Traktus Kortikospinalis Feb

12
TRAKTUS KORTIKOSPINALIS a. Pendahuluan Ada banyak area yang terlibat dalam sistem motorik yang mengatur kontrol pergerakan otot manusia, yaitu mulai dari area motorik korteks serebri, ganglia basalis (termasuk substansia nigra dan nukleus subtalamikus), serebelum (dengan pembagian-pembagiannya), nukleus batang otak termasuk formasi retikularis, output neuron motorik dari nukleus nervus motorik kranial, akhirnya ke sel kornu anterior medula spinalis. 1 Salah satu cara agar lebih mudah memahami kompleksnya sistem ini, maka dapat dibagi berdasarkan aktivitas motoriknya yaitu : 1 1. Kontrol motorik volunter, yang terdiri dari jalur langsung dan tidak langsung : a. Jalur volunter langsung untuk mengontrol gerakan halus (fine motor movement), terdiri atas serabut kortiko-bulbar sampai nukleus nervus kranial, serabut kortiko-spinalis dan jalur lanjutannya pada medula spinalis, dan traktus kortiko-spinal lateral. b. Jalur volunter tidak langsung, sistem yang mengendalikan gerakan sendi proksimal dan muskulatur aksial (axial musculature), meliputi kerja korteks motorik melalui formasi retikularis batang otak. 1

description

Traktus Kortikospinalis

Transcript of Traktus Kortikospinalis Feb

Page 1: Traktus Kortikospinalis Feb

TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

a. Pendahuluan

Ada banyak area yang terlibat dalam sistem motorik yang mengatur kontrol

pergerakan otot manusia, yaitu mulai dari area motorik korteks serebri, ganglia basalis

(termasuk substansia nigra dan nukleus subtalamikus), serebelum (dengan pembagian-

pembagiannya), nukleus batang otak termasuk formasi retikularis, output neuron motorik

dari nukleus nervus motorik kranial, akhirnya ke sel kornu anterior medula spinalis. 1

Salah satu cara agar lebih mudah memahami kompleksnya sistem ini, maka dapat

dibagi berdasarkan aktivitas motoriknya yaitu : 1

1. Kontrol motorik volunter, yang terdiri dari jalur langsung dan tidak langsung :

a. Jalur volunter langsung untuk mengontrol gerakan halus (fine motor

movement), terdiri atas serabut kortiko-bulbar sampai nukleus nervus

kranial, serabut kortiko-spinalis dan jalur lanjutannya pada medula

spinalis, dan traktus kortiko-spinal lateral.

b. Jalur volunter tidak langsung, sistem yang mengendalikan gerakan sendi

proksimal dan muskulatur aksial (axial musculature), meliputi kerja

korteks motorik melalui formasi retikularis batang otak.

2. Pengaturan motorik involunter, adalah sistem yang mengatur tubuh terhadap

perubahan keseimbangan atau gravitasi, melalui input visual. Sistem ini juga

mengatur tonus otot dan refleks tendon dalam.

Jalur motorik disebut juga sebagai desenden karena jalur ini dimulai dari korteks atau

batang otak, turun ke bawah dan mempengaruhi sel-sel motorik yang berada di bawahnya

(batang otak atau medula spinalis). Sel-sel saraf yang berada di korteks atau batang otak

(termasuk formasio retikularis) yang memberi rangsangan terhadap jalur ini disebut upper

motor neuron (UMN). Sedangkan neuron motorik pada medula spinalis atau batang otak

yang memberi impuls ke serabut eferen perifer (nervus spinalis dan kranialis) disebut

dengan lower motor neuron (LMN). 1, 2

1

Page 2: Traktus Kortikospinalis Feb

Gambar 1. Lower motor neuron 1

Gambar 2. Traktus Piramidalis, LMN, dan UMN

2

Page 3: Traktus Kortikospinalis Feb

b. Traktus Kortikospinalis (Piramidalis)

Traktus piramidalis berasal dari area motorik korteks serebri, berjalan menuju

medula spinalis, merupakan traktus yang penting dalam regulasi gerakan volunter

pada manusia. Serabut-serabut motorik ini berasal dari beberapa area motorik cortex

serebri, yaitu dua pertiga dari primary motor area (area 4), supplementary motor area

