Makalah Study Kasus Merkuri

35
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era seperti sekarang, manusia berkembang cepat, baik dalam hal teknologi maupun industri. Banyak pihak yang berlomba-lomba dalam meningkatkan ekonominya dengan cara pengembangan di sektor industri. Industri penambangan emas adalah satu diantara banyak pilihan industri yang dilirik beberapa pihak. Pasalnya penambangan yang melibatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti emas ini sangat menjajikan nilai keuntungan yang menggiurkan, meskipiun disisi lain pencemaran lingkungan dapat ditimbulkan dari adanya aktivitas ini. Secara resmi aktivitas pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak diijinkan oleh pemerintah, baik tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg). Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas dengan pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI, dimana merkuri yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja di badan sungai dan konsekuensinya

description

Makalah merkuri di banyuwangi

Transcript of Makalah Study Kasus Merkuri

Page 1: Makalah Study Kasus Merkuri

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era seperti sekarang, manusia berkembang cepat, baik dalam hal teknologi

maupun industri. Banyak pihak yang berlomba-lomba dalam meningkatkan

ekonominya dengan cara pengembangan di sektor industri. Industri penambangan

emas adalah satu diantara banyak pilihan industri yang dilirik beberapa pihak.

Pasalnya penambangan yang melibatkan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui seperti emas ini sangat menjajikan nilai keuntungan yang menggiurkan,

meskipiun disisi lain pencemaran lingkungan dapat ditimbulkan dari adanya

aktivitas ini.

Secara resmi aktivitas pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak

diijinkan oleh pemerintah, baik tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Salah

satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI

adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg).

Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas dengan

pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak

bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI, dimana merkuri

yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja

di badan sungai dan konsekuensinya badan sungai di sekitar tempat penambangan

akan menjadi tercemar.

Kasus yang terjadi di muara Lampon Kabupaten Banyuwangi menjadi salah

satu contoh pencemaran lingkungan akibat Hg yang dihasilkan dari aktivitas

PETI. Berdasarkan hasil peneliti biologi Susintowati dari Universitas Tujuh Belas

Agustus Banyuwangi, ditemukan angka pencemaran merkuri yang relative tinggi,

yakni akumulasi merkuri yang ditemukan bahkan mencapai 634,19 ppm atau

melebihi deposit merkuri alamiah sebesar 0,1 ppm. Angka tersebut ditemukan di

wilayah Pantai Lampon yang diakibatkan praktik penambangan tradisional. Selain

itu, dampak akibat pencemaran ini selalu menghantui masyarakat sekitar, seperti

kerusakan sistem saraf pusat, kerusakan ginjal, kerusakan paru-paru, ekspos pada

janin bayi dapat menimbulkan cacat mental dan kebutaan, meningkatkan angka

Page 2: Makalah Study Kasus Merkuri

2

kematian. Dampak negative tersebut seakan menjadi baying-bayang hitam jika

masalah ini tidak segera diselesaikan.

Sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan pemerintah (PP) Republik

Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air. Dalam PP tersebut dicantumkan suatu ketentuan umum yang

berhubungan dengan pencemaran air. Ketentuan umum tersebut antara lain

memuat difinisi pencemaran air, baku mutu air, baku mutu limbah cair dan beban

serat daya tampung beban pencemaran air. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut

memuat juga perihal inventarisasi kualitas dan kuantitas air, penggolongan

air,upaya pengendalian, perijinan, pengawasan dan pemantauan, Pembiayaan

inventarisasi dan pengawasan pencemaran air, sangsi pelanggaran dan ketentuan

peralihan. Dengan demikian, dengan pembuatan makalah ini diharapkan mampu

menambah referensi mengenai masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di

muara Lampon Kabupaten Banyuwangi, sehingga penanganannya pun dapat

segera dilakukan agar dampak yang diterima masyarakat tidak semakin

membesar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kejadian pencemaran mercury yang terjadi di muara

Lampon, Kabupaten Banyuwangi?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh mercury

di muara Lampon, Kabupaten Banyuwangi?

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya pencemaran mercury di

muara Lampon, Kabupaten Banyuwangi?

4. Bagaimana penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan pencemaran mercury di muara Lampon, Kabupaten

Banyuwangi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kejadian pencemaran mercury

yang terjadi di wilayah Banyuwangi.

Page 3: Makalah Study Kasus Merkuri

3

2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran

lingkungan oleh mercury di wilayah Banyuwangi.

3. Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya

pencemaran mercury di wilayah Banyuwangi.

4. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan yang dapat dilakukan

untuk mengatasi permasalahan pencemaran mercury di wilakyah

Banyuwangi.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa ataupun

masyarakat tentang masalah faktor risiko penyakit akibat merkuri yang

dilakukan di pertambangan emas.

