Pbl Blok 28

23
Cummulative Trauma Disorder Nindya Dewati Wijaya A1 - 102011343 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Abstrak Aktivitas yang berulang-ulang dapat mengakibatkan resiko cedera terjadinya cumulative trauma disorders. Dapat dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatannya akan terganggu. Penulisan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya cumulative trauma disorders dan memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir. Pendahuluan Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan tenaga kerja selaku sumber daya manusia.kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Gangguan kesehatan dan daya kerja juga dikarenakan oleh berbagai faktor yang bersifat fisik, kimiawi, biologis, fisiologis dan atau mental psikologis yang terdapat dalam lingkungan kerja Page | 1

description

bgthyujnmj

Transcript of Pbl Blok 28

Cummulative Trauma DisorderNindya Dewati WijayaA1 - 102011343Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta Barat 11510Email: [email protected]

PendahuluanAbstrakAktivitas yang berulang-ulang dapat mengakibatkan resiko cedera terjadinya cumulative trauma disorders. Dapat dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatannya akan terganggu. Penulisan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya cumulative trauma disorders dan memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir.PendahuluanKesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan tenaga kerja selaku sumber daya manusia.kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Gangguan kesehatan dan daya kerja juga dikarenakan oleh berbagai faktor yang bersifat fisik, kimiawi, biologis, fisiologis dan atau mental psikologis yang terdapat dalam lingkungan kerjaPermasalahan yang sering terjadi ialah para pekerja yang setiap hari selalu melakukan pekerjaan yang mana aktivitas pekerjaannya dilakukan adalah sama dan berulang dari hari-kehari, sehingga dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatan mereka akan terganggu. Dilihat dari sudut pandang ergonomi, aktivitas pekerjaan yang berulang dan berlangsung dapat mengakibatkan resiko terjadinya Cumulative Trauma Disorders ( CTDs ).Dilihat dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan pekerja yang berulang-ulang, penggunaan tenaga yang kuat yang dilakukan oleh tangan, getaran yang berlebihan dari alat kerja yang digunakan, dan kontak fisik yang dilanjutkan dengan permukaan permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit, penjual rujak ulek, penumbuk padi, dll. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan (khususnya terjadi resiko ke CTDs).

