PBL Blok 26 Keluarga Berencana

47
Pelaksanaan Program Puskesmas Disusun oleh : Tegar Gemilang Watari 102011114 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

description

awrda

Transcript of PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Page 1: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Pelaksanaan Program Puskesmas

Disusun oleh :

Tegar Gemilang Watari

102011114

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi:

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana.

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No TLP: (021) 56942061, Fax: (021)5631731,

Email : [email protected]

1

Page 2: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

PENDAHULUAN

Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk

memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.1,2

Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu inovasi baru dimana

titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan program KB, berubah menjadi fokus

permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam program KB meminta masyarakat untuk

berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan

perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB. 1,2

Permasalahan yang dihadapi dalam skenario adalah pada saat koordinasi dengan camat dan

BKKBN dilaporkan bahwa wilayah kerja puskesmas mengalami kenaikan jumlah kelahiran

yang signifikan dibandingkan dengan 2 tahun yang lalu. Disepakati untuk menggalakkan KB

di wilayah tersebut. Prioritas program yang dilaksanakan adalah peningkatan cakupan IUD

dan pemasangan susuk KB. Yang menjadi hambatan adalah adanya anggapan bahwa KB

masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat juga umumnya

rendah (80% tidak tamat SMP). Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai definisi

dari KB, jenis-jenisnya, program puskesmas mengenai KB, peran masyarakat dalam bentuk

Posyandu, peran pemerintah, angka demografi dan juga problem solving cycle .

ISI

Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami istri,

sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program

pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah,

berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya

hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.1,2

Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian dari

pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada

kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Fasilitas

2

Page 3: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile dan diselenggarakan oleh

tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan.

Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas

pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan

paripurna.1,2

Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom,

obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan.

Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang dilatih. Kontrasepsi

adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat

permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat dipercayai

untuk mencegah kehamilan.1,2

Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri yakni meimiliki daya guna,

aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus- menerus dan efek

sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret mengenai jumlah konsumen yang harus

menderita akibat komplikasi pemakaian KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa

banyak pengguna KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah akseptor yang

harus drop – out.1,2

Begitu banyak masalah yang terdapat dalam pemakain alat kontrasepsi tetapi penulis

hanya mengambil asalah mengenai kegagalan pengguna alat kontrasepsi. Penulis

menggunakan data pengguna alat kontrasepsi yang tercatat oleh BKKBN (Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional) yang mempunyai tingkat kegagalan. Maka penulis

menentukan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh masyarakat yang dan data kegagalan

alat kontrasepsi tersebut.1,2

Jenis – jenis Alat Kontrasepsi

Ada beberapa jenis metode kontrasepsi sederhana yang dapat dipakai sebagai alat

kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. 1,2

Kondom

Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan

diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang

pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk

silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom

dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.1,2

3

Page 4: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Cara Kerja Kondom adalah sebagai alat kontrasepsi dengan mencegah sperma masuk

ke saluran reproduksi wanita. Kemudian berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi atau

transmisi mikro organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual). Pemakaian

kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan

seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan

kontrasepsi kondom sangat sedikit

yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.1,2

Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara

kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain: 1,2

Efektif bila pemakaian benar.

Tidak mengganggu produksi ASI.

Tidak mengganggu kesehatan klien.

Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.

Murah dan tersedia di berbagai tempat

Spermisida

Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam

vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam

bentuk busa (aerosol), tablet vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma

terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel

telur. 1,2

Diafragma

Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan

ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya

menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas

(uterus dan tuba falopi) dan sebagai ala tempat spermisida. 1,2 Ada beberapa jenis metode

kontrasepsi oral yang terpilih sebagai metode kontrasepsi yang efektif untuk digunakan.1,2

Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil di dalam

stiap yang berisi gabungan dari hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari

hormon progesteron saja. Cara kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi,

mengentalkan lendir serviks. Keuntungan yang dimiliki adalah efektifitasnya tinggi,

pengguna pil KB dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan dan dapat kembali subur

4

Page 5: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

dengan cepat, tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri, siklus haid menjadi teratur,

dan dapat menghilangkan keluhan nyeri haid. 1,2

Kontra indikasi penggunaan kontrasepsi pil Tidak dianjurkan bagi permpuan hamil,

menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stoke, kanker payudara pada wanita jika

tidak menggunakan pil secara teratur setiap hari. Mual muntah, berat badan bertambah,

retensi cairan,

edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ininberlangsung pada bulan –

bulan pertama pemakain pil. 1,2

I UD

IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang terbuat

dari plastik yang halus dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam rahim

dengan memakai alat khusus oleh dokter dan bidan yang sudah dilatih. Keuntungan yang

dimiliki adalah meningkatkan keamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap

resiko kehamilan, dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan pengguna

IUD cepat kembali setelah dicabut, tidak terdapat adanya efek samping hormonal, dan tidak

mengganggu laktasi.1,2

Kontraindikasi pemasangan IUD / AKDR adalah adanya sangkaan kehamilan, sedang

dalam kehamilan , dan adanya pendarahan di saluran kencing. Efektivitas yang dimiliki

sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun penggunaan.1,2

Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis yang ditanam

dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Kontraindikasi

penggunaan implant adalah pada kebanyakan pengguna dapat menyebabkan perubahan pola

haid berupa bercak Pendarahan ( spotting, hipermenorea serta amenorea ). Efektivitas yang

dimiliki implant sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan ). 1,2

Ada jenis metode kontrasepsi yang digolongkan sebagai metode kontrasepsi yang

mantap dalam pengaplikasiannya. 1,2

MOW ( Metode Operatif Wanita )

Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui operasi rongga perut dengan

pemotongan pada tuba falopii. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Kontraindikasi penggunaan MOW adalah apabila terdapat adanya alergi terhadap obat

anastesi, berat badan berlebihan ( obesitas ), infeksi pada saat melahirkan ( intrapartum ) dan

nifas. Efektivitas yang dimiliki sangat efektif ( gagal 0,1 – 0,7 per 100 perempuan ) .1,2

5

Page 6: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Tujuan dan Manfaat KB

KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia

dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun manfaat dari program KB

(Mochtar,1998) adalah sebagai berikut. 1,2

Kepentingan Orang Tua

Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan

keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas

kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai

menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dari

Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran

sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan pikiran sehat tersebut untuk

mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan

yang ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia. 1,2

Untuk kepentingan masyarakat

Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat.

Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara

dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan

seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan

pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam

menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua

yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan

tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab

terhadap masyarakat dan negara di mana mereka hidup dan berbakti. 1,2

Kepentingan Anak-anak

Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan yang

dimiliki seorang anak. Mengatur kelahiran Ibu dapat memiliki manfaat sehingga orang tua

mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada

6

Page 7: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua

dan bangsa.1,2

Problem Solving Cycle, Demografi Penduduk, dan Analisis Sistem

Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan

penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah

adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan

masalah.3,4 Problem Solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut

alat karena dapat membantu dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai

tujuan, disebut skills karena sekali mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang

kali, disebut proses karena melibatkan sejumlah langkah. 3,4

Problem solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah – langkah

berkesinambungan yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik,

penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan

alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta

mengevaluasi hasil kegiatan.3,4

Langkah-langkah dalam problem solving cycle ini yaitu : 3,4

1. Analisis situasi

2. Identifikasi masalah

3. Prioritas masalah

4. Alternatif solusi

5. Pelaksanaan solusi terpilih

6. Evaluasi solusi yang dilaksanakan

Analisis situasi meliputi analisis masalah kesehatan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan tersebut . HL Blum telah mengembangkan suatu kerangka

konsep tentang hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.Tujuan

analisis situasi adalah memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik; mempermudah

penentuan prioritas; mempermudah penentuan alternative pemecahan masalah.3,4

Analisis situasi terdiri dari analisis derajat kesehatan, analisis aspek kependudukan,

analisis pelayanan/upaya kesehatan, analisis perilaku kesehatan, dan analisis lingkungan

7

Page 8: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Analisa Derajat Kesehatan. Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan

apa yang dihadapi . Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara

kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan

waktu . Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis. Ukuran yang

digunakan adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). 3,4

Angka kematian bayi

Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan hidup,

gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi. Tingginya IMR menunjukkan bobot masalah

mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan

perawatan bayi.3,4

Angka kematian balita

Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi

anak. 3,4

Angka kematian menurut penyebab (CSDR)

Berguna untuk melihat penyebab-penyebab atau penyakit apa yang menjadi penyebab utama

angka kematian. 3,4

Incidence rate

Jumlah kasus baru suatu penyakit tertentu yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat

tertentu, dalam masa waktu tertentu pula. 3,4

Prevalence rate

Jumlah orang yang menderita sakit pada umumnya atau menderita penyakit tertentu dalam

suatu kelompok penduduk tertentu dalam suatu masa tertentu. 3,4

Case Fatality Rate

8

Page 9: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Merupakan analisis kependudukan yang bermanfaat analisis kependudukan adalah sebagai

denominator ukuran masalah kesehatan, prediksi beban upaya/program kesehatan, dan

prediksi masalah kesehatan yang dihadapi. 3,4

Ukuran demografis yang digunakan dalam analisis kependudukan antara lain jumlah

penduduk, derajat kesuburan (angka kelahiran kasar, angka kesuburan), derajat kematian

(angka kematian kasar, angka kematian menurut kelompok umur), laju petumbuhan

penduduk, struktur umur, angka ketergantungan, distribusi penduduk, mobilitas penduduk. 3,4

Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, out put dan

dampak dari pelayanan kesehatan .Input meliputi aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana

dan prasarana kesehatan .Proses meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan supervisi.

Sementara output meliputi cakupan pelayanan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 3,4

Analisis perilaku kesehatan memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan . Dapat

menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya.

Analisis perilaku kesehatan meliputi pemberian pelayanan kesehatan, pola pencarian

pelayanan kesehatan, penanganan penyakit, peran serta masyarakat atau ukbm, dan tentang

kesehatan ibu dan anak. 3,4

Analisis lingkungan meliputi analisis lingkungan fisik, biologis, dan social. Analisis

lingkungan fisik dapat berupa penyediaan air bersih, keadaan rumah dan pekarangan

(ventilasi, lantai, pencahayaan maupun kebisingan), penanganan limbah rumah tangga dan

limbah industry. 3,4 Analisis lingkungan biologis mengambarkan vektor penyakit, ternak dan

sebagainya. Analisis sosial budaya menggambarkan gotong royong dalam penanganan

masalah kesehatan. 3,4

Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Cara

perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya

kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara

kuantitatif. 3,4

9

Page 10: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Penentuan masalah dapat dengan cara membandingkan dengan yang lain, memonitor

tanda-tanda kelemahan, membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian

sebelumnya, Checklist, brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan. 3,4

Penyebab masalah dapat dikenali dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau

diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan (diagram Ishikawa) adalah alat untuk

menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram ini memberikan

gambaran umum suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim untuk

mengidentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk menentukan focus perbaikan,

mengembangkan ide pengumpulan data dan/atau mengembangkan alternatif solusi. 3,4

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah

dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah dapat

menggunakan metode delbeg, metode hanlon, metode delphi, metode USG , metode

pembobotan dan metode dengan rumus. 3,4 Langkah penentuan prioritas masalah terdiri dari

menetapkan kriteria, memberikan bobot masalah, menentukan skoring setiap masalah. 3,4

