Makalah Study Kasus Merkuri
-
Upload
ratnaningtyaswahyu -
Category
Documents
-
view
185 -
download
39
description
Transcript of Makalah Study Kasus Merkuri
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era seperti sekarang, manusia berkembang cepat, baik dalam hal teknologi
maupun industri. Banyak pihak yang berlomba-lomba dalam meningkatkan
ekonominya dengan cara pengembangan di sektor industri. Industri penambangan
emas adalah satu diantara banyak pilihan industri yang dilirik beberapa pihak.
Pasalnya penambangan yang melibatkan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui seperti emas ini sangat menjajikan nilai keuntungan yang menggiurkan,
meskipiun disisi lain pencemaran lingkungan dapat ditimbulkan dari adanya
aktivitas ini.
Secara resmi aktivitas pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak
diijinkan oleh pemerintah, baik tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Salah
satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI
adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg).
Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas dengan
pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak
bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI, dimana merkuri
yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja
di badan sungai dan konsekuensinya badan sungai di sekitar tempat penambangan
akan menjadi tercemar.
Kasus yang terjadi di muara Lampon Kabupaten Banyuwangi menjadi salah
satu contoh pencemaran lingkungan akibat Hg yang dihasilkan dari aktivitas
PETI. Berdasarkan hasil peneliti biologi Susintowati dari Universitas Tujuh Belas
Agustus Banyuwangi, ditemukan angka pencemaran merkuri yang relative tinggi,
yakni akumulasi merkuri yang ditemukan bahkan mencapai 634,19 ppm atau
melebihi deposit merkuri alamiah sebesar 0,1 ppm. Angka tersebut ditemukan di
wilayah Pantai Lampon yang diakibatkan praktik penambangan tradisional. Selain
itu, dampak akibat pencemaran ini selalu menghantui masyarakat sekitar, seperti
kerusakan sistem saraf pusat, kerusakan ginjal, kerusakan paru-paru, ekspos pada
janin bayi dapat menimbulkan cacat mental dan kebutaan, meningkatkan angka
2
kematian. Dampak negative tersebut seakan menjadi baying-bayang hitam jika
masalah ini tidak segera diselesaikan.
Sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan pemerintah (PP) Republik
Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Dalam PP tersebut dicantumkan suatu ketentuan umum yang
berhubungan dengan pencemaran air. Ketentuan umum tersebut antara lain
memuat difinisi pencemaran air, baku mutu air, baku mutu limbah cair dan beban
serat daya tampung beban pencemaran air. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut
memuat juga perihal inventarisasi kualitas dan kuantitas air, penggolongan
air,upaya pengendalian, perijinan, pengawasan dan pemantauan, Pembiayaan
inventarisasi dan pengawasan pencemaran air, sangsi pelanggaran dan ketentuan
peralihan. Dengan demikian, dengan pembuatan makalah ini diharapkan mampu
menambah referensi mengenai masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di
muara Lampon Kabupaten Banyuwangi, sehingga penanganannya pun dapat
segera dilakukan agar dampak yang diterima masyarakat tidak semakin
membesar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran kejadian pencemaran mercury yang terjadi di muara
Lampon, Kabupaten Banyuwangi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh mercury
di muara Lampon, Kabupaten Banyuwangi?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya pencemaran mercury di
muara Lampon, Kabupaten Banyuwangi?
4. Bagaimana penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pencemaran mercury di muara Lampon, Kabupaten
Banyuwangi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kejadian pencemaran mercury
yang terjadi di wilayah Banyuwangi.
3
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan oleh mercury di wilayah Banyuwangi.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya
pencemaran mercury di wilayah Banyuwangi.
4. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pencemaran mercury di wilakyah
Banyuwangi.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa ataupun
masyarakat tentang masalah faktor risiko penyakit akibat merkuri yang
dilakukan di pertambangan emas.
2. Pemerintah Daerah
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
propinsi khususnya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(Bepedalda), Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten dalam perencanaan,
pemantauan dan pengendalian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) serta Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
3. Pengusaha
Sebagai bahan informasi kepada pengusaha PETI dalam mengambil
kebijakan pengaturan manajemen lingkungan khususnya dalam proses
pengelolaan biji emas dengan menggunakan bahan merkuri.
