Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

21
Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa Oleh Musni Umar, Ph.D Sociologist and Researcher

description

Konflik di Indonesia setidaknya dapat dibahagi kepada dua macam yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal ialah konflik antara sekelompok atau beberapa kelompok masyarakat terhadap pemerintah. Sedang konflik horizontal ialah konflik antara masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dari dua macam konflik dapat diperinci menjadi lima macam konflik yaitu konflik ideologi, politik, ekonomi, komunal dan sosial.

Transcript of Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Page 1: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Oleh Musni Umar, Ph.DSociologist and Researcher

Page 2: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Pengantar Konflik di Indonesia telah menjadi bagian dari perjalanan

sejarah bangsa sebelum dan sesudah Indonesia merdeka.

Konflik berasal dari kata kerja dalam bahasa latin "configere" yang berarti saling memukul. Konflik secara sosiologis dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (dapat juga kelompok) di mana salah satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik mempunyai makna yang sama dengan tawuran, friksi, perselisihan, bentrokan, pertengkaran, dan kericuhan. Bahkan dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa sinonim konflik ialah berkelahi yaitu pergelutan, pertempuran, peperangan, bertegang-tegangan, dan tawuran.

Page 3: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Jauh sebelum Indonesia lahir, pada tahun 1911 telah terjadi konflik Kong Sing Cina dengan Kong Sing Jawa, isu yang memicu konflik tersebut ialah persaingan dagang dan ras.

Begitu juga konflik pada tahun 1918-1923 terjadi sehubungan munculnya gerakan radikal di Jawa yang menentang feodalisme dan kapitalisme. Isu yang memicu konflik ialah penolakan terhadap Gubernemen yang membatasi luas tanah yang ditanami tebu.

Bahkan jauh sebelum itu Sultan Hasanuddin (1631-1670), Pangeran Diponegoro (1827-1830), Teuku Umar (1854-1899), dan lain-lain telah melakukan pertempuran melawan penjajahan Belanda, yang kemudian mereka dilantik oleh pemerintah Indonesia menjadi pahlawan nasional.

Pada tahun 1926, PKI memimpin peperangan melawan Belanda di Jawa Barat dan Sumatera Barat.

Sesudah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, konflik terus terjadi seperti pergolakan anti swapraja pada tahun 1946-1950. Isu yang memicu konflik ialah pro kontra feodalisme.

Selain itu terjadi konflik bersenjata seperti Permesta, Andi Aziz, Darul Islam/TII Kartosuwiryo yang diproklamirkan 12 Syawal 1368 (7 Agustus 1949) di Jawa Barat, DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel, DI/TII Daud Beureuh di Aceh, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, dan berbagai konflik lainnya.

Page 4: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Pemetaan Konflik Sebelum dan sesudah Indonesia merdeka, sama ada di

era Orde Lama, Orde Baru maupun Orde Reformasi, konflik yang merebak di berbagai daerah di seluruh Indonesia, dapat dipetakan dalam dua macam yaitu:

1. Konflik Vertikal 2. Konflik Horizontal.

Dari dua macam konflik tersebut dapat diperinci menjadi lima jenis konflik yaitu:1) Konflik Ideologi2) Konflik Politik3) Konflik ekonomi4) Konflik komunal5) Konflik sosial

Page 5: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1.1 Konflik Ideologi Sesudah Indonesia merdeka merebak konflik ideologi yaitu konflik antara

kelompok yang menghendaki Islam sebagai dasar negara Indonesia, dan kelompok yang menghendaki Indonesia berdasar sekuler dan komunis.

Konflik ideologi dipicu dari beberapa kelompok dalam Islam, yang tidak puas kemudian melakukan pemberontakan dengan menggunakan Islam sebagai alat perjuangan untuk mendapat dukungan masyarakat seperti DI /TII tahun 1949 di Jawa Barat oleh Kartosuwiryo, di Aceh oleh Daud Beureueh, di Kalimantan Selatan oleh Ibnu Hajar, di Jawa Tengah oleh Amir Fatah, di Sulawesi Selatan oleh Kahar Muzakkar.

Konflik ideologi yang berbentuk pemberontakan bersenjata, akhirnya dipatahkan oleh pemerintah melalui pengerahan kekuatan angkatan bersenjata.

Akan tetapi, tidak berarti konflik ideologi berakhir, karena tetap tumbuh dan bersemi keinginan sebagian masyarakat untuk mewujudkan Islam sebagai dasar negara Indonesia, yang diwujudkan dengan berbagai konflik dan teror. Di masa Orde Baru, mereka di cap sebagai eksterim kanan, dan di era Orde Reformasi, dicap sebagai teroris.