Alternatif solusi dapat diketahui dengan metode brainstorming. Brainstorming

merupakan teknik mengembangkan ide dalam waktu yang singkat yang digunakan untuk

mengenali adanya masalah, baik yang telah terjadi maupun yang potensial terjadi, menyusun

daftar masalah, menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk

monitoring, mengembangkan kreativitas, dan menggambarkan aspek-aspek yang perlu

dianalisis dari suatu pokok bahasan. 3,4 Solusi yang paling tepat dapat dipilih dengan

menggunakan 2 cara yaitu teknik skoring dan non skoring. Pada teknik skoring dilakukan

dengan memberikan nilai (skor) terhadap beberapa alternatif solusi yang menggunakan

ukuran (parameter). Pada teknik non scoring alternative solusi didapatkan melalui diskusi

kelompok sehingga teknik ini disebut juga nominal group technique (NGT). 3,4

Terdapat 4 sifat dalam menentukan parameter skoring, yaitu realistis, dapat dikelola

(manageable), teknologi yang tersedia dalam melaksanakan solusi (technical feasiblity),

sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk melaksanakan solusi (resources

availability). 3,4

10

Page 11: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Dalam skoring, masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita,

bila alternative solusi tersebut realistis diberi nilai 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi

nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Alternatif solusi yang memperoleh nilai

tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua

memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya. 3,4

Dalam teknik non-skoring, memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai

parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara

menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring. 3,4 Delphi

technique merupakan alternatif solusi didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai

keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan solusi paling mungkin bagi

pemecahan masalah yang disepakati bersama. 3,4 Pada Delbecq technique, menetapkan solusi

paling mungkin melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta

yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai

persepsi yang sama terhadap alternative solusi terhadap masalah yang akan dibahas. Hasil

diskusi ini adalah solusi paling mungkin bagi pemecahan masalah yang disepakati bersama. 3,4

Setelah dilakukannya solusi atas suatu masalah, maka kegiatan tersebut dievaluasi

kembali. Hasil dari evaluasi tersebut dapat berupa: 3,4

1. Hasil yang dicapai sesuai denganrencana (masalah terpecahkan).

2. Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana dengan hasil yang

dicapai (tidak seluruh masalah teratasi).

3. Hasil yang dicapai lebih dari yang direncanakan (masalah lain ikut terpecahkan).

Program Keluarga Berencana Pemerintah

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (dahulu Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional), disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga

berencana dan keluarga sejahtera.5

Program kependudukan dan KB terdiri dari:5

a. Sub Program Pembinaan dan Peningkatan Kemandirian Keluarga Berencana

b. Sub Program Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

c. Sub Program Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi

11

Page 12: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

d. Sub Program Pengendalian Penduduk

Sub Program Pembinaan dan Peningkatan Kemandirian Keluarga Berencana

Sesuai dengan Perpres Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Deputi

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi adalah unsur pelaksana sebagian

tugas dan fungsi BKKBN di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKKBN.5

Dalam rangka mencapai visi dan misi maka tujuan umum yang ingin dicapai adalah

meningkatkan pembinaan kesertaan dan kemandirian ber-KB serta kesehatan reproduksi

dengan tujuan khususnya yaitu:5

1) Meningkatkan pembinaan dan kesertaan KB Jalur Pemerintah

2) Meningkatkan pembinaan, kemandirian dan kesertaan KB Jalur Swasta

3) Meningkatkan pembinaan kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus

4) Meningkatkan promosi dan konseling Kesehatan Reproduksi

Perwujudan keluarga kecil menjadi fokus utama yang ditandai dengan menurunnya

angka rata-rata fertilitas (TFR) menjadi 2,36 dan Net Reproductive Rate (NRR) =1 dengan

sasaran yang harus dicapai pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:5

1) Meningkatnya akses pelayanan KB di klinik KB Pemerintah dan swasta yang

melayani KB dengan indikator jumlah klinik KB Pemerintah dan swasta yang

melayani KB.

2) Meningkatnya klinik KB yang melayani KB sesuai SOP (penggunaan informed

consent dari 23.500 klinik KB Pemerintah dan Swasta) dengan indikator

persentase klinik KB yang melayani KB sesuai SOP.

3) Meningkatnya komitmen stakeholder yang mempunyai kebijakan program

pembinaan kesertaan KB miskin (KPS dan KS I) dan KB mandiri dengan

indikator persentase stakeholder yang mempunyai kebijakan program pembinaan

kesertaan KB miskin (KPS dan KS I) dan KB mandiri.

4) Meningkatnya klinik KB yang memberikan promosi dan KIP/ Konseling KHIBA

dan PMKR dengan indikator persentase klinik KB yang memberikan promosi dan

KIP/ Konseling KHIBA dan PMKR.

12

Page 13: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

5) Meningkatnya mitra kerja yang melaksanakan pendampingan dan pembinaan

kesertaan KB Jalur Pemerintah sebanyak 10 mitra dengan indikator jumlah mitra

kerja yang melaksanakan pendampingan dan pembinaan kesertaan KB jalur

pemerintah.

6) Meningkatnya komitmen stakeholder yang mempunyai kebijakan pembinaan

kesertaan KB Galciltas (tertinggal, terpenci, dan perbatasan) dan Sasaran Khusus

yang terintegrasi kedalam kebijakan pembangunan disektornya sebesar 60%

dengan indikator persentase stakeholder yang mempunyai kebijakan pembinaan

kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus yang terintegrasi ke dalam kebijakan

pembangunan di sektornya.

7) Meningkatnya mitra kerja yang melaksanakan pendampingan dan pendampingan

kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus sebanyak 4 mitra dengan indikator

jumlah mitra kerja yang melaksanakan pendampingan dan pendampingan

kesertaan KB Galciltas dan Sasaran Khusus.

Sub Program Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009, pasal 48 ayat (1), tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dimana Pembangunan Keluarga

diarahkan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dalam upaya

mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.5

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga adalah unsur pelaksana

sebagian tugas dan fungsi BKKBN di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKKBN yang meliputi upaya

pemberian akses informasi, konseling, pembinaan, bimbingan dan pemberian pelayanan

dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas dan ketahanan keluarga dengan tujuan yang

ditetapkan adalah:5

1) Mewujudkan ketahanan keluarga yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,

berakhlak, berkarakter dan harmonis.

