Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

24

Transcript of Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Page 1: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Page 2: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

PERUBAHAN UNTUK JAKARTA YANG AMAN

DAN SEJAHTERAVISI MISI DAN PROGRAM AKSI

Oleh

Musni UmarSosiologist and Researcher

Wakil Rektor I Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta

Page 3: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

PENDAHULUANMEWUJUDKAN TUJUAN MERDEKA

DAN JAKARTA BARU

Setelah bangsa Indonesia merdeka selama 68 tahun lamanya, dan menjalani Orde Reformasi selama 16 tahun, kita menyaksikan dengan perasaan sedih bahwa tujuan Indonesia merdeka yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 antara lain “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia ...... dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ....”, terasa masih jauh dari perwujudan.

Page 4: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia, suka tidak suka dan mau tidak mau, masyarakat DKI Jakarta harus mewujudkan Visi Jakarta Baru, kota moderen yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

Page 5: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Selain itu, mewujudkan misi Jakarta Baru yaitu:

1. Mewujudkan Jakarta sebagai kota moderen yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

2. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, permukiman kumuh, sampah dan lain-lain.

Page 6: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

3. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota.

4. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota.

5. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik.

Page 7: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Dari tujuan Indonesia merdeka dan visi misi Jakarta Baru, dapat dikemukakan bahwa permasalahan di masyarakat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta pada khususnya, sangat banyak dan kompleks, sehingga tidak mungkin bisa diatasi tanpa partisipasi aktif dan pro aktif dari seluruh lapisan masyarakat.

Persoalan mental dan budaya, merupakan salah satu titik lemah dari masyarakat DKI Jakarta pada khususnya. Budaya yang mengutamakan pencegahan daripada pengobatan dalam arti luas, yang populer dengan istilah “lebih baik mencegah daripada mengobati”, belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Page 8: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Selain itu, semakin lunturnya budaya gotong-royong, sebagai dampak dari kehidupan moderen yang menyeret masyarakat DKI Jakarta dalam kehidupan individualistik, materialistik dan hedonistik.

Dampak negatif dari dua hal tersebut, menyebabkan tingkat kebersamaan dan kerjasama masyarakat dalam mewujudkan tujuan Indonesia merdeka dan Jakarta Baru, sangat penting ditingkatkan, sehingga lebih mudah mencegah timbulnya berbagai persoalan sosial di DKI Jakarta seperti konflik sosial.

Page 9: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Konflik sosial, yang sering terjadi di DKI Jakarta, setidaknya terdapat dua sudut pandang yaitu pandangan tradisional dan kontemporer.

Konflik sosial, adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial.

Page 10: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Menurut Myers (1993: 234), bahwa konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Mereka yang berpandangan tradisional, sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, konflik haruslah dihindari.

Page 11: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Sementara, pandangan kontemporer bahwa konflik dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal yang konstruktif untuk membangun dan memperkuat organisasi, misalnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

Konflik dalam pandangan kontemporer didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tetapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi, bahkan merusak tujuan organisasi.

Page 12: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Untuk mewujudkan Jakarta yang aman dan sejahtera, diperlukan perubahan budaya dengan mengutamakan pencegahan dan pengamalan nilai-nilai gotong-royong.

1. TIGA PERMASALAHAN POKOK DI DKI JAKARTA

Setidaknya terdapat tiga permasalahan pokok yang menjadi penyebab utama belum terwujudnya secara permanen Jakarta yang aman dan sejahtera.

Page 13: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

1.1. Kesenjangan sosial ekonomi

Permasalahan terbesar yang dihadapi di DKI Jakarta dan Indonesia ialah kesenjangan sosial ekonomi. Pembangunan yang dilaksanakan Orde Baru selama 32 tahun lamanya, yang dilanjutkan di era Orde Reformasi di DKI Jakarta, semakin menciptakan kesenjangan sosial ekonomi, seperti kesenjangan antargolongan, antaretnis, antaragama, antarpenduduk asli dengan pendatang dan lain sebagainya. Gini rasio di DKI Jakarta telah mencapai 0,44.

Page 14: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Kesenjangan sosial ekonomi ini, merupakan permasalahan yang sangat sulit diatasi karena berbagai faktor seperti pendidikan, budaya, sistem ekonomi dan politik yang sudah bercampur baur dengan perasaan ketidakadilan. Walaupun begitu, kita tidak punya pilihan kecuali bersama pemerintah, dan masyarakat luas terutama kelas menengah untuk bersama-sama mengatasi masalah tersebut melalui jalan perubahan untuk mewujudkan Jakarta yang aman dan sejahtera.

Page 15: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

1.2 Pengangguran

Pengangguran di kalangan masyarakat bawah sangat tinggi. Ini disebabkan paling tidak tiga faktor.

Pertama, pendidikan rendah. Pada umumnya mereka berpendidikan rendah. Pendidikan gratis di DKI Jakarta khususnya untuk tingkatan SMP dan SMA, tidak bisa diakses oleh mayoritas masyarakat bawah, karena untuk masuk sekolah tingkat SMP dan SMA di berbagai sekolah pemerintah adalah berdasarkan nilai hasil ujian nasional (UN) dan ujian akhir sekolah (UAS). Pada umumnya, anak-anak dari kalangan masyarakat bawah tidak bisa bersaing dengan anak-anak dari kalangan menengah atas.