ErgonomiKata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon (kerja) dan nomos (hukum, peraturan). Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuain satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekrjaannya, yang manfaatnya dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. 1 Pada dasarnya ergonomi dapat menciptakan lingkungan kerja yang dapat: Mengurangi angka cedera dan kesakitan dalam pekerjaannya Menurunkan biaya kecelakaan kerja Menurunkan kunjungan berobat Mengurangi ketidakhadiran pekerja Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja Meningkatkan tingkat kenyamanan pekerja dalam bekerjaPengertian CTDsCumulative Trauma Disorders(CTDs)adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal(musculosceletal disorders)berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher). Cumulative Trauma Disorder (CTD) berarti proses luka akibat dari penggunaan otot (pada umumnya) secara berulang-ulang dengan gerakan yang sama sehingga gerakan itu sendiri akan membuat otot tegang dan akhirnya terluka. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan, penumbuk padi, tukang rujak ulek, adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs.Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain.Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal(carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis. Carpal Tunnel Syndrome merupakan salah satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan tekanana nervus medianus dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan, dengan gejala nyeri, kebas dan kesemutan pada jari-jari dan tangan di daerah persa-rafan nervus medianus yakni ibu jari , jari telunjuk dan jari tengah2. Gangguan sensasi ini akan menyebar ke seluruh tangan dan lengan sehingga menimbulkan kesukaran untuk memegang benda-benda kecil, yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri dankelumpuhan dari otot-otot. Lebih sering terjadi pada wanita sekitar umur 40 60 tahun 7.1,3 Tendonitis adalah Peradangan pada jaringan tendon akibat penggunaan kekuatan otot secara berlebihan (di atas batas kekuatan otot), yang biasanya menimbulkan situasi penguncian gerakan disendi sekitar tendo tersebut. Hal ini dapat menimbulkan gejala rasa nyeri, penghambatan gerakan, rasa nyeri tekan ditempat penebalan tendo tersebut.1,3,4 Bursitis, Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang terletak diantara otot/tendo dengan tonjolan tulang tempat melekatnya tendo tersebut, yang gunanya untuk mencegah gesekan pada saat kontraksi otot tersebut. Gerakan yang berulangulang akan menyebabkan terjadinya peradangan bursa yang mengakibatkan timbulnya pembengkakkan dan disebut sebagai bursitis. Paling sering terjadi pada bursa di sekitar tendo insersio m.ekstensor karpi radialis, jarang menimbulkan rasa nyeri, tapi kadang-kadang sangat mengganggu gerakan di pergelangan tangan dan jari-jari pada saat bekerja.3 Tenosinovitis adalah proses peradangan sarung tendo serta jaringan - jaringan disekitarnya, sedangkan tendonya sendiri relatif tidak terpengaruh. Pada tenosinovitis seringkali cairan exudat menyusup kedalam sarung tendo, sehingga mudah terjadi fibrosis dan perlengketan-perlengketan. Biasanya hal ini terjadi akibat pekerjaan-pekerjan yang banyak melakukan gerakan lengan dan jari-jari yang berulang-ulang yang disertai posisi menggenggam yang kuat, atau mempertahankan posisi deviasi pergelangan tangan yang lama. Misalnya pada pekerja-pekerja produk-produk industri, tukang ketik, operator pemasok data komputer,perajin kerajinan tangan, tukang daging,pekerjaan ibu-ibu rumah tangga seperti mengepel, memasak dan merajut pakaian.3Selainmusculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut CTDs adalahWork-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),Repetitive Strain Injuries (RSI)atauOveruse Syndrome.

Gambar 1.1 Posisi tangan dan peregelangan tangan(Sumber : Benjamin and Andris, 1999, Methods Standards And Work Design, WCB McGraw Hill International Editions : 202)Diagnosis klinis Sebelum menentukan penyakit pasien akibat hubungan kerja atau bukan adalah pertama kita sebagai dokter harus mendiagnosa penyakit klinisnya. i. Anamnesis Identitas pasien nama, usia, alamat, pekerjaan keluhan utama : Keluhan yang membuat pasien datang berobat Riwayat penyakit sekarangLokasi nyeri? Frekuensi nyeri? Nyeri dirasakan pada pagi hari, malam hari atau setiap kali? Onset? Ada panas pada tangan? Atau reaksi peradangan seperti merah dan bengkak? Bagaimana pergerakannya? Faktor yang memperberat ? Hilang dengan istirahat ? Sudah mendapat pengobatan ? Riwayat penyakit dahuluApakah pernah trauma? Apakah pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit lain? Atau ada riwayat Rematoid artritis? Bagaimana pola makan, apakah sering mengkonsumsi kadar purin dalam jumlah besar? Adakah riwayat diabetes mellitus? Riwayat penyakit keluarga Apakah dikeluarga ada yang mengelami hal yang sama? Riwayat Pekerjaan: jenis pekerjaan, lama bekerja, riwayat kerja sebelumnya, alat kerja, proses kerja. Waktu bekeja sehariii. Pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital Look : struktur anatomi tangan, simetris atau tidak? warna kulit? Adakah pembengkakan pada sendi? Deformitas? Gambaran pembuluh darah? Kontur tangan dorsal dan palmar (pergelangan tangan, tangan, jari, tenar, hipotenar) Feel : meraba permukaan dorsal dan palmar carpal, MCP, PIP, DIP, teraba hangat/tidak? Nyeri/tidak? Move : melakukan gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi, pronasi, supinasi, eversi, inversi pergelangan tangan Tes sensoris jari Pemeriksaan fisik Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.iii. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis.