2) Mewujudkan kesejahteraan keluarga yang kreatif, inovatif, maju, mandiri dan

memiliki etos kerja yang tinggi.

Sasaran yang harus dicapai pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:5

13

Page 14: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

1) Meningkatnya keluarga yang memiliki balita dan anak yang aktif dalam kegiatan

pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak melalui kelompok kegiatan

Bina Keluarga Balita (BKB).

2) Meningkatnya keluarga yang mempunyai remaja yang aktif dalam kegiatan

pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja melalui kelompok Bina

Keluarga Remaja (BKR).

3) Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai lansia dan keluarga lansia

yang aktif dalam kegiatan pembinaan kelompok Bina Keluarga Lansia dan Rentan

(BKLR).

4) Meningkatnya usia kawin pertama perempuan (UKP) .

5) Meningkatnya jumlah PIK Remaja/Mahasiswa yang dapat memberikan pelayanan

informasi dan konseling bagi remaja dan mahasiswa.

6) Terbinanya Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I anggota kelompok

UPPKS.

7) Tersedianya data dan informasi Program Pembangunan Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga berbasis sistem informasi manajemen (SIM) melalui

teknologi informasi (TI) yang akurat dan terkini.

Sedangkan kebijakan yang dilaksanakan adalah:5

a) Menata kembali pelaksanaan Program Pembangunan Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga;

b) Menyerasikan kebijakan Program Pembangunan Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga;

c) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam Program

Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;

d) Meningkatkan pembinaan dan kemitraan dalam Program Pembangunan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;

e) Meningkatkan akurasi data dan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

berbasis Teknologi Informasi (TI).

Sub Program Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi

Kedeputian ini dipimpin oleh Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi.

Dalam deputi ini terdiri dari 4 (empat) direktorat yang terkait Advokasi dan Komunikasi,

14

Page 15: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Informasi, dan Edukasi, Bina Hubungan Antarlembaga, Bina Lini Lapangan, dan Pelaporan

dan Statistik.5

Dalam rangka mendukung terwujudnya visi “Penyelenggaraan advokasi dan KIE,

penggerakan masyarakat, serta penyediaan data dan informasi program kependudukan dan

KB nasional secara cepat, tepat, terkini, dan bermanfaat berbasis TI” , maka tujuan dari

Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi adalah memberikan konstribusi yang

maksimal dalam upaya mendukung pencapaian seluruh keluarga ikut KB melalui

penyelenggaraan advokasi dan KIE, penggerakan masyarakat, serta penyediaan data dan

informasi program kependudukan dan KB nasional yang berkualitas berbasis teknologi

informasi.5

Kebijakan yang telah digariskan dalam rangka pemberian arah dan peran bidang

advokasi, penggerakan, dan informasi adalah peningkatan penggerakan pembangunan

kependudukan dan keluarga berencana nasional secara sistematis, terencana, dan

berkesinambungan melalui : 5

a) Intensifikasi advokasi dan KIE;

b) Pembangunan dan penguatan kemitraan;

c) Penguatan operasional lini lapangan;

d) Penyediaan data dan informasi berbasis teknologi informasi;

e) Penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.

Pada tahun 2013 Kedeputian Bidang Deputi bidang Advokasi, Penggerakan,

danInformasi merencanakan kinerja dengan sasaran dan indikator sebagai berikut: 5

1) Tersusunnya kebijakan dan strategi advokasi dan KIE program pembangunan

kependudukan dan KB dengan indikator jumlah kebijakan dan strategi advokasi dan KIE

program pembangunan kependudukan dan KB yang disusun.

2) Meningkatnya persentase PUS, WUS, dan remaja keluarga yang mengetahui

informasi program kependudukan dan KB dengan indikator persentase PUS, WUS, remaja,

dan keluarga yang mengetahui informasi kependudukan dan KB melalui media massa (cetak

dan elektronik) dan media luar ruang .

15

Page 16: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

3) Tersedianya sarana dan prasarana advokasi dan KIE dengan indikator Persentase

provinsi yang mendapatkan sarana dan prasarana advokasi dan KIE yang disediakan sesuai

dengan kebutuhan dan Jumlah prototype materi dan media advokasi dan KIE program

kependudukan dan KB yang dikembangkan dan diproduksi.

4) Tersedianya tenaga pengelola advokasi dan KIE yang kompeten (stakeholder dan

mitra kerja) dengan indikator Jumlah tenaga pengelola advokasi dan KIE yang dilatih atau

ditingkatkan kapasitasnya.

5) Meningkatnya komitmen stakeholder dalam mendukung program pembangunan

kependudukan dan KB serta pencitraan kelembagaan BKKBN dengan indikator Persentase

stakeholder yang mendapatkan advokasi dan KIE.

6) Meningkatnya kemitraan dalam advokasi dan KIE pembangunan dengan indikator

Persentase mitra kerja yang melakukan advokasi dan KIE tentang program kependudukan dan

KB dan Persentase mitra kerja yang mendapatkan fasilitasi pembinaan advokasi dan KIE.

7) Meningkatnya penayangan informasi pembangunan kependudukan dan KB melalui

media massa (cetak dan elaktronik), media luar ruang, seni dan budaya/media tradisional

dengan indikator Jumlah media massa (cetak dan elektronik), media luar ruang, dan seni dan

budaya/media tradisional yang menginformasikan pembangunan kependudukan dan KB

kepada keluarga dan masyarakat.

8) Terlaksananya monitoring, evaluasi, dan pembinaan advokasi dan KIE dalam program

pembangunan kependudukan dan KB ke provinsi dengan indikator jumlah pelaksanaan

monitoring, evaluasi, dan pembinaan advokasi dan KIE dalam program kependudukan dan

KB ke provinsi dan jumlah provinsi yang mendapatkan pembinaan dan fasilitasi pembinaan

advokasi dan KIE.

