PBL Blok 26 Reguler

35
Penelitian Hubungan Kepatuhan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Paru dengan Multi Drugs Resisten di Puskesmas William Prima Christian Kiko 102011407 Kelompok : D10 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru (TB) saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. TB merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat ketiga dari 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia yang menyebabkan 100.000 kematian setiap tahunnya. Tingginya insidens dan prevalens TB terutama kasus TB BTA positif merupakan ancaman penularan TB yang serius di masyarakat, karena sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif. 1 Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Kedisiplinan pasien 1

Transcript of PBL Blok 26 Reguler

Penelitian Hubungan Kepatuhan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Paru dengan Multi Drugs Resisten di PuskesmasWilliam Prima Christian Kiko102011407Kelompok : D10Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510Email : [email protected]

PENDAHULUANLatar BelakangMenurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru (TB) saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. TB merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat ketiga dari 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia yang menyebabkan 100.000 kematian setiap tahunnya. Tingginya insidens dan prevalens TB terutama kasus TB BTA positif merupakan ancaman penularan TB yang serius di masyarakat, karena sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif.1Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai dengan standar DOTS juga dapat ber-akibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis kuman TB yang lebih kuat, yang dikenal de-ngan Multi Drug Resistant (MDR-TB). Pengo-batan MDR-TB membutuhkan biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.1MDR-TB merupakan permasalahan utama di dunia. Banyak faktor yang memberikan kontribusi terhadap resistensi obat pada negara berkembang termasuk ketidaktahuan pende-rita tentang penyakitnya, kepatuhan penderita buruk, pemberian monoterapi atau regimen obat yang tidak efektif, dosis tidak adekuat, instruksi yang buruk, keteraturan berobat yang rendah, motivasi penderita kurang, suplai obat yang tidak teratur, bioavailibity yang buruk dan kualitas obat memberikan kontribusi terjadinya resistensi obat sekunder.Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat. Strategi ini diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program DOTS. Di samping itu, keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam pengawasan dan perawatan penderita. Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program. Dalam hal ini masih adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB, meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat TB.1Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan berobat. Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari pengobatan pun akan tidak baik.Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan, seperti lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat. Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan. Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat. Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan.Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa angka kesembuhan TB ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat, adanya pelayanan kesehatan yang baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan.

Perumusan Masalah Faktor apa saja yang berhubungan dengan gagal konversi pasien TB paru kategori I pada akhir pengobatan fase intensif di puskesmas K?Tujuan PenelitianBerdasarkan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:Tujuan umum: Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan gagal konversi pasien TB paru kategori I pada akhir pengobatan fase intensif di puskesmas K.Tujuan khusus Untuk mengetahui hubungan umur penderita, jenis kelamin, kepatuhan meminum obat, penyakit penyerta, tingkat pendidikan, social ekonomi, pekerjaan, jarak rumah dengan puskesmas, efek samping obat, dan factor lainnya dengan kegagalan konversi pada akhir pengobatan fase intensif pasien TB paru Kategori I puskesmas K.TINJAUAN PUSTAKAPenyakit Tuberkulosis ParuTuberkulosis yang dulu disingkat TBC karena berasal dari kata tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru- paru manusia. Seperti juga dengan penyakit infeksi lainnya, tuberkulosis saat ini lebih lazim disingkat dengan TB saja disebabkan oleh kuman, atau basil tuberukulosis yang dalam istilah kedokteran diberi nama dalam bahasa Latin yaitu Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Mikro bakteria ini juga merupakan bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam.Jadi, tuberkulosis disebabkan oleh kuman, dan karena itu tuberkulosis bukanlah penyakit turunan.2

Cara PenularanLingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lain. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang di dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi.2Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil dari pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Strategi Penemuan Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif, yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.Risiko Penularan Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

Pemeriksaan DiagnostikDahak Mikroskopis Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).2 S (sewaktu)Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P (Pagi)Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. S (sewaktu)Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Prinsip PengobatanPenatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang dikelola dengan menggunakan strategi DOTS.Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien. Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit; tidak sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan, petugas yang terkait, pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya.3

Panduan Penggunaan OAT di IndonesiaPaduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia: Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) Kategori Anak: 2HRZ/4HRPaduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Panduan OAT dan peruntukannya1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paruDosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1Berat BadanTahap Intensiftiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama 16 mingguRH (150/150)

