Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

20

description

 

Transcript of Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Page 1: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 2: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Budaya Demokrasi, Kecurangan Pileg dan Pilpres 2014

Oleh Musni UmarSosiolog, Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Nelayan Tani Indonesia

(GANTI)

Page 3: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Para pakar politik seperti Gabriel A. Almond dan Sidney Verba (1963), serta para peneliti dan pemerhati di Latin Amerika, Eropa Timur dan Asia Timur menyimpulkan bahwa faktor budaya memainkan peranan penting di dalam mewujudkan demokratisasi. Mengadopsi konstitusi demokrasi belum cukup, tanpa masyarakat memiliki budaya demokrasi.

Konstitusi Indonesia telah mengadopsi pasal-pasal dan ayat-ayat tentang demokrasi. Bahkan sila keempat dari Pancasila “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”, sering disebut sebagai dasar dari demokrasi Indonesia.

Page 4: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Akan tetapi, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia lebih sering mengamalkan nilai-nilai budaya yang tidak demokratis seperti yang terjadi di masa demokrasi terpimpin dan di masa Orde Baru.

Oleh karena itu, dalam perubahan UUD 1945 yang pertama, kedua, ketiga dan keempat, para wakil rakyat yang duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bersepakat bahwa kedaulatan atau kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Pada Bab I Bentuk dan Kedaulatan , dalam perubahan ketiga UUD 1945, para wakil rakyat di MPR menetapkan dalam pasal 1 ayat (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang dasar. Begitu pula dalam perubahan UUD 1945 ketiga, para wakil rakyat di MPR menetapkan pasal 1 ayat (3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

Page 5: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 6: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Pengamalan Demokrasi Walaupun sila keempat dari Pancasila, Indonesia

telah mengadopsi prinsip-prinsip demokrasi, tetapi sebagaimana dikemukakan di atas bahwa bangsa Indonesia pernah mengamalkan demokrasi terpimpin (1959-1966), yang secara prinsipil bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang dianut bangsa Indonesia.

Pada masa demokrasi terpimpin, tidak ada pemilihan umum (pemilu). Wakil-wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPT) dipilih dan dilantik oleh Presiden RI tanpa melalui pemilu.

Page 7: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 8: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Setelah Orde lama dijatuhkan, dan lahir Orde Baru, pemilu dilaksanakan secara berkala lima tahun sekali. Pemilu mulai dilaksanakan pada tahun 1971, dan setiap lima tahun dilaksanakan pemilu secara periodik. Pemilu terakhir di era Orde Baru adalah tahun 1997. Setelah itu terjadi reformasi tahun 1998, yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru sesudah Presiden Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998, akibat tuntutan puluhan ribu demonstran yang menguasai gedung MPR, pimpinan DPR, tokoh masyarakat, dan dunia internasional yang mendesak Presiden Soeharto supaya mengundurkan diri sebagai Presiden RI setelah berkuasa 32 tahun lamanya.

Page 9: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 10: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Walaupun pemilu dilaksanakan secara priodik di masa Orde Baru, tetapi pemilu dilaksanakan secara tidak demokratik. Sebelum pemilu, sudah pasti pemenangnya adalah Golkar. Terjadi mobilized participation oleh penguasa untuk memenangkan Golkar.

Sekedar mengingatkan kembali bahwa Golkar adalah partai pemerintah yang ditopang oleh tiga pilar yang kokoh, yaitu jalur A (ABRI, sekarang TNI), jalur B (Birokrasi) dan jakur G (Golkar). Ketiga kekuatan itulah yang membuat Golkar selalu menang mutlak dalam setiap pemilu.

Page 11: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Pemilu di Era Orde Reformasi Setelah rezim Orde Baru dijatukan melalui kekuatan

rakyat, maka tahun 1999 dilaksanakan pemilihan umum (pemilu) legislatif secara demokratis. Pemilu tersebut dimenangi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada pemilu legislatif 2004 yang menjadi pemenang adalah partai Golkar, pemilu legislatif 2009, pemenangnya adalah partai Demokrat, dan pemilu legislatif 2014 adalah PDI Perjuangan.