Sub Program Pengendalian Penduduk

Kedeputian ini dipimpin oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk. Dalam Deputi ini

terdiri dari 4 (empat) direktorat yang terkait pemaduan kebijakan perencanaan pengendalian

penduduk, kerjasama pendidikan kependudukan, serta analisis dampak kependudukan. 5

16

Page 17: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Dalam rangka mendukung terwujudnya visi ”Terwujudnya Kebijakan Pembangunan

yang Berwawasan Kependudukan”, maka tujuan dari Deputi Bidang Pengendalian Penduduk

adalah: 5

1. Merumuskan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk;

2. Merumuskan parameter kependudukan dan proyeksi penduduk yang akan

dimanfaatkan sebagai dasar berbagai sektor dalam menyusun rencana

pembangunan.

3. Meningkatkan komitmen stakeholder terhadap pelaksanaan pendidikan

kependudukan.

4. Menyediakan kajian dan analisis dampak kependudukan terhadap

pembangunan secara komprehensif.

Pada tahun 2013 Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk merencanakan kinerja

dengan sasaran, indikator kinerja dan target sebagai berikut: 5

1. Tersusunnya Grand Desain Pengendalian Penduduk dan kebijakan sector

Pembangunan Berwawasan Kependudukan, dengan indikator kinerja

jumlah Grand Desain Pengendalian Penduduk dan kebijakan sektor

Pembangunan Berwawasan Kependudukan.

2. Tersedianya parameter kependudukan dan proyeksi penduduk, dengan

indikator kinerja Jumlah parameter dan proyeksi kependudukan yang

tersedia tepat waktu dan disepakati oleh stakeholder dan disepakati oleh

stakeholder.

3. Tersusunnya kebijakan dan strategi program pendidikan kependudukan

yang disusun dan dimanfaatkan, dengan indikator kinerja jumlah kebijakan

dan strategi program pendidikan kependudukan yang disusun dan

dimanfaatkan.

4. Tersedianya berbagai kajian dan analisis dampak kependudukan terhadap

pembangunan secara komprehensif, dengan indikator kinerja Persentase

stakeholder dan mitra kerja yang memanfaatkan hasil analisis dampak

kependudukan.

Program Keluarga Berencana Puskesmas

17

Page 18: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang sehat fisik, mental dan sosial, sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat

sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Keberhasilan pembangunan, baik pembangunan

fisik maupun ekonomi, pada hakikatnya bergantung pada unsur manusianya. Perkembangan

penduduk yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan hasil pembangunan, termasuk

pembangunan kesehatan. Oleh karenanya, pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk

melalui program Keluarga Berencana menjadi penting adanya.2

Keberhasilan KB akan berpengaruh secara timbal balik dengan penurunan angka

kematian bayi, angka kematian anak balita dan angka kematian ibu. Dengan demikian

program KB akan meningkatkan pula taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Ini

berarti diperlukan peningkatan program KB, terutama melalui upaya pelestarian pemakaian

alat kontrasepsi efektif terpilih dan diikuti dengan pengayoman medis bagi peserta/akseptor

KB yang memerlukan.2

Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi

pada waktu yang diinginkan. Jarak antar kehamilan diperpanjang, dan kelahiran selanjutnya

dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki, untuk membina

kesehatan seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).2

Kegiatan KB tidak hanya berupa penjarangan dan mengatur kehamilan, tetapi termasuk

kegiatan untuk meningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.2

Terdapat dua tujuan dari pelaksanaan program KB di Puskesmas, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Tujuan umum dari program KB adalah meningkatnya kesejahteraan ibu

dan anak serta keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

(NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, guna menyongsong tinggal landas

pembangunan.2 Sedangkan untuk tujuan khusus terdiri dari 3 hal, yaitu: 1. Meningkatnya

kesadaran masyarakat/keluarga dalam penggunaan alat kontrasepsi. 2. Menurunkan jumlah

angka kelahiran bayi. 3. Meningkatnya kesehatan masyarakat/keluarga dengan cara

penjarangan kelahiran.2

Sasaran dalam program KB ini ditujukan pada beberapa kelompok yang dianggap perlu.

Kelompok-kelompok tersebut antara lain: mereka yang ingin mencegah kehamilan karena

alasan pribadi, mereka yang ingin menjarangkan kehamilan, mereka yang ingin membatasi

jumlah anak, dan keluarga dengan keadaan khusus, seperti yang disebutkan pada Tabel 1.2

18

Page 19: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Tabel 1. Keadaan yang dianjurkan menggunakan kontrasepsi.2

Ibu yang menderita penyakit mendadak atau menahun (akut dan kronis)

Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau di atas 30 tahun

Ibu yang mempunyai lebih dari 5 orang anak

Ibu yang mempunyai riwayat kesukaran dalam persalinan

Keluarga dengan anak-anak bergizi buruk

Ibu yang telah mengalami keguguran berulang kali

Kepala-keluarganya tidak mempunyai pekerjaan tetap

Keluarga dengan rumah-tinggal yang sempit

Keluarga yang taraf pendidikannya rendah.

Secara garis besar kegiatan pelayanan Keluarga Berencana meliputi: 2

a) Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

Kesempatan yang dapat digunakan untuk penyuluhan adalah: 1. Kesempatan dalam

klinik dan sasarannya. 2. Kesempatan di luar klinik dan sasarannya.

b) Pelayanan kontrasepsi

a. Metode pelayanan kontrasepsi :

Metode sederhana, metode efektif, metode mantap dengan operasi.

b. Tempat pelayanan:

Pelayanan kontrasepsi melalu klinik dan pelayanan kontrasepsi safari keluarga

berencana senyum terpadu.

c) Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB.

d) Pelayanan rujukan keluarga berencana

e) Pencatatan dan pelaporan.

Pelayanan kontrasepsi melalui klinik merupakan salahs atu mata rantai sarana

pelaksanaan pelayanan kontrasepsi yang terpadu dengan kegiatan pelayanan kesehatan.

Klinik ini mampu memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana (Pil KB, Suntik KB dan

AKDR).2

Fungsi dari klinik KB tersebut antara lain : 1. Memberikan konseling. 2. Memberikan

pelayanan kontrasepsi sederhana, Pil KB dan AKDR. 3. Memantapkan dan membina peserta

KB dengan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi). 4. Melakukan pencatatan dan

pelaporan kegiatannya. 5. Menangani efek sampingan dan komplikasi yang ringan. 6.