Pajanan yang dialamiSecara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan resiko MSDs dapat dipaparkan sebagai berikut:a. Repetitive Motion: melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.b. Awkward Postures: Sikap tubuh sangat menentuk//an sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back.5c. Contact stresses: Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.d. Vibration: Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.e. Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.2f. Duration menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.1-3g. Static Posture, pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.h. Physical Environment; Temperature & Lighting , Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomik. tekanan udara panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang bisa fatal.i. Other Condition, kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketika operator hanya melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk belajar satu macam kemampuan ataun tugas. faktor tambahan dimasukkan organisasi asfek sosial, tidak dikontrol gangguan, ruang kerja, beratnya bagian kerja, dan sift kerja.5Faktor Penyebab CTDsSecara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.a. Faktor pekerjaanBeberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah : Gerakan berulang, gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang.1 Sikap paksa tubuh: Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf.1,2 Manual handling, salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual handling. Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret, melempar, dan membawa. Peralatan kerja tidak sesuai, penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs. b. Faktor lingkungan Getaran mekanis: Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya. Mikroklimat, Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. c. Faktor invidu manusia/pekerja UmurPada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat. Jenis kelaminOtot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3 dibanding 1. Ukuran tubuh / antropometriMeskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap timbulnya CTDs.4 Kesehatan / kesegaran jasmaniPada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%.d. Faktor lain di luar pekerjaanKegiatan lain diluar pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sesorang setelah pulang kerja, misalnya bergadang, main game terlalu lama, ikut kegiatan yang membahayakan, atau bekerja sampingan di tempat lain.Hubungan Pajanan dengan PenyakitUntuk menentukan menentukan apakah suatu pajanan berhubungan dengan penyakit beberapa petunjuk berikut, yaitu:61. Ada pengulangan yang sering dari gerakanyang sama/serupa pada tangan ataupergelangan tangan pada sisi yang terkena.2. Pekerjaan/tugas sehari-hari dengan tenaga kuat pada tangan yang terkena.3. Pekerjaan/tugas sehari-hari yang terus menerus dengan posisi yang kurang baik pada tangan yang terkena atau salah satu tangan4. Pergerakan tangan yang cepat 5. Pekerjaan/tugas sehari-hari yang memakai alat bantu genggam.6. Tekanan yang lama atau sering di atas pergelangan atau pada dasar telapak tangan yang terkena.Hubungan gejala dengan penyakit berupa keluhan rasa baal, kesemutan, rasa geli atau nyeri di daerah pernafasan saraf medianus yang menyebabkan penderita terbangun waktu malam atau pagi hari. Gejala ini terjadi tidak hanya saat tangan sedang dipergunakan tapi juga pada saat istirahat. Apabila terjadi gangguan motorik saraf medianus akan menyebabkan kelemahan, kekakuan serta kecanggungan gerak koordinasi ibu jari dan telunjuk, dengan manifestasi timbulnya kesukaran membuka tutup botol, memutar kunci. Umumnya pasien dengan kekuatan ibu jari yang menurun tidak menyadari bahwa telah terjadi atrofi otot tenar.Beberapa kasus yang berhubungan dengan pekerjaan, gejala terjadi pertama kali terasasaat tidak bekerja sehingga pasien tidak menghubungkan gejala tersebut dengan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gejala penyakit berhubungan dengan jenis tugas yang menimbulkan tekanan biomekanis berulang pada tangan dan pergelangan tangan seperti frekuensi, kekuatan, pengulangan, posisi kerja yang tidak baik dan getaran.2Tingkat beratnya Sindrom pemakaian berlebihan akibat kerja (SPBAK) atau cumulative trauma disorder (CTD) dibagi menurut: Derajat I: Rasa nyeri dan lelah dirasakan oleh penderita selama yang bersangkutan bekerja, pada waktu tidur dan libur