Akan tetapi, dalam Sidang Umum MPR tahun 1999, yang terpilih menjadi Presiden RI adalah KH Abdurrahman Wahid yang populer dengan panggilan Gus Dur dan Wakil Presiden adalah Ibu Megawati Soekarnoputri.

Page 12: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 13: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Oleh karena Presiden Gus Dur membuat kesalahan, akhirnya MPR menjatuhkan yang bersangkutan, dan digantikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri yang pada saat itu menjadi Wakil Presiden RI.

MPR RI hasil pemilu 1999, sesuai tuntutan reformasi, kemudian melakukan amandemen (perubahan) UUD 1945 sebanyak empat kali. Salah satu perubahan UUD 1945 yang sangat fundamental ialah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR hasil pemilu, tetapi dipilih langsung oleh rakyat Indonesia dalam pemilu Presiden.

Page 14: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Pada tahun 2004 merupakan awal dilaksanakannya pemilu Presiden secara langsung. Yang terpilih sebagai Presiden RI dalam pemilu langsung adalah SBY yang berpasangan dengan Muhammad Jusuf kalla, mengalahkan Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid.

Begitu pula pemilu Presiden 2009, Presiden SBY kembali terpilih yang berpasangan dengan Boediono, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

Page 15: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Kecurangan Pemilu Pemilu legislatif di era Orde Reformasi, sesuai

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab VIIB Pemilihan Umum Pasal 22E ayat (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak sesuai amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa pemilu dilaksanakan secara LUBER dan JURDIL.

Page 16: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 17: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Kalau pemilu di masa Orde Baru, pelaku kecurangan adalah penguasa, maka pemilu di era Orde Reformasi pelaku kecurangan adalah penyelenggara pemilu (PPS, PPK, KPUD, KPU) yang kongkalingkong dengan caleg dan tim suksesnya, caleg dan tim suksesnya menyogok pemilih miskin, bodoh dan kurang iman.

Mengapa hal itu terjadi? Menurut saya, Pertama, budaya demokrasi belum tumbuh dan berakar di dalam masyarakat. Kedua, UU Pemilihan Umum. Ketiga, kuatnya tarikan untuk menjadi anggota parlemen sebagai sarana untuk cepat kaya dan dihormati. Keempat, penyelenggara pemilu banyak yang pengangguran. Kelima, kemiskinan, kebodohan, kurang iman, masih dialami mayoritas bangsa Indonesia.

Page 18: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Pemilu Presiden 2014 Hasil pemilu legislatif 9 April 2014 yang penuh

dengan kecurangan, sudah pasti melahirkan para anggota parlemen di semua tingkatan, yang tidak peduli rakyat, nasib bangsa dan negara serta korup.

Oleh karena mereka terpilih dan duduk di parlemen dengan mengeluarkan uang yang sangat besar. Ketika duduk di parlemen, maka yang akan dipikirkan, dilakukan dan perjuangkan, ialah mengembalikan uang yang di keluarkan menjelang, saat dan sesudah kampanye pemilu.

Page 19: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Page 20: Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014

Pertanyaannya, apakah prilaku dalam pemilu legislatif akan dilanjutkan pada pemilu Presiden 9 Juli 2014. Kalau civil society tidak bangkit dan berpartisipasi secara aktif dengan memulai dari diri sendiri, mencegah dan melarang politik uang, maka kecurangan pileg akan berlanjut dalam pilpres. Jika itu terjadi, maka alangkah malangnya rakyat, dan bangsa ini.

Akan terpilih Presiden dan Wakil Presiden yang korup, terus berutang, proyek pemerintah dari APBN akan diberikan kepada penyumbang dana, kekayaan alam Indonesia akan semakin dikuras oleh swasta asing dan kaki tangannya di Indonesia, karena dibalik itu, ada komisi yang mengalir ke kantong Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dan tidak langsung.

Semoga ini tidak terjadi. Wallahu a’lam bisshawab. Cipayung, 13 Mei 2014