Nadirah - PBL Blok 26

14
PENDAHULUAN Asuransi kesehatan merupakan hak semua orang, baik kaya atau miskin atau pun di level jabatan apa saja. Saat ini asuransi kesehatan sudah menjadi kebutuhan dasar oleh karena perkembangan teknologi kedokteran, pemeriksaan yang semakin modern dan kehadiran pelbagai jenis obat-obatan. Untuk tetap menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang diperoleh masyarakat dan untuk mengontrol biaya pelayanan kesehatan pada hari ini, maka diperlukan suatu sistem pengelolaan yang efektif dan efisien. Jika ditinjau perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia, ternyata kesadaran penduduk untuk membeli atau mempunyai asuransi kesehatan masih rendah. Selain itu, fasilitas kesehatan yang memegang peran penting untuk mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak berkembang secara baik. Dari sisi regulasi, Pemerintah Indonesia relatif lambat memperkenalkan konsep asuransi kepada 1 Makalah PBL Blok 26: Asuransi Kesehatan Nadirah Binti Hassan (102010385) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510. Telp: 021 569 42061, Fax: 021 563 1731. Email: [email protected]

Transcript of Nadirah - PBL Blok 26

Page 1: Nadirah - PBL Blok 26

PENDAHULUAN

Asuransi kesehatan merupakan hak semua orang, baik kaya atau miskin atau pun di

level jabatan apa saja. Saat ini asuransi kesehatan sudah menjadi kebutuhan dasar oleh karena

perkembangan teknologi kedokteran, pemeriksaan yang semakin modern dan kehadiran

pelbagai jenis obat-obatan. Untuk tetap menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang diperoleh

masyarakat dan untuk mengontrol biaya pelayanan kesehatan pada hari ini, maka diperlukan

suatu sistem pengelolaan yang efektif dan efisien.

Jika ditinjau perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia, ternyata kesadaran

penduduk untuk membeli atau mempunyai asuransi kesehatan masih rendah. Selain itu,

fasilitas kesehatan yang memegang peran penting untuk mendukung terlaksananya asuransi

kesehatan juga tidak berkembang secara baik. Dari sisi regulasi, Pemerintah Indonesia relatif

lambat memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan perijinan

dan kepastian hukum dalam berbisnis asuransi atau mengembangkan asuransi kesehatan

sosial bagi masyarakat.

1

Makalah PBL Blok 26: Asuransi Kesehatan

Nadirah Binti Hassan

(102010385)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510.

Telp: 021 569 42061, Fax: 021 563 1731. Email: [email protected]

Page 2: Nadirah - PBL Blok 26

ISI

Definisi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1992, asuransi adalah:1

Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan

diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau

tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas hidup atau meninggalnya

seseorang yang dipertanggungkan.

Kata asuransi sendiri berasal dari bahasa Inggris insurance, dengan akar kata insure

yang berarti ‘memastikan’. Dalam konteks asuransi kesehatan, pengertian asuransi adalah

memastikan seseorang yang menderita sakit akan mendapatkan pelayanan yang

dibutuhkannya tanpa harus mempertimbangkan keadaan ekonominya.1

Ada pihak yang menjamin atau menanggung biaya pengobatan atau perawatannya.

Pihak yang menjamin ini dalam bahasa Inggris disebut insurer atau dalam UU Asuransi

disebut asuradur. Asuransi merupakan jawaban atas sifat ketidak-pastian (uncertainty) dari

kejadian sakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk memastikan bahwa kebutuhan

pelayanan kesehatan dapat dibiayai secara memadai, maka seseorang atau kelompok kecil

orang melakukan transfer risiko kepada pihak lain yang disebut insurer/asuradur, ataupun

badan penyelenggara jaminan.

Dari ilustrasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa asuransi adalah suatu

mekanisme gotong royong yang dikelola secara formal dengan hak dan kewajiban yang

disepakati secara jelas. Melalui mekanisme pembayaran yuran per tahun per penduduk, maka

setiap penduduk yang memerlukan perawatan di rumah sakit akan dibiayai dari dana yang

terkumpul.1

2

Page 3: Nadirah - PBL Blok 26

Unsur Asuransi Kesehatan

Unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi kesehatan adalah peserta, badan asuransi, dan

pemberi pelayanan kesehatan. Hubungan antara unsur-unsur ini digambarkan seperti di

bawah:

Jenis Asuransi Kesehatan di Indonesia

a. Asuransi Kesehatan Sosial

Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan Pemerintah kepada PT Askes

(Persero) melalui Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991. Peserta program Askes Sosial

adalah:2

1. Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil (tidak termasuk PNS dan Calon

PNS di Kementrian pertahanan, TNI/Polri), Calon PNS, Pejabat Negara, Penerima

Pensiun (Pensiunan PNS, Pensiunan PNS di lingkungan Kementrian Pertahanan,

TNI/Polri, Pensiunan Pejabat Negara), Veteran ( Tuvet dan Non Tuvet) dan Perintis

Kemerdekaan beserta anggota keluarga*) yang di tangggung.

