Musni Umar: Ramadhan dan Pemecahan Masalah Pengemis di DKI Jakarta

13
Musni Umar, Ph.D

Transcript of Musni Umar: Ramadhan dan Pemecahan Masalah Pengemis di DKI Jakarta

Musni Umar, Ph.D

Ramadhan dan Pemecahan Masalah Pengemis di DKI Jakarta

Oleh Musni Umar, Ph.DSociologist and Researcher

Momentum bulan ramadhan yang selalu terjadi setiap tahun, selalu dimanfaatkan oleh para pengemis untuk menyerbu DKI Jakarta dan berbagai kota di seluruh Indonesia untuk mendapatkan rezeki . Tidak terkecuali tahun ini, para pengemis kembali melakukan hal serupa.

Pertanyaannya, mengapa para pengemis menjelang ramadhan, pada bulan Ramadhan dan jelang lebaran selalu menyerbu DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Paling tidak disebabkan lima hal. Pertama, pada bulan ramadhan, umat Islam berlomba-lomba memperbanyak amal kebaikan termasuk bersedekah. Momentum itu dimanfaatkan para pengemis untuk mendapatkan sedekah melalui mengemis.

Kedua, pada bulan ramadhan terutama menjelang akhir puasa, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah dan juga zakat harta (maal). Zakat fitrah, diperuntukkan bagi orang-orang miskin termasuk para pengemis.

Berlomba beramal di bulan Ramadhan

Ketiga, event organizer para pengemis, menjadikan bulan Ramadan sebagai sarana untuk memobilisir pengemis dari kampung dengan menfasilitasi mereka datang ke Jakarta termasuk di berbagai kota besar di Jawa dan di luar Jawa.

Keempat, faktor kemiskinan di kampung halaman mereka, mendorong para pengemis datang ke DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk mendapatkan sesuap nasi. Momentum Ramadan dijadikan waktu yang tepat untuk mendapatkan rezeki lebih mudah dan relative besar.

Kelima, pengemis musiman dan pengemis permanen bertemu dalam ramdan untuk mengemis, sehingga kelihatan bagaikan parade kemiskina karena sangat ramai para pengemis di jalan-jalan protokol di DKI Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia.

Cara Memecahkan

Tidak mudah memecahkan masalah pengemis di DKI Jakarta dan berbagai kota di Indonesia. Walaupun begitu, masalah pengemis tidak boleh dibiarkan. Harus ada kemauan keras untuk memecahkannnya.

Pertama, pecahkan budaya mengemis yang telah berurat dan berakar dikalangan para pengemis. Ini pekerjaan yang sangat berat karena apapun yang mau dilakukan terhadap mereka, kalau masalah budaya mengemis tidak dipecahkan, maka setelah mereka ditertibkan dan dibawah ke panti milik Kementerian Sosial untuk dibina, setelah keluar dari panti, akan kembali menjadi pengemis di jalan.

Pemecahan masalah budaya mengemis merupakan kunci utama untuk mengatasi persoalan pengemis. Cara pemecahannya, mereka harus dimasukkan ke “motivation camp” untuk dibina, ditumbuhkan harga diri (marwah), kehormatan diri, integritas diri, kemuliaan diri, jatidiri dan kebanggaan sebagai manusia mulia disis Tuhan dan makhluk manusia.

Hilangkan Budaya Mengemis

Kedua, latih mereka supaya memiliki kepakaran dalam rangka alih priofesi. Latih dan bina mereka, beri peluang dan fasilitas yang mereka perlukan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam lapangan apapun yang mereka maui, sebaiknya dibantu dan difasilitasi. Pemberdayaan mutlak diberikan kepada mereka.

Ketiga, beri beasiswa penuh kepada anak-anak pengemis, dan tempatkan mereka ke asrama yang jauh dari orang tua mereka, supaya tumbuh budaya baru yang jauh dari budaya mengemis. Ini solusi untung memotong budaya pengemis yang sudah ditanamkan orang tua mereka, dengan mengajak mengemis di berbagai perempatan jalan, diterminal bus dan ditempat keramaian lainnya.

Anak-anak pengemis belajar

Keempat, buka lapangan kerja di desa. Oleh karena sumber penghidupan masyarakat desa adalah pertanian, maka berbagai keperluan pertanian di desa harus dibantu dengan subsidi. Beri subsidi pupuk, benih, bangun pengairan, dan buat jalan ke sentra produksi pertanian untuk memudahkan transportasi penjualan hasil pertanian.

Kelima, atasi kemiskinan yang menjadi peneybab utama timbulnya para pengemis. Masalah kemiskinan mutlak diatasi dengan memberi kail kepada para pengemis supaya bisa bangkit dan maju. Jangan beri mereka ikan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), Raskin (Beras untuk Orang Miskin), BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) kepada para pengemis karena hanya menciptakan ketergantungan kepada pemerintah, malas, tidak mandiri, tidak berdaya dan sebagainya. Akan tetapi, berilah para pengemis pelatihan, pemberdayaan, pembinaan dan peluang untuk berkembang dan maju.

Berantas kemiskinan dengan pendidikan

Kesimpulan

Bulan Ramadan sejatinya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi dan bahkan mengatasi masalah pengemis di DKI Jakarta dan kota-kota lainnya di Indoneesia.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama pemerintah pusat dan daerah, kerjasama antar pemerintah daerah seperti antara pemerintah DKI Jakarta dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat, kabupatan kota.

Selain itu pemecahan masalah yang menjadi penyebab mereka mengemis mutlak dilakukan seperti budaya mengemis, latih mereka untuk alih profesi, beri beasiswa penuh kepada anak-anak pengemis untuk memutuskan lingkaran budaya mengemis di kalangan mereka, buka lapangan kerja di desa, buka lapangan kerja di desa, dan atasi kemiskinan dari kalangan para pengemis.

Dengan melakukan hal-hal diatas, maka yakin dan optimis masalah pengemis bisa diatasi, sekurang-kurangnya dapat dikurangi.

Jakarta, 1 ramadan 1434 H/10 Juli 2013