5. Urea: secara

pasif, tidak

dapat

dikendalikan

6. K+: 100%,

tidak dapat

dikendalikan

Pada filtrasi terdapat tekanan tekanan yang menyebabkan bisa terjadi filtrasi

tersebut. Bermula dari tekanan darah di jantung, sekitar 40 persen akan sampai ke kapiler

(artreriol aferen nefron). Tekanan yang sampai ke kapiler ini akan dilawan oleh tekanan

intratubuler sebesar 10 mmHg, menjadi tekanan hidrostatik efektif. Tekanan hidrostatik

efektif tidak berubah sepanjang seluruh kapiler glomeruli. Selanjutnya terdapat tekanan

onkotik di daerah tubulus sebesar 0 mmHg, di kapiler pada permulaannya sebesar 20 mmHg,

dan di kapiler pada akhir glomerulus sebesar 35 mmHg. Selisih hasil dari tekanan hidrostatik

efektif dengan tekanan onkotik di kapiler pada permulaannya akan menyebabkan terjadinya

filtrasi. Filtrasi akan berlangsung di kapiler aferen sampai eferen, selama selisih tersebut

masih ada, dan akan berhenti ketika tekanan tersebut sudah saling tidak berselisih.

Mekanisme autoregulasi akan mengatur tekanan hidrostatik kapiler tetap normal ketika

terjadi perubahan tekanan darah. Mekanisme autoregulasi diatur oleh sistem saraf intrinsik

dan faktor – faktor humoral seperti angiotensin II, prostaglandin intrarenal (Pg), dan

vasopressin dari hipofise posterior. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat, Pg

intrarenal merupakan vasodilatator potent, dan vasopressin/ADH/pitressin akan aktif dalam

arteriol juxtamedularis. Faktor – faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah tekanan darah,

10

Page 11: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

peningkatan atau penurunan tekanan, obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus,

peningkatan tekanan interstisiil oleh proses peradangan, dan peningkatan tekanan intratubuler

oleh penyumbatan dalam ductus colligentes, ureter, dan uretra. Hasil dari filtrasi disebut

filtrat atau urine primer, filtrat ini mengandung zat – zat yang masih dibutuhkan tubuh dan zat

– zat yang harus dibuang. Zat – zat yang masih dibutuhkan tubuh misalnya, air, glukosa,

asam amino, dan elektrolit, sedangkan zat – zat yang harus dibuang misalnya, urea, kreatinin,

dan asam urat.

Minum air sedikit atau banyak akan sangat mempengaruhi jumlah dan

kepekatan urine yang keluar. Jika minum banyak air maka plasma darah akan menjadi encer

akibatnya osmoreseptor dalam hipotalamus akan terangsang beserta hipofise posterior. Ketika

hipofise posterior mendapat rangsangan plasma darah encer maka sekresi ADH akan

dihambat sehingga reabsorpsi air secara fakultatif akan menurun maka akan dikeluarkan

urine yang besar volumenya dan encer kepekatannya (kurang dari 285 mOsm/L, kadar

normal 285 – 295 mOsm/L), dan berlaku sebaliknya. ADH memiliki pengaruh terhadap

alkohol dan stress operasi & obat anestesi. Alkohol akan menurunkan sekresi ADH yang

diikuti reabsorpsi fakultatif akan menurun juga sehingga volume urine meningkat, sedangkan

stress operasi dan obat anestesi akan meningkatkan sekresi ADH yang diikuti reabsorpsi

fakultatif akan meningkat juga sehingga volume urine pun menjadi menurun. Pada kasus

setelah operasi, pasien tidak bisa buang air kecil, namun hal ini hanya dikarenakan stress

sehingga tidak perlu diberi infus dan dianggap kekurangan air karena nanti ketika stressnya

reda, pasien dapat buang air kecil sendiri. Pada proses reabsorpsi terdapat zat – zat dengan

ambang batas tinggi (high renal threshold) dan zat – zat dengan ambang batas rendah (low

renal threshold). Zat dengan ambang batas tinggi adalah zat yang seluruhnya atau hampir

sebagian besar akan direabsorpsi kembali sedangkan zat dengan ambang batas rendah adalah

zat yang sedikit atau hampir tidak diserap kembali. Zat dengan ambang batas tinggi misalnya,

asam amino, glukosa, dan elektrolit. Zat dengan ambang batas rendah misalnya, urea,

kreatinin, dan asam urat.

Sekresi dilakukan sebagian besar di tubuli distal dan sebagian kecil di tubulus

proksimal. Zat – zat yang disekresi secara aktif adalah, kreatinin, asam urat, K+, H+, ion – ion

anorganik, dan zat asing. Proses aktif yang terjadi pada sekresi akan memerlukan energi yaitu

dengan bantuan zat pembawa (carier) suatu protein, energi yang di dapat berasal dari hasil

oksidasi suksinat, siklus asam sitrat atau oksidasi makanan. Proses sekresi terjadi di TKP dan

TKD. Pada TKP terjadi melalui tahap – tahap berikut ini yaitu:

11

Page 12: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

1. CO2 dan H2O dari darah akan berdifusi masuk ke dalam TKP

2. Di TKP, CO2 dan H2O akan membentuk H2CO3 dengan bantuan enzim carbonic

anhidrase

3. H2CO3 akan mengalami ionisasi menjadi H+ dan HCO3-, H+ akan berdifusi ke dalam

lumen tubulus dan HCO3- akan berdifusi ke dalam darah

4. Dalam lumen tubulus H+ akan bergabung dengan HCO3- hasil dari filtrasi glomeruli

membentuk H2CO3. Lalu H2CO3 akan dipecah menjadi H2O dan CO2 yang akan

masuk menuju TKP

5. Dikarenakan H+ dari TKP sudah masuk ke dalam lumen tubulus maka keadaan dalam

lumen tubulus menjadi terlalu asam dan juga TKP kekurangan ion positif maka Na+

dari lumen tubulus akan masuk ke dalam TKP menggantikan ion H+

6. Na+ dari TKP akan berdifusi keluar menuju darah untuk bergabung dengan ion HCO3-

membentuk NaHCO3. Jadi pada TKP terjadi sekresi H+ sekitar 80 – 85% dan sisanya

15 – 20% terjadi di TKD dan reabsorpsi NaHCO3

Pada TKD akan terjadi sekresi juga melalui tahap – tahap berikut ini, ini

adalah tahap sekresi H+ sisa dari TKP:

1. CO2 dan H2O dari darah akan berdifusi masuk ke dalam TKD

2. Di TKD, CO2 dan H2O akan membentuk H2CO3 dengan bantuan enzim carbonic

anhidrase

3. H2CO3 akan mengalami ionisasi menjadi H+ dan HCO3-, H+ akan berdifusi ke dalam

lumen tubulus dan HCO3- akan berdifusi ke dalam darah

4. Di lumen tubulus pada dasarnya sudah ada hasil filtrasi dari glomerulus yaitu 2Na+ +

HPO4-2 dengan pH 7,4, namun ketika H+ masuk ke lumen tubulus, pH menjadi lebih

asam menjadi 6,0 karena ion H+ yang bersifat asam dan juga ion H+ bergabung

dengan reaksi yang sudah ada menjadi Na+ + H+ HPO4-2, yang akan dibuang ke urine

5. Tidak semua Na+ yang terbentuk akan dibuang ke urine sehingga ada Na+ yang akan

masuk kembali ke TKD dan keluar ke darah bergabung dengan HCO3- menjadi

NaHCO3

Pada TKD sekresi yang kedua adalah penghabisan sekresi H+ ketika fosfat

sudah habis, tahap – tahapnya seperti berikut:

1. CO2 dan H2O dari darah akan berdifusi masuk ke dalam TKD

12

Page 13: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

2. Di TKD, CO2 dan H2O akan membentuk H2CO3 dengan bantuan enzim carbonic

anhidrase

3. H2CO3 akan mengalami ionisasi menjadi H+ dan HCO3-, H+ akan berdifusi ke dalam

lumen tubulus dan HCO3- akan berdifusi ke dalam darah

4. Pada TKD terdapat hasil deaminasi asam amino menjadi NH3, NH3 yang terdapat di

TKD akan berdifusi keluar ke lumen tubulus

5. H+ dan NH3 yang masuk ke dalam lumen tubulus akan bergabung membentuk NH4+.

Pembentukan NH4+ yang meningkat terjadi pada keadaan asidosis, dan sebaliknya jika

pembentukan NH4+ yang menurun terjadi pada keadaan alkalosis

6. Pada lumen tubulus terdapat Na+, namun ketika H+ sudah masuk keadaan dalam

lumen tubulus menjadi terlalu asam sehingga mendorong Na+ keluar ke TKD dan

menuju darah diikuti secara pasif oleh Cl-

7. Na+ yang keluar ke darah akan bergabung dengan HCO3- membentuk NaHCO3

Ginjal menghasilkan hormon dan zat – zat yang akan mempengaruhi organ

atau jaringan lain yaitu:

1. Renin. Hormon renin dihasilkan oleh sel jukstaglomerular jika ginjal mengalami

iskemia. Sekresinya dirangsang oleh volume arteri yang menurun, Na+ menurun pada

nefron bagian distal, dan hipokalemia. Renin membantu angiotensinogen menjadi

angiotensin I (sedikit menaikkan tekanan darah). ACE (angiotensin converting

enzyme) membantu mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (besar menaikkan

tekanan darah)

2. Prostaglandin. Bekerja sebagai vasodilatator pada pembuluh darah sehingga memiliki

efek menurunkan tekanan darah

3. Lipid antihipertensi. Berasal dari medula ginjal dan merupakan lipid netral (bukan PG

atau hormon)

4. Kininogen. Mempunyai sifat antihipertensi

5. Eritropoietin dan eritrogenin. Mempengaruhi pembentukan sel – sel darah merah

6. 1,25 di OH cholecalciferol. 25 – OH D3 (hormon kalsitonin) yang menurunkan kadar

Ca dalam darah akan diubah menjadi 24,25 di-OH-D3 (tidak aktif) dan 1,25 di-OH-

D3 (paling aktif) dimana meningkatkan kadar Ca dalam darah

13

Page 14: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

BAB III

Penutup/Kesimpulan

Pitting oedem dan asites dapat disebabkan oleh gangguan

keseimbangan cairan tubuh pada ginjal. Gangguan yang ada sebagian besar disebabkan oleh

proses filtrasi yang terjadi di glomerulus dan kapsula Bowman, karena urin tidak aka

terbentuk ketika filtrasi tidak ada.

14

Page 15: Makalah PBL 1 Traktus Urogenitalis-Alvin

Daftar Pustaka

1. Fauci AS, dkk. Harrison's principles of internal medicine. 17th edition. Columbus:

McGraw-Hill Professional, 2008.h.213

2. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

2009.h.657

3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2003.h.318-29

4. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, 2012.h.20-5

5. Aziz MF, Witjaksono J, Rasjidi I. Panduan pelayanan medik: model interdisiplin

penatalaksanaan kanker serviks dengan gangguan ginjal. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2008.h.29

6. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

2002.h.650-76

7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2009.h.553-93

15