2. Pegawai Tidak Tetap (Dokter/Dokter Gigi/Bidan)

3. Pegawai dan Penerima pensiun PT. Kereta Api Indonesia (Persero) beserta anggota

keluarga*

3

Page 4: Nadirah - PBL Blok 26

*Anggota Keluarga adalah :

1. Isteri / suami yang sah dari peserta yang mendapat tunjangan istri/suami (Daftar isteri /

suami yang sah yang tercantum dalam daftar gaji / slip gaji, dan termasuk dalam daftar

penerima pensiun/carik Dapem).

2. Anak (anak kandung / anak tiri / anak angkat) yang sah dari peserta yang mendapat

tunjangan anak, yang tercantum dalam daftar gaji/slip gaji, termasuk dalam daftar

penerima pensiun/carik Dapem, belum berumur 21 tahun atau telah berumur 21 tahun

sampai 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan pendidikan formal, dan tidak atau

belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta masih menjadi

tanggungan peserta.

Jumlah anak yang ditanggung maksimal 2 (dua) anak sesuai dengan urutan tanggal

lahir, termasuk didalamnya anak angkat maksimal satu orang.

Hak Peserta Askes Sosial

1. Memperoleh Kartu Peserta.

2. Memperoleh penjelasan/informasi tentang hak, kewajiban serta tata cara

3. pelayanan kesehatan

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan

5. PT Askes (Persero), sesuai dengan hak dan ketentuan yang berlaku.

6. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke

Kantor PT Askes (Persero).2

Kewajiban Peserta Askes Sosial

1. Mengurus Kartu Peserta dan melaporkan perubahan data peserta.

2. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang

3. tidak berhak.

4. Melaporkan dan mengembalikan Kartu Peserta yang telah meninggal dunia ke

5. Kantor PT Askes (Persero).

6. Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

7. Membayar iuran sesuai dengan ketentuan pemerintah yang berlaku.2

4

Page 5: Nadirah - PBL Blok 26

Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) PT ASKES (Persero)

Pemberi Pelayanan Kesehatan Dasar , yaitu :1. Puskesmas

2. Dokter Keluarga / Dokter Gigi Keluarga

3. Poliklinik Milik Institusi

4. Klinik 24 Jam

Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan, yaitu:1. Rumah Sakit Umum Pemerintah,

2. RS Khusus Pemerintah (Jantung, Paru, Orthopedi, Jiwa, Kusta, Mata, Infeksi,

3. Kanker dll)

4. Rumah Sakit TNI/POLRI

5. Rumah Sakit Swasta

6. Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI

7. Apotek / Instalasi Farmasi RS

8. Optikal

9. Balai Pengobatan Khusus (Paru, Mata, Indera, dll).

10. Laboratorium Kesehatan

11. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan PT Askes

Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin Peserta Askes Sosial

Pelayanan Kesehatan Dasar :1. Konsultasi, penyuluhan, pemeriksaan medis dan pengobatan.

2. Pemeriksaan dan pengobatan gigi.

3. Tindakan medis kecil/sederhana.

4. Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana

5. Pengobatan efek samping kontrasepsi

6. Pemberian obat pelayanan dasar dan bahan kesehatan habis pakai.

7. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup.

8. Pelayanan imunisasi dasar.

9. Pelayanan rawat inap di puskesmas perawatan/puskesmas dengan tempat tidur.

5

Page 6: Nadirah - PBL Blok 26

Pelayanan Kesehatan Lanjutan :1. Rawat Jalan

Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik,

Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes.

Tindakan medis poliklinik dan rehabilitasi medis

Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain

yang ditetapkan oleh PT Askes.

2. Rawat Inap Rawat Inap di ruang perawatan sesuai hak Peserta.

Pemeriksaan, pengobatan oleh dokter spesialis.

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik,

Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes.

Tindakan medis operatif.

Perawatan intensif (ICU, ICCU,HCU, NICU, PICU).

Pelayanan rehabilitasi medis.

Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain

yang ditetapkan oleh PT Askes.

Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua

hidup.

Pelayanan Transfusi Darah dan Cuci Darah.

Cangkok (transplantasi) Organ.