30-37 kg2 tablet 4 KDT2 tablet 4 KDT

38-54 kg3 tablet 4 KDT3 tablet 4 KDT

55-70 kg4 tablet 4 KDT4 tablet 4 KDT

71 kg5 tablet 4 KDT5 tablet 4 KDT

2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2Berat BadanTahap Intensiftiap hari RHZE (150/75/400/275) + STahap Lanjutan3 kali seminggu RH (150/150) + E (275)

Selama 56 hariSelama 28 hariSelama 20 minggu

30-37 kg2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj2 tablet 4 KDT2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj3 tablet 4 KDT3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj4 tablet 4 KDT4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

71 kg5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj5 tablet 4 KDT5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

OAT Sisipan (HRZE)Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Dosis KDT untuk Sisipan

Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hariRHZE (150/75/400/275)

30-37 kg2 tablet 4 KDT

38-54 kg3 tablet 4 KDT

55-70 kg4 tablet 4 KDT

71 kg5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Di samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.3

Suspek TB ParuAlur Diagnostik TB

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu Pagi Sewaktu)

Hasil BTA+ + ++ + +

Hasil BTA- - -Hasil BTA+ - -

Antibiotik Non-OAT

AdaperbaikanTidak adaPerbaikan

Foto toraks danPertimbangan dokter

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks danPertimbangan dokter

TBBukan TB

Evaluasi Pengobatan Evaluasi KlinisBiasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2 minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang berkurang, tidak ada batuk darah, nafsu makan bertambah dan ada peningkatan berat badan.3,4 Evaluasi BakteriologisPemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman. Biasanya setelah 2-3 minggu perngobatan, sputum BTA mulai negatif. Pemeriksaan control sputum dilakukan sekali sebulan. Evaluasi RadiologisEvaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi. Dengan pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit lain yang menyertai. Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali. Strategi DOTSPrinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan.Setiap pasien harus di- observed dalam memakan obatnya, setiap obat yang di telan pasien harus di depan seorang pengawas. Selain itu, tentunya pasien harus menerima treatment yang tertata dalam system pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat secara baik . Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan.3,4Strategi DOTS mempunyai lima komponen :1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan , termasuk dukungan dana .2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO).4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin .5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.Konsep PerilakuKesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainnya. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat.4

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh :1) Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainnya.2) Perilaku.3) Pelayanan kesehatan .4) Keturunan ( hereditas ).Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang di tujukan kepada faktor erilaku ini sangat strategis.Kepatuhan BerobatKepatuhan (ketaatan) (compliance atau adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan.4Cara mengukur kepatuhanKepatuhan berobat dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jadwal pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada pasien dan pengisisan formulir khusus. Pernyataan Sarafino hampir sama dengan Sacket yaitu kepatuhan berobat pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat secara manual, perhitungan sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan biokimia (kadar obat) dalam darah/urin.Pengawasan Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.4a. Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasienb. Siapa yang bisa menjadi PMOSebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.c. Tugas seorang PMO Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

Kerangka KonsepKerangka konsep yang digunakan dalam penelitian mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan antara factor-faktor resiko penyebab multi drugs resisten

Kerangka KonsepVariabel IndependentVariabel dependentKarakteristik Individu

1.Umur2.Jenis kelamin 3.Pendidikan 4.Pekerjaan 5.Pengetahuan 6.Efek samping OAT7.Tingkat kepatuhan penderita dalam pengobatan

KesembuhanPenderita TB paru

Faktor Pelayanan kesehatan

1. Ketersediaan OAT2. Sikap petugas kesehatan3. Lokasi/Jarak4. Penyuluhan kesehatan5. Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Definisi Konsep :1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, meliputi : umur , jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, efek samping OAT, tingkat kepatuhan penderita dalam pengobatan .2. Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru meliputi: Ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan dan kunjungan rumah .3. Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan meliputi : penyuluhan, member dorongan, meningkatkan dan mengawasi .4. Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif.

Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting.Variabel PenelitianDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

UsiaLama waktu hidup seseorang sejak dilahirkanMengelompokkan sesuai dengan produktivitas. Rentang umur 15-55 tahun. Umur non produktif 56 tahunKuisionerDikatakorikanUsia produktif (15-55 tahun)Usia non produktif (>55 tahun)Ordinal

Jenis KelaminIdentitas sebagai laki-laki atau perempuanMengelompokkan laki-laki atau perempuanKuisionerLaki-lakiPerempuanNominal

PekerjaanAktivitas rutin yang dilakukan oleh pasien TB di luar rumahMengelompokkan berdasarkan jenis pekerjaanKuisionerPNS/TNI/PensiunanWiraswastaPetani, sopirIbu rumah tanggaPelajar/mahasiswaNominal

PenghasilanJumlah penghasilanBerdasarkan UMRKuisioner> Rp. 1.000.000< Rp. 1.000.000Ordinal

PMOOrang yang ditugasi mengawasi minum obatBerdasarkan ada/tidak PMO yang dimilikiKuisioner1 = tidak ada2 = adaNominal

Lama minum obatWaktu yang dibutuhkan untuk menjalankan pengobatanMengelompokkan minum obat berdasarkan fase minum obat yaitu fase awal dan lanjutanKuisioner1. < 2 bulan2. > 2 bulanOrdinal

Kepatuhan Ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan dari awal sampai akhirBerdasarkan keteraturan meminum obatKuisioner1. Rutin2. TidakOrdinal

METODELOGI PENELITIANDesain PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subyek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama.5Populasi Dalam suatu penelitian, hasil-hasil yang didapatkan diharapkan dapat berlaku secara keseluruhan (generalisasi) dan bukan hanya untuk sebagian saja.Populasi kasus adalah semua pasien yang menderita Tb paru dan mendapat pengobatanSampelSebagian dari populasi yang memenuhi syarat-syarat tertentu.Syarat sampel: Random, sampel dipilih secara acak Equal probability, semua subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih/tidak terpilih menjadi sampel Representative, sifat-sifat dalam populasi harus terwakili dalam sampel.SamplingAdalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya mendapatkan sampel yang memenuhi syarat. Mengapa harus dilakukan sampling:5 Populasi yang besar Populasi yang besar dapat menimbulkan kesalahan yang besar karena tidak akurat Pada sampel yang baik dapat dilakukan analisis yang lebih baik Kesalahan dapat dikontrol Dapat menghemat waktu, tenaga dan biayaTeknik samplingSecara umum sampling terdiri dari 2 jenis yaitu: probability dan non probabilitySampling non probability adalah sampling yang tidak memenuhi syarat-syarat probabilitas misalnya: consecutive sampling, purposive sampling, convenience sampling, snow ball sampling, kuota samplingProbability sampling: simple random sampling, systematic random sampling, stratified sampling, cluster sampling, multistage sampling.

Simple random sampling: cara sampling yang sederhana dan mudah dilakukan. Dilakukan dengan teknik undian (lottery) atau dengan tabel random. Misalnya, untuk meneliti pengetahuan, sikap dan perilaku pasien tentang kepatuhan pengobatan anti tuberkulosis maka dapat dilakukan SRS pada semua pasien tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan.

Systematic random sampling: penentuan sampel dengan cara menentukan lebih dulu interval antar 2 responden/individu. contoh, populasi (pasien tuberkulosis paru) sebanyak 100 orang. Ingin didapatkan sampel sebanyak 30 orang.1. Buat daftar dari 100 pasien tb2. Interval 3 : dari 100 dibagi 303. Dari daftar tersebut yang dipilih menjadi sampel adalah daftar nomor 3,6,9,12 dst. Sampai mendapatkan 30 sampel.

Stratified random sampling: Digunakan pada populasi yang heterogen. Ingin diketahui sifat-sifat seluruh lapisan populasi Populasi yang heterogen dibagi dulu menjadi beberapa lapisan (strata) yang homogen Dari tiap strata secara proposional diambil sampelUntuk mendapatkan sampel dalam pengobatan tuberkulosis paru dimana pasien satu dengan yang lain beda dalam hal penghasilan maka dapat dilakukan cluster dengan memilih sejumlah pasien dengan tingkat penghasilan yang berbeda. Misalnya ingin didapatkan 50 orang dari 100 pasien tuberkulosis yang menjalani pengobatan, Strata atas dengan jumlah 20 dipilih 20/100 x 50 = 10 orang secara random Strata menengah dengan jumlah 25 dipilih 25/100 x 50 = 25 orang Strata bawah dengan jumlah 30 dipilih 30/100 x 50 = 15 0rang Teknik ini dinamakan proportional simple random sampling

