PBL Reguler Blok 5

20
A. Extermitas inferior Extremitas inferior atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul atau cingullum membri inferior. Anggota gerak bawah terdiri atas 30 - 31 tulang: 1 - 1 tulang coxea ( tulang pangkal paha ) - 1 femur ( tulang paha ) - 1 tibia (tulang kering ) - 1 fibula ( tulang betis ) - 1 patela ( tempurung lutut ) - 1 tulang tarsal ( tualng pangkal kaki ) - 5 tulang metatarsal ( tulang telapak kaki ) - 10 phalanges ( jari-jari kaki ) 1. Os Femur, Os Tibia, Os Fibula Os femur Os femur adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat tubuh dari os coxae ke tibia waku kita berdiri.Caput femoris mengarah ke cranium medial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.Ujung proksimal femur terdiri dari caput femoris, collum femoris, dan 2 trochanter ( trochanter major dan minor ). 2

Transcript of PBL Reguler Blok 5

Page 1: PBL Reguler Blok 5

A. Extermitas inferior

Extremitas inferior atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul atau cingullum membri inferior. Anggota gerak bawah terdiri atas 30 - 31 tulang: 1

- 1 tulang coxea ( tulang pangkal paha )- 1 femur ( tulang paha )- 1 tibia (tulang kering )- 1 fibula ( tulang betis )- 1 patela ( tempurung lutut )- 1 tulang tarsal ( tualng pangkal kaki )- 5 tulang metatarsal ( tulang telapak kaki )- 10 phalanges ( jari-jari kaki )

1. Os Femur, Os Tibia, Os Fibula

Os femurOs femur adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat tubuh dari os coxae ke tibia waku kita berdiri.Caput femoris mengarah ke cranium medial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.Ujung proksimal femur terdiri dari caput femoris, collum femoris, dan 2 trochanter ( trochanter major dan minor ). 2

Page 2: PBL Reguler Blok 5

Gambar 1:Os Femur

Os tibia Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak

medial dari fibula atau tulang betis.Tibia yang besar yang merupakan penyangga beban proximal bersendi dengan condylus femur dan distal dengan talus. Foramen nutriens tibia yangpaling besar pada seluruh kerangka tereletak pada permukaan posterior bagian 1/3 proximal tulang tersebut.2

Ujung atas memperlihatkan adanya condylus medial dan lateral. Condylus-condylus ini merupakan bagian yang paling atas dan paling piggir dari tulang.

Page 3: PBL Reguler Blok 5

Permukaan sendi lutut. Permukaan-permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang datar terdapat tulang rawan semilunar ( setengah bulan ) yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan condylus femur. Condylus lateral memperlihatkan sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi tibiofibuler superior. Condylus-condylus ini disebelah belakang di pisahkan oleh lekukan popliteum. Tubercullum tibia ada di sebelah depan tepat dibawah condylus-condylus ini. Bagian depan memberi kaitan pada tendon patela, yaitu tendon dari insersi otot ekstensor kuadrisep. Bagian bawah tubercullum tibia berguna untuk menyangga berat badan sewakktu berlutut.2

Batang. Pada irisan melintang berbentuk segitiga, sisi anteriornya paling menjulang dan 1/3 sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini membentuk crista tibia. Permukaan medial adalah subkutaneus pada hampir seluruh panjangnya dan merupakan daerah berguna tempat pengambilan serpihan tulang untuk transplatasi (bonegraft). Permukaan posterior di tandai dengan linea soleal dan linea poplitea, yaitu garis yang meninggi di atas tulang yang kuat dan yang berjalan ke arah bawah dan medial.2

Ujung bawah masuk dalam persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial, menjulang menjadi maleolus medial atau meleolus tibiae. Sebelah depan tibia halus, dan tendon-tendon mejulur diatsnya kearah kaki. Permukaan lateral ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibiofibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang yaitu femur, fibula, dan talus.2

