Tbc Pbl Blok 26 ANNY

download Tbc Pbl Blok 26 ANNY

of 27

Transcript of Tbc Pbl Blok 26 ANNY

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    1/27

    1

    Pemberantasan Penyakit Menular Tuberculosis

    Ani Kusumadewi Akbar

    102010061

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Terusan Arjuna no 6,Jakarta 11510

    Email : [email protected]

    Pendahuluan

    Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh seluruh

    negara didunia saat ini. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tidak terkecuali

    pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Tuberkulosis adalah suatu infeksi

    menular dan menahun dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium

    tuberculosis, Mycobacterium boivs dan Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini

    bukan penyakit yang menakutkan sampai penderita harus dikucilkan , tetapi penyakit kronik ini

    dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita

    tuberculosis terbuka. Tuberculosis paling seirng mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai

    organ-organ lainnya seperti selaput otak,tulang, kelenjar superfisisalis dan lain lain. Seseorang

    yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberculosis

    aktif.Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi , terjadi respons imunitas selular yangdapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke

    tahun, diperkirakan kasus TBC menjadi bertambah.

    Sebagian besar Negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TBC. Hal

    ini disebabkan oleh rendahnya angka kesembuhan penderita yang berdampak pada tingginya

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    2/27

    2

    penularan. Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit ineksi yang dapat menyerang

    berbagai orang atau jaringan tubuh. Tuberculosis paru merupaka bentuk yang paling banyak dan

    paling penting.

    Epidemiologi

    Di Negara industri diseluruh dunia ,angka kesakitan dan kematian akibat penyakit TBC

    menunjukkan penurunan. Tetapi sejak tahun 1980an,grafik menetap dan meningkat di daerah

    dengna prevalensi HIV tinggi. Morbiditias tinggi biasanya terdapat pada kelompok masyarakat

    dengan social ekonomi rendah dan prevalensinya lebih tinggi pada daerah perkotaan daripada

    pedesaan.

    Menurut hasil SKRT (survei kesehatan rumah tangga) tahun 1986 ,penyakit tuberculosis

    di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-3 dan menduduki urutan ke-10 penyakit

    terbanyak di masyarakat. SKRT tahun 1992 menunjukkan jumlah penderita penyakit

    tuberculosis semakin meningkat dan menyebabkan kematian terbanyak yaitu pada urutan kedua.

    Pada tahun 1999 di Jawa Tengah, penyakit tuberculosis menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit

    rawat jalan di rumah sakit, sedangkan menurut SURKERNAS 2001, TBC menempati urutan ke-

    3 penyebab kematian (9,4%).

    WHO memperikrakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta per tahun di seluruh dunia padatahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per tahun.Dari seluruh kematian

    tersebut, 25% terjadi di Negara berkembang. Sebanyak 75% dari penderita berusia 15-50 tahun

    (usia produktif). WHO menduga kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia

    setelah Cina dan India. Prevalensi TBC secara pasti belum diketahui. Asumsi prevalensi BTA(+)

    di Indonesia adalah 130 per 100.000 penduduk. WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC

    tertinggi di dunia 50% nya berasal dari Negara Negara Afrika dan Asia serta Amerika. Penyakit

    ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada

    golongan social ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan

    persentase penderita TBC sebesar adalah usia 25-34 tahun (23,67%). Gambaran di seluruh dunia

    menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengna bertambahnya umur

    dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita laki laki lebih banyak daripada

    wanita. Laporan dari seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    3/27

    3

    76.230 penderita TBC BTA+ terdapat 43.249 laki-laki (56,79%) dan 32,936

    perempuan(43,21%). 1,2

    Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risio menderita penyakit ini sepanjang

    hidupnya sebesar 10%. Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak berusia 0-4tahun adalah 19%,sedangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%. Pada tahun 1998-2002 dari

    jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5

    tahun adalah penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok

    usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%) sedangkan untuk bayi

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    4/27

    4

    Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi.

    Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi

    kongenitalyang jarang terjadi. Bila agen penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan

    seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan

    menyebabkan seseorang sehat atau sakit. 1,4

    b. Faktor lingkungan

    Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan

    prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa

    dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus

    TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas

    sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dantekanan ekonomi. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang

    dengan hewanternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

    Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik.

    Lingkungan fisik antara lain seperi keadaan geografis dan lingkungan tempat tinggal.

    Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan penyakit. Rumah

    dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit. Sinar

    matahari mengandung sinar ultra violet yang bisa membunuh kuman penyakit. Aliranudara berkaitran dengan penularan penyakit. Rumah denan ventilasi yang baik akan

    menyulitkan pertumbuhan kuman penyakit. Pertukaran udara dapat memecah dan

    menugrai konsentrasi kuman di udara.

    Lingkungan nonfisik meliputi social, budaya, ekonomi dan politik. Lingkungan social

    masyarakat berpengaruh pada tingkat pengetahuan sikap dan praktek masyarakat dalam

    bidang kesehatan. Kemampuan ekonomi masyarakt biasanya tercermin pad akondisi

    lingkungan perumaha seperti sarana air minum , dan kondisi rumah. Pemimpin dengan

    tingkat kepedulian tinggi terhadap kesehatan masyarakat akan mendukung dalam bentuk

    komitmen dari dana untuk penanggulangan penyakit. 1

    c. Faktor Host

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    5/27

    5

    Hal yang perlu diketahui tentang pejamu meliputi karakteristik, gizi, daya tahan tubuh,

    higieni , dan pengobatan. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agen penyebab

    penyakit menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit. Umur merupakan faktor

    terpenting dari Host pada TBC.

    Terdapat 3 puncak kejadian dankematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi)

    dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan

    pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang

    pada usia lanjut. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan

    tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi

    daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi

    sosioekonomi. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak

    timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,kondisi kesehatan secara umum, tekananfisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanismepertahanan umum juga berkepentingan besar.

    Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksiprimer memberikan beberapa resistensi, namun sulit

    untuk dievaluasi. 1,4

    2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)

    Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan

    pencernaan Host .Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi

    sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya

    bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent,Host dan Lingkungan.

    Pada rantai penularan atau skema diatas, prinsip memutuskan rantai penularan penyakit

    menular adalah memotong garis penghubung di antara host-agent-environment dan bila penyakit

    diketahui ditularkan melalui vector, maka garis yang menghubungkan vector dengan agent host

    dan environment juga harus diputuskan. Sebagai contoh memutuskan garis antra agent dan host

    dengan melakukan imunisasi sehingga host menjadi imun, memberikan pengobatan kepada

    penderita secara adekuat sehingga terjadi konversi bakteri(+) menjadi (-) sehingga penderita

    menjadi tidak menularkan lagi. Antara agent dan environment dengna melakukan sanitasi air

    minum (pada diare) sehingga di dalam air tidak mengandung agent lagi. Penyehatan lingkungan

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    6/27

    6

    pemukiman misalnya membuat rumah sehat sehingga sinar matahari dapat masuk , ventilasi

    udara yang baik dapat membuat agent menjadi tidak dapat hidup sekaligus host juga dapat hidup

    secara seimbang di lingkungan yang sehat. Pada pengobatan TBC yang terjadi adalah pasien

    umumnya tidak patuh minum obat yang direncanakan selama 6 bulan, sehingga akan

    menimbulkan resistensi dan kekambuhan yang lebih parah,di Puskesmas diberikan pengobatan

    dengan Pengawasan Minum Obat(PMO) sehingga obat yang diberikan benar benar diminum

    sampai selesai. 1

    Penularan

    Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis

    ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang

    mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin,

    atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain,basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke

    dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.

    Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas papran dengan sumber infeksi

    dan tidak berhubungan dengna faktor genetic dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi

    berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusaia di bawah 3 tahun , risiko rendah pada masa

    kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja,dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk

    ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain

    melalui peredaran darah,pembuluh limfe atau langsung ke orang terdekatnya.

    Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga

    kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan

    bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan

    kontak biasa (tidak serumah). Seorang penderita dengan BTA+ yang derajat positifnya tinggi

    berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya penderita dengan BTA(-) dianggap tidak

    menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/10.000

    populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3

    warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif(0,5%).

    Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber penularan

    yang menyebabkan anak tersebut tertular Tb. Sumber penularan adalah orang dewasa yang

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    7/27

    7

    menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan

    dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum. Sebaliknya jika ditemukan pasien TB

    dewasa aktif, maka anak disekitarnya atua yang kontak erat harus ditelusur ada atau tidaknya

    infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakuakn dengan cara anamnesis,

    pemeriksaan fisikm dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin. 1,3

    Diagnosis dan manifestasi

    Pathogenesis TB sangat kompleks ,sehingga manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan

    bergantung pada beberpa faktor. Faktor yang berperan adalah kuman TB, pejamu, serta interaksi

    antar keduanya. Faktor kuman bergantung pada jumlah dan virulensi kuman,sedangkan faktor pejamu bergantung pada usia, dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadi

    infeksi. Untuk mengetahui tentang penderita tuberculosis dengan baik harus dikenali tanda dan

    gejalanya. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila

    ditumeukan gejala klinis utama(cardinal symptom) pada dirinya. 1,3,5

    Gejala utama pada tersangka TBC adalah :

    Batuk berdahak lebih dari tiga minggu Batuk berdahak Sesak napas Nyeri dada

    Gejala lainnya dalah berkeringan pada malam hari , demam tidak tinggi/meriang , dan

    penurunan berat badan. Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observe treatment

    shourcourse), gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terus menerus selama 3 minggu

    atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah daapat ditetapkan sebagai tersangka.Gejala lainya adalah gejala tambahan. Diagnosis pada orang dewasa dengan ditemukannya

    kuman BTA+ melalui pemeriksaan dahak. Dahak penderita harus diperiksa dengan pemeriksaan

    mikroskopis.yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberculosis adalah foto rontgen

    dada. Rontge bisa menunjukkan efusi pleura, tampak daerah putih yang bentuknya tidak teratur.

    Pemeriksaan sputum BTA+ minimal setelah 2x pmeriksaan maka didiagnosis positif TB paru.

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    8/27

    8

    Bila BTA+ 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan dahak

    diulang.

    Pada anak dapat dilakukan uji tuberkulin . tuberkulin adalah komponen protein kuman TB

    yang mempunyai sifat antigenic yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorangyang telah teinfeksi TB makan akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Pada anak

    balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm dinyatakan uji tuberkulin positif,

    kemungkinan besar Karena infeksi TB alamiah tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG nya.

    Akan tetapi bila ukuran indurasi >15 mm , hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB

    alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4 mm ,dinyatakn uji tuberkulin negative. Diameter 5-9 mm

    ,dinyatakan uji tuberkulin meragukan. 1,3

    Gejala umum pada TB anak adalah:

    Demam lama (>2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam

    tifoid,infeksi saluran kemih (ISK),malaria , dan lain lain), yang dapat disertrai dengan

    keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.

    Nafsu makan tidak ada (anoreksia) Batuk lama >3 minggu

    Pada sebagian besar kasus TB paru pada anak ,tidak ada manifestasi respiratorik yang

    menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa,tetapi pada

    anak bukan merupakan gejala utama. Akan tetapi gejala batuk kronik pada TB anak dapat

    timbul bila limfadenitis regipnal menekan bronkus sehingga merasngsang reseptor batuk

    secara kronik. Selain itu, batuk berulang dapat timbul Karena anak dengan TB

    mengalami penurunan imunitas tubuh.

    Berat badan turun

    Penurunan berat badan merupakan gejala umum yang sering dijumpai pada TB anak.

    Umumnya ,pasien TB nak mempunyai status gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Denganalasan tersebut,kriteria penurunan berat badan menjadi penting. Yang dimaksud dengan

    penurunan BB dalam hal ini adalah apabila terjadi penuruna selama 2 bulan berturut-

    turut. 1,2,3

    Selain dari gejala sistemik pada TB, gejala spesifik sesuai organ yang terkena adaah :

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    9/27

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    10/27

    10

    Parameter 0 1 2 3 Jumlah

    Kontak TB Tidak

    jelas

    Kontak

    TB

    Laporan

    keluarga,

    BTA

    negatif

    atau tidak

    tahu,

    BTA

    tidak jelas

    BTA positif

    Uji tuberkulin Negatif Positif ( 10

    mm, atau 5

    mm pada

    keadaan

    imunosupresi)

    Berat badan/keadaan gizi

    Bawah garismerah (KMS)

    atau BB/U

    1 cm,

    jumlah >1,

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    11/27

    11

    koli, aksila,

    inguinal

    tidak nyeri

    Pembengkakan

    tulang/sendi

    panggul, lutut,

    falang

    Ada

    pembengkakan

    Foto toraks

    toraks

    Normal/

    tidak

    jelas

    Kesan TB

    Jumlah

    Catatan :

    Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

    Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis TB. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname). --> lampirkan tabel badan badan. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

    Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13) Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut. 3

    Program pemberantasan

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    12/27

    12

    Program penanggulangan TBC secara nasional mengacu pada strategi DOTS yang

    direkomendasikan oleh WHO, dan terbukti dapat memutus rantai penularan TBC. Hal yang

    paling penting pada tatalaksana TB adalah keteraturan menelan obat. Pasien TB biasanya telah

    menunjukkan perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan, sehingga merasa sembuh dan

    tidak menlanjutkan pengoabatan. Nilai sossial dan budaya serta pengertian yang kurang

    mengenai TB dari pasien serta keluarnya tidak menunjang keteraturan pasien untuk menelan

    obat. Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan pengawasan

    langsung terhadap pengobatan DOTS. 1,3

    Terdapat lima komponen utama strategi DOTS.

    1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, temasuk dukungan dana

    2. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik BTA dalam dahak.3. Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT).

    4. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pednek dengan pengawasan langsung oleh

    pengawas minum obat (PMO).

    5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memantau dan mengevaluasi program

    penanggulangan TBC.

    Kelima komponen DOTS di atas terutama untuk pasien TB dewasa, khususnya pada butit dua

    dan lima. Butir dua menyatakan diagnosis TB dengan pmeriksaan sputum secar miskroskopis,

    yang pada anak sulit dilaksanakan. Sebagai gantinya,untuk diagnosis TB anak digunakan uji

    tuberkulin. Butir lima pun sesuai dengan butir dua, sehingga format pencatatan dan pelaporan

    gdibuat untuk kelompok usia 15 tahun ke bawah belum ada. Oleh sebab itu, diperlukan format

    khusus untuk kelompok usia 15 tahun ke bawah yang saat ini sedang dalam proses penyusunan.

    1. Tujuan

    Tujuan umum :

    Memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberculosis diharapkan bukan lagi menjadi

    masalah kesehatan.

    Tujuan khusus:

    a. Cakupan penemuan kasus BTA(+) sebesar 70%

    b. Kesembuhan minimal 85%

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    13/27

    13

    c. Mencegah multidrug resistance (MDR).

    2. Sasaran

    Masyarakat tersangka TBC berusia >15 tahun.

    3. Kegiatan dan langkah-langkah

    a. Penemuan penderita

    Penemuan penderita tersangka tuberculosis paru dilaksanakan secara aktif (Active

    Case Finding/ACF) dan pasif (Passive Case Finding/PCF):

    1. Aktif Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk menjelaskan tentang

    tanda-tanda penyakit dan cara pengobatannya. Kader kesehatan/posyandu,

    kader Dasa Wisma dan kader lainnya diharapkan dapat membantu

    menemukan penderita. Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas Puskesmas (perkesmas)

    terutama dengan adanya Bidan Desa diharapkan penemuan penderita

    secara aktif dapat ditingkatkan. 1,5

    2. Pasif

    Penderita yang secara sukarela berkunjung ke Puskesmas,Rs dan BP4(balai

    pemberantasan penyakit paru-paru). Kriteria tersangka penderita : telah berumur

    lebih dari 15 tahun dengna salah satu gejala sebagai berikut : Batuk lebih dari 4 minggu Batuk berdarah Nyeri dada Sesak nafas

    b. Pemeriksaan laboratorium

    Untuk menegakkan diagnosa TB paru Laboratorium Puskesmas diharapkan

    memeriksan sputum(dahak) secara mikroskopos.

    Pengambilan Sputum dilakukan dengan 3 cara :

    1. Over night Sputum : dahak dikumpulkan sepanjang malam

    2. Early morning sputum : pengambilan dahak pada pagi hari sebelum : berkumur,

    minum, makan merokok dll.

    3. Spot sputum : pengambilan dahak sewaktu terjadi batuk di Puskesmas.

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    14/27

    14

    Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali untuk setiap tersangka dan setiap dahak yang

    diambil dibuat 3 sediaan. Pada pemeriksaan mikroskop setiap sedian harus diperiksa

    100 lapangan pandangan. Penderita TB paru menular apabila dalam 3 kali

    pemeriksaan dahak, paling sedikit memberikan 1 kali hasil pemeriksaan BTA+.

    Penderita inilah yang akan diberikan pengobatan melalui program P2TB paru. 5

    c. Pengobatan penderita (case holding)

    Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.