Cluster samping: digunakan pada populasi yang tidak homogen, dipilih kelompok yang dianggap lebih homogen.Memperkirakan morbiditas penyakit tuberkulosis paru pada tingkat kelurahan, maka kelurahan dibagi dalam RW-RW dan RT-RT.Dipilih beberapa RW secara random lalu dari RW-RW yang terpilih dipilih lagi beberapa RT secara random. Tiap RT dipilih Kepala-Kepala keluarga untuk diteliti, anggota RT menjadi subyek penelitianMulti stage sampling: pemilihan sampel terhadap kelompok-kelompok populasi yang telah ada sampai terpilihnya unit elementer (individu) secara acak.Ingin mengetahui cakupan pengobatan tuberkulosis paru pada pasien TB paru di dalam suatu Desa pilih secara acak pasien tb paru RW RT pilih semua warga yang menderita TB paru dan menjalani pengobatanKriteria Inklusi Pasien TB Paru BTA positif yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas K Pasien TB Paru BTA negatif dengan rontgen positif Pasien TB Paru yang berusia minimal 15 tahun Pasien TB Paru yang telah menjalani pengobatan selama 2 bulan atau lebih Pasien TB Paru yang bersedia menjadi responden dalam penelitianKriteria Ekslusi Pasien TB paru yang tidak bersedia menjadi responden Pasien TB paru anak Pasien TB paru dengan komplikasi penyakit HIV dan penyakit infeksi lainya Pasien TB paru yang bertempat tinggal tidak tetap. Pasien yang tidak pernah mengalami pendidikan formal sama sekali.

LEMBAR KUISIONER PENELITIANKode Responden (diisi oleh peneliti): _ _ _ _ _ _ _ _ _Tanggal Pengambilan Data:Petunjuk Pengisian:a. Jawablah apa adanya, sesuai dengan saudara/I alami atau lihatb. Berilah tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih

A. Karateristik1. Nama responden:2. Usia responden: _____ Tahun3. Tanggal lahir: ___/___/___4. Jenis kelamin: ( ) Laki-laki ( ) Perempuan5. Pendidikan: ( ) Tidak Sekolah ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Perguruan tinggi6. Pekerjaan : ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Wiraswasta ( ) PNS ( ) Pegawai Swasta ( ) Pelajar ( ) Dll Sebutkan7. Penghasilan: ( ) > 1.000.000 ( ) < 1.000.0008. Lamanya minum obat: ( ) > 2 bulan ( ) < 2 bulan9. Apakah rutin meminum obat: ( ) ya ( ) tidak10. Jika tidak, apakah alasan utama anda tidak rutin mengambil obat tepat pada waktunya di puskesmasa. Biayab. Jarak yang jauhc. Lainnya, sebutkan _____11. Apakah ada yang mengawasi anda selama minum obata. Ada (kader, keluarga, tetangga, tokoh masyarakat)b. Tidak ada

B. PengetahuanBerilah tanda checklist () pada kolom yang disediakan sesuai dengan pendapat Saudara/iNoPertanyaanJawaban

Sangat SetujuSetujuKurang SetujuTidak Setuju

1.Tuberkulosis adalah penyakit batuk berdahak bercampur darah

2.Tuberkulosis dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok

3.Penyebab penyakit TB adalah bakteri

4.Gejala penyakit TB adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, bercampur darah dan sesak napas, berkeringat malam hari, dan berat badan menurun

5.Penyakit TB dapat menular kepada orang lain melalui percikan dahak penderita TB

6.Cara untuk menghindari penularan terhadap orang lain adalah menutup hidung dan mulut saat batuk menggunakan saputangan

7.Minum obat TB sesuai dengan petunjuk dari petugas kesehatan

8.Lupa minum obat dalam sehari dapat memperparah penyakit TB

9.Penyakit TB dapat disembuhkan melalui pengobatan teratur selama 6 bulan

10.Berhenti minum obat TB tanpa anjuran dokter akan menimbulkan TB kebal obat

11.Bila obat TB tidak dihabiskan akan menimbulkan penyakit TB kebal obat

12.TB kebal obat terjadi karena kuman TB kebal terhadap obat tuberculosis

13.Pengobatan TB kebal obat lebih mahal dari TB biasa

14.Pengobatan TB kebal obat lebih lama dari TB biasa

15.TB kebal obat tidak dapat disembuhkan

16.Saya pernah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang TB dan TB kebal obat