4. Petambang Emas Tanpa Ijin dan Masyarakat
Sebagai informasi kepada petambang emas tanpa ijin dan masyarakat
dalam hal penggunaan bahan merkuri terhadap proses pengelolaan biji
emas serta dampak pengaruh merkuri terhadap lingkungan dan bahaya
penyakit terhadap kesehatan masyarakat sekitar lokasi PETI.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu
ruang. Merkuri merupakan salah satu unsure logam transisi dengan nomor atom
80 (Martaningtyas, 2006).
Merkuri dan senyawa-senyawanya, seperti halnya logam-logam yang lain
tersebar luas di alam mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh
organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini turut dipengaruhi oleh faktor
geologi, fisika, kimia dan biologi (Palar,1994). Merkuri sangat sedikit ditemukan
dalam bentuk logam, mineral-mineral merkuri paling banyak ditemukan sebagai
sulfide merkuri (cinnabar) dan sebagian kecil pada mineral korderoid (Hg3S2Cl),
livingstonit (HgSb4S7), montroyidit (HgO), tertringualit (Hg2OCl), dan kalomel
(HgCl) (Kirk and Otmer, 1981).
Merkuri termasuk unsur logam transisi bersama seng dan kadmium.
Merkuri memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2, dan merupakan logam dengan
ikatan metalik terlemah diantara semua logam, dan satu-satunya logam berfase
cair pada temperatur kamar. Lemahnya ikatan metalik mengakibatkan tingginya
tekanan uap pada suhu kamar, dan sangat berbahaya jika terhisap oleh mahkluk
hidup (Sugiyarto, 2004).
Merkuri dan turunannya banyak dipakai dalam pembuatan cat, baterai,
komponen listrik, ekstraksi emas dan perak, gigi palsu, senyawa anti karat (anti
fouling), serta fotografi dan elektronik. Pada industri kimia yang memproduksi
gas klorin dan asam klorida juga menggunakan merkuri. Penggunaan merkuri dan
komponen-komponennya juga sering dipakai sebagai pestisida (Baird 1995;
Darmono 1995; Effendi 2003). Logam merkuri sering dipakai sebagai katalis
dalam proses di industri kimia, terutama pada industri vinil khlorida yang
merupakan bahan dasar dari berbagai plastik. Pada alat-alat pencatat suhu seperti
termometer, cairan yang dipakai pada umumnya adalah logam merkuri karena
bentuknya yang cair pada kisaran suhu yang luas, uniform, pemuaian serta
5
konduktivitasnya tinggi (Fardiaz 2005). Penggunaan merkuri terkait dengan sifat
merkuri yang dijabarkan oleh Darmono (1995); Effendi (2003):
a. Berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan memiliki titik beku yang
paling rendah dibanding logam lainnya (-390C). Dalam bentuk cair,
merkuri memiliki kisaran suhu yang lebar (3960C)
b. Volatilitas yang tinggi dibanding logam lainnya
c. Konduktor yang baik dengan ketahanan listrik yang rendah
d. Mudah dicampur dengan logam lain menjadi logam campuran yang
disebut logam campuran (amalgam/alloy);
e. Toksik terhadap semua makhluk hidup
2.2 Sifat dan Kegunaan Merkuri (Hg)
2.2.1 Sifat Merkuri
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum
yangberarti perak cair (Palar, 1994). Merkuri dan senyawa-senyawanya
tersebar luas dialam, mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh
organisme hidup. Di alammerkuri biasanya dijumpai dalam bentuk logam
merkuri dan ion-ion merkuri.Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut:
a. Berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah
sekitar -390C, sehingga mudah menyebar di permukaan air dan sulit
dikumpulkan.
b. Masih berwujud cair pada suhu 3960C. Pada temperatur 3960C ini telah
terjadipemuaian secara menyeluruh.
c. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logamyang lain.
d. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan
merkurisebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
e. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang
disebutdengan amalgam.
6
f. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik
itudalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk
persenyawaan (Palar,2004).
2.2.2 Kegunaan Merkuri
Menurut Palar 2008 pemakain bahan merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam pekerjaan.
a. Bidang perindustrian
Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam
natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri
melalui proses elektrolisa dari larutan garam natrium klorida (NaCl).
Sedangkan dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa
FMA (fenil merkuri asetat) yang digunakan untuk mencegah pembentukan
kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri
juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur
sekaligus sebagai komponen pewarna.
b. Bidang pertanian
Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa metil
merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri siano
(CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat (CH3-Hg-CH2-COOH), dan senyawa
etil merkuri khorida (C2H5-Hg-Cl).
c. Bidang pertambangan
Logam merkuri digunakan untuk membentuk amalgram. Contohnya dalam
pertambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan
memurnikan emas.
d. Bidang kedokteran
Logam merkuri digunakan untuk campuran penambal gigi.
e. Peralatan fisika
Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur tekanan gas
dan alat-alat listrik
7
2.3 Sumber Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat
membuat atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-
kadang disebut sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional telah
digunakan untuk membuat produk seperti termometer, tombol, dan beberapa bola
lampu.
Sumber utama Merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah
danair, disamping itu pembakaran fossil-fuels terutama batu bara. Kadar Hg
diudara akan naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti
termometer Hg, Switch listrik, dan battery juga pemakaian cat yang mengandung
Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama
pada air adalah dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses
pelapukan batuan karena pengaruh iklim.
Merkuri walaupun mengambil bentuk cairan sebenarnya masuk dalam
kategori logam. Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya
merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti
metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat. Tidak seperti unsur logam
lainnya misalnya Besi (Fe) atau Magnesium (Mg) yang dibutuhkan tubuh
untuk penguatan tulang. Merkuri sama sekali tidak dibutuhkan kehadirannya
dalam tubuh kita.
Merkuri ditemukan dalam banyak batu termasuk batu bara. Bila batu bara
dibakar, Merkuri dilepaskan kedalam lingkungan. Coal-burning power plants
terbesar manusia adalah yang disebabkan oleh sumber emisi Merkuri ke udara di
Amerika Serikat, yang memberikan kontribusi lebih dari 40 persen pada semua
manusia-lokal yang disebabkan oleh emisi merkuri. EPA telah memperkirakan
bahwa sekitar seperempat dari emisi AS akibat dari pembakaran batu bara
pembangkit tenaga listrik didepositkan di Amerika Serikat dan perbatasan, sisanya
masuk ke siklus global.Pembakaran limbah berbahaya, yang memproduksi khlor,
memecahkan produk bermerkuri, dan tumpahan merkuri, serta penanganan
pengobatan dan pembuangan limbah atau produk yang mengandung merkuri, juga
dapat melepaskannya ke dalam lingkungan. Perkiraan sekarang adalah bahwa
8
kurang dari separuh dari semua endapan merkuri di AS berasal dari sumber-
sumber AS.
Eksposur ke merkuri. Mercury di udara akhirnya menempati kedalam air
atau tanah dimana ia dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan,
mikroorganisme tertentu dapat mengubahnya menjadi methylmercury, bentuk
yang sangat beracun yang terdapat pada ikan, kerang dan hewan yang makan ikan.
Kerang dan ikanadalah sumber utama methyl mercury eksposur ke manusia.
Methyl mercury terbentuk lebih banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang
daripada yang lain. Tingkat methyl mercury di kerang dan ikan tergantung pada
apa yang mereka makan, berapalama mereka hidup dan berapa tinggi mereka
dalam rantai makanan.
2.4 Toksisitas Merkuri
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses
presipitasi protein yang menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan
yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida,
dan amino, dimana dalam gugus tersebut merkuri menghambat reaksi enzim1.
Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia tergantung dari bentuk komposisi
merkuri, dosis, rute masuknya ke dalam tubuh, usia manusia yang terpapar
(sebagai contoh janin dan anak kecil lebih rentan) (Gradjean P.et all.2005).
Merkuri secara kimia terbagi menjadi tiga jenis yaitu merkuri elemental,
merkuri inorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental berbentuk cair dan
menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap merkuri ini dapat masuk ke
dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem peredaran darah.
Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah.
Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar
tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Merkuri inorganik dapat masuk dan terserap
oleh paru-paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung
apabila tertelan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri inorganik ini bagi
manusia diantaranya mengiritasi kulit, dan juga mata dan membran mucus.
Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung.
9
Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan
terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada
produk-produk kosmetik dapat menyebabkan perubahan warna kulit yang
akhirnya dapat menyebabkan bintikbintik hitam pada kulit, iritasi kulit, hingga
alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bias menyebabkan kerusakan otak
secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian
dalam jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah,
diare, kerusakan paru-paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan
kanker (Wurdiyanto, 2007).
Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
a. Merkuri metal
Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak
80 % merkuri metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan
menjadi ion inorganik dan dieksresikan dalam bentuk merkuri inorganik.
Organ yang paling sensitif adalah system syaraf (peripheral dan pusat).
Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi (gugup,
penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomania, penurunan daya
ingat, sakit kepala,penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.
Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau
dosis merkuri (Widowati, dkk, 2008).
b. Merkuri Anorganik
Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan
histidil rantai samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga
Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas merkuri umumnya terjadi
karena interaksi merkuri dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa
peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ mampu
menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolism tubuh bisa
terganggau dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa
mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa, alat pencernaan,
termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal ataupun
membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap protein
10
plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut
dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut
terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria,
albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam
merkuri yang larut bisa menyebabkna kerusakan membran alat
pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta
menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik
meliputi gejala gangguan system syaraf, antara lain berupa tremor, terasa
pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala
lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Lubis 2002).
c. Merkuri Organik
Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri
anorganik karena alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang
mampu melintasi membran sel dan lebih mudah diabsorbsi serta
berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri organic sangat luas,
yaitu mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak permeabilitas
membran, menghambat beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan
menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil merkuri
ataupun metil merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga
gejala toksisitas merkuri organik lebih lambat dibandingkan merkuri
anorganik. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem
syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan
mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran,
konvulsi, paresis, koma, dan kematian (Widowati,dkk, 2008).
2.5 Kadar Batas Aman Merkuri
Kriteria World Health Organization menyatakan bahwa kadar normal Hg
dalam darah berkisar antara 5 μg/l – 10 μg/l, dalam rambut berkisar antara 1
mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-ratan 4 μg/l. Menurut Swedish
Export Group kadar normal merkuri dalam darah adalah 200 μg/l dan kadar
normal merkuri dalam rambut adalah sepermpat dari kadar dalam darah yaitu 50
11
μg/g. International Committee of Occupatinal Medicine, kadar batas normal
merkuri dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2
ppb, sedangkan untuk pengkonsumsi ikan antara 2 – 20 ppb. Konsetrasi aman
merkuri dalam darah adalh 0.000005 mg/g,sedang di rambut konsentrasi normal
aman adalah 0.01 mg/g, dengan maksimal konsentrasi adalah 0.0001 mg/g.
Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA)
menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada
dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm2.
Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan merkuri dari
ikan rata-rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan
berat badan rata-rata (70 kg). Secara alamiah kandungan merkuri di lingkungan
adalah sebagai berikut: Kadar total Hg udara = 10 – 20 ng/m3 untuk udara
outdoor di kota. Kadar total merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan kadar
total Hg dalam tanah 20 – 625 ppb10 .
Beberapa peraturan mengenai kadar Hg yang diperbolehkan di Indonesia tercantum pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Peraturan Kadar Hg Menurut Peraturan Di Indonesia
No Peraturan Kadar Hg yang diperbolehkan
1 Permenkes No.907/2002 : Kadar merkuridalam air minum
0,001 mg/l
2 Pemenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 :Kadar merkuri dalam air bersih
0,001 mg/l
3 Kepmenkes : 261/Menkes/SK/II/1998 :Kadar Hg dalam udara tempat kerja
0,1 mg/m3
4 Keputusan Badan Pengawasan Obat danMakanan No.3725/B/SK/VII/1989 :Kadarmerkuri dalam makanan dan minuman
Dalam ikan segar : 0.5mg/kgDalam sayuran : 0.03mg/kgDalam biji-bijian :0.05mg/kg
5 KepMenLH No. 02/MenKLH/2002 : Kadarmerkuri dalam air sungai
Golongan A : 0.001mg/lGolongan B : 0.001 mg/lGolongan C : 0.002 mg/lGolonganD : 0.005 mg/l
12
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Berita
Banyuwangi, Kompas.com - Para aktivis lingkungan menyerukan agar
pertambangan emas tidak dilakukan di wilayah Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa
Timur, sebab bahaya kerusakan lingkungan sudah nyata. Saat ini sejumlah biota
pantai Lampon, lokasi yang berdekatan dengan pemilahan bijih emas, tercemar
merkuri. Tumpang Pitu, yang merupakan kawasan hutan lindung diperkirakan
mempunyai kandungan emas sebanyak 2 juta ounce. Saat ini izin usaha tambang
di kawasan itu diperebutkan oleh PT Interpid Mines Ltd dan Bumi Suksesindo.
Sejak tahun 2007, pertambangan tradisional sudah beroperasi di kawasan tersebut.
Peneliti biologi Susintowati dari Universitas Tujuh Belas Agustus
Banyuwangi menemukan tingginya angka pencemaran merkuri di Pantai Lampon
akibat praktik penambangan tradisional. Jumlah akumulasi merkuri yang
ditemukan bahkan mencapai 634,19 ppm atau melebihi deposit merkuri alamiah
sebesar 0,1 ppm.
Kawasan muara Lampon sempat menjadi daerah pemilahan bijih emas
tradisional tanpa izin sejak tahun 2007 hingga Juni 2011. Sedikitnya ada 15
petambang yang mengoperasikan 60 mesin penggilingan di muara Sungai
Lampon. Akumulasi merkuri dalam sedimen muara yang wajarnya hanya 0,1 ppm
tercatat mencapai 0,45 ppm di mangrove timur. Adapun di lokasi pengolahan
emas mencapai 65,52 ppm. Di bibir muara mencapai 1,17 ppm. Akumulasi
merkuri paling tinggi terdapat di timbunan limbah yang tersisa setelah tambang
ditutup, yakni 634,19 ppm.
Kandungan merkuri yang tinggi tidak hanya terdapat di tanah dan muara
sungai, tetapi juga pada hewan lunak. Pada siput bakau (Terebralia sulcata)
ditemukan kandungan merkuri hingga 3,1 ppm, dalam tubuh Nerita argus atau
sejenis siput laut ditemukan hingga 3,03 ppm. Di tubuh siput pantai atau Patella
intermedia konsentrasi merkuri mencapai 0,44 ppm. Peneliti menyarankan agar
tidak mengonsumsi siput dan kerang dari kawasan ini karena bisa berbahaya. Ikan
pun kemungkinan bisa tercemar, tetapi belum ada penelitian khusus tentang ini.
13
3.2 Penyebab Pencemaran Merkuri
Kawasan muara Lampon sempat menjadi daerah pemilahan bijih emas
tradisional tanpa izin sejak tahun 2007 hingga Juni 2011. Meskipun saat ini izin
usaha tambang di kawasan itu diperebutkan oleh PT Interpid Mines Ltd dan Bumi
Suksesindo, tetapi masih ada penambang-penambang liar yang juga
mengoperasikan mesin penambangnya. Sehingga ditemukan tingginya angka
pencemaran merkuri pada kawasan muara Lampon akibat aktifitas ini.
Pada mulanya pertambangan tanpa izin (PETI) di hampir sebagian besar
wilayah Negara Indonesia dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang,
sebagai usaha tambahan/sampingan di daerah-daerah yang diyakini berpotensi
mengandung bahan galian intan, emas dan timah. Kebutuhan ekonomi yang
makin meningkat dan hasil usaha tambang yang diperkirakan dapat memberikan
harapan kehidupan lebih baik, membuat pelaku-pelaku penambangan
mengalihkan usaha sekunder ini menjadi usaha utama. Terdapat beberapa faktor
yang kemungkinan besar mempengaruhi berkembangnya pertumbuhan PETI,
diantaranya :
a. Usaha tersebut telah berjalan cukup lama secara turun temurun, sehingga
menimbulkan anggapan bahwa lahan pertambangan merupakan warisan
yang tidak memerlukan izin usaha.
b. Modal usaha relatif kecil dan pelaksanaan penambangan dilakukan secara
sederhana/tradisional tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi.
c. Keterbatasan keahlian pelaku usaha dan sempitnya lapangan kerja,
menyebabkan usaha pertambangan ini menjadi pilihan utama.
d. Kemudahan pemasaran produk bahan galian.
e. Lemahnya pemahaman pelaku usaha PETI terhadap hukum/peraturan
pertambangan.
f. Pelaku usaha beranggapan bahwa prosedur pengurusan izin usaha
pertambangan melalui jalur birokrasi yang rumit dan memerlukan waktu
panjang, sehingga cenderung menimbulkan biaya tinggi (Danny Z.h, tanpa
tahun).
14
Di Indonesia, masyarakatnya masih melakukan penambangan secara
tradisional. Bijih/butiran masih becampur dengan komponen logam
lain sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut yaitu
proses pemurnian. Proses pemurnian yaitu dengan memisahkan
bijih/butiran emas yang masih tercampur dengan komponen lain
(mentah) dengan menggunakan bahan kimia yaitu raksa/merkuri
(Hg). Dalam prosesnya bijih/butiran emas mentah tersebut harus
dicampur dengan Hg agar emas terpisah dari logam lain. Secara
ilmiah hal tersebut bukanlah proses pemisahan tetapi emas tidak
bereaksi dengan Hg, namun komponen lain tersebut yang
bereaksi dengan Hg, sehingga larut, yang akhirnya tersisa adalah
murni emas. Limbah Hg dan komponen lain tadi kemudian
dibuang ke lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan
akibat selanjutnya. Butiran emas murni akan dibentuk menjadi
batangan emas. Proses pengolahan/pemurnian emas ini dapat
dilakukan di darat ataupun langsung rakit tempat penambangan.