Pelayanan Canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero)

Alat Kesehatan diberikan untuk Peserta dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kacamata ( 1 kali /2 tahun)

2. Gigi Tiruan (1 kali /2 tahun)

3. Alat Bantu Dengar (1 kali /2 tahun)

4. Kaki / tangan tiruan

5. Implant (alat kesehatan yang ditanam dalam tubuh) antara lain:

IOL (lensa tanam di mata), Pen & Screw (alat penyambung tulang), dan Mesh

(alat yang dipasang setelah operasi hernia).2

Pelayanan Yang Tidak Dijamin oleh PT ASKES

6

Page 7: Nadirah - PBL Blok 26

Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti tata cara pelayanan yang ditetapkan PT

Askes (Persero)/Pelayanan kesehatan tanpa indikasi medis.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas yang bukan jaringan pelayanan

kesehatan PT Askes (Persero), kecuali dalam keadaan gawat darurat (emergency) dan

kasus persalinan.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

Obat-obatan diluar ketentuan PT Askes (Persero).

Bedah plastik kosmetik, termasuk obat-obatan.

Semua jenis pelayanan imunisasi diluar “imunisasi dasar” bagi bayi dan balita (DPT,

Polio, BCG, Campak) dan bagi ibu hamil (TT) yang dilakukan di Puskesmas

Seluruh rangkaian pemeriksaan dalam usaha ingin mempunyai anak, termasuk alat

dan obat-obatnya.

Sirkumsisi tanpa indikasi medis.

Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan, tindakan persalinan, masa nifas pada

anak ketiga dan seterusnya.

Usaha meratakan gigi (Orthodontic), membersihkan karang gigi (scalling) dan

pelayanan kesehatan gigi untuk kosmetik.

Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat, alkohol dan atau zat adiktif

lainnya.

Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan sengaja menyakiti

diri sendiri.

Kursi roda, tongkat penyangga, korset dan elastic bandage.

Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu.

Lain-lain:

1. Biaya perjalanan/transportasi

2. Biaya sewa ambulans

3. Biaya pengurusan jenazah

4. Biaya fotocopy

5. Biaya telekomunikasi

6. Biaya kartu berobat

7. Biaya administrasi

b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

7

Page 8: Nadirah - PBL Blok 26

JAMKESMAS adalah program bantuan sosial yang diselenggara oleh Pusat Pembiayaan

dan Jaminan Kesehatan, yang berada langsung di bawah Menteri Kesehatan. Program ini

merupakan salah satu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka

mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada

hakikatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah

Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan

pelayanan yang optimal.3

Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS

Tujuan Umum:

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan

tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan

efisien.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat

pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

Sasaran Penyelenggaraan JAMKESMAS

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia

sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.3

Sumber Dana

Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 untuk dan

kontribusi APBD. Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi

pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di daerah masing-masing.3

Alokasi Dana Program

8

Page 9: Nadirah - PBL Blok 26

Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan

manajemen operasional program JAMKESMAS dengan rincian sebagai berikut.3

1. Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di:

a. Puskesmas dan jaringannya,

b. Rumah Sakit,

c. Rumah Sakit Khusus

d. Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM),

e. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM),

f. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),

g. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4),

h. Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM).

2. Dana manajemen operasional:

a. Administrasi kepesertaan,

b. Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program,

c. Advokasi, Sosialisasi,

d. Rekruitmen dan Pelatihan,

e. Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat,

f. Kajian dan survey,

g. Pembayaran honor, investasi dan operasional, dan

h. Perencanaan dan pengembangan program.

c. Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA)

JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan

yang diberikan Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang berdomisili didaerah tersebut.1

Sasaran Program Jamkesda adalah seluruh masyarakat yang tinggal didaerah tersebut yang

belum memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmas, Askes dan asuransi lainnya.

Tujuan Program

Tujuan Umum Penyelenggaraan Jamkesda:

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat.

Tujuan Khusus

9

Page 10: Nadirah - PBL Blok 26

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit serta Puskesmas dan

jaringannya termasuk pertolongan persalinan

2. Terselenggaranya pengendalian rujukan kasus

3. Terkendalinya biaya dan mutu dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

4. Terselenggaranya manajemen pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

Sasaran Program

Seluruh penduduk yang tinggal didaerah yang menyelenggarakan Jamkesda tersebut,

tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Askes sosial/komersial,

Jamsostek dan asuransi swasta).

d. Asuransi Komersial

Menurut UU No.2/1992, setiap perusahaan asuransi jiwa dan kerugian secara otomatis

dimungkinkan menjual jasa asuransi kesehatan, yang dalam konteks ini dikenal sebagai

asuransi kesehatan komersial (Private Voluntary Health Insurance).1

Asuransi komersial merupakan jenis asuransi yang diikuti dengan membayar premi secara

sukarela, dalam arti asuransi jenis ini tidak mewajibkan pesertanya untuk membayar premi.