(medial area 6), dan premotor area (lateral area 6). 1, 3, 4

Traktus piramidalis atau kortikospinalis berasal dari korteks motorik dan

berjalan melalui materi putih (korona radiata) otak, limbus postrior kapsula interna (di

sini serabut-serabut saraf saling berdekatan), lalu masuk ke cerebral peduncle (crus

cerebri), pons, dan basis medula oblongata (bagian anterior) dimana traktus ini

menonjol dengan jelas berbentuk seperti piramid, karenanya dinamakan traktus

piramidalis. Pada bagian bawah akhir medula oblongata, 80-85% serabut ini

menyilang, yang disebut dekusatio piramidalis. Serabut yang tidak menyilang turun

ke medula spinalis pada bagian ipsilateral funikulus anterior yang disebut sebagai

traktus kortikospinalis anterior, lalu menuju bagian yang lebih bawah (biasanya

setingkat dengan segmen yang akan dipersarafi) melalui komisura anterior medula

spinalis. Pada segmen setinggi servikal dan torakal hanya ada sedikit sisa serabut

saraf yang tidak menyilang dan menginervasi neuron motorik ipsilateral pada kornu

anterior. Sekitar 90% dari semua serabut traktus piramidalis berakhir di sinaps yang

menuju interneuron, yang kemudian mentransmisikan impuls motorik ke α motor

neuron kornu anterior dan γ motor neuron. 2, 3, 4

Impuls yang dihasilkan pada neuron motorik dari nukleus nervus motorik

kranialis dan kornu anterior medula spinalis berjalan melalui ganglion anterior dan

saraf perifer menuju ke otot rangka. Impuls diangkut ke sel-sel otot melalui motor end

plate pada neuro-muskular junction. 2

3

Page 4: Traktus Kortikospinalis Feb

Gambar 2. Jalur traktus piramidalis 2

4

Page 5: Traktus Kortikospinalis Feb

c. Aspek Klinik

Lesi yang mengenai traktus kortikospinalis pada manusia akan berakibat

buruk, menyebabkan kehilangan kontrol motorik, khususnya gerakan motorik terlatih

(fine skilled motor movements). Keadaan ini terutama terjadi pada stroke, di mana

terjadi lesi arteri serebral atau arteri di dalam kapsula interna. Akibat dari lesi ini akan

menimbulkan kelemahan (paresis) atau paralisis otot-otot pada sisi tubuh yang

berlawanan. 1, 2, 3

Pada fase akut lesi traktus kortikospinalis, reflek tendon akan hipoaktif, ada

flaksid, dan kelemahan otot. Reflek ini akan kembali dalam beberapa hari atau

minggu dan menjadi hiperaktif karena respon serabut otot lebih sensitif terhadap

regangan, terutama sekali pada otot-otot fleksor ekstrimitas atas, dan ekstensor

ekstrimitas bawah. 2, 3

Hipersensitifitas ini terjadi akibat kehilangan kontrol inhibitor sentral

desenden dari sel-sel fusimotor (γ motor neuron), yang menginervasi serabut otot,

sehingga terjadi aktivasi yang permanen den respon yang lebih cepat dari normalnya.

Gangguan terhadap sistem pengaturan panjang serabut otot juga terjadi, sehingga

otot-otot fleksor ekstrimitas atas, dan ekstensor ekstrimitas bawah menjadi lebih

pendek. Hasil dari semuanya adalah tonus otot meningkat, terjadi spastik, dan

hiperreflek, yang disebut juga tanda traktus piramidalis dan klonus, selain itu dikenal

juga tanda pada jari tangan dan kaki (seperti tanda babinski). 2

Pada lesi UMN terjadi paralisis spastik, hipertonia, hiperrefleks, refleks

patologis dan klonus positif. Refleks patologis yang sering didapatkan adalah refleks

Babinski. Sedangkan lesi LMN terjadi karena kerusakan sel-sel kornu anterior atau

akson-akson pada ganglion anterior, serta saraf perifer, gambaran klinisnya berupa

paralisis flaksid, hipotonia, hiporefleks, reflex patologis negatif, atrofi otot-otot

bersangkutan yang progresif dan fasikulasi. 2, 3

5

Page 6: Traktus Kortikospinalis Feb

Gambar 5 Sindroma spesifik berdasarkan lokasi lesi di sepanjang perjalanan traktus

kortikosponal 2

6

Page 7: Traktus Kortikospinalis Feb

Keterangan gambar 5 yaitu: 2

a. Lesi kortikal

Gejala khas yang berkaitan dengan lesi pada gambar (a) adalah paresis

distal ekstremitas atas, kerusakan yang paling serius terjadi adalah gangguan

kontrol motorik, lebih sering parese daripada plegia, dan lebih sering flaksid

daripada spastik karena yang berperan besar adalah jalur nonpiramidal.