Page 6: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Selain itu terdapat pula konflik ideologi yang didalangi partai komunis Indonesia, yang diwujudkan dalam pemberontakan Madiun Affairs tahun 1948. Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya Negara Republik Soviet Indonesia pada 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung oleh seorang Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifoeddin.

Kemudian pada tahun 1965 PKI melancarkan pemberontakan G 30 S PKI dan berhasil membunuh para Jenderal TNI Angkatan Darat. Setelah pemberontakan Gestapu PKI, Presiden Soehato membubarkan PKI dan seluruh elemen partai komunis Indonesia.

Untuk mengakhiri secara permanen gerakan PKI, setelah terjadi pemberontakan G 30 S, para pentolan PKI banyak yang ditembak mati, di hukum penjara, dan diberi cap eksterim kiri. Walaupun begitu, tidak benar-benar kelompok ini hilang. Di era Orde Reformasi, mereka mencoba bangkit dengan dugaan bermetamorfosis dalam berbagai gerakan sosial dan HAM dan terus beroperasi di bawah tanah sampai sekarang.

Page 7: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1.2 Konflik Politik Konflik di Indonesia tidak ada habis-habisnya sampai saat ini. Salah satu

jenis Konflik ialah konflik politik.

Tahun 1950 terjadi konflik di Makassar yang dilakukan Andi Aziz, seorang bekas perwira KNIL yang memproklamirkan dan mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur, dan enggan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberontakan politik ini berhasil diakhiri oleh pemerintah setelah mengirim pasukan ke Makassar dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang, dan berhasil menangkap Andi Aziz dan membawanya ke Jakarta dan kemudian menyerah.

Disamping itu pernah pula terjadi konflik politik yang dilancarkan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) pada tahun 1957. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur yang dipimpin Letkol Ventje Sumual. Pusat Pemberontakan ini di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibukota Sulawesi.

Page 8: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Awalnya masyarakat Makassar mendukung perjuangan ini, perlahan-lahan masyarakat mulai memusuhinya dan sampai akhirnya pada 1958, markas permesta dipindahkan ke Manado. Pemberontakan ini dipicu ketidakpuasan dengan keadaan pembangunan di daerah Manado, sehingga menuntut hak menentukan diri sendiri (self determination) sesuai dengan sejumlah dekolonisasi, diantaranya perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville, dan Konferensi Meja Bundar.

Disamping itu, terjadi pula konflik politik dengan dengan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) pada tahun 1950, di mana banyak anggota KNIL yang tidak mau dimasukkan ke dalam APRIS. Keresahan itu dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pro Belanda, seperti Manusama, yang menggagas supaya Maluku terpisah dari RIS dan menjadi negara merdeka yang diberi nama Republik Maluku Selatan (RMS).

Juga muncul konflik sehubungan lahirnya Gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), yang disebabkan ketidakpuasan beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan dari pemerintah pusat, dan rasa tidak puas tersebut didukung oleh beberapa panglima besar TNI. Beberapa panglima militer membantu dewan-dewan daerah seperti:

Page 9: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1. Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dibentuk oleh Letkol Ahmad Husein2. Dewan Gajah di Medan yang dibentuk Kolonel Simbolon,3. Dewan Garuda di Sumatera Selatan4. Dewan Manguni di Manado yang dibentuk oleh Letkol Ventje Sumual.

Dari gerakan tersebut akhirnya berkembang menjadi suatu gerakan terbuka yang dikenal PRRI/Permesta.

• Pada 12 Februasi 1958, A.H Nasution mengeluarkan perintah untuk membekukan Komando Daerah Militer.

• Selain itu, terjadi pula Konflik politik yang berskala besar dan tergolong lama, yang menimbulkan banyak korban nyawa dan kehilangan harta, ialah pemberontakan di Aceh yang dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berjuang untuk merdeka diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka berjuang untuk merdeka sejak tahun 1976. Pemicu konflik ialah ketidakadilan dalam bidang ekonomi.

Begitu pula konflik Papua, yaitu konflik di Papua Barat dan Papua, karena daerah ini menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1963. Konflik ini dilancarkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan melakukan pemberontakan bersenjata dalam upaya mewujudkan kemerdakaan politik. Pemicu konflik yang tidak ada akhirnya ialah ketidakadilan ekonomi, dimana kekayaan alam Papua yang luar biasa, tetapi masyarakatnya masih miskin dan tertinggal.