2. Pemerintah Daerah

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

propinsi khususnya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

(Bepedalda), Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten dalam perencanaan,

pemantauan dan pengendalian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) serta Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).

3. Pengusaha

Sebagai bahan informasi kepada pengusaha PETI dalam mengambil

kebijakan pengaturan manajemen lingkungan khususnya dalam proses

pengelolaan biji emas dengan menggunakan bahan merkuri.

4. Petambang Emas Tanpa Ijin dan Masyarakat

Sebagai informasi kepada petambang emas tanpa ijin dan masyarakat

dalam hal penggunaan bahan merkuri terhadap proses pengelolaan biji

emas serta dampak pengaruh merkuri terhadap lingkungan dan bahaya

penyakit terhadap kesehatan masyarakat sekitar lokasi PETI.

Page 4: Makalah Study Kasus Merkuri

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu

ruang. Merkuri merupakan salah satu unsure logam transisi dengan nomor atom

80 (Martaningtyas, 2006).

Merkuri dan senyawa-senyawanya, seperti halnya logam-logam yang lain

tersebar luas di alam mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh

organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini turut dipengaruhi oleh faktor

geologi, fisika, kimia dan biologi (Palar,1994). Merkuri sangat sedikit ditemukan

dalam bentuk logam, mineral-mineral merkuri paling banyak ditemukan sebagai

sulfide merkuri (cinnabar) dan sebagian kecil pada mineral korderoid (Hg3S2Cl),

livingstonit (HgSb4S7), montroyidit (HgO), tertringualit (Hg2OCl), dan kalomel

(HgCl) (Kirk and Otmer, 1981).

Merkuri termasuk unsur logam transisi bersama seng dan kadmium.

Merkuri memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2, dan merupakan logam dengan

ikatan metalik terlemah diantara semua logam, dan satu-satunya logam berfase

cair pada temperatur kamar. Lemahnya ikatan metalik mengakibatkan tingginya

tekanan uap pada suhu kamar, dan sangat berbahaya jika terhisap oleh mahkluk

hidup (Sugiyarto, 2004).

Merkuri dan turunannya banyak dipakai dalam pembuatan cat, baterai,

komponen listrik, ekstraksi emas dan perak, gigi palsu, senyawa anti karat (anti

fouling), serta fotografi dan elektronik. Pada industri kimia yang memproduksi

gas klorin dan asam klorida juga menggunakan merkuri. Penggunaan merkuri dan

komponen-komponennya juga sering dipakai sebagai pestisida (Baird 1995;

Darmono 1995; Effendi 2003). Logam merkuri sering dipakai sebagai katalis

dalam proses di industri kimia, terutama pada industri vinil khlorida yang

merupakan bahan dasar dari berbagai plastik. Pada alat-alat pencatat suhu seperti

termometer, cairan yang dipakai pada umumnya adalah logam merkuri karena

bentuknya yang cair pada kisaran suhu yang luas, uniform, pemuaian serta

Page 5: Makalah Study Kasus Merkuri

5

konduktivitasnya tinggi (Fardiaz 2005). Penggunaan merkuri terkait dengan sifat

merkuri yang dijabarkan oleh Darmono (1995); Effendi (2003):

a. Berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan memiliki titik beku yang

paling rendah dibanding logam lainnya (-390C). Dalam bentuk cair,

merkuri memiliki kisaran suhu yang lebar (3960C)

b. Volatilitas yang tinggi dibanding logam lainnya

c. Konduktor yang baik dengan ketahanan listrik yang rendah

d. Mudah dicampur dengan logam lain menjadi logam campuran yang

disebut logam campuran (amalgam/alloy);

e. Toksik terhadap semua makhluk hidup

2.2 Sifat dan Kegunaan Merkuri (Hg)

2.2.1 Sifat Merkuri

Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum

yangberarti perak cair (Palar, 1994). Merkuri dan senyawa-senyawanya

tersebar luas dialam, mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh

organisme hidup. Di alammerkuri biasanya dijumpai dalam bentuk logam

merkuri dan ion-ion merkuri.Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut:

a. Berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah

sekitar -390C, sehingga mudah menyebar di permukaan air dan sulit

dikumpulkan.

b. Masih berwujud cair pada suhu 3960C. Pada temperatur 3960C ini telah

terjadipemuaian secara menyeluruh.

c. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan

logamyang lain.

d. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan

merkurisebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.

e. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang

disebutdengan amalgam.

Page 6: Makalah Study Kasus Merkuri

6

f. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik

itudalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk

persenyawaan (Palar,2004).

2.2.2 Kegunaan Merkuri

Menurut Palar 2008 pemakain bahan merkuri telah berkembang sangat

luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam pekerjaan.

a. Bidang perindustrian

Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam

natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri

melalui proses elektrolisa dari larutan garam natrium klorida (NaCl).