Karena rata-rata rakit tempat alat penyedot sedimen tersebut
diatasnya sekaligus dibuat pondok sebagai tempat tinggal para
penambang. Rata-rata hasil produksi butiran emas murni untuk
setiap unit rakit/alat tambang adalah antara 2-4 gram
(Bapedalda Kalimantan Tengah dan PPLH Universitas Palangka
Raya, 2001).
3.3 Dampak Pencemaran Merkuri
a. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia :
1) Kerusakan sistem saraf pusat
2) Kerusakan ginjal
3) Kerusakan paru-paru
4) Ekspos pada janin bayi dapat menimbulkan ; cacat mental dan kebutaan
5) Meningkatkan angka kematian
b. Dampak terhadap bayi dan anak :
15
1) Rusak otak
2) Cacat mental
3) Gerakan tidak koordinasi
4) Buta
5) Kejang dan tdk dpt berbicara
6) Fungsi ginjal terganggu dan system pencernaan terganggu.
c. Adapun dampak berbeda tergantung pada :
1) Umur : Bayi, anak-anak, orangtua beresiko tinggi
2) Status Reproduksi : Wanita hamil beresiko tinggi
3) Jangka waktu terekspos ; Dapat terlihat 10 tahun setelah terekspos
4) Kadar Merkuri ; Gejala bertambah berat jika kadar tinggi
5) Ekspos (cara suatu bahan beracun masuk kedalam tubuh) terhadap
Merkuri dapat terjadi melalui ; Menghirup udara yg terkontaminasi,
Mengkonsumsi mkanan dan mnuman yg terkontaminasi dan
Absorpsi/penyerapan melalui kulit
d. Gejala yang Harus di waspadai :
1) Mati rasa atau rasa tertusuk jarum pada tangan, kaki, jari dan bibir
2) Kulit merah/gatal
3) Gangguan penglihatan
4) Pada kasus Gawat dapat menyebabkan gemetar dan kejang kemudian
disusul oleh koma dan kematian (Rini Sulaiman, MS dan Carey P.
Yeager, Ph.D).
e. Pengaruh Toksisitas Merkuri Pada Manusia
Pengaruh langsung polutan (terutama pestisida) terhadap ikan biasa
dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu
kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul
pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal dan
sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota
yang bersangkutan (FAO, 1971 di dalam Budiono, 2003).
Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak
bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sublethal terjadi pada
16
organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi
untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dan sebagainya (Caln, 1965 di dalam
Budiono, 2003). Seperti peristiwa yang terjadi di Jepang, dimana penduduk di
sekitar teluk Minamata keracunan metil merkuri akibat hasil buangan dari
suatu pabrik plastik. Metil merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh
penduduk disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk
Minamata mempunyai kadar metil merkuri sebesar 9 sampai 24 ppm. Faktor-
faktor yang berpengaruh di dalam proses pembentukan metil merkuri adalah
merupakan faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya.
(Budiono, 2003).
Environmental protection agency menyimpulkan bahwa merkuri
merupakan sumber penyakit atau resiko bagi beberapa orang dewasa dan
populasi hewan jika mengkonsumsi sejumlah besar air minum dan ikan yang
terkontaminasi oleh merkuri (Anonim, 2000). Merkuri merusak sistem pusat
nerves, system endokrin, ginjal, dan organ bagian badan yang lain, dan akan
mempengaruhi mulut , gusi, dan gigi. Uap air raksa/merkuri di udara jika
terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan kerusakan otak dan pada
akhirnya menimbulkan kematian. Merkuri dan campurannya adalah senyawa
yang terutama sekali meracuni janin dan bayi. Wanita-wanita yang telah
mengkonsumsi merkuri di dalam kondisi hamil terkadang melahirkan anak-
anak dengan cacat kelahiran yang serius (Anonim, 2007).
Gambar 1: Kerusakan Sistem Saraf Oleh Logam Merkuri Bagi Anak-Anak
(Anonim, 2005).
17
Kebanyakan manusia keracunan merkuri akibat dental amalgam
restoration dan mengkonsumsi makanan dari hewan air dan mamalia yang
terkontaminasi oleh limbah pabrik. Limbah tersebut bias berasal dari bahan
sisa hasil pembuatan chlorine dan sodium hidroxide dengan menggunakan
elektrolisis. Limbah tersebut selain dari elektrolisis, bisa juga berasal dari
pembuatan alat listrik (batere, tombol, dan bohlam lampu neon). Limbah
tersebut meracuni manusia melalui makanan baik dari hasil perairan maupun
hewan yang hidup di sekitar limbah (Björkman, et. al., 2007)
Gambar 2: Tangan Cacat Akibat Merkuri. Korban Minamata disease (Smith,
2007)
3.4 Penanggulangan Pencemaran Merkuri
a. Penanggulangan Terhadap Manusia
Usaha medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah mercury disease
sebagai berikut :
1) Mendorong institusi pelayanan kesehatan sepanjang/seluruh daerah
untuk bergabung ke dalam Mercury Free health care.
2) Menghasilkan kesadaran dari mercury’s health and environmental
hazards, bersama dengan ketelitian dan keterkaitan dari alternatif
dengan mendidik para pekerja pelayanan kesehatan, manajemen, para
siswa, para guru dan masyarakat.
18
3) Mengumpulkan dan berbagi ilmu agar bisa dengan jelas
mempertunjukkan bukti ilmiah yang kuat dari mercury’s hazards dan
alternatif untuk kelangsungan hidup.
4) Menilai praktek manajemen air raksa, melakukan inventaris air raksa,
membuat daftar nama, kebijakan, petunjuk dan protokol.
5) Menambahkan pendidikan tentang merkuri untuk mengorganisir
program orientasi, dan membuat data dasar dari rumah sakit.
Menghubungi semua rumah sakit di daerah untuk menghapuskan
setahap demi setahap air raksa dari pelayanan kesehatan, dengan
perolehan dan membangun mercury free medical device (Pabico, 2006).
b. Penanggulangan pada lingkungan
Tumbuhan mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata, dan
Bruguiera gymnorrhiza mampu mengalirkan oksigen melalui akar ke dalam
sedimen tanah untuk mengatasi kondisi anaerob pada sedimen tersebut. Jika
logam berat memasuki jaringan, terdapat mekanisme yang sangat jelas,
pengambilan (up taken) logam berat oleh tumbuhan di lahan basah adalah
melalui penyerapan dari akar, setelah itu tumbuhan dapat melepaskan
senyawa kelat, seperti protein dan gukosida yang berfungsi mengikat logam
dan dikumpulkan ke jaringan tubuh kemudian ditransportasikan ke batang,
daun dan bagian lainnya, sedangkan ekskresinya terjadi melalui transpirasi
(Anonim, 2009). Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menyerap ion-
ion dari lingkungan ke dalam tubuh melalui membrane sel. Dua sifat
penyarapan ion dari tumbuhan, yaitu:
1) Faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi
ion sampai tingkat konsentrasi tertentu bahkan dapat mencapai
beberapa tingkat dari konsentrasi ion di dalam mediumnya.
2) Perbedaal kuantitatif akan kebutuhan hara yang brebeda pada tiap jenis
tumbuhan (Fitter dan Hay, 1991) dalam anonim (2009).
Menurut Fitter dan Hay (1991) dalam Panjaitan, G.C. (2009), mekanisme
yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi
toksik adalah :
19
1) Penanggulangan, jika konsentrasi internal harus dihadapi maka ion-ion
akan dipindah kan dari tempat sirkulasi dengan beberapa jalan atau
menjadi toleran di dalam sitoplasma. Terdapat empat pendekatan dalan
penanggulangan:
a) Lokalisasi (intraseluler dan ekstraseluler) pada umunnya di akar.
b) Ekskresi, secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif
melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan absisi
daun.
c) Dilusi (melemahkan), yaitu melalui pengenceran.
d) Inaktivasi secara kimia.
2) Toleransi, yaitu tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang
dapat berfungsi pada konsentrasi toksik.
Disamping itu, sistem perakaran tumbuhan mangrove yang besar dan luas
dapat menahan dan memantapkan sedimen tanah, sehingga mencegah
tersebarnya bahan tercemar ke area yang lebih luas dan memungkinkan
tersebarnya bahan pencemar secara fisik. Terserap dan tertahannya logam
berat oleh lapisan rhizosfer disekitar akar menyebabkan terjadinya
penurunan tajam konsentrasi logam berat pada permukaan atas lapisan
sedimen dan mencegah perpindahan keperairan pantai disekitarnya.
Tanaman mempunyai kemampuan mengakumulasi zat pencemar.
Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan pantai yang dapat
berfungsi untuk menyerap bahan-bahan organik dan non-organik sehingga
dapat dijadikan bioindikator logam berat (Wittig 1993).
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius
untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum.
Dampak dari pencemaran logam berat ini sering dilaporkan. Merkuri
misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko
tinggi terhadap tubuh. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam
jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan
ginjal. Secara prinsipil, pada konsentrasi rendah berpengaruh terhadap
gangguan paru-paru, emphysema dan renal turbular disease kronis. Upaya
20
penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan
menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu
untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun
proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru,
yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organism akuatik
(perairan). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia
(dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau
bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut.
Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan
diterapkan , karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi
(Mursyidin, 2006).
Logam berat merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih
keperakan dengan titik beku -38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat
jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Paparan logam berat Hg terutama methyl
mercury dapat meningkatkan kelainan janin dan kematian waktu lahir serta
dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease seperti yang terjadi pada
nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang tersebut di atas Hg dapat
menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan
retardasi mental.
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Kawasan muara Lampon yang menjadi daerah pemilahan bijih emas
tradisional tanpa izin mengakibatkan akumulasi merkuri dalam sedimen
muara yang melebihi baku mutu lingkungan. Kandungan merkuri juga
ditemukan pada biota muara.
b. Limbah Hg di muara Lampon dihasilkan dari proses pemurnian emas yang
dilakukan oleh penambang liar yang juga mengoperasikan mesin
penambangnya. Sehingga ditemukan tingginya angka pencemaran merkuri
pada kawasan muara Lampon akibat aktifitas ini.
c. Dampak merkuri terhadap kesehatan manusia adalah kerusakan sistem
saraf pusat, kerusakan ginjal, kerusakan paru-paru, ekspos pada janin bayi
dapat menimbulkan cacat mental dan kebutaan, meningkatkan angka
kematian.
d. Penanggulangan yang dilakukan akibat pencemaran merkuri adalah
terhadap manusia dilakukan usaha-usaha medis untuk mengatasi masalah
mercury disease, sedangkan pada lingkungan dilakukan dengan
menggunakan tumbuhan yang mampu mereduksi kadar Hg di lingkungan
seperti mangrove.
4.2 Saran
4.3 Dalam menanggulangi sebaiknya tidak hanya terfokus pada
lingkungannya saja tetapi juga pada manusia khususnya anak-anak
Pemeriksaan lanjutan dan pengobatan harus tetap dilakukan dalam upaya
rehabilitasi agar efeknya terhadap kesehatan mereka tidak semakin
memburuk.
4.4 Dengan peraturan yang sudah ada pemerintah seharusnya lebih tegas
dalam menangani kasus pencemaran lingkungan.
4.5 Dan perlunya peran aktif warga sekitar dalam upaya pelestarian
lingkungan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bapedalda Kalimantan Tengah dan PPLH Universitas Palangka Raya. Inventarisasi/pendataan pemanfaatan air raksa (Merkuri) oleh penambang emas tradisional dan pembeli emas di sepanjang DAS Kahayan. 2001.
Herman, Z.D. Tanpa Tahun. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Dan Kemungkinan Alih Status Menjadi Pertambangan Skala Kecil. Kelompok Kerja Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi
Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press, Jakarta.Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius
Gatot Wurdiyanto. Merkuri, bahayanya dan pengukurannya. Buletin Alara Volume Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN. Jakarta. 2007.
Gradjean P et al. Umbilical Cord Mercury concetrastion as biomarker of prenatal exposure to methyl mercury : Enviromental Health Perspectives. 2005.
Kirk and Othmer, 1981. Encyclopedia Of Chemical Technology, 3rd Ed., Vol.24, John Wiley And Sons New York
Lubis Sari Halida. Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. USU digitalized Library.2002.
Martaningtyas, D., 2006. Logam Berat Merkuri, Pikiran Rakyat Cyber Media EDISI 2006, Bandung
Palar H (1994). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka cipta.Palar Heryando. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta,
Jakarta. 2008.Sugiyarto, K.H., 2004. Kimia Anorganik II. Universitas Negeri Yogyakarta,
YogyakartaWidowati W, Sastiono A, R Jusuf Raymond. Efek toksik logam “Pencegahan dan
penanggulangan pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2008.Yunita, C.S. 2013. Aktivis Tolak Penambangan Emas di Banyuwangi. [serial
online]. http://regional.kompas.com/read/2013/05/16/16390413/Aktivis.Tolak.Penambangan.Emas.di.Banyuwangi [6 Oktober 2013].