keluhan berkurang abhkan hilang. Biasanya tidak terdapat kelainan ffisik sedangkan rasa nyeri ataupun lelah tidak menggangu pelaksanaan kerja. Gejala Detajat I sifatnya revesible dan dapat pulih normal.1,3 Derajad II: Selain waktu bekerja, rasa nyeri dirasakan timbul waktu malam hari dan kadang-kadang menggangu tidur. Kadang kala terdapat eklainan fisik penederita.1,3 Derajat III: Rasa nyeri menetap waktu malam hari maupu ketika tenaga kerja beristirahat ataupun berlibur sekalipun hanya pekerjaan ringan saja adapat menimbulkan nyeri.1,3Patofisiologi Gerakan berulang dengan kontraksi sangat kuat. Gerakan berulang apalagi dilakukan sangat kuat menimbulkan pembengkakan sarung tendon menimbulkan tekanan pada tendon pergelangan tangan. Kegagalan memulihkan tekanan menyebabkan peradangan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera.Kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus menerus dan static akan menimbulkan spasme,. sehingga sirkulasi darah menjadi tidak lancer.hal ini akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat zat kimia seperti bradikinin dan histamine. Dengan penumpukan zat-zat tersebut akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris atau saraf nyeri (nonsiseptor) dan akan dihantarkan kemedulla spinalis selanjutnya oleh saraf acendent disampaikan keotak dan akan di interpretasikan yaitu rasa nyeri. Dengan adanya rasa nyeri tadi bias mengakibatkan spasme otot yang merupakan perlindungan dari adanya nyeri dan penderita akan membatasi pergerakannya terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam jangka waktu lama dapat timbul kelemahan oto yang akhirnya menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan dengan fungsi tangan kiri.2Tekanan mekanik pada tendon akibat kontraksi muskulus yang kuat, sering akibat penggunaan menggengam alat kerja pada tangan, .yang menyebabkan tekanan mekanik makin besar menekan jaringan lunak palmar tangan yang akhirnya menekan ramus superficialis.Epidemiologi Cummulative Trauma Disorders (CTD) Dikenal di Amerika . Gambaran patologis padaumumnya dalam bentuk proses inflamasi dan degenerasi otot-tendo.Kelainan ini lebih banyakterjadi pada wanita berumur sekitar 20 50 tahun 5.Berkembangnya penyakit ini sangat rentan terjadi pada berbagai jenis pekerjaan seperti, pekerja pengolah, pengemas dan penyeleksi bahan industri, pemelihara mesin-mesin, asemblingperalatan elektronik, pemain musik,pelayanan kebersihan, operator pemasok/ pengolah data komputer, operator mesinacounting, tukang ketik, kasir, tukang jahit, tukang kayu, penggulung rol film/talitemali, penjahit dll.3Diagnosis okupasiDiagnosis penyakit termasuk penyakit akibat kerja adalah kewenangan dan kompetensi profesi medis yaitu para dokter. Bagaiman dokter membuat suatu diagnosis tidak pada tempatnya diatur sebagai ketentuan normative. Dari sudut pandang lain diagnosis penyakit akibat kerja menyangkut pelaksanaan peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 1 Th.1970 tentang keselamatan kerja dan UU No.3 Th.1992 tetang jamsostek.15 langkah penegakan diagnosis akibat kerja :1. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan, riwayat pekerjaan harus harus ditanyakan dengan teliti dari permulaan bekerja sampai waktu terakhir bekerja.jangan hanya sekali-sekali mencurahkan perhatian hanya pada pekerjaannya yang sekarang, namun harus di kumpulkan informasi tentang pekerjaan sebelumnya. Yang sudah dipaparkan di atas sebelumnya.2. Pemeriksaan klinis dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai untuk suatu syndrome, yang khas untuk suatu penyakit akibat kerja.3. Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk benar tidak, suatu penyakit akibat kerja ada dalam tubuh tenaga kerja yang bersangkutan.4. Pemeriksaan rongtgen, hasil pemeriksaan sinar tembus baru akan bermakna jika dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja5. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja jika diperlukana dan berkaitanPenatalaksanaana. Terapi medikamentosa Obat anti inflamasi non steroid. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar . Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan Tindakan pembedahan biasanya dalam bentuk dekompresi saraf, umumnya dilakukan pada kasus-kasus sindroma terjepitnyanya saraf-sarafi tepi.b. Terapi nonmedikamentosa Untuk kasus-kasus yang akut, satu-satunya pengobatan yang terbaik adalah mengurangi aktifitas fisik dari sisi ekstrimitas yang sakit.1,3 Edukasi : perubahan cara kerja