Peserta juga dapat memilih kapan mereka mau mengikuti jenis asuransi ini, dan juga mereka

dapat memilih jenis program yang ditawarkan oleh asuransi komersial. Asuransi komersial

merupakan suatu lembaga ataupun perusahaan yang bertujuan untuk menghasilkan

keuntungan.

Kartu Jakarta Sehat (KJS)

KJS merupakan suatu program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah

(UP Jamkesda) Dinas Kesehatan Provinsi tersebut kepada masyarakat dalam bentuk bantuan

pengobatan. Berikut merupakan tujuan, sasaran, manfaat, dan persyaratan KJS:4

Tujuan Program

Memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta

terutama bagi keluarga miskin dan kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang.

10

Page 11: Nadirah - PBL Blok 26

Sasaran Program

Semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai KTP / Kartu Keluarga DKI Jakarta

yang belum memiliki jaminan kesehatan, diluar program Askes, atau asuransi kesehatan

lainnya.

Manfaat KJS

1. Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan / Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta.

2. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat II,

(RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama dengan UP. Jamkesda) wajib

dengan rujukan dari Puskesmas.

3. Rawat Inap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan UP.

Jamkesda.

Persyaratan Saat Berobat di Puskesmas

1. Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Gakin/Kartu Jamkesda.

2. Bagi yang belum memiliki KJS, dapat menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga

Provinsi DKI Jakarta.

Persyaratan Berobat Gratis di Rumah Sakit

1. Wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas.

2. Kartu Jakarta Sehat / Kartu Jamkesda / Kartu Gakin.

3. Bagi yang tidak memiliki Kartu Jakarta Sehat cukup menunjukkan KTP dan Kartu

Keluarga Provinsi DKI Jakarta.

Kebijakan Kesehatan

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas

Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu.1 Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan

adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose).1 Kebijakan

kesehatan merupakan konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau

mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan

yang optimal pada seluruh rakyatnya.

11

Page 12: Nadirah - PBL Blok 26

Asuransi Sebagai Sistem Pembiayaan Kesehatan

Memperhatikan peranan asuransi sebagai sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia, antara

hal-hal yang harus diperhatikan adalah seperti berikut:1,5

1. Tingkat pendapatan per kapita rakyat Indonesia, yang mencapai 1.000 dolar pada

tahun 2000, membuka kesempatan lebih luas untuk pengembangan program asuransi

kesehatan di Indonesia.

2. Bank Dunia memberikan rekomendasi untuk memilih model asuransi sosial yang

memberikan cakupan pelayanan yang luas sebagaimana ditempuh banyak negara lain

yang sedang berkembang misalnya Philipina dan negara-negara Amerika Latin.

3. Pemerintah perlu ikut mendorong terselenggaranya pelayanan kesehatan yang efisien,

dengan harga yang wajar serta mutu pelayanan yang baik. Perlu diregulasi pada

Health Provider sehingga tumbuh kompetisi umtuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Sebaliknya, perlu dikeluarkan regulasi untuk mendorong terselenggaranya sistem

pembiayaan dan pelayanan kesehatan yang efisien.

4. Dengan terbitnya perundangan, adalah perlu upaya sinkronisasi dan klarifikasi untuk

mendukung strategi yang diambil dalam mengembangkan asuransi kesehatan di

Indonesia.

Pelajaran dari berbagai negara menunjukkan bahwa setiap program jasa asuransi

kesehatan, selain memberi perlindungan ekonomi pada saat individu sakit juga selalu

mendorong kenaikan biaya pelayanan kesehatan. Antara faktor penyebabnya adalah inflasi

harga pelayanan kesehatan, introduksi teknologi baru, dan pemakaian pelayanan (utilization

rate) yang tinggi dari peserta program asuransi kesehatan.5

DAFTAR PUSTAKA

1) Sulastomo. Pembiayaan jasa kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. Cetakan

ketiga. Dalam: Manajemen kesehatan. Jakarta: PT Gramedia; 2007.h.82-98.

2) PT Askes (Persero). Program askes. 2012. Diakses pada 1 Juli 2013. URL:

http://www.ptaskes.com/

3) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pembiayaan dan jaminan kesehatan.

2013. Diakses pada 1 Juli 2013. URL: http://www.depkes.go.id/en/

12

Page 13: Nadirah - PBL Blok 26

4) Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta. Peserta kartu Jakarta sehat. November 2012.

Diakses pada 2 Juli 2013. URL: http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/11/peserta-

kartu-jakarta-sehat

5) Rokx C et al. Indonesia’s health financing system. In: Health financing in Indonesia.

Washington: The World Bank; 2009.p.27-40.

13