Sedangkan dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa

FMA (fenil merkuri asetat) yang digunakan untuk mencegah pembentukan

kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri

juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur

sekaligus sebagai komponen pewarna.

b. Bidang pertanian

Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa metil

merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri siano

(CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat (CH3-Hg-CH2-COOH), dan senyawa

etil merkuri khorida (C2H5-Hg-Cl).

c. Bidang pertambangan

Logam merkuri digunakan untuk membentuk amalgram. Contohnya dalam

pertambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan

memurnikan emas.

d. Bidang kedokteran

Logam merkuri digunakan untuk campuran penambal gigi.

e. Peralatan fisika

Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur tekanan gas

dan alat-alat listrik

Page 7: Makalah Study Kasus Merkuri

7

2.3 Sumber Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat

membuat atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-

kadang disebut sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional telah

digunakan untuk membuat produk seperti termometer, tombol, dan beberapa bola

lampu.

Sumber utama Merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah

danair, disamping itu pembakaran fossil-fuels terutama batu bara. Kadar Hg

diudara akan naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti

termometer Hg, Switch listrik, dan battery juga pemakaian cat yang mengandung

Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama

pada air adalah dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses

pelapukan batuan karena pengaruh iklim.

Merkuri walaupun mengambil bentuk cairan sebenarnya masuk dalam

kategori logam. Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya

merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti

metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat. Tidak seperti unsur logam

lainnya misalnya Besi (Fe) atau Magnesium (Mg) yang dibutuhkan tubuh

untuk penguatan tulang. Merkuri sama sekali tidak dibutuhkan kehadirannya

dalam tubuh kita.

Merkuri ditemukan dalam banyak batu termasuk batu bara. Bila batu bara

dibakar, Merkuri dilepaskan kedalam lingkungan. Coal-burning power plants

terbesar manusia adalah yang disebabkan oleh sumber emisi Merkuri ke udara di

Amerika Serikat, yang memberikan kontribusi lebih dari 40 persen pada semua

manusia-lokal yang disebabkan oleh emisi merkuri. EPA telah memperkirakan

bahwa sekitar seperempat dari emisi AS akibat dari pembakaran batu bara

pembangkit tenaga listrik didepositkan di Amerika Serikat dan perbatasan, sisanya

masuk ke siklus global.Pembakaran limbah berbahaya, yang memproduksi khlor,

memecahkan produk bermerkuri, dan tumpahan merkuri, serta penanganan

pengobatan dan pembuangan limbah atau produk yang mengandung merkuri, juga

dapat melepaskannya ke dalam lingkungan. Perkiraan sekarang adalah bahwa

Page 8: Makalah Study Kasus Merkuri

8

kurang dari separuh dari semua endapan merkuri di AS berasal dari sumber-

sumber AS.

Eksposur ke merkuri. Mercury di udara akhirnya menempati kedalam air

atau tanah dimana ia dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan,

mikroorganisme tertentu dapat mengubahnya menjadi methylmercury, bentuk

yang sangat beracun yang terdapat pada ikan, kerang dan hewan yang makan ikan.

Kerang dan ikanadalah sumber utama methyl mercury eksposur ke manusia.

Methyl mercury terbentuk lebih banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang

daripada yang lain. Tingkat methyl mercury di kerang dan ikan tergantung pada

apa yang mereka makan, berapalama mereka hidup dan berapa tinggi mereka

dalam rantai makanan.

2.4 Toksisitas Merkuri

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses

presipitasi protein yang menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan

yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida,

dan amino, dimana dalam gugus tersebut merkuri menghambat reaksi enzim1.

Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia tergantung dari bentuk komposisi

merkuri, dosis, rute masuknya ke dalam tubuh, usia manusia yang terpapar

(sebagai contoh janin dan anak kecil lebih rentan) (Gradjean P.et all.2005).

Merkuri secara kimia terbagi menjadi tiga jenis yaitu merkuri elemental,

merkuri inorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental berbentuk cair dan

menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap merkuri ini dapat masuk ke

dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem peredaran darah.

Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah.

Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar

tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Merkuri inorganik dapat masuk dan terserap

oleh paru-paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung

apabila tertelan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri inorganik ini bagi

manusia diantaranya mengiritasi kulit, dan juga mata dan membran mucus.

Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung.

Page 9: Makalah Study Kasus Merkuri

9

Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan

terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada

produk-produk kosmetik dapat menyebabkan perubahan warna kulit yang

akhirnya dapat menyebabkan bintikbintik hitam pada kulit, iritasi kulit, hingga

alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bias menyebabkan kerusakan otak

secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian

dalam jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah,

diare, kerusakan paru-paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan

kanker (Wurdiyanto, 2007).

Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :

a. Merkuri metal

Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak

80 % merkuri metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan

menjadi ion inorganik dan dieksresikan dalam bentuk merkuri inorganik.

Organ yang paling sensitif adalah system syaraf (peripheral dan pusat).

Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi (gugup,

penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomania, penurunan daya

ingat, sakit kepala,penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.

Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau

dosis merkuri (Widowati, dkk, 2008).

b. Merkuri Anorganik

Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan

histidil rantai samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga

Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas merkuri umumnya terjadi

karena interaksi merkuri dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa

peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ mampu

menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolism tubuh bisa

terganggau dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa

mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa, alat pencernaan,

termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal ataupun

membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap protein

Page 10: Makalah Study Kasus Merkuri

10

plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut

dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut

terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria,

albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam

merkuri yang larut bisa menyebabkna kerusakan membran alat

pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta

menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik

meliputi gejala gangguan system syaraf, antara lain berupa tremor, terasa

pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala

lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Lubis 2002).

c. Merkuri Organik

Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri

anorganik karena alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang

mampu melintasi membran sel dan lebih mudah diabsorbsi serta

berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri organic sangat luas,

yaitu mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak permeabilitas

membran, menghambat beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan

menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil merkuri

ataupun metil merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga

gejala toksisitas merkuri organik lebih lambat dibandingkan merkuri

anorganik. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem

syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan

mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran,

konvulsi, paresis, koma, dan kematian (Widowati,dkk, 2008).

2.5 Kadar Batas Aman Merkuri

Kriteria World Health Organization menyatakan bahwa kadar normal Hg

dalam darah berkisar antara 5 μg/l – 10 μg/l, dalam rambut berkisar antara 1

mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-ratan 4 μg/l. Menurut Swedish

Export Group kadar normal merkuri dalam darah adalah 200 μg/l dan kadar

normal merkuri dalam rambut adalah sepermpat dari kadar dalam darah yaitu 50

Page 11: Makalah Study Kasus Merkuri

11

μg/g. International Committee of Occupatinal Medicine, kadar batas normal

merkuri dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2

ppb, sedangkan untuk pengkonsumsi ikan antara 2 – 20 ppb. Konsetrasi aman

merkuri dalam darah adalh 0.000005 mg/g,sedang di rambut konsentrasi normal

aman adalah 0.01 mg/g, dengan maksimal konsentrasi adalah 0.0001 mg/g.

Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA)

menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada

dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm2.

Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan merkuri dari

ikan rata-rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan

berat badan rata-rata (70 kg). Secara alamiah kandungan merkuri di lingkungan

adalah sebagai berikut: Kadar total Hg udara = 10 – 20 ng/m3 untuk udara

outdoor di kota. Kadar total merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan kadar

total Hg dalam tanah 20 – 625 ppb10 .

Beberapa peraturan mengenai kadar Hg yang diperbolehkan di Indonesia tercantum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Peraturan Kadar Hg Menurut Peraturan Di Indonesia

No Peraturan Kadar Hg yang diperbolehkan

1 Permenkes No.907/2002 : Kadar merkuridalam air minum

0,001 mg/l

2 Pemenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 :Kadar merkuri dalam air bersih

0,001 mg/l

3 Kepmenkes : 261/Menkes/SK/II/1998 :Kadar Hg dalam udara tempat kerja

0,1 mg/m3

4 Keputusan Badan Pengawasan Obat danMakanan No.3725/B/SK/VII/1989 :Kadarmerkuri dalam makanan dan minuman

Dalam ikan segar : 0.5mg/kgDalam sayuran : 0.03mg/kgDalam biji-bijian :0.05mg/kg

5 KepMenLH No. 02/MenKLH/2002 : Kadarmerkuri dalam air sungai

Golongan A : 0.001mg/lGolongan B : 0.001 mg/lGolongan C : 0.002 mg/lGolonganD : 0.005 mg/l

Page 12: Makalah Study Kasus Merkuri

12

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Ringkasan Berita

Banyuwangi, Kompas.com - Para aktivis lingkungan menyerukan agar

pertambangan emas tidak dilakukan di wilayah Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa

Timur, sebab bahaya kerusakan lingkungan sudah nyata. Saat ini sejumlah biota

pantai Lampon, lokasi yang berdekatan dengan pemilahan bijih emas, tercemar

merkuri. Tumpang Pitu, yang merupakan kawasan hutan lindung diperkirakan

mempunyai kandungan emas sebanyak 2 juta ounce. Saat ini izin usaha tambang

di kawasan itu diperebutkan oleh PT Interpid Mines Ltd dan Bumi Suksesindo.

Sejak tahun 2007, pertambangan tradisional sudah beroperasi di kawasan tersebut.

