Revisi Study Kasus

download Revisi Study Kasus

of 31

Transcript of Revisi Study Kasus

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pendidikan dalam arti luas adalah berupaya mengembangkan potensi manusia secara sadar, sehingga terbentuk pribadi manusia yang utuh, baik potensi rohani maupun jasmani. Sedangkan kegiatan belajar merupakan kegitan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, baik pendidikan yang bersifat formal maupun informal. Pendidikan formal biasanya dilaksanakan di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lain yang bersifat formal. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting untuk mencari ilmu dan mengembangkan kepribadian. Sekolah sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan diarahkan pada tugas yang sangat pokok untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai sistem pendidikan. Diantaranya guru, siswa, sarana dan prasarana, tujuan dan lain sebagainya. Sekolah merupakan lembaga formal, dimana pendidikan dan pengajaran ditransformasikan. Guru adalah sosok yang besar sekali peranannya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain sebagai pengajar, guru juga dituntut mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya juga dituntut mampu mentransfer nilai-nilai moral dan budi pekerti untuk memberikan pola tingkah laku yang baik kepada siswa dan dapat membimbing serta memberikan bantuan pemecahan masalah kepada anak didiknya agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Para guru dalam proses pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sebab di samping mengajar juga membimbing dan mengembangkan kepribadian anak didik ke arah kedewasaan serta prestasi yang lebih optimal Siswa merupakan sosok pribadi yang unik yang mempunyai masalah-masalah yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut jika tidak segera diatasi akan dapat menimbulkan permasalahan baru yang mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada hasil pencapaian perestasi belajarnya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal menangkap setiap mata pelajaran yang diajarkan, begitu pula dalam mempelajari Bahasa Inggris siswa terkadang kesulitan untuk menyampaikan apa yang ada pada pikirannya dan tidak berani untuk mengungkapkannya pada suatu forum terkecilpun. Selain kesulitan menyampaikan

1

pendapatnya siswa juga mengalami kesulitan belajar yang berupa kurangnya konsentrasi dalam belajar. Dari kemampuan siswa yang berbeda inilah guru dituntut untuk bisa memahami setiap karakter siswanya. Dalam perkembangan belajar siswa guru tidak hanya melihat perkembangan kognitif siswa saja melainkan perkembangan psikomotor dan afektif siswa juga harus diperhatikan, hal ini dilakukan agar seorang guru dapat mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik. Di sekolah guru tidak hanya menjadi seorang guru saja melainkan menjadi orang tua kedua bagi peserta didik, dan tugas guru juga tidak hanya sebagai pengajar akan tetapi guru berkewajiban untuk mengajar sekaligus mendidik siswa-siswanya. Kesulitan belajar atau yang biasa juga disebut dengan Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Gangguan ini dapat diketahui apabila seorang anak menampilkan prestasi di bawah tingkat intelligensinya. Kesenjangan itu bila anak belum mencapai kemampuan yang sesuai dengan usia dan tingkat akademiknya. Biasanya prestasi mereka di bawah prestasi teman-teman sekelasnya. Meskipun telah mengikuti pelajaran tambahan atau les, tidak terlihat adanya kemajuan yang berarti. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari setiap guru ataupun orang tua untuk memotifasi siswa dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa (Lefanu, 2007). Keberhasilan seorang siswa dalam mencapai suatu prestasi tergantung kepada guru, oleh karena itu guru berkewajiban untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar pada tiap bidang studi yang diajarkan ataupun di luar bidang studi yang diajarkan. Keberhasilan seorang guru dalam melakukan proses belajar mengajar bukan hanya tergantung pada penguasaan materi atau keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi saja. Guru dikatakan telah berhasil apabila dapat membantu mengatasi peserta didik untuk keluar dari masalahnya yaitu suatu masalah yang sering terjadi pada peserta didik yaitu kesulitan belajar. Pada dasarnya tujuan guru secara umum yaitu meningkatkan prestasi belajar yang diimbangi oleh tumbuh kembang anak secara maksimal, tetapi dalam kenyataannya seringkali dijumpai tidak semua siswa memenuhi kriteria tersebut dan mampu untuk mencapai prestasi maksimal dan bahkan ada siswa yang jauh dari harapan dan target daripada guru tersebut. Seorang guru yang baik seharusnya tidak lepas tangan dan langsung memvonis jelek kepada siswa, tetapi seorang guru yang mengerti akan tugas dan fungsi guru yaitu memberikan bimbingan dan layanan bahkan jika perlu mengadakan investigasi untuk memberikan solusi yang mungkin dapat diterima oleh siswa. Kegagalan dalam akademik bukan hanya semata-