17.Petugas kesehatan TB memberikan informasi tentang TB kebal obat saat saya sedang berobat

18Informasi tentang TB kebal obat dapat diperoleh melalui poster yang ditempel di puskesmas

19.Informasi tentang TB kebal obat saya peroleh dari kader kesehatan di tempat tinggal saya

20.TV dan radio diharapkan banyak menyampaikan informasi tentang TB dan TB kebal obat

Teknik pengumpulan data Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada orang yang yang terlibat langsung. Data sekunder adalah data yang sudah ada dari institusi tertentu seperti puskesmas dll.Pengolahan data Suatu sistem yang akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa bahan jadi.5Pengolahan data menggunakan SPSS, yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disepakati terhadap data rekam medis (coding), memasukkan data rekam medis sesuai kode yang telah ditentukan oleh masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar (entry), dan menggolongkan, mengurutkan serta menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi (cleaning).Penyajian dataPenyajian data harus dapat meringkas data, sehingga dapat menggambarkan informasi, sederhana, lugas dan komunikatif Tekstural: disajikan dengan narasi/tulisan/teks Tabular: disajikan dengan tabel-tabel Grafikal: disajikan dengan grafik, gambar.Etika penelitian Etika penelitian harus diperhatikan untuk memastikan penelitian yang akan dilaksanakan tidak melanggar Hak Asasi Manusia Terutama rancangan penelitian eksperimen (harus sesuai dengan deklarasi Helsinki), dimana keselamatan manusia yang menjadi subyek penelitian mendapat prioritas utama Pada penelitian dikomunitas/masyarakat, terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari otoritas (pemerintah/tokoh masyarakat setempat) dan dari subyek/individu yang akan diteliti Perlu dijelaskan bahwa penelitian tersebut akan dipublikasikan kepada masyarakat luas.Analisis dataProses pengelompokan datamenurut orang yang terdiri dari jenis kelamin, umur, menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi kejadian).dengan menggunakan statistik deskriptif ( mean, standar deviasi, persentase/proporsi), dan statistik analitik ( uji Chi Square, Kolmogorov-smirnov, Korelasi-regresi, T-test, ANOVA.5Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar dari proses pengolahan data dan akan dianalisis dengan melakukan analisis univariat dan bivariat untuk mengetahui proporsi terhadap umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, penghasilan, kepatuhan, motivasi, dukungan keluarga, sikap pasien, serta pengujian hipotesis menggunakan metode Chi-square.Statistik ParametrikStatistik Parametrikyaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Dengan kata lain, data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Pada umumnya, jika data tidak menyebar normal, maka data seharusnya dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau setidak-tidaknya dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik.5,6Contoh metode statistik parametrik : Z-test (1 atau 2 sampel), T-test (1 atau 2 sampel), korelasi person, perancangan percobaanCiri-ciri statistik parametrik :Data dengan skala interval dan rasio, data menyebar/berdistribusi normal.Keunggulan : Syarat syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel biasanya tidak diuji dan dianggap memenuhi syarat, pengukuran terhadap data dilakukan dengan kuat Observasi bebas satu sama lain dan ditarik dari populasi yang berdistribusi normal serta memiliki varian yang homogen.Kelemahan : Populasi harus memiliki varian yang sama. Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diukur setidaknya dalam skala interval. Dalam analisis varian ditambahkan persyaratan rata-rata dari populasi harus normal dan bervarian sama, dan harus merupakan kombinasi linear dari efek-efek yang ditimbulkan.Statistika Non ParametrikStatistik Non-Parametrik, yaitu statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Selain itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan skala pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang umumnya tidak berdistribusi normal.6Contoh metode statistik non-parametrik : uji tanda (sign test), Chi square, Fisher probability exact test.Ciri-ciri statistik non-parametrik : Data tidak berdistribusi normal, umumnya data berskala nominal dan ordinal, umumnya dilakukan pada penelitian sosial, umumnya jumlah sampel kecil.

Daftar Pustaka1. Natoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 20072. Amin Z dan Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Jakarta: FKUI; 2009.hal 2230-83. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2009.Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis.cetakan 20114. Gendhis I D, Yunie A. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Pasien, dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru. 20115. Dahlan M S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Ed 2, Jakarta: Salemba Medika; 2009.hal 80-966. Riwidikdo, Handoko. Statistik kesehatan. Yogyakarta: Cendikia Press; 2007

23