Page 16: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Kedua, tidak memiliki kepakaran (ketrampilan). Mereka sudah tidak mempunyai pendidikan yang memadai, tidak pula mempunyai ketrampilan (kepakaran) yang mumpuni dalam bidang kerja dan berusaha (bisnis).

Ketiga, tidak mempunyai akses permodalan.

Kombinasi dari tiga persoalan tersebut diatas, yaitu pendidikan rendah, tidak mempunyai kepakaran, dan tidak memiliki akses pada permodalan, dan tempat berusaha, menyebabkan masyarakat bawah banyak yang menganggur. Kalau ada peristiwa politik, sosial, ekonomi dan sebagainya, mereka yang menganggur sangat mudah diprovokasi dan ditunggangi untuk melakukan konflik.

Page 17: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

1.3. Kemiskinan

Dampak dari pengangguran, maka otomatis menjadi miskin karena tidak ada pekerjaan tetap yang bisa memberikan penghasilan (income) setiap bulan. Kalaupun bekerja di sektor informal, penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi untuk hidup layak. Akibatnya, miskin secara permanen.

Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) selalu mengeluarkan laporan adanya penurunan jumlah orang miskin, tetapi batas miskin yang ditetapkan oleh BPS sangat rendah.

Page 18: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Badan Pusat Statistik (BPS) , sejak Maret 2011, batas garis kemiskinan adalah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per bulan atau naik 10,39 persen dibandingkan dengan batas garis kemiskinan Maret 2010 sebesar Rp 211.726 (sumber, Kompas.com, 11 Juli 2011).

Pertanyaannya, siapakah yang bisa hidup di DKI Jakarta dengan pengeluaran sebesar Rp 233.740 per kapita perbulan? Yang berarti kalau berpenghasilan setiap hari sebesar Rp 7.792 perhari, maka dikatakan sudah tidak miskin. Berpenghasilan sebesar US$ 2 per hari menurut ukuran Bank Dunia (World Bank), kalau dengan kurs sebesar 12.000/per dolar Amerika Serikat, berarti Rp 24.000/hari, masih belum cukup untuk hidup layak di DKI Jakarta dan Indonesia yang sekarang ini serba mahal terutama sembako.

Page 19: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

Oleh karena itu, masalah kemiskinan masih sangat besar jumlahnya di DKI Jakarta. Dalam suatu pertemuan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, saya bertanya apa maksud pemerintah provonsi DKI Jakarta menetapkan jumlah penerima Kartu Jakarta Sehat (KJS) sebesar 4,7 juta orang. Beliau menjawab bahwa orang miskin di DKI Jakarta, jumlahnya sekitar itu.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi dan misi terciptanya Jakarta yang aman dan sejahtera berlandaskan gotong-royong, maka akan dilakukan progran aksi sebagai berikut:

Page 20: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

1. Memelihara kondisi damai di masyarakat dengan banyak turun (blusukan) ke masyarakat untuk bersilaturrahim, berdialog dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, mahasiswa dan masyarakat luas.

2. Meredam potensi konflik dengan bekerjasama semua SKPD, dan semua Biro di Setda Provinsi DKI Jakarta yang terkait dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat secara berkala sesuai keperluan.

3. Melakukan penelitian dan pemetaan sosial secara berkala untuk deteksi dini dan untuk membangun sistem peringatan dini.

Page 21: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

4. Memasyarakatkan pentingnya mengembangkan sikap gotong-royong, toleransi dan saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.5. Membangun budaya menghormati perbedaan suku, bahasa, agama, adat istiadat, orang tua atau orang yang dituakan melalui sosialisasi, kampanye dan penyuluhan ke berbagai sekolah pemerintah dan swasta. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar bhinneka tunggal , dengan merajut ikatan persaudaraan sebangsa dan setanah air, persahabatan sepanjang hayat, dan menghargai pendapat orang lain.7. Menjadi mediator, katalisator dan pendorong untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi, pengangguran dan kemiskinan.

Page 22: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

8. Melakukan pendidikan dan pelatihan untuk siswa SMP dan SMA untuk menanamkan semangat nasionalisme, kewaspadaan sosial, dan pandu bagi terciptanya Jakarta damai dan sejahtera.

9. Berjuang bersama terwujudnya kebijakan affirmative action dan special treatment kepada masyarakat bawah .

10. Memprakarsai berdirinya Komisi Beasiswa di DKI Jakarta sebagai sarana memberdayakan dan memajukan masyarakat Betawi dan masyarakat miskin lainnya, untuk mencegah berlanjutnya marjinalisasi suku Betawi dan masyarakat miskin lainnya.

Page 23: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta

11. Memasyarakatkan semua kegiatan FKDM melalui website (blog), dan media sosial lainnya.

12. Melakukan koordinasi dan sinergi dengan FKDM wilayah secara priodik, untuk menggerakkan semangat dan kerjasama demi terwujudnya Jakarta yang aman dan sejahtera.

13. Bekerjasama dengan berbagai lembaga yang ada di bawah naungan pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan sinergi dan mendorong partisipasi masyarakat DKI Jakarta untuk menyukseskan terwujudnya Jakarta Baru dan Jakarta yang aman dan sejahtera.

Demikianlah, terima kasih.

Page 24: Musni Umar: Membangun Dki Jakarta