Os fibulaos fibula yang ramping terletak posterolateral dari tibia dan terutama berguna

sebagai tempat lekat untuk otot dan tidak atau hanya sedikit beguna untuk menopang berat tubuh. Corpus tibiae dan corpus fibulae dihubungkan oleh selembar membrane interossea cruris. Ujung bawah pada fibula lebih memanjang menjadi maleolus lateralis dan maleolus fibulae.2

Page 4: PBL Reguler Blok 5

Gambar 2:Os Tibia & Os Fibula

2. Jaringan otot pada region cruris(os tibia dan os fibula)

Jaringan otot pada regio cruris(Os Tibia an Os Fibula)

Otot cruris , daerah anterior. 2

-M. tibialis anterior-M. extensor hallucis longus-M. extensor digitorum longus-M. fibularis(peroneus) tertius

Otot Perlekatan proksimal

Perlekatan distal Fungsi utama

M. tibialis anterior

Condyus lateralis dan setelah proksimal permukaan lateral tibia

Permukaan medial dan inferior os cuneiform dan basis metetarsalis I

Dorsofleksi pergelangan kaki dan nverse kaki

M. extensor hallucis longus

Bagian tengah permukaan anterior fibula dan membrane interossea

Bagian dorsal basia phalangis distalis digitus primus(hallux)

Ekstensi digitus primus(hallux) dan dorsofleksi pergelangan kaki

Page 5: PBL Reguler Blok 5

M. extensor digitorum longus

Condylus lateralis tibia dan bagian ¾ proksimal permukaan anterior membana interossea

Phalanges mediae dan phalanges distales II-V

Ekstensi keempat jari kaki lateral dan dorsofleksi pergelangan kaki

M. fibularis (peroneus) tertius

1/3 distal permukaan anterior fibula dan membrane inter ossea

Dorsum basis phalanges metatarsalis V

Dorsofleksi pergelangan kaki dan membantu eversi kaki

Otot cruris, daerah lateral. 2

-M. fibularis(peroneus) longus-M. fibularis(peroneus) brevis

Otot Perlekatan proksimal

Perlekatan distal Fungsi utama

M. fibularis(peroneus) longus

Caput fibulae dan 2/3 permukaan lateral fibula

Basis metatarsalis I dan Os cuneiforme medial

Eversi kaki dan sedikit plantarfleksi pada pergelangan kaki

M. fibularis(peroneus) brevis

2/3 distal permukaan lateral fibula

Permukaan dorsal tuberositas ossi metatarsalis quinti(V)

Otot cruris, daerah posterior lapis superficial. 2

-M. gastrocminemius -M. soleus-M. plantaris

Otot Perlekatan proksimal Perlekatan proksimal

Fungsi utama

M. gastrocnemius Caput laterale: aspek laterale condylus (femur) caput mediale : facies poplitea femur,proksimal dari condylus medialis

Caput laterale: aspek laterale condylus (femur) caput mediale : facies poplitea

Fleksi plantar pada pergelangan kaki,mengangkat tumit sewaktu jalan, dan fleksi tungkai bawah pada articulatio genus

Page 6: PBL Reguler Blok 5

femur,proksimal dari condylus medialis

M. soleus

Aspek posterior caput fibulae,bagian ¼ proksimal permukaan posterior fibula,line musculi solei dan tepi medial tibia

Aspek posterior caput fibulae,bagian ¼ proksimal permukaan posterior fibula,line musculi solei dan tepi medial tibia

Fleksi plantar pada pergelangan kaki dan fiksasi tungkai pada kaki

M. plantaris

Ujung distal linea supracondylaris lateralis femoris dan ligamen popliteum obliqoom

Membantu M. gastrocnemius pada fleksi plantar pada pergelangan kaki secara lemah dan fleksi lutut

Otot cruris, daerah posterior lapis profunda. 2

-M. popliteus-M. flexor hallucis longus-M. flexor digitorum longus-M. tibialis posterior