2

mata masalah yang dialami oleh siswa melainkan itu hanya satu dari sekian banyak masalah yang dialami oleh siswa seperti karir, pendidikan, masalah, keluarga, dan sebagainya. Seorang guru perlu memiliki dan dibekali ketrampilan dalam memberikan bimbingan terhadap siswa dan tidak cukup rasanya jika guru hanya pintar dalam mengajar dan kurang dalam hal mendidik. Oleh karena itu dalam praktek pengalaman mengajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa PPL, tentunya perlu dibekali ketrampilan tentang bimbingan terhadap siswa sebagai syarat untuk membentuk seorang guru serta diharapkan dapat memahami, menguasai dan dapat melaksanakan prinsip-prinsip dasar dalam layanan kegiatan bimbingan siswa. Hal ini akan sangat berguna bagi mahasiswa calon guru agar nantinya terbiasa dan tidak asing lagi dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan siswa yang dilakukan pada saat sebagai guru sebenarnya. 1.2 Pemilihan Kasus Layanan bimbingan siswa yang dilaksanakan diutamakan pada siwa yang dianggap mempunyai masalah yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya dan perlu dicarikan pemecahannya, agar siswa yang bersangkutan sesegera mungkin dapat mengikuti dan melaksanakan tugas dalam belajarnya dengan hasil yang optimal sesuai dengan ynag diharapkan. Untuk mendapatkan siswa yang termaksud diatas, selama PPL dan proses mengajar dikelas, penulis mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang mendasari penulis untuk memilih siswa yang bersangkutan sebagai subjek studi kasus adalah sebagi berikut: 1. Kurang bersemangat dan pasif dalam mengikuti pelajaran. 2. Siswa dalan mengikuti pelajaran sering tidak serius atau tidak berkonsentrasi, serta tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi dan tidak aktif bertanya 3. Siswa termasuk siswa yang berkuasa dikelasnya 4. Siswa saat mendapatkan masalah, selalu disertai dengan emosi yang meledak-ledak 5. Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih saat pelajaran 6. Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah 7. Siswa sering memiliki problem emosional

3

8. Siswa kesulitan dalam memahami kosakata baru khususnya kosakata bahasa inggris 9. Siswa tersebut sering mengantuk. 10. Kurang berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sekelas Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis merasa perlu untuk memilih dia sebagai klien atau siswa yang perlu ditangani dan berusaha membantu mengatasi permasalahannya yang dihadapi. Hal ini, dimaksudkan agar ia dapat serius dan konsentrasi mengikuti pelajaran yang diberikan guru dengan baik dan tidak tertinggal dengan teman-temannya. Di samping itu pula, agar prestasi siswa menjadi meningkat dan berhasil belajarnya.

1.3 Tujuan Layanan Bimbingan Siswa Tujuan Umum Usaha layanan bimbingan siswa secara umum bertujuan agar siawa dapat memahami dirinya, mampu mengatasi kesulitannya sendiri sehingga dapat mengembangkan diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, dan berprestasi seoptimal mungkin. Tujuan Khusus Adapun tujuan dari studi kasus ini adalah: a. belajar b. Menemukan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam Bahasa Inggris, sehingga dapat ditentukan kemungkinan pencegahan atau bentuk antisipasi dan cara mengatasinya. c. optimal d. Memberikan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah berdasarkan data yang diperoleh baik dari siswa sendiri maupun data yang diperoleh dari orang lain, agar dalam proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan untuk memahami suatu bidang studi e. Memahami dan menetapkan jenis, sifat kesulitan belajar, faktafakta penyebabnya serta cara-cara menetapkan kemungkinan untuk mengatasinya, baik secara prefentif maupun kuratif berdasarkan data dan informasi yang ada Membantu siswa dalam upaya mencapai prestasi belajar yang Mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan

4

1.4

Manfaat Kegiatan layanan bimbingan siswa mempunyai arti yang sangat penting dalam rangkaian

proses belajar-mengajar di sekolah. Secara umum layanan bimbingan ini dapat memberikan manfaat antara lain: a. Bagi guru Sebagai sarana dalam bimbingan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Selain itu dapat menambah referensi atau informasi mengenai keadaan siswa sehingga dapat digunakan sebagai dasar mengambil tindakan selanjutnya secara tepat. b. Bagi praktikan Manