Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

21

Transcript of Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Page 1: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 2: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Membangun Kehidupan Bersama Secara Harmonis di DKI Jakarta

Oleh Musni Umar Sosiolog, Direktur Eksekutif Institute for Social

Empowerment and Democracy

Page 3: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Pengantar DKI Jakarta adalah miniatur Negara Indonesia.

Penduduknya multi etnis, multi agama, dan multi budaya, serta struktur masyarakatnya dari aspek sosial ekonomi berbentuk piramida sosial yaitu high class, middle class, lower class and lower-lower class, serta dari aspek sosial keagamaan ada santri, abangan, sekuler dan bahkan ateis.

Dalam kondisi masyarakat DKI Jakarta seperti diatas, maka merupakan condition sine qua non (syarat mutlak) masyarakat selalu dicerahkan, disadarkan dan dicerdaskan untuk membangun kehidupan bersama, bukan hanya membangun semangat pluralisme masyarakat di DKI Jakarta.

Page 4: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Membangun semangat pluralisme lebih sempit ruang lingkupnya dibanding dengan membangun kehidupan bersama. Oleh karena, pengertian pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham.

Didalam membangun kehidupan bersama, sudah tercakup didalamnya semangat membangun pluralism. Tidak cukup membangun keberagaman paham, tetapi mesti dibangun nawaitu (niat) untuk hidup bersama, harus selalu ditumbuhkan semangat hidup bersama, tekad untuk hidup bersama, toleransi, saling menghargai dan menghormati antar sesama penduduk DKI yang berbeda, dan terus membangun budaya untuk hidup bersama ditengah masyarkat DKI yang majemuk sesuai pilar kebangsaan kita “Bhinneka Tunggal Ika”.

Oleh karena itu, dipilih judul “Membangun Kehidupan Bersama Secara Harmonis di DKI Jakarta”, bukan membangun semangat pluralisme.

Page 5: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Permasalahan di DKI Jakarta

Pembangunan di DKI Jakarta dan Indonesia sejak Orde Baru sampai di era Orde Reformasi, telah membawa berbagai kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai telah melahirkan berbagai permasalahan.

1. Kepincangan ekonomi Pada 16 Agustus 2013, saya menyampaikan presentasi dihadapan

Wagub DKI Jakarta yang bertajuk “Pembangunan dan Penertiban di DKI Jakarta”. Dalam presentasi itu, saya kemukakan permasalahan yang dihadapi masyarakat DKI Jakarta dan masyarakat Indonesia akibat dari pembangunan yaitu:

(1) Kepincangan ekonomi yang luar biasa. (2) Kemiskinan dan keterbelakangan terus berlangsung. (3) Lahir sekelompok kecil orang yang sangat kaya. (4) Ketidakadilan merajalela. (5) Pendidikan mayoritas orang-orang miskin tidak meningkat, hanya

tamat SD dan tidak tamat SMP.

Page 6: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 7: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 8: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Pembangunan yang dilaksanakan sejak Orde Baru sampai di era Orde Reformasi, hanya semakin memperkaya orang-orang yang sudah kaya. Hal itu terjadi akibat dalam pembangunan tidak ada pemihakan. Pembangunan di masa Orde Baru, demi pertumbuhan ekonomi, diundang investasi asing melalui PMA (Penanaman Modal Asing) dan investasi dari dalam negeri melalui PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

Mereka yang diundang untuk berpartisipasi dalam pembangunan adalah para pemilik modal yang sudah pengalaman. Mereka yang diberi peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan, mendapat pula berbagai fasilitas dan kemudahan dari pemerintah, sehingga Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menciptakan orang-orang yang sudah kaya semakin kaya.

Page 9: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 10: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 11: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta
Page 12: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Setelah terjadi krisis perbankan dan krisis ekonomi 1998, mereka lari keluar negeri dengan membawa uang mereka. Sesudah lahir Orde Reformasi dan stabilitas sosial politik tenang, mereka kembali ke tanah air dengan membeli berbagai asset yang dijual murah oleh pemerintah untuk mendapatkan uang tunai guna membiayai roda pemerintahan dan melanjutkan pembangunan.

Lahirnya Orde Reformasi dan tumbangnya Orde Baru telah melahirkan liberalisasi (persaingan bebas) dalam bidang ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga membuka peluang mereka semakin kaya karena dalam persaingan bebas dibidang ekonomi dan politik, yang menang pasti pemilik modal. Maka nyaris yang menikmati pembangunan di era Orde Reformasi, adalah pemilik modal dan penguasa.

Page 13: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Oleh karena itu, saya minta kepada Wagub DKI Jakarta untuk berkonstribusi secara nyata dan siginifikan memecahkan berbagai permasalahan diatas terutama mengatasi kepincangan ekonomi yang luar biasa. Wagub merespon baik dengan mengatakan bahwa tugasnya sebagai pejabat Negara adalah berusaha mewujudkan keadilan sosial di masyarakat.

2. Keadilan Sosial Dalam acara ILC (Indonesia Lawyer Club) di TV ONE tanggal 17

September 2013, sebagai salah satu narasumber, saya telah kemukakan pentingnya diwujudkan keadilan. Saya tegaskan ketika berbicara bahwa dalam penelitian saya tentang radikalisme dan terorisme di DKI Jakarta, penyebab utamanya bukan lagi masalah ideology seperti di masa dahulu, tetapi sudah bergeser ke masalah keadilan. Ketidakadilan dalam seluruh lapangan kehidupan terutama dalam bidang ekonomi, telah menjadi pemicu utama timbulnya radikalisme dan terorisme di dalam masyarakat. Akan tetapi, secara mengejutkan Letjen TNI Purn AM Hendropriyono ketika mendapat giliran berbicara, dia mengemukakan ketidaksetujuannya apa yang saya kemukakan, dan menegaskan bahwa “keadilan hanya ada di Syurga”.

Page 14: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Pernyataan itu salah dan menyesatkan. Pertama, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila kelima dari Pancasila dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Artinya keadilan harus diwujudkan dan ditegakkan di seluruh Indonesia (di dunia). Kalau kita sudah meninggal, tinggal mempertanggungjawabkan perbuatan kita di dunia. Kalau amal kebaikan kita banyak, maka akan dibalas dengan syurga, sebaliknya jika kejahatan (dosa) yang lebih dominan, maka akan diganjar dengan neraka.

Kedua, keadilan diperintahkan untuk dilaksanakan seperti di dalam Alqur’an, Allah memerintahkan “supaya berlaku adil karena adil lebih dekat kepada takwa” (I’diluu huwa aqrabu littaqwa).

Ketiga, masyarakat merindukan keadilan. Dalam berbagai kasus yang mencuat ke permukaan, selalu dimunculkan bagaimana rasa keadilan masyarakat. Artinya, keadilan harus diwujudkan dalam kehidupan ini.

Page 15: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Keempat, Sumpah Presiden (Wakil Presiden) untuk berbuat adil “Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya” …….

Kelima, para hakim dalam memutus perkara selalu didahului “demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan demikian, keadilan sosial merupakan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat DKI Jakarta pada khususnya terutama keadilan dibidang ekonomi, hukum, sosial dan sebagainya.

Dalam rangka membangun kehidupan bersama di DKI Jakarta pada khususnya, maka mutlak diwujudkan keadilan sosial di bidang ekonomi dan bidang-bidang lain.

Page 16: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

3. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan buah dari pembangunan yang tidak berkeadilan dan nirpemihakan. BPS secara berkala melaporkan penurunan jumlah orang miskin di Indonesia. Akan tetapi realitas di lapangan tidak sinkron dengan data yang disampaikan BPS. Sebagai contoh di DKI Jakarta, jumlah penerima KJS (Kartu Jakarta Sehat) sebanyak 4,7 juta jiwa. Saya tanya ke Wagub DKI Jakarta tentang hal tersebut. Dijawab jumlah tersebut merupakan jumlah orang miskin di DKI Jakarta. Artinya jumlah penduduk di DKI Jakarta yang miskin hampir 50 persen.

Kemiskinan merupakan persoalan besar yang dihadapi DKI Jakarta. Kemiskinan terkait erat dengan tingkat pendidikan mayoritas orang miskin yang hanya tamat SD dan tidak tamat SMP. Akibat pendidikan tidak memadai, maka sulit diserap dalam lapangan pekerjaan. Maka kemiskinan, pendidikan yang rendah dan pengangguran merupakan lingkaran setan yang dialami mayoritas orang-orang miskin di DKI Jakarta.

Page 17: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

4. Macet dan Banjir

Permasalahan besar di DKI Jakarta yang tiap hari menjadi wacana perbincangan masyarakat adalah macet dan banjir. Gubernur dan Wajib Gubernur DKI Jakarta telah berjuang keras mengatasi dua persoalan besar tersebut.

Pembangunan Monorail dan MRT akan dimulai bulan Oktober 2013 secara serentak untuk mengatasi macet di DKI Jakarta. Sementara banjir sedang berusaha diatasi dengan membenahi Waduk Pluit, Waduk Rio-Rio, mengeruk sungai Ciliwung dan lain-lain.

Untuk mengatasi dua masalah tersebut, maka sangat diperlukan partisipasi masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat sulit diharapkan suksesnya mengatasi macet dan banjir di DKI Jakarta.

Page 18: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Hidup Bersama Secara Harmonis

Hidup di DKI Jakarta tak obahnya hidup di sebuah rumah tangga. Betapapun kita ingin hidup bersama, jika ada masalah yang dihadapi seperti persoalan ekonomi, ketidakadilan, kemiskinan dan sebagainya, sulit diharapkan bisa diwujudkan hidup bersama secara hormonis.

Oleh karena itu, untuk bisa membangun dan mewujudkan kehidupan bersama, maka suka tidak suka dan mau tidak mau harus diatasi masalah yang dihadapi.

Untuk bisa mengatasi masalah yang dihadapi, diperlukan 5 (lima) hal: 1. Menganalisis akar masalah yang dihadapi. 2. Pemimpin. 3. Partisipasi. 4. Kebersamaan 5. Skala prioritas

Page 19: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Jika bisa memecahkan masalah yang dihadapi, maka kehidupan bersama di DKI Jakarta, yakin kehidupan bersama dapat dibangun secara harmonis. Akan tetapi, tidak perlu menunggu setelah masalah yang dihadapi terpecahkan baru dibangun kehidupan bersama. Secara parallel dapat dibangun kehidupan harmonis.

Namun masalah ekonomi seperti kepincangan, ketidakeadilan, kemiskinan dan sebagainya harus dipecahkan – tidak boleh didiamkan. Oleh karena masalah tersebut merupakan bom waktu, yang setiap saat bisa meledak.

Page 20: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Kesimpulan Membangun kehidupan harmonis di DKI Jakarta

merupakan condition sine qua non (syarat mutlak). Supaya bangunan kehidupan harmonis langgeng dan abadi, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terutama dalam bidang ekonomi harus diberi skala prioritas untuk dipecahkan.

Bangunan kehidupan harmonis bagaikan rumah semut yang rapuh dan setiap saat bisa runtuh, jika ketidakadilan dalam seluruh lapangan kehidupan dibiarkan dan tidak ada usaha keras untuk memecahkannya.

Oleh karena itu, Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Ahok, harus dibantu untuk mewujudkan Jakarta Baru, yang peduli dan memihak kepada wong cilik.

Page 21: Musni Umar: Membangun Kehidupan Bersama secara Serasi di DKI Jakarta

Pemberdayaan dan pemihakan kepada wong cilik, akan sukses jika ada special treatment (perlakuan khusus) kepada wong cilik yang lemah dalam segala hal.

Pembangunan selama Orde Baru dan Orde Reformasi, telah menghasilkan ketidakadilan terutama dalam bidang ekonomi.

Maka, Jakarta Baru yang menjadi jargon Gubernur Jokowi dan Wagub Ahok dalam pemilukada DKI Jakarta 2012, harus berbeda dari program pembangunan di era Orde Baru dan Orde Reformasi. Letak perbedaan, harus dapat memberi pemberdayaan, pemihakan, dan keadilan kepada wong cilik. Jika konsisten dilakukan, maka akan memberi perubahan dan perbaikan hidup wong cilik di DKI Jakarta dan akan mendapat dukungan positif dari masyarakat DKI Jakarta.

* Tulisan ini merupakan makalah penulis yang dipresentasikan dalam Program Kesbangpol DKI pada Acara Silaturrahim Pimpinan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Tokoh Masyarakat, Pengurus Organisasi Agama, dan Pengurus Organisasi Suku/Etnis, 25 September 2013 di Hotel Golden Boutique, Jakarta Pusat