Page 10: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Di era Orde Baru, berbagai konflik di daerah berhasil diredam dengan pendekatan

keamanan ( security approach). Hanya konflik di Aceh, Papua dan Timor Timur (Timor Leste) sebelum merdeka melalui referendum tahun 1999 yang tidak bisa dihentikan dengan berbagai operasi militer yang dilakukan oleh TNI.

Di akhir pemerintahan Orde Baru, terjadi konflik yang disertai penjarahan dan kerusuhan sosial sehingga mendorong eskalasi politik, dan memberi andil besar yang memaksa Presiden Soeharto lengser dari tahta kekuasaannya setelah berkuasa selama 32 tahun lamanya.

Pada era Orde Reformasi, terjadi konflik ketika KH. Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden RI karena pendukung Megawati Sukarno Puteri tidak bisa menerima kekalahan dalam pemilihan Presiden RI di Sidang Umum Istimewa MPR tahun 1999. Begitu juga ketika KH. Abdurrahman Wahid dilengserkan oleh MPR RI.

Selain itu, konflik politik yang dipicu oleh ketidakpuasan dari hasil pemilukada menjadi marak. Persaingan politik para calon Bupati/Wakil Bupati, calon Walikota/Wakil Walikota, calon. Gubernur/calon Wakil Gubernur, banyak menimbulkan konflik.

Bahkan hasil Sidang Umum Istimewa MPR 1999 yang berhasil memilih KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI, telah memicu konflik dibeberapa daerah di Indoensia, karena para pendukung Megawati Sukarno Putri tidak mau menerima kekalahan dalam pemilihan Presiden yang dilaksanakan MPR RI hasil pemilu tahun 1999.

Page 11: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Begitu pula hasil pemilukada di era Orde Reformasi banyak menimbulkan

konflik seperti hasil pemilukada di Kabupaten Tolikara, Papua, tahun 2012 telah menimbulkan konflik yang berlangsung dari 14-18 Fabruari 2012 yang mengakibatkan 11 orang tewas.

Konflik pemilukada, ada yang menimbulkan bentrokan fisik antara pendukung dari calon yang kalah dan pendukung dari calon yang menang. Akan tetapi, pada umumnya konflik hasil pemilukada disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk diadili perkara konflik tersebut.

Dalam masalah ini, Georg Sorensen (2003) seorang pemikir politik telah mengingatkan bahwa dalam sebuah demokrasi tidak ada satu kelompok pun yang semestinya yakin bahwa kelompoknya yang akan menang. Bahkan kelompok yang paling kuat sekalipun, harus siap menghadapi kemungkinan bahwa mereka bisa saja kalah dalam kompetisi dengan pihak lainnya.

Dalam kompetisi harus siap menang dan siap kalah. Namanya saja kompetisi, pasti ada yang menang dan kalah. Jadi dalam pemilukada serba kemungkinan bisa terjadi, menang atau kalah harus siap mental.

Page 12: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1.3 Konflik Ekonomi Sesudah Indonesia merdeka, terutama di era Orde Reformasi, konflik

paling banyak terjadi ialah konflik ekonomi. Jusuf Kalla menyebut sekitar 75 persen konflik di Indonesia adalah disebabkan persoalan ekonomi. Disebut konflik ekonomi karena pemicu konflik dilatar-belakangi oleh kepentingan ekonomi.

Penyebab konflik ekonomi merebak di Indonesia karena sistem ekonomi Indonesia tidak memihak kepada rakyat. Sistem ekonomi Indonesia yang diamalkan sangat "ramah" kepada para pemodal, perusahaan-perusahaan besar multinasional dan kepentingan asing, dan tidak mengakomodir kepentingan rakyat yang hidup diakar rumput (grass roots). Akibatnya konflik ekonomi menjadi marak dengan berbagai pemicu yang tidak jarang “sepele” seperti konflik yang terjadi di Bima, dimana massa mengobarkan konflik yang menuntut kepada Bupati Bima untuk mencabut izin pertambangan yang diberikan kepada pengusaha. Konflik semacam itu, sangat banyak terjadi di berbagai daerah, hanya tidak mencuat kepermukaan dalam pemberitaan karena cepat dilokalisir oleh investor yang bekerjasama dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah.

Page 13: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Sebenarnya hampir semua konflik yang digambarkan diatas, banyak terkait dengan konflik ekonomi, karena sumber daya alamnya dikuras, sementara rakyat di daerah itu tidak mendapat manfaat ekonomi, sehingga memicu pemberontakan untuk mendapat keadilan. Itu terjadi di berbagai daerah seperti di Aceh, Papua dan lain-lain.