Otot Perlekatan proksimal

Perlekatan distal Fungsi utama

M. popliteus

Permukaan lateralis condylus lateralis(femur) dan meniscuss lateralis

Permukaan posterior tibia,proksimal dari linea muscle solei

Fleksi lutut secara lemah dan melepaskan penguncian

M. flexor hallucis longus

Bagian 2/3 distal permukaan posterior fibula dan bagian distal membrana interossea

Basis phalangis distalis I(hallux)

Fleksi digitus primus(hallux) pada semua sendi dan fleksi plantar pada pergelangan kaki;menunjang lengkung kaki

Page 7: PBL Reguler Blok 5

longitudinal medial

M. flexor digitorum longus

Bagian medial permukaan posterior tibia distal dari linea musculi solei, dan melalui tendon lebar pada fibula

Basis phalanges distalis II-V

Laterofleksi keempta jari kaki lateral dan fleksi plantar pergelangan kaki; menyokong lengkung-lengkung kaki longitudinal

M. tibialis posterior

Membrane interossea cruris,permukaan posterior tibia,distal dari linea musculi solei,dan permukaan posterior fibula

Tuberositas ossis navicular,os cuneiform, dan os cuboideum dan basis metatarsale II,III, dan IV

Fleksi plantar pergelangan kaki dan

inverse kaki

MUSCULUS [OTOT]

Macam otot

1. Otot polos : Otot yang gerakan tak disadari (INVOLUNTER)

2. Otot lurik : serat lintang gerakannya disadari (VOLUNTER)

3. Otot jantung : MIOKARDIUM involunter  3

Otot rangka adalah otot lurik, volunter dan melekat pada rangka.

Serabut otot sangat panjang sampai 30 cm berbentuk slindris dengan

lebar berkisar antara 10 mikrin – 100 mikron.

Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian perifer.

Kontraksinya cepat dan kuat. 4

a. Fungsi Otot Rangka

1. Menghasilkan gerakan rangka tubuh.

2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.

3. Menyokong jaringan lunak.

4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.

Page 8: PBL Reguler Blok 5

5. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi. 4

b. Organisasi

1. Otot rangka terdiri dari serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut

fesikel. semakin banyak otot semakin banyak jumlah serabutnya.

2. Lapisan jaringan ikat fribosa, membungkus setiap otot dan masuk

kebagian dalam untuk melapisi fesikel dan serabut individual. Jaringan ini

menyalurkan implus saraf dan pembuluh darah ke dalam otot dan secara

mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung

lainnya.

Epimesium adalah jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot

dan terus berlanjut sampai ke fasia dalam.

Perimesium mengacu pada ekstensi epimesium yang menembus ke

dalam otot untuk melapisi berkas fesikel.

Endomesium adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut

otot individual. 3

c. Organisasi mikroskopik serabut otot rangka.

1. Myofibril (mengandung filament aktin dan myosin ) adalah unit kontraktif

yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai 80% volume

serabut.Setiap myofibril slindris terdiri dari miofilamen tebal dan

miofilamen tipis.

Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein myosin. Molekul

myosin disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk

dengan 2 kepala globular, mirip dengan tongkat golf berkepala 2.

Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein

tambahan pada filament tipis adalah tropiomiosin dan troponin

melekat pada aktin.

2. Sakroplema membran sel serabut otot

3. Sarkoplasma cairan intra sel berisi kalsium, magnesium, fosfat, dan protein

dan enzim.

4. Reticulum sarkoplasma tempat penyimpan kalsium

Page 9: PBL Reguler Blok 5

5. Tubulus T system tubulus pada serabut otot. 3

Gambar 3: Otot Lurik

d. Pemitaan di tentukan berdasarkan susunan miofilamen

Pita A yang lebih gelap (anisotropic, atau mampu mempolarisasi

cahaya) terdiri dari susunan vertical miofilamen tebal yang

berselang-seling dengan miofilamen tipis,

Pita I yang lebih terang (isotropic, atau nonpolarisasi) terbentuk

dari miofilamen aktin tipis yang memanjang ke dua arah dari

garis Z ke dalam susunan filament tebal.

Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan

miofilamen tipis tetap menyatu di sepanjang myofibril.

Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen

myosin yang tidak tertembus filament tipis.

Garis M membagi 2 pusat zona H. pembagian ini merupakan

kerja protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal

bersatu dalam susunan.

Sarkomer adalah jarak antar garis Z ke Z yang lainnya. 3

Page 10: PBL Reguler Blok 5
Page 11: PBL Reguler Blok 5

Gambar  4: Otot Lurik

B. Mekanisme Kontraksi

Gambar  5: Mekanisme kontraksi otot

Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetilkolin (Ach) di taut

neuromuskulus antara ujung-ujung akhir neuron motorik dan sel otot. Potensial aksi otot yang

dicetuskan oleh Ach menimbulkan kontraksi. Siklus pengikatan dan penekukan jembatan silang

menarik filament tipis mendekat satu sama lain diantara filament tebal selama kontraksi (sliding

filament mechanism).

Page 12: PBL Reguler Blok 5

Filamen-filamen tipis ditarik ke arah dalam relative terhadap filament tebal yang

stasioner oleh aktivitas jembatan silang. Selama kontraksi, dengan “pengawal” tropomiosin dan

troponin digeser oleh Ca++, jembatan silang miosin dari filament tebal dapat berikatan dengan

molekul aktin di filament tipis di sekitarnya.

Otot rangka di rangsang untuk berkontraksi oleh pelepasan asetilkolin (ACh) ditaut

neuromuskulus antara ujung neuron motorik dan serat otot. Pengikatan Ach denagn motor end

plate serat otot menyebabkan perubahan permeabilitas diserat otot yang akhirnya menimbulkan

potensial aksi yang di hantarkan ke seluruh permukaan membran sel otot.

Retikulum sarkoplasma adalah modifikasi reticulum endoplasma yang terdiri dari

jaringan halus tubulus yang saling berhubungan mengelilingi setiap myofibril, seperti lengan

jala. Jaringan membranosa ini berjalan secara longitudinal sepanjang myofibril tetapi tidak

kontinu. Segmen retikulum sarkoplasma terpisah-pisah. Ujung akhir setiap segmen membesar

untuk membentuk daerah-daerah membentuk kantung, yang di namakan kantung lateral. Katung

lateral retikulum sarkoplasma menyimpan Ca++. Penyebaran potensial aksi mencetuskan

pengeluaran Ca++ dari retikulum sarkoplasma ke dalam sitosol.

Ca++ yang dikeluarkan ini, dengan sedikit mereposisi molekul-molekul troponin dan

tropomiosin, menyebabkan tempat pengikatan di molekul aktin terpanjan, sehingga dapat

berikatan dengan jembatan silang miosin di tempat pengikatan komplementernya.

Jembatan silang miosin memiliki dua tempat khusus, tempat pengikatan aktin dan tempat

ATPase. Yang terakhir adalah suatu tempat enzimatik yang dapat mengikat molekul pembawa

energy, ATP, dan menguraikannya menjadi ADP + P, dalam proses menghasilkan energy.5

C. Sumber Energi

Untuk kontraksi diperlukan energi. Energi yang digunakan disuplai dalam bentukenergi kimia, yaitu dari penguraian ATP.5

ATP ADP + P + Energi

ADP AMP + P + Energi

Page 13: PBL Reguler Blok 5

Keatinofosfat adala sumber energy cadangan yang dapat melepaskan P untuk disintesakan dengan ATP sehingga membentuk glikogen.Kreatinofosfat ini bila dalam keaaan relaksasi, otot tidak dapat berkontraksi lagi.Fase ini disebut fase anaerob. ATP harus dibentuk kembali agar otot dapat bergerak.6