Peneliti biologi Susintowati dari Universitas Tujuh Belas Agustus

Banyuwangi menemukan tingginya angka pencemaran merkuri di Pantai Lampon

akibat praktik penambangan tradisional. Jumlah akumulasi merkuri yang

ditemukan bahkan mencapai 634,19 ppm atau melebihi deposit merkuri alamiah

sebesar 0,1 ppm.

Kawasan muara Lampon sempat menjadi daerah pemilahan bijih emas

tradisional tanpa izin sejak tahun 2007 hingga Juni 2011. Sedikitnya ada 15

petambang yang mengoperasikan 60 mesin penggilingan di muara Sungai

Lampon. Akumulasi merkuri dalam sedimen muara yang wajarnya hanya 0,1 ppm

tercatat mencapai 0,45 ppm di mangrove timur. Adapun di lokasi pengolahan

emas mencapai 65,52 ppm. Di bibir muara mencapai 1,17 ppm. Akumulasi

merkuri paling tinggi terdapat di timbunan limbah yang tersisa setelah tambang

ditutup, yakni 634,19 ppm.

Kandungan merkuri yang tinggi tidak hanya terdapat di tanah dan muara

sungai, tetapi juga pada hewan lunak. Pada siput bakau (Terebralia sulcata)

ditemukan kandungan merkuri hingga 3,1 ppm, dalam tubuh Nerita argus atau

sejenis siput laut ditemukan hingga 3,03 ppm. Di tubuh siput pantai atau Patella

intermedia konsentrasi merkuri mencapai 0,44 ppm. Peneliti menyarankan agar

tidak mengonsumsi siput dan kerang dari kawasan ini karena bisa berbahaya. Ikan

pun kemungkinan bisa tercemar, tetapi belum ada penelitian khusus tentang ini.

Page 13: Makalah Study Kasus Merkuri

13

3.2 Penyebab Pencemaran Merkuri

Kawasan muara Lampon sempat menjadi daerah pemilahan bijih emas

tradisional tanpa izin sejak tahun 2007 hingga Juni 2011. Meskipun saat ini izin

usaha tambang di kawasan itu diperebutkan oleh PT Interpid Mines Ltd dan Bumi

Suksesindo, tetapi masih ada penambang-penambang liar yang juga

mengoperasikan mesin penambangnya. Sehingga ditemukan tingginya angka

pencemaran merkuri pada kawasan muara Lampon akibat aktifitas ini.

Pada mulanya pertambangan tanpa izin (PETI) di hampir sebagian besar

wilayah Negara Indonesia dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang,

sebagai usaha tambahan/sampingan di daerah-daerah yang diyakini berpotensi

mengandung bahan galian intan, emas dan timah. Kebutuhan ekonomi yang

makin meningkat dan hasil usaha tambang yang diperkirakan dapat memberikan

harapan kehidupan lebih baik, membuat pelaku-pelaku penambangan

mengalihkan usaha sekunder ini menjadi usaha utama. Terdapat beberapa faktor

yang kemungkinan besar mempengaruhi berkembangnya pertumbuhan PETI,

diantaranya :

a. Usaha tersebut telah berjalan cukup lama secara turun temurun, sehingga

menimbulkan anggapan bahwa lahan pertambangan merupakan warisan

yang tidak memerlukan izin usaha.

b. Modal usaha relatif kecil dan pelaksanaan penambangan dilakukan secara

sederhana/tradisional tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi.

c. Keterbatasan keahlian pelaku usaha dan sempitnya lapangan kerja,

menyebabkan usaha pertambangan ini menjadi pilihan utama.

d. Kemudahan pemasaran produk bahan galian.

e. Lemahnya pemahaman pelaku usaha PETI terhadap hukum/peraturan

pertambangan.

f. Pelaku usaha beranggapan bahwa prosedur pengurusan izin usaha

pertambangan melalui jalur birokrasi yang rumit dan memerlukan waktu

panjang, sehingga cenderung menimbulkan biaya tinggi (Danny Z.h, tanpa

tahun).

Page 14: Makalah Study Kasus Merkuri

14

Di Indonesia, masyarakatnya masih melakukan penambangan secara

tradisional. Bijih/butiran masih becampur dengan komponen logam

lain sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut yaitu

proses pemurnian. Proses pemurnian yaitu dengan memisahkan

bijih/butiran emas yang masih tercampur dengan komponen lain

(mentah) dengan menggunakan bahan kimia yaitu raksa/merkuri

(Hg). Dalam prosesnya bijih/butiran emas mentah tersebut harus

dicampur dengan Hg agar emas terpisah dari logam lain. Secara

ilmiah hal tersebut bukanlah proses pemisahan tetapi emas tidak

bereaksi dengan Hg, namun komponen lain tersebut yang

bereaksi dengan Hg, sehingga larut, yang akhirnya tersisa adalah

murni emas. Limbah Hg dan komponen lain tadi kemudian

dibuang ke lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan

akibat selanjutnya. Butiran emas murni akan dibentuk menjadi

batangan emas. Proses pengolahan/pemurnian emas ini dapat

dilakukan di darat ataupun langsung rakit tempat penambangan.

Karena rata-rata rakit tempat alat penyedot sedimen tersebut

diatasnya sekaligus dibuat pondok sebagai tempat tinggal para

penambang. Rata-rata hasil produksi butiran emas murni untuk

setiap unit rakit/alat tambang adalah antara 2-4 gram

(Bapedalda Kalimantan Tengah dan PPLH Universitas Palangka

Raya, 2001).

3.3 Dampak Pencemaran Merkuri

a. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia :

1) Kerusakan sistem saraf pusat

2) Kerusakan ginjal

3) Kerusakan paru-paru

4) Ekspos pada janin bayi dapat menimbulkan ; cacat mental dan kebutaan

5) Meningkatkan angka kematian

b. Dampak terhadap bayi dan anak :

Page 15: Makalah Study Kasus Merkuri

15

1) Rusak otak

2) Cacat mental

3) Gerakan tidak koordinasi

4) Buta

5) Kejang dan tdk dpt berbicara

6) Fungsi ginjal terganggu dan system pencernaan terganggu.

c. Adapun dampak berbeda tergantung pada :

1) Umur : Bayi, anak-anak, orangtua beresiko tinggi

2) Status Reproduksi : Wanita hamil beresiko tinggi

3) Jangka waktu terekspos ; Dapat terlihat 10 tahun setelah terekspos

4) Kadar Merkuri ; Gejala bertambah berat jika kadar tinggi

5) Ekspos (cara suatu bahan beracun masuk kedalam tubuh) terhadap

Merkuri dapat terjadi melalui ; Menghirup udara yg terkontaminasi,

Mengkonsumsi mkanan dan mnuman yg terkontaminasi dan

Absorpsi/penyerapan melalui kulit

d. Gejala yang Harus di waspadai :

1) Mati rasa atau rasa tertusuk jarum pada tangan, kaki, jari dan bibir

2) Kulit merah/gatal

3) Gangguan penglihatan

4) Pada kasus Gawat dapat menyebabkan gemetar dan kejang kemudian

disusul oleh koma dan kematian (Rini Sulaiman, MS dan Carey P.

Yeager, Ph.D).

e. Pengaruh Toksisitas Merkuri Pada Manusia

Pengaruh langsung polutan (terutama pestisida) terhadap ikan biasa

dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu

kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul

pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal dan

sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota

yang bersangkutan (FAO, 1971 di dalam Budiono, 2003).

Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak

bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sublethal terjadi pada

Page 16: Makalah Study Kasus Merkuri

16

organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi

untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dan sebagainya (Caln, 1965 di dalam

Budiono, 2003). Seperti peristiwa yang terjadi di Jepang, dimana penduduk di

sekitar teluk Minamata keracunan metil merkuri akibat hasil buangan dari

suatu pabrik plastik. Metil merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh

penduduk disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk

Minamata mempunyai kadar metil merkuri sebesar 9 sampai 24 ppm. Faktor-

faktor yang berpengaruh di dalam proses pembentukan metil merkuri adalah

merupakan faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya.

(Budiono, 2003).

Environmental protection agency menyimpulkan bahwa merkuri

merupakan sumber penyakit atau resiko bagi beberapa orang dewasa dan

populasi hewan jika mengkonsumsi sejumlah besar air minum dan ikan yang

terkontaminasi oleh merkuri (Anonim, 2000). Merkuri merusak sistem pusat

nerves, system endokrin, ginjal, dan organ bagian badan yang lain, dan akan

mempengaruhi mulut , gusi, dan gigi. Uap air raksa/merkuri di udara jika

terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan kerusakan otak dan pada

akhirnya menimbulkan kematian. Merkuri dan campurannya adalah senyawa

yang terutama sekali meracuni janin dan bayi. Wanita-wanita yang telah

mengkonsumsi merkuri di dalam kondisi hamil terkadang melahirkan anak-

anak dengan cacat kelahiran yang serius (Anonim, 2007).

Gambar 1: Kerusakan Sistem Saraf Oleh Logam Merkuri Bagi Anak-Anak

(Anonim, 2005).