Oleh karena itu, konflik diberbagai daerah dapat juga disebut “konflik ekonomi-politik” karena akhirnya bermuara pada perjuangan politik untuk mewujudkan kemerdekaan. Dalam kasus di Aceh, akhirnya dicapai solusi damai melalui perundingan di Helsinki dengan win-win solution setelah terjadi stunami di Aceh tahun 2004.

Begitu pula konflik di Papua, pada hakikat adalah “konflik ekonomi-politik” yang disebabkan kekayaan alam Papua dikuras, sementara masyarakat Papua, masih banyak yang hidup miskin, kurang pendidikan, dan masyarakatnya sebagian masih berada dalam keterbelakangan.

Page 14: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1.4 Konflik Komunal

Konflik komunal ialah konflik yang dipicu oleh persoalan SARA (suku, agama, dan ras).

Konflik ini mudah meledak jika isu SARA dijadikan alat untuk membakar emosi masyarakat.

Sebagai contoh konflik bernuansa “SARA” yang pernah meledak di Ambon pada awal Orde Reformasi. Konflik ini sering disebut “konflik agama” karena yang konflik ialah kaum Muslim dan kaum Nasrani.

Akan tetapi kalau digali akar masalahnya bukanlah persoalan agama, tetapi sumbernya dari persoalan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa pada masa penjajahan Belanda, masa Orde Lama dan Orde Baru, yang menguasai ekonomi dan pemerintahan di daerah itu adalah kaum Nasrani. Mereka memiliki kebun cengkeh yang luas dan harganya cukup bagus. Mereka juga memegang pemerintahan di Maluku.

Page 15: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Pada masa Orde Baru, banyak suku Bugis dan suku Buton datang ke Maluku (Ambon). Sebagai perantau, mereka memiliki semangat yang tinggi, rajin bekerja dan pada umumnya bergerak di bidang perdagangan dan ekonomi.

Pembangunan yang dilaksanakan di masa Orde Baru, mereka banyak mendapat manfaat ekonomi sehingga terjadi mobilitas vertikal dari kalangan mereka. Secara populasi terus bertambah jumlah mereka, pendidikan anak-anak mereka juga mengalami peningakatan.

Dampaknya, setelah anak-anak mereka menamatkan pendidikan di berbagai universitas, mereka memasuki pemerintahan sebagai PNS dan dunia politik. Kemudian posisi kaum Nasrani tersisih di berbagai bidang. Momentum reformasi, dimanfaatkan untuk melakukan perlawanan guna mengembalikan posisi semua sehingga timbul konflik komunal yang melibatkan kaum Nasrani dan kaum Muslim, dimana para perantau dari suku Bugis dan suku Buton yang digambarkan diatas, pada umumnya adalah kaum Muslim.

Page 16: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

1.5 Konflik Sosial

Konflik sosial ialah konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ia sering juga disebut konflik kelompok yaitu pertentangan yang terjadi antara satu kelompok atau beberapa kelompok sosial yang mengatasnamakan suku, ras, jenis kelamin, organisasi tertentu, status ekonomi, status sosial, agama, bahasa, dan keyakinan politik, dalam sebuah interaksi sosial yang bersifat dinamis.

Konflik sosial dapat terjadi dalam masyarakat homogen, maupun masyarakat heterogen. Konflik sosial adalah bagian dari kehidupan umat manusia. Tidak bisa dihilangkan sama sekali, karena sudah merupakan sunnatullah (natural law), manusia memiliki perbedaan.

Dengan demikian, istilah konflik sosial bisa terjadi yang diakibatkan oleh konflik ideologi, konflik politik, konflik ekonomi, konflik komunal, dan sebagainya.

Page 17: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Konflik Vertikal dan Horizontal Dari lima jenis konflik yang dikemukakan diatas dapat

dipetakan kepada dua macam: 1. Konflik Vertikal ialah konflik antara kelompok masyarakat dengan pemerintah seperti konflik ideologi, dan konflik politik seperti konflik antara GAM dan pemerintah, konflik OPM dengan pemerintah, Andi Aziz, Permesta, PRRI, dan konflik ekonomi. 2. Konflik Horizontal ialah konflik antara sekelompok masyarakat dengan kelompok lainnya seperti konflik sosial, dan konflik komunal.

Page 18: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Kesimpulan Sudah merupakan tabiat manusia suka berbeda (konflik). Oleh karena konflik

membahayakan mereka yang berkonflik dan lingkungannya, maka konflik harus dicegah, dilokalisir jika terjadi, konflik, dan dimediasi supaya tidak meluas dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Pertama, mencegah supaya konflik tidak meledak, dengan sering melakukan silaturrahim ke masyarakat bawah untuk mengetahui permasalahan mereka dan segera memecahkannya.