D.Faktor Pemicu Kejang

Kram merupakan keadaan dimana otot yang terdapat pada ekstremitas inferior

mengalami kontraksi secara terus-menerus. Selain itu, kram pada kaki dapat terjadi karena

adanya proses perubahan metabolisme yang dapat merubah keseimbangan asam-basa, cairan

tubuh, dan darah. Selain disebabkan karena adanya proses perubahan metabolisme, kram dapat

disebabkan karena ATP atau energi yang terdapat pada sel menurun atau berkurang cukup

banyak. Sehingga ikatan antara bagian aktif aktin dengan kepala jembatan penyebrangan yang

terdapat pada miosin tidak dapat terlepas sehingga tidak terjadi proses relaksasi.7,8

ATP yang menurun dapat terjadi karena proses glikolisis yang rendah. Sehingga suatu

saat ATP dihasilkan untuk proses kontraksi sangat rendah pada sel dan menyebabkan aktin dan

jembatan penyebrangan dari miosin tidak dapat terlepas sehingga terjadi kontraksi secara terus-

menerus. Sehingga menimbulkan kram. Hal tersebut akan memberikan rangsangan kepada

sistem saraf pusat untuk meningkatkan proses glikolisis sehingga dapat meningkatkan ATP yang

berperan dalam proses kontraksi. Dengan meningkatnya jumlah ATP menyebabkan bagian aktif

dari aktin dapat terlepas dengan jembatan penyebrangan dari miosin sehingga terjadi proses

relaksasi pada otot dan kram terhenti.

Pembuluh darah yang berperan penting dalam proses pertukaran darah dalam tubuh

apabila aliran darahnya terganggu maka akan menyebabkan gangguan pada daerah ekstremitas

inferior. Pembuluh darah berperan sebagai perantara di dalam tubuh. Apabila metabolisme tubuh

yang kurang akan menyebabkan asam laktat tidak secara sempurna diolah kembali sehingga

menyebabkan penumpukkan pada aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah. Hal

tersebut menyebabkan timbulnya kontraksi secara terus-menerus karena aliran darah yang

membawa O2 dan CO2 terhambat oleh asam laktat. Selain karena metabolisme ternganggu,

pembuluh darah dapat dihambat karena kelelahan, dehidrasi, atau kekurangan cairan elektrolit

terutama kalium dan natrium.

Page 14: PBL Reguler Blok 5

Kram kaki adalah nyeri akibat spasme otot di kaki yang timbul karena otot berkontraksi

terlalu keras. Kram adalah kontrasi tiba- tiba singkat yang sakit sekali pada otot atau kelompok

otot. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis di bawah dan belakang lutut. Nyeri kram

dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi.9

Penyebab:

1. Biasanya terjadi setelah olahraga berat. Kemungkinan terjadi disebabkan oleh

tidak tercukupinya aliran darah melalui otot.

2. Olahraga yang tidak biasa dilakukan atau tanpa pemanasan yang memadai.

Page 15: PBL Reguler Blok 5

Kesimpulan

Kram otot di sebabkan oleh kontraksi otot yang terlalu keras dan menimbulkan rasa nyeri

atau sakit. Dengan beberapa kemungkinan saat melakukan olahraga berat berupa tidak

tercukupinya pasokan oksigen dalam darah atau tidak melakukan pemanasan lebih dahulu.

Daftar Pustaka

1. Watson R. Struktur dan kerja otot. Dalam: Anatomi & Fisiologi untuk Perawat.

Edisi ke-10. Jakarta: Peberbit Buku Kedokteran EGC ;2002.h.194.

2. Solane E. Sistem rangka. Dalam: Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC ;2004.h.92-6.

3. Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. Jakarta: EGC; 2002. h. 177.

4. Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.120-7.

5. Sherwood L. Fisiologi otot. Dalam: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ;2001.h.217-23.

6. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2010.h.91-100.

7. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Buku Kedokteran EGC ;2009.h.582-90.

8. Artistichemes. Kram otot (khususnya di kaki).14 Agustus 2008.Diunduh dari www. doramuzical.multiply.com, 24 Maret 2011.

9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simardibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke -5. Jakarta : Interna Publishing, 2009 : h 2629.