Pencegahan Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Batasi gerakan tangan yang repetitif. Istirahatkan tangan secara periodik. Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat. Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.Diagnosis banding1. Reumatoid Artrhtiris Manifestasi Klinis Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali. Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

2. De Quervains diseaseSyndrome De Quervain atau disebut juga washerwomans sprain, merupakan pembengkakan dan peradangan yang terjadi pada tendon dan selubung tendon yang berfungsi untuk menggerakan ibu jari kearah luar.Penyebabnya antara lain melakukan gerakan-gerakan tertentu pada pergelangan tangan secara berulang-ulang, seperti menggenggam atau meremas (misalnya saat mencuci baju). Gangguan ini sering ditemukan pada wanita yang baru menjadi ibu akibat kebiasaan mengangkat bayi dengan cara yang salah, yaitu bertumpu pada sendi pergelangan tangan.3 De Quervains disease adalah sejenis tenosinovitis yang khas, mengenai sarung 2 buah tendo di pergelangan tangan yang menuju ibu jari, yaitu tendo-tendo m.abduktor pollisis longus dan m.ekstensor pollisis brevis, dapat mengenai juga beberapa otot ekstensor jari-jari tangan. Kadang-kadang dikenal juga dengan istilah trigger thumb, karena menimbulkan gerakan ibu jari seperti menarik pelatuk pistol yang berulangulang disertai timbulnya rasa nyeri yang hebat, tidak kuat menggenggam, kadangkadang menimbulkan pembengkakkan disekitar pergelangan tangan dan jari-jari tangan.1Gejala utama sindrom de Quervain adalah rasa nyeri di pergelangan tangan pada sisi ibu jari dan di pangkal ibu jari, yang bertambah hebat dengan pergerakan dan biasanya disertai dengan pembengkakan, penderita menjadi kesulitan untuk menggerakan ibu jari dan pergelangan tangan saat melakukan aktifitas dengan gerakan seperti menggenggam atau mencubit.

KesimpulanUntuk mendiagnosis suatu penyakit dengan hubungan pekerjaan adalah dengan tujuh langkah diagnosis okupasi yaitu: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, jumlah pajanan, faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, diagnosis okupasi. Cumulative Trauma Disorders adalah cedera pada muskulo-tendonbiasanya akibat gerakan berulang-ulang pada posisi kerja yang sulit untuk jangka waktu yang lama. Hal ini merupakan gangguan kesehatan akibat kerja. Dengan demikian tindakan pencegahan dan strategi pengendalian menjadi pilihan utama untuk mengatasi berkembangnya kelainan ini.

Daftar Pustaka1. Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto; 2009.h.367-9.2. Tana, Lusianawaty et al. Carpal tunnel syndrome pada pekerja. J Kedokter Trisakti 2003; 22(3): 2-4.3. Harrianto R,. Occupational overuse syndrome. J Kedokter Trisakti1999; 18(2):3-7.4. B, Joseph J. Tendinitis and Tenosynovitis. Merck Manual Home Health Handbook;2013. 5. World Health Organization. Protecting orkers health series No. 5 preventing musculoskeletal disorders in the workplace. Diunduh pada 15 oktober 2014: www.who.int/entity/occupational_health/publications/oehmsd3.pdf6. Wichaksana a, Kartiena A. Peran ergonomi dalam pencegahan sindrom carpal tunnel Akibat Kerja Jakrata: Hiperkes Medis FKUI;2002.

Page | 1