Rujukan peserta KB.2

19

Page 20: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Dalam pelaksanaan pelayanan kontrasepsi di klinik, diselenggarakan dua macam

pelayana, yaitu: 2

1. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam bentuk konseling sebagai

usaha memantapkan kesadaran penerimaan peserta/calon peserta dalam penggunaan

kontrasepsi.

2. Pelayanan medis sebagai usaha memantapkan rasa aman peserta/calon peserta dalam

penggunaan kontrasepsi.

Dalam rangka memantapkan kesadaran dxan rasa aman para pesert/calon peserta KB

dalam penggunaan kontrasepsi sesuai dengan keadaan masing-masing individu dan

keluarganya dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, maka

disusunlah suatu pola dasar pelayanan kontrasepsi yang rasional.2

Sebagai landasan pola dasar pelayanan kontrasepsi ini adalah suatu pola perencanaan

keluarga yang kecil, bahagia dan sejahtera yang disusun dalam rangka penyelamatan jiwa ibu

dan anak dari risiko kematian yang tinggi akibat melahirkan pada usia muda, jarak

melahirkan yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua. Dalam pola perencanaan

keluarga ini, maka kehidupan reproduksi wanita/istri dibagi atas 3 periode yaitu: 2

a. Masa menunda kehamilan/kesuburan, bagi wanita yang berusia di bawah 20 tahun: 2

i. Bila belum menikah untuk menunda pernikahannya, dan

ii. Bila telah menikah untuk jangan hamil dahulu sebelum berusia 20 tahun

b. Masa mengatur kehamilan/kesuburan2

Bagi istri yang berusia 20-30 tahun untuk mengatur kehamilannya dengan jarak kelahiran

antara anak pertama dan kedua adalah 3 sampai 4 tahun dan jumlah anak dua orang saja.

c. Masa mengakhiri kehamilan/kesuburan2

Bagi istri yang telah berusia di atas 30 tahun atau sudah mempunyai anak dua untuk tidak

melahirkan lagi.

Guna mewujudkan tercapainya pola perencanaan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

tersebut dia tas dengan baik, maka diperlukan suatu pola penggunaan kontrasepsi atas dasar

pemikiran yang matang berdasarkan ilmu kesehatan sebelum peserta/calon peserta KB mulai

mempergunakan salah satu cara kontrasepsi. Hal ini sangat penting karena sampai saat ini

belum ada satupun cara kontrasepsi ideal yang bebeas dari efek sampingan komplikasi

ataupun kegagalan. Oleh karena itu dalam memilih kontrasepsi yang seminimal mungkin

20

Page 21: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

menyebabkan efek sampingan dan komplikasi terhadap peserta KB. Dalam pelayanan

kontrasepsi kita berhadapan dengan calon peserta yang sehat sudah sewawjarnya apabila

seorang peserta KB, setelah memakai kontrasepsi, mengharapkan kesehatannya semakin

bertambah baik, minimal tidak akan menambah kelianan yang telah ada. 2 Ini berarti

pelayanan medis harus ditingkatakan secara berkelanjutan baik kualitas maupun kuantitasnya,

masyarakat (PUS) perlu mengetahui penggunaan kontrasepsi yang rasional sesuai dengan

kondisis keluarganya dan petugas KB seyogyanya mampu memberi petunjuk kepada mereka. 2 Pola penggunaan kontrasepsi yang rasional ini disusun sesuai dengan masa-masa pola

perencanaan keluarga serta ciri-ciri masing-masing kontrasepsi. 2

Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB yang dilaksanakan oleh pihak kesehatan

adalah termasuk dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada umumnya. Dalam

melaksanakan Program KB perlu diperhatikan bahwa bidang tanggung jawab kesehatan

mencakup segi-segi pelayanan medis teknis dan pembinaan partisipasi masyarakat. 2 Agar

partisipasi masyarakat dapat dicapai perlu ada usaha-usaha penyuluhan kepada masyarakat

secara intensif, terutama yang ditujukan kepada golongan-golongan yang datang ke klinik dan

masayarakat lingkungan klinik tersebut. 2

Pada dasarnya usaha-usaha penyuluhan kesehatan dilaksanakan olehg petugas

kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, baik di Puskesmas mayoyn

melalui saluran komunikasi lainnya. 2 Demikian pula halnya dengan penyuluhan kesehatan

dalam Program KB. Kegiatan ini dilakukan terutama oleh petugas-petugas klinik, biak medic,

paramedic, ataupun non-medis yang bekerja khusus untuk keluarga berencana. 2

Pertimbangan perlunya peyuluhan kesehatan dalam keluarga berencana juga

dilaksanakan oleh tenaga-tenaga klinik, ialah bahwa tugas penyuluhan kesehatan (termasuk

kegiatan-kegiatan penerangan) merupakan tugas yang tidak dapat dipisahkan dari tugas

utama. 2 Kepercayaan ini terdapat terutama di kalangan kaum ibu yaitu golongan masyarakat

yang justru menjadi salah satu sasaran program keluarga berencana. Hingga sekarang alasan-

alasan kesehatan dalam Program KB merupakan hal yang paling mudah dimengerti oleh

sebagian masyarakat. Oleh karena itu, ide keluarga berencana akan dapat lebih cepat diterima

jika menggunakan soal-soal kesehatan sebagai alasan-alasan atau sebagai dasar. 2

Terdapat dua tujuan dalam kegiatan penyuluhan dalam Program Keluarga Berencana,

yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penyuluhan kesehatan dalam

keluarga berencana ialah agar masyarakat dapat menjadikan keluarga berencana sebagai pola

kehidupan, artinya: masyarakat mengetahui, memahami serta menyadari pentingnya keluarga

berencana, serta mau melaksanakannya untuk kesehatan, kesejahteraan keluarganya,

21

Page 22: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

masyarakat dan negara pada umumunya. Diharapkan agar kegiatan-kegiatan penyuluhan

kesehatan dalam keluarga berencana, dapat meningkatkan jumlah peserta KB sebanyak

mungkin, dan memelihara kesertaan itu hingga melembaga sebagai pola kehidupan sehari-

hari masyarakat kita. 2

Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan penyuluhan dalam Program Keluarga