Page 17: Makalah Study Kasus Merkuri

17

Kebanyakan manusia keracunan merkuri akibat dental amalgam

restoration dan mengkonsumsi makanan dari hewan air dan mamalia yang

terkontaminasi oleh limbah pabrik. Limbah tersebut bias berasal dari bahan

sisa hasil pembuatan chlorine dan sodium hidroxide dengan menggunakan

elektrolisis. Limbah tersebut selain dari elektrolisis, bisa juga berasal dari

pembuatan alat listrik (batere, tombol, dan bohlam lampu neon). Limbah

tersebut meracuni manusia melalui makanan baik dari hasil perairan maupun

hewan yang hidup di sekitar limbah (Björkman, et. al., 2007)

Gambar 2: Tangan Cacat Akibat Merkuri. Korban Minamata disease (Smith,

2007)

3.4 Penanggulangan Pencemaran Merkuri

a. Penanggulangan Terhadap Manusia

Usaha medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah mercury disease

sebagai berikut :

1) Mendorong institusi pelayanan kesehatan sepanjang/seluruh daerah

untuk bergabung ke dalam Mercury Free health care.

2) Menghasilkan kesadaran dari mercury’s health and environmental

hazards, bersama dengan ketelitian dan keterkaitan dari alternatif

dengan mendidik para pekerja pelayanan kesehatan, manajemen, para

siswa, para guru dan masyarakat.

Page 18: Makalah Study Kasus Merkuri

18

3) Mengumpulkan dan berbagi ilmu agar bisa dengan jelas

mempertunjukkan bukti ilmiah yang kuat dari mercury’s hazards dan

alternatif untuk kelangsungan hidup.

4) Menilai praktek manajemen air raksa, melakukan inventaris air raksa,

membuat daftar nama, kebijakan, petunjuk dan protokol.

5) Menambahkan pendidikan tentang merkuri untuk mengorganisir

program orientasi, dan membuat data dasar dari rumah sakit.

Menghubungi semua rumah sakit di daerah untuk menghapuskan

setahap demi setahap air raksa dari pelayanan kesehatan, dengan

perolehan dan membangun mercury free medical device (Pabico, 2006).

b. Penanggulangan pada lingkungan

Tumbuhan mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata, dan

Bruguiera gymnorrhiza mampu mengalirkan oksigen melalui akar ke dalam

sedimen tanah untuk mengatasi kondisi anaerob pada sedimen tersebut. Jika

logam berat memasuki jaringan, terdapat mekanisme yang sangat jelas,

pengambilan (up taken) logam berat oleh tumbuhan di lahan basah adalah

melalui penyerapan dari akar, setelah itu tumbuhan dapat melepaskan

senyawa kelat, seperti protein dan gukosida yang berfungsi mengikat logam

dan dikumpulkan ke jaringan tubuh kemudian ditransportasikan ke batang,

daun dan bagian lainnya, sedangkan ekskresinya terjadi melalui transpirasi

(Anonim, 2009). Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menyerap ion-

ion dari lingkungan ke dalam tubuh melalui membrane sel. Dua sifat

penyarapan ion dari tumbuhan, yaitu:

1) Faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi

ion sampai tingkat konsentrasi tertentu bahkan dapat mencapai

beberapa tingkat dari konsentrasi ion di dalam mediumnya.

2) Perbedaal kuantitatif akan kebutuhan hara yang brebeda pada tiap jenis

tumbuhan (Fitter dan Hay, 1991) dalam anonim (2009).

Menurut Fitter dan Hay (1991) dalam Panjaitan, G.C. (2009), mekanisme

yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi

toksik adalah :

Page 19: Makalah Study Kasus Merkuri

19

1) Penanggulangan, jika konsentrasi internal harus dihadapi maka ion-ion

akan dipindah kan dari tempat sirkulasi dengan beberapa jalan atau

menjadi toleran di dalam sitoplasma. Terdapat empat pendekatan dalan

penanggulangan:

a) Lokalisasi (intraseluler dan ekstraseluler) pada umunnya di akar.

b) Ekskresi, secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif

melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan absisi

daun.

c) Dilusi (melemahkan), yaitu melalui pengenceran.

d) Inaktivasi secara kimia.

2) Toleransi, yaitu tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang

dapat berfungsi pada konsentrasi toksik.

Disamping itu, sistem perakaran tumbuhan mangrove yang besar dan luas

dapat menahan dan memantapkan sedimen tanah, sehingga mencegah

tersebarnya bahan tercemar ke area yang lebih luas dan memungkinkan

tersebarnya bahan pencemar secara fisik. Terserap dan tertahannya logam

berat oleh lapisan rhizosfer disekitar akar menyebabkan terjadinya

penurunan tajam konsentrasi logam berat pada permukaan atas lapisan

sedimen dan mencegah perpindahan keperairan pantai disekitarnya.

Tanaman mempunyai kemampuan mengakumulasi zat pencemar.

Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan pantai yang dapat

berfungsi untuk menyerap bahan-bahan organik dan non-organik sehingga

dapat dijadikan bioindikator logam berat (Wittig 1993).

Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius

untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum.