Kelemahannya berupa paresis flaksid karena jalur nonpiramidal menyebar

luas. Lesi yang mengenai korteks serebral seperti tumor, infark, atau trauma,

menyebabkan kelemahan sebagian tubuh pada sisi yang berlawanan. Hemiparese

terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakiofasial), dan lebih sering terjadi

karena bagian tubuh ini mempunyai representasi kortikal yang besar.

b. Lesi kapsula interna

Jika kapsula interna (gambar b) terkena, seperti perdarahan, iskemia, akan

terjadi spastik hemiplegia kontralateral. Lesi pada tingkat ini akan mempengaruhi

serabut piramidal dan non piramidal karena keduanya terletak saling berdekatan.

Tidak terlihat defisit saraf kranial yang lain, sebab adanya persarafan bilateral.

Paresis kontralateral pertama akan bersifat flaksid (pada fase shock), tapi dalam

beberapa jam atau hari akan menjadi spastik karena terjadi kerusakan serabut non

piramidal.

c. Lesi pedunkel

Lesi pedunkel seperti proses vascular, perdarahan atau tumor

menghasilkan hemiparese spastik kontralateral yang dapat disertai oleh

kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral.

d. Lesi pons

Lesi pons seperti tumor, iskemia otak atau perdarahan dapat menyebabkan

hemiparesis kontralateral atau bilateral. Tidak semua serabut piramidalis yang

akan terkena karena serabut ini menyebar ke area yang lebih luas pada pons.

Serabut-serabut yang mempersarafi wajah dan nukleus hipoglosus telah berpindah

ke posisi yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini, oleh karena itu

kelumpuhan wajah atau hipoglosus sentral jarang ditemukan, meskipun masih ada

kemungkinan terjadi kelumpuhan nervus 5 atau 6.

7

Page 8: Traktus Kortikospinalis Feb

e. Lesi pyramidal

Lesi pada piramid medularis biasanya tumor, dapat merusak serabut

piramidalis, sebagai akibatnya hemiparese kontralateral dapat terjadi.

Kelemahannya lebih bersifat paresis daripada plegia karena masih terdapat sisa

serabut desenden lainnyaLesi servikal

f. Lesi servikal

Lesi traktus piramidalis pada daerah servikal seperti tumor, mielitis,

trauma, menyebabkan hemiplegia spastik ipsilateral karena traktus ini telah

menyilang pada tingkat yang lebih atas, dan spastik terjadi karena adanya serabut

non piramidal pada daerah ini. Lesi yang bilateral pada bagian servikal yang lebih

atas akan menyebabkan terjadinya quadriparese atau quadriplegia.

g. Lesi torakal

Lesi ini (akibat trauma atau mielitis) menyebabkan monoplegia spastik

ipsilateral ekstremitas inferior. Kerusakan bilateral menyebabkan paraplegia.

h. Lesi radiks anterior

Kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan flaksid, akibat kerusakan

motor neuron bawah atau perifer. Lesi pada neuron motorik pertama pada otak

atau medula spinalis biasanya akan menyebabkan paresis spastik, sedangkan lesi

neuron motorik kedua pada kornu anterior, ganglion anterior, nervus perifer, atau

motor end plate biasanya menyebabkan paresis flaksid.

8

Page 9: Traktus Kortikospinalis Feb

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendelman WJ. Atlas of Functional Neuroanatomy. 2nd edition. USA: CRC Press,

2006. 120-1

2. Frotscher M, Baehr M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology, Anatomy-Physiology-

Signs-Symptoms. New York: Thieme Stuttgart, 2005. 56-69

3. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology 8th Edition. USA :

McGraw Company, 2005

4. Greenstein A, Greenstein B. Color Atlas of Neuroscience, Neuroanatomy and

Neurophysiology. New York: Thieme Stuttgart, 2000 . 178-83

9