Berencana adalah sasaran menggunakan salah satu metode kontrasepsi atas dasar kebutuhan

karena adanya pengertian, pengetahuan dan kesadaran atas kegunaannya. Selain itu sasaran

memakai metode keluarga berencana dalam waktu yang cukup lama sehingga mempunyai

pengaruh terhadap kelahiran, taraf kesejahteraan ibu dan keluarga, serta tingkat kesejahteraan

keluarga. 2

Terdapat beberapa cara menjalankan penerangan dan motivasi yang sering dilakukan di

klinik, yaitu wawancara, ceramah-diskusi, demonstrasi, dan pameran. Wawancara adalah

salah satu cara penyuluhan kesehatan dengan jalan mengadakan tanya jawab dan pengarahan

ke arah tujuan. Ceramah adalah salah satu cara dalam penyuluhan kesehatan dimana petugas

kesehatan menerangkan atau menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan tanya-jwab

(diskusi) kepada sekelompok pendengar, serta dibantu oleh beberapa alat-alat peraga yang

dianggap perlu. Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang

dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu

prosedur. Pameran adalah koleksi atau kumpulan bahan-bahan/material mengenai keluarga

berencana yang disusun secara teratur dan menarik untuk diperlihatkan, dengan maksud

untuk membantu orang belajar.2

Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar

untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial

22

Page 23: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan

masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,

peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM

adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,

dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas

Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah

segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang

dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi

setempat.6

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi

kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan

mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari

tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi

mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah

pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. 6

1. Tujuan Umum:

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB)

dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan

masyarakat.6

2. Tujuan Khusus: 6

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

KEGIATAN POSYANDU

23

Page 24: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

A. Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: 6

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah,

pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,

pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara

(konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta

KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. 6

Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil

pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan

Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut: 6

1. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan

menyusui, KB dan gizi

2. Perawatan payudara dan pemberian ASI

3. Peragaan pola makan ibu hamil

4. Peragaan perawatan bayi baru lahir

5. Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup: 6

1. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

2. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera

setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul

pertama).

3. Perawatan payudara.

4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,

pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh

24

Page 25: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.

c. Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan

memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu

menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas

bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu

perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan

yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup: 6

1. Penimbangan berat badan

2. Penentuan status pertumbuhan

3. Penyuluhan dan konseling

4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan

pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan

suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta

tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant. 6

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis

imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil. 6

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi

penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling

gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.

Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak

25

Page 26: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera

melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes. 6

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit.

Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan. 6

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan

kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru

tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan

berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut

dengan nama Posyandu Terintegrasi. Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila

5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta

tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan

dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati

bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Pada saat ini telah dikenal

beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain: 6

1. Bina Keluarga Balita (BKB).

2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa

(KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam

Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis,

Tetanus Neonatorum.

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB –

PLP).

7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan

pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).

8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

26

Page 27: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang

masalah kesejahteraan sosial.

Pelayanan Terpadu Keluarga Berencana - Kesehatan

Dalam kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Keliling atau Posyandu,

seorang ibu hamil yang datang untuk PNC (Prenatal Care), selain dapat dilakukan

pemeriksaan kehamilan, pemberiaan vaksin (Tetanus Toxoid), pemberian tablet besi, juga

akan memperoleh penyuluhan KB berupa manfaat bagi ibu menunda kehamilan yang akan

datang, yaitu agar ibu dapat beristirahat dan menjaga kesehatan diri serta dapat mengasuh

anak yang dilahirkan dengan baik dengan cara memberikan ASI secara terus menerus sampai

anak berumur satu tahun atau menggunakan metoda kontrasepsi yang paling sesuai, seperti

yang telah dianjurkan oleh petugas medis. Dalam hal ini, secara tidak langsung telah terjadi

dan dilakukan penyatuan program kegiatan Primary Helath care berupa KIA, Imunisasi, Gizi

dan Keluarga Berencana.7

Tujuan keterpaduan KB-Kesehatan adalah untuk mempercepat penurunan angka

kematian bayi dan balita serta angka kelahiran, dalam rangka mempercaepat terwujudnya

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). 7

Aspek Keterpaduan dalam Wilayah/Lokasi Kerja

Pada wilayah binaan Puskesmas terdapat Puskesmas Pembantu dan Posyandu yang

melayani ibu, bayi, dan balita yang berkunjung. Selain diberikan pelayanan dan

penyuluhan kesehatan pada ibu dan pemberian imunisasi kepada bayi, dapat juga

diberikan penyuluhan tentang manfaat mengikuti program KB. 7

Pada tempat dan waktu yang bersamaan terjadi penyatuan kegiatan dua

program dalam satu lokasi untuk pencapaian tujuan bersama, yakni penurunan angka

kelahiran, kematian bayi dan balita. 7

Aspek Keterpaduan dalam Tenaga Petugas

a. Seorang Bidan Desa dapat memberikan secara sekaligus kegiatan penyuluhan

KB dan pemeriksan kehamilan, pemberian imunisais Tetanus Toxoid pada ibu

hamil, pengobatan lain seperti diare dengan oralit dan penimbangan berat

badan balita. 7

27

Page 28: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

b. Seorang petugas imunisasi lapangan dapat memberikan penyuluhan KB, dan

nasehat tentang perawatan anak dan gizi pada saat melakukan tugas vaksinasi

di lapangan/desa. 7

c. Seorang petugas PLKB dalam kegiatan di lapangan selain memberikan

penyluhan KB dapat sekaligus memberikan penyuluhan tentang hal-hal lain

seperti pertanian, kesehatan dan koperasi. 7

Aspek Keterpaduaan dalam Target Populasi

Sasaran utama keterpaduan dari program tersebut adalah sekelompok masyarakat

yang perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus seperti: 7

a. Bayi (usia antara 0-1 tahun)

b. Balita (usia antara 1-4 tahun)

c. Ibu sedang hamil, ibu melahirkan dan menyusui

d. Wanita PUS (pasangan Usia Subur)

Dengan tujuan utama bersama: 7

Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di Kartu

Menuju Sehat (KMS)

Semua bayi disusui oleh ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih, dan mendapat

makanna lain yang sesuai dengan kebutuhannya.