    1. Tahap awal (intensif)

    Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

    diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila

    pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

    menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB

    BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

    2. Tahap Lanjutan

    Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

    jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

    persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. 1,3,5

    Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia: Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3. Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3.

    Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan OAT Sisipan : HRZE dan OAT Anak :

    2HRZ/4HR

    1. Kategori-1

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

    Pasien baru TB paru BTA positif.

    Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

    Pasien TB ekstra paru

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    15/27

    15

    Tabel 2. Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

    Berat Badan

    Tahap Intensif

    tiap hari selama 56 hari

    RHZE (150/75/400/275)

    Tahap Lanjutan

    3 kali seminggu selama 16 minggu

    RH (150/150)

    30 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

    38 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

    55 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

    71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

    Tabel 2.1 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3

    Tahap

    Pengobatan

    Lama

    Pengobatan

    Dosis per hari / kali Jumlah

    hari/kali

    menelan

    obat

    Tablet

    Isoniasid

    @ 300

    mgr

    Kaplet

    Rifampisin

    @ 450

    mgr

    Tablet

    Pirazinamid

    @ 500 mgr

    Tablet

    Etambutol

    @ 250

    mgr

    Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

    Kategori -2

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

    Pasien kambuh

    Pasien gagal

    Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat ( default )

    Tabel 3. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3 .

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    16/27

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    17/27

    17

    + 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol

    55-70 kg 4 tab 4KDT

    + 1000 mg Streptomisin inj.

    4 tab 4KDT 4 tab 2KDT

    + 4 tab Etambutol71 kg 5 tab 4KDT

    + 1000mg Streptomisin inj.

    5 tab 4KDT 5 tab 2KDT

    + 5 tab Etambutol

    Tabel 3.2 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

    Tahap

    Pengoba-

    tan

    Lama

    Pengoba-

    tan

    Tablet

    Isoniasid

    @ 300

    mgr

    Kaplet

    Rifampisin

    @ 450

    mgr

    Tablet

    Pirazinamid

    @ 500 mgr

    Etambutol

    Streptomisin

    injeksi

    Jumlah

    hari/kali

    menelan

    obat

    Tablet@

    250

    mgr

    Tablet@

    400

    mgr

    Tahap

    Intensif

    (dosis

    harian)

    2 bulan

    1 bulan

    1

    1

    1

    1

    3

    3

    3

    3

    -

    -

    0,75 gr

    -

    56

    28

    Tahap

    Lanjutan

    (dosis 3x

    semggu)

    4 bulan 2 1 - 1 2 - 60

    Catatan:

    Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

    500mg tanpa memperhatikan berat badan.

    Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.

    Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

    sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg). 1,3,5

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    18/27

    18

    OAT Sisipan (HRZE)

    Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir pengobatan intensif masih

    tetap BTA positif.

    Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

    diberikan selama sebulan (28 hari).

    Tabel 4. Dosis KDT Sisipan : (HRZE)

    Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hari

    RHZE (150/75/400/275)

    30 37 kg 2 tablet 4KDT

    38 54 kg 3 tablet 4KDT

    55 70 kg 4 tablet 4KDT

    71 kg 5 tablet 4KDT

    Tabel 4.1. Dosis OAT Kombipak Sisipan : HRZE

    Tahap

    Pengobatan

    Lamanya

    Pengobatan

    Tablet

    Isoniasid

    @ 300 mgr

    Kaplet

    Ripamfisin

    @ 450 mgr

    Tablet

    Pirazinamid

    @ 500 mgr

    Tablet

    Etambutol

    @ 250

    mgr

    Jumlahhari/kali

    menelan

    obat

    Tahap

    intensif

    (dosis

    harian)

    1 bulan 1 1 3 3 28

    OAT Kategori Anak

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    19/27

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    20/27

    20

    Tabel 5.2 Dosis Obat Antituberkulosis pada anak

    Nama obat Dosis harian

    (mg/kgBB/hari)

    Dosis

    maksimal

    (mg per hari)

    Efek samping

    Isoniazid 515* 300 hepatitis, neuritis perifer,

    hipersensitivitas

    Rifampisin** 1020 600 gastrointestinal, reaksi kulit,

    hepatitis, trombositopenia,

    peningkatan enzim hati, cairan

    tubuh berwarna oranye kemerahan

    Pirazinamid 1530 2000 toksisitas hati, artralgia,gastrointestinal

    Etambutol 1520 1250 neuritis optik, ketajaman mata

    berkurang, buta warna merah-hijau,

    penyempitan lapang pandang,

    hipersensitivitas, gastrointestinal

    Streptomisin 1540 1000 ototoksik, nefrotoksik

    * Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10

    mg/kgBB/hari.

    ** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat

    menganggu bioavailabilitas rifampisin.

    Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong

    (satu jam sebelum makan). 3

    d. Pengamatan timbulnya efek samping:o Tubuh melemah

    o Nafsu makan berkurango Gatal-gatalo Sesak napas

    o Mual dan muntah

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    21/27

    21

    o Berkeringat dingin dan menggigilo Gangguan pendengaran dan penglihatan (biru dan merah)

    efek samping obat :

    o INH : neuropati perifer , hepatotoksik/hepatitis

    o Rifampicin: sindrom flu, hepatotoksik o Pirazinamid : hiperurisemia, hepatotoksik

    o Etambutol : neuritis optic, nefrotoksik, ruam kulito Streptomisin : nefrotoksik, gangguan N.VIII

    Kriteria kesembuhan :

    o Pemeriksaan dahak (3x dalam seminggu) dengan hasil negativedinyatakan sembuh tetapi bila pada akhir pengobatan masih BTA+

    maka pengobatan dilanjutkan selama 3 bulan lagi

    o Jumlah obat yang diminum minimal 90% dari paket pengobatan.

    (Masa pengobatan intensif dan intermiten maksimal 9 bulan)

    o Pencatatan dan pelaporan yang harus dilakukan oleh puskesmas adalah

    register laboratorium, kartu pengobatan penderita, kartu pengenal

    penderita, register pengobatan, catatan kotor penderitam data lokasi

    penderita per desa.

    e. Evaluasi pengobatan

    Sebaiknya pasien kontrol tiap dua bulan. Evaluasi hasil pengobatan setelah 2 bulan

    terapi. Evaluasi pengobatan penting karena diagnosis TB pada anak sulit dan tidak

    jarang terjadi salah diagnosis. Dilakukan dengan cara evaluasi klinis yaitu

    menghilang atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal

    pengobatan, misalnya penambahan BB yang bermakan, hilangnya demam, hilangnya

    batuk, perbaikan nafsu makan , dan lain lain. Apabila respons pengobatan baik,maka

    pengobatan dilanjutkan. 3,5

    Pencegahan TB paru

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    22/27

    22

    Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu tindakan dari orang yang

    sehat dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri. Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan

    peranan Agent , Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan

    antara lain :

    Usahakanlah penderita TBC tidak membuang ludah, batuk dan bersin di sembarang tempat. Ada

    baiknya dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Jadi, seperti yang dikatakan

    di atas, kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung. Sinar matahari akan

    membunuh bakteri-bakteri TBC yang tersebar.

    1. Pencegahan Primer

    Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya

    mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya

    yang sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi :

    Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah

    dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai

    proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan. ImunisasiBCG diberikan pada usia sebelum 2bulan. Dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml dan untuk

    anak 0,10 ml , diberikan secara intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan. Bila BCG

    diberikan pada usia >3 bulan , sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

    Insiden TB anak yang mendapat BCG berhubungan dengan kualitas vaksin yang

    digunakan, pemberian vaksin, jarak pemberian vaksin,dan intensitas pemaparan

    infeksi.imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB, pada

    anak. Imunisasi BCG ulangan dianjurkan di beberapa Negara, tetapi umumnya tidak

    dianjurkan di banyak Negara lain termasuk Indonesia. Efek samping yang sering

    ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis dengan insiden 0,1-1%

    Chemoprophylaxis. Terdapat dua macam kemoprofilaksis yaitu kemoprofilaksis prier dan

    kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadi

    infeksi TB, sedangkan kemoprofilaksis sekunder mencegah berkembangnya infeksi

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    23/27

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    24/27

    24

    epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus

    dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis. 1,3

    3. Pencegahan Tersier

    Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus

    berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur

    selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung

    situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan

    untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

    Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan

    pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan cara perkembangan media, metode solusi problem

    keresistenan obat, perkembangan obat Bakterisidal baru, kesempurnaan perlindungan dan

    efektifitas vaksin, pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel, studi

    lain yang intensif, dan perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang

    terkontrol. 1,3

    Promosi Kesehatan

    Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

    pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya

    sendiri, sertamengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya

    setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

    Strategi Promosi Pengendalian TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial

    (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan

    Advokasi. Masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan

    dengan berbagai stakeholder. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan

    perilaku pencegahan dan pengobatan TB.