Dampak dari pencemaran logam berat ini sering dilaporkan. Merkuri

misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko

tinggi terhadap tubuh. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam

jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan

ginjal. Secara prinsipil, pada konsentrasi rendah berpengaruh terhadap

gangguan paru-paru, emphysema dan renal turbular disease kronis. Upaya

Page 20: Makalah Study Kasus Merkuri

20

penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan

menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu

untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion

(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan

menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun

proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru,

yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organism akuatik

(perairan). Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia

(dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau

bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi

tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut.

Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan

diterapkan , karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi

(Mursyidin, 2006).

Logam berat merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih

keperakan dengan titik beku -38,87oC dan titik didih 356,90oC serta berat

jenis 13,6 dan berat atom 200,6. Paparan logam berat Hg terutama methyl

mercury dapat meningkatkan kelainan janin dan kematian waktu lahir serta

dapat menyebabkan Fetal Minamata Disease seperti yang terjadi pada

nelayan Jepang di teluk Minamata. Selain yang tersebut di atas Hg dapat

menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan

retardasi mental.

Page 21: Makalah Study Kasus Merkuri

21

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Kawasan muara Lampon yang menjadi daerah pemilahan bijih emas

tradisional tanpa izin mengakibatkan akumulasi merkuri dalam sedimen

muara yang melebihi baku mutu lingkungan. Kandungan merkuri juga

ditemukan pada biota muara.

b. Limbah Hg di muara Lampon dihasilkan dari proses pemurnian emas yang

dilakukan oleh penambang liar yang juga mengoperasikan mesin

penambangnya. Sehingga ditemukan tingginya angka pencemaran merkuri

pada kawasan muara Lampon akibat aktifitas ini.

c. Dampak merkuri terhadap kesehatan manusia adalah kerusakan sistem

saraf pusat, kerusakan ginjal, kerusakan paru-paru, ekspos pada janin bayi

dapat menimbulkan cacat mental dan kebutaan, meningkatkan angka

kematian.

d. Penanggulangan yang dilakukan akibat pencemaran merkuri adalah

terhadap manusia dilakukan usaha-usaha medis untuk mengatasi masalah

mercury disease, sedangkan pada lingkungan dilakukan dengan

menggunakan tumbuhan yang mampu mereduksi kadar Hg di lingkungan

seperti mangrove.

4.2 Saran

4.3 Dalam menanggulangi sebaiknya tidak hanya terfokus pada

lingkungannya saja tetapi juga pada manusia khususnya anak-anak

Pemeriksaan lanjutan dan pengobatan harus tetap dilakukan dalam upaya

rehabilitasi agar efeknya terhadap kesehatan mereka tidak semakin

memburuk.

4.4 Dengan peraturan yang sudah ada pemerintah seharusnya lebih tegas

dalam menangani kasus pencemaran lingkungan.

4.5 Dan perlunya peran aktif warga sekitar dalam upaya pelestarian

lingkungan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.

Page 22: Makalah Study Kasus Merkuri

22

DAFTAR PUSTAKA

Bapedalda Kalimantan Tengah dan PPLH Universitas Palangka Raya. Inventarisasi/pendataan pemanfaatan air raksa (Merkuri) oleh penambang emas tradisional dan pembeli emas di sepanjang DAS Kahayan. 2001.

Herman, Z.D. Tanpa Tahun. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Dan Kemungkinan Alih Status Menjadi Pertambangan Skala Kecil. Kelompok Kerja Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi

Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press, Jakarta.Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

Gatot Wurdiyanto. Merkuri, bahayanya dan pengukurannya. Buletin Alara Volume Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN. Jakarta. 2007.

Gradjean P et al. Umbilical Cord Mercury concetrastion as biomarker of prenatal exposure to methyl mercury : Enviromental Health Perspectives. 2005.

Kirk and Othmer, 1981. Encyclopedia Of Chemical Technology, 3rd Ed., Vol.24, John Wiley And Sons New York

Lubis Sari Halida. Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. USU digitalized Library.2002.

Martaningtyas, D., 2006. Logam Berat Merkuri, Pikiran Rakyat Cyber Media EDISI 2006, Bandung

Palar H (1994). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka cipta.Palar Heryando. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta,

Jakarta. 2008.Sugiyarto, K.H., 2004. Kimia Anorganik II. Universitas Negeri Yogyakarta,

YogyakartaWidowati W, Sastiono A, R Jusuf Raymond. Efek toksik logam “Pencegahan dan

penanggulangan pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2008.Yunita, C.S. 2013. Aktivis Tolak Penambangan Emas di Banyuwangi. [serial

online]. http://regional.kompas.com/read/2013/05/16/16390413/Aktivis.Tolak.Penambangan.Emas.di.Banyuwangi [6 Oktober 2013].