Semua anak yang berumur 1-5 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis tinggi

setiap 6 bulan.

Semua anak yang mencret segera diberi minum larutan gula garam atau

Larutan Oralit.

Setiap ibu hamil dan ibu sedang menyusui dianjurkan makan 1-2 piring

makanan bergizi lebih banyak dari biasanya.

Setiap ibu hamil dianjurkan minum 1 tablet Tambah Darah tiap bulan mulai

usia kehamilan 7-9 bulan.

Setiap pasangan usia subur diberikan penyuluhan agar mengerti dan mengikuti

program KB.

Pelaksanaan Keterpaduan KB-Kesehatan pada umumnya dilaksanakan pada tingkat

Kecamatan dan Desa yang sudah tersedia sarana prasarana baik untuk Keluarga Berencana

mauun fasilitas kesehatan dan pada saat tertentu juga dilakukan oleh instansi lain seperti

Program Bakti TNI Masuk Desa. 7

Dalam melakukan Program Keterpaduan KB-Kesehatan terdapat peranan pada berbagai

instansi. Peranan-peranan terseut dijabarkan pada Tabel 2. 7

28

Page 29: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Tabel 2. Peranan dalam Program Keterpaduan KB-Kesehatan

Camat dan Staf Coordinator perencanaan, pergerakan,

pengawasan, pengendalian dan penilaian

pelaksanaan Program Keterpaduan KB-

Kesehatan.

Petugas Puskesmas Membantu camat sebagai coordinator dan

berperan sebagai pimpinan dalam melakukan

pergerakan, pengawasan, pengendalian dan

penilaian pelaksanaan Program Keterpaduan

KB-Kesehatan.

Petugas KB (PPLKB dan PLKB) Membantu camat dalam melakukan

perencanaan, pergerakan, pengawasan,

pengendalian dan pienilaian pelaksanaan

Program Keterpaduan KB-Kesehatan.

Tim Pembina LKMD Merumuskan dukunga sumberdaya dari

sector-sektor yang terkait dalam pembinaan

desa dan sebagai coordinator pembimbing

terhadap LKMD.

Tim Penggerak PKK Dapat memberikan bantuan sarana dan

prasarana serta menggerakkan anggota PKK

dalam pelaksanaan Program Keterpaduan

KB-Kesehatan.

Kepala Desa/Lurah Koordinator penyelenggaraan Program

Keterpaduan KB-Kesehatan di desa.

Kader Kesehatan Tenaga pelaksana Program Keterpaduan KB-

Kesehatan di desa.

PPKBD, KB Desa Wahana pelaksana Program Keterpaduan

KB-Kesehatan di desa.

LKMD Wahan dan pusat penggerakan partisipasi

masyarakat dalam Program Keterpaduan KB-

Kesehatan di desa.

Anggota PKK Tenaga pelaksana Program Keterpaduan KB-

Kesehatan di desa.

29

Page 30: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

Beberapa manfaat yang diperoleh dari Keterpaduan KB-Kesehatan: 7

1. Setiap program diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal walaupun sumber daya

terbatas, namun dapat diperoleh hasil bersama yang lebih baik.

2. Masyarakat memperoleh kemudahan pelayanan paripurna pada satu kesempatan dan

satu tempat sekaligus sehingga tidak terjadi pemborosan waktu, dana dan tenaga.

3. Dicapai peningkatan hasil guna (efektivitas) dan daya guna (efisiensi) dari sumber

daya (tenaga, dana dan sarana) pada pelaksanaan program.

4. Cakupan pelayanan dapat diperluas, sehingga mempercepat terwujudnya kesehatan

ibu, bayi dan balita dan terwujudnya NKKBS.

Hal ini dimungkinkan kartena pelayanan yang lebih menyeluruh terhadap sasaran,

penyuluhan yang lebih intensif dan makin tingginya frekuensi kontak untuk pemberian

pengayoman kepada masyarakat. 7

Tanpa adanya keterpaduan ini, apalagi dalam situasi kekurangan tenaga, dana dan

sarana program, sulit dicapai hasil yang diharapkan oleh masing-masing program. 7

PENUTUP

Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah memegang peranan

penting dalam mengatur angka pertumbuhan penduduk melalui demografi. Yang berperan

dalam terlaksananya program ini tidak hanya dari pemerintah, namun juga ada peran serta

dari masyarakat, keluarga dan juga pasangan suami istri dalam bimbingan puskesmas. Maka

dengan kerja sama yang menyeluruh dan terpadu program Keluarga Berencana dapat

terlaksana dengan optimal

DAFTAR PUSTAKA

1. Pinem S. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta; Trans Info Media.h.

30

Page 31: PBL Blok 26 Keluarga Berencana

2. Depkes Indonesia. Program pelayana puskesmas. jil. 2. Jakarta. 2008. h. D-1-29

3. Gordis L. Epidemiology. 4th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier Inc. 2009. p.

197-203.

4. Smith BH, Fitzpatrick JJ, Hoyt-Hudson P. Problem solving for better health: a

global perspective. New York: Springer Publishing Company. 2011. p. 95-102

5. BKKBN. Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah badan kependudukan

dan keluarga berencana nasional tahun 2013. Jakarta. 2014. h. 27-35

6. Posyandu. Diambil dari http://posyandu.org/posyandu/622-posyandu.html pada 29

Juni 2014 pukul 12.25 WIB.

7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2006. h. 243-53

31