Kedua, melokalisir konflik jika terjadi dengan pendekatan dan dialog.

Ketiga, meredam konflik dengan membuka dialog yang mengedepankan sikap sabar, tenang dan akal sehat.

Keempat, menunjuk mediator (juru damai) untuk melakukan negosiasi dalam rangka mencari dan menemukan solusi damai bagi pihak-pihak yang berkonflik.

Kelima, menyelesaikan akar masalah dan penyebab utama terjadinya konflik.

Page 19: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Di era Orde Reformasi, hampir tidak ada hari tanpa konflik. Bahkan dalam satu

hari, bisa terjadi banyak konflik di seluruh Indonesia.

Sebelum Indonesia merdeka, konflik politik sering terjadi, tujuannya untuk melawan penjajah. Setelah Indonesia merdeka, konflik politik merebak di berbagai daerah seperti pemberontakan Andi Aziz, PRRI, Permesta, RMS, dan lain-lain..

Disamping itu, marak pula terjadi konflik ideologi, seperti yang dilakukan DI/TII oleh Kartosuwiryo, di Jawa Barat, Kahar Muzzakar di Sulawesi Selatan, Daud Beureueh di Aceh, dan lain-lain. Selain itu, pemberontakan PKI di Madiun Affairs tahun 1949, dan G 30 S PKI tahun 1965. Konflik Ideologi sampai saat ini masih berlanjut dalam bentuk perang melawan teroris.

Di era Orde Reformasi, konflik yang banyak muncul di masyarakat ialah konflik ekonomi yaitu konflik yang terjadi di masyarakat karena dipicu oleh kepentingan ekonomi seperti konflik Bima, konflik Mesuji, dan lain sebagainya.

Maraknya konflik ekonomi karena pembangunan ekonomi sejak Orde Baru sampai Orde Reformasi, pemerintah lebih pro pemodal, perusahaan-perusahaan multinasional, para konglomerat, dan pro asing, sehingga keadilan sosial nyaris tidak wujud di Indonesia.

Page 20: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Daftar Rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. www.kamus.sabda.kamus/konflik, <

8 Desember > Musni Umar. 2011. Demokrasi dan Islam di Kalangan Orang-Orang Miskin,

Jakarta, INSED. ----------------2012. Bahaya Konflik Mengancam Indonesia, Wawancara TV

ONE, Upload di You Tube, 30 Oktober. ----------------- 2012. Konflik di Berbagai Daerah di Indonesia Kesalahan Para

Pemimpin. Wawancara TV ONE, Upload di You Tube, 30 Oktober. ----------------- 2012. Atasi Konflik di Daerah dengan Special Treatment,

Wawancara TV ONE, Upload di You Tube, 30 Oktober. ---------------- 2012. Konflik Antar Geng Akarnya Pertarungan Ekonomi.

Wawancara ANTV, Upload di You Tube, 31 Agustus. ---------------- 2012. Impelemntasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan

Konflik Sosial, Upload Slide share, 22 November. --------------- 2012. Manajemen Konflik: Cara Mengatasi Konflik di DKI

Jakarta, Musni Umar Website, 31 Juli.

Page 21: Musni Umar: Konflik di Indonesia dalam Perspektif Perjalanan Sejarah Bangsa

Musni Umar. 2012. Ketidakadilan Ekonomi Penyebab Konflik di berbagai Daerah di Indonesia, Wawancara RRI Pro 3, Upload di You Tube, 01 November.

--------------- 2012. Kepemimpinan ala Jokowi Bisa Cegah Budaya Amok, Wawancara Trans TV, Upload di You Tube, 20 November.

--------------- 2012. Tawuran Pelajar dan Solusinya, Wawancara Kompas TV, Upload di You Tube, 30 November.

--------------- 2012. Manajemen Konflik: Cara mengatasi Konflik di Masyarakat DKI Jakarta, Ceramah di Dinas Sosial DKI, Upload di Slide share, 30 Juli.

--------------- 2012. Tawuran Antar Warga dan Upaya Pemecahannya, Ceramah di Kesbangpol Jakarta Utara, Upload di Slide share, 3 September.

--------------- 2012. Partisipasi Masyarakat terhadap Keamanan Lingkungan, Ceramah di Kesbangpol Jaksel, Upload di Slide share, 26 November.

--------------- 2012. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Rawan Konflik: Studi Kasus Johar Baru, bahan ceramah di Kantor PMP Jakarta Pusat, Upload di Slide share, 8 Desember.

Wikipedia Eksiklopedia Bebas, Konflik, www.id.wikipedia.org/wiki/konflik < 9 Desember >