Patofisiologi Keratitis

7
PATOFISIOLOGI KERATITIS a. Keratitis Karena kornea bersifat avaskuler, maka mekanisme pertahanan pada waktu peradangan tidak segera berlangsung, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudia disusun dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak bewarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (V aughan, 2009). Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan anda diagnostik berharga. Meskipun berair mata

description

patofis

Transcript of Patofisiologi Keratitis

PATOFISIOLOGI KERATITISa. Keratitis Karena kornea bersifat avaskuler, maka mekanisme pertahanan pada waktu peradangan tidak segera berlangsung, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudia disusun dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak bewarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (V aughan, 2009).Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan anda diagnostik berharga. Meskipun berair mata fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen (V aughan, 2009). Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiasakan bekas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat (V aughan, 2009).

PATHWAY KERATITIS

Faktor eksternal; virus, faktor internal; hipersensitivitas,jamur,bakterigangguan Nervus, trigeminus,idiopatikmengenai lapisan kornea matagangguan sensilibilitas &metabolisme korneainflamasikekeringan pada terbentuknya infiltrasi,permukaan korneasel plasma, pada konjungtivadan korneaabrasi pada lapisan kornea

penimbunan infiltratkerusakan epitel matapada kornea

kerusakan epitel sel kornea

ulserasi pada korneaKERATITIS

Peradangan meransang kejernihan & kelengkungan korneaPelepasan mediator kimia (bradikinin,prostaglandin, serotin,histamine)merangsang pembiasan cahaya ke retinaMeransang nosiseptor serabut nyeri( delta C) pandangan kabur

Meransang spinal penurunan fungsi pengelihatanthalamus di hipotalamus penurunan ketajaman pengelihatancortek serebri RESIKO CEDERA

NYERI

perubahan status kesehatan

kurang pengetahuan

dapat menularkan pada orang lain / orang sehat RESIKO INFEKSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan inflamasi pada kornea 2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi: iritasi atau infeksi pada mata 3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANNo. Diagnosa keperawtan NOCNIC

1Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan inflamasi pada korneaa. Vision compensation behaviour Penglihatan meningkat a. Eye Care Monitor adanya kemerahan dan adanya eksudat. Tentukan derajat penurunan penglihatan atau tes tajam penglihatan. Intruksikan pasien untuk tidak menyentuh mata. monitor reflek kornea. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata katarak. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan penglihatan.

2Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi: iritasi atau infeksi pada mata

a. Pain level Nyeri berkurang Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Mampu mengontrol nyerib. Comfrot level Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normala. Pain management Lakukan pengkajian nyeris ecara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. Kurangi faktor presipitasi nyeri Anjurkan tentang teknik non farmakologib. Analgesic administrasion Tentukan lokasi, karakteristik kualitas. Dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertamakali

3Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatana. Risk kontrol Klien terbatas dari cidera Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injuri atau cidera Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal a. Environment management (management lingkungan) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalkan memindahkan perabotan). Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.