    1. Advokasi, yakni upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

    komitmen dan dukungan dari seluruh pemangku kebijakan.

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    25/27

    25

    Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya

    pengendalian TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat mencakup peraturan

    perundang-undangan di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan

    Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan

    lain sebagainya. Strategi advokasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya

    dukungan dari para pemangku kepentingan ( stakeholder ) terkait di daerah dalam

    Pengendalian TB.

    2. Komunikasi, merupakan upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

    mendorong masyarakat dan petugas kesehatan agar bersedia bersama-sama

    menanggulangi penularan TB. Lingkungan sosial yang mendukung dapat diartikan

    sebagai :

    a. Adanya dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi bahwa TB bukan penyakit keturunan atau kena guna-guna.

    b. Adanya dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar

    berobat sampai tuntas.

    c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan penularan TB.

    d. Adanya kampanye STOP TB.

    Strategi komunikasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya

    pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya

    kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB dan

    kurangnya akses dan informasi bagi masyarakat tentang TB.16

    3. Mobilisasi Sosial, adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan

    berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,

    agar memiliki pengetahuan, sikap dan mempraktikkan perilaku yang diharapkan.

    Mobilisasi Sosial juga merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk

    menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat dalam pengendalian TB.

    Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan ekspansi dan akselarasi DOTS terwujud.

    Sasaran utama dari pemberdayaan dalam konteks Pengendalian TB adalah pasien TB

    dan keluarga. Dalam mobilisasi sosial diperlukan kemitraan untuk menjalin jejaring

    kerja serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program yang

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    26/27

    26

    terintegrasi dan koordinatif dalam setiap komponen program yang ditentukan melalui

    Stop TB Partnership.

    Strategi mobilisasi sosial untuk menjawab isu strategis tentang kurangnya

    pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya

    kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB serta

    kurangnya akses dan informasi bagi masyarakat tentang TB. 7

    Kesimpulan

    Penyakit menular tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang biasa nya ditularkansecara langsung serta dapat diderita oleh semua umur dan jenis kelamin. Perlu diketahui bahwa

    penyakit ini meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi HIV. Dengan meningkatnya

    prevalensi TBC baik di Indonesia maupun diseluruh dunia , perlu dikembangkan pula program

    pemberantasan dari pihak yang berwajib agar tidak lebih membahaya penduduk. Promosi

    kesehatan dan juga peran dokter keluarga sangat berperan penting dalam kasus ini dikarenakan

    prevalensi TBC pada akan dihubungkan dengan penularan dari orangtua yang juga terinfeksi.

    Pengetahuan mengenai penyakit menular apapun selain TBC sangat diharapkan agar rutin

    dijalankan. Rendahnya sosioekonomi keluarga dan rendahnya pengetahuan sangat berkaitan erat

    dengan penyakit menular. Dengan demikian, pencegahan TB dan pengobatan TB wajib

    dilaksanan sebaik mungkin untuk mengurangi angka kejadian bersamaan dengan partisipasi

    penduduk baik yang sehat maupun yang sudah terinfeksi TB.

    Daftar pustaka

    1. Widoyono.Penyakit Tropis,Epidemiologi,Penularan,Pencegahan&Pemberantasan.

    Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.h.1-21.

    2. Ranuh IGN,Suyitni H,Hadinegoro SRS,Kartasasmita CB, Ismoedijanto.Pedoman

    imunisasi di Indonesia.ed 3.Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

    Indonesia;2008.4-5,131.

  • 7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY

    27/27

    3. Rahajoe N Nastiti,Basir Darfioes, MS Makmuri, Kartasasmita CB.Pedoman

    Nasional Tuberkulosis Anak.ed 2.Jakarta:UKK Respirologi PP IDAI;2007.3-5,25-

    41,53-7,63-5.

    4. Arias,KM.Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan

    Kesehatan.Jakarta:Penerbit EGC;2010.3-4

    5. Waloejono K .Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.Magelang:Balai

    Pelatihan Kesehatan;2000.120-3.

    6. Mutaqin,Arif.Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan

    Pernapasan.Jakarta:Penerbit Salemba Medika;2008.81-2.

    7. Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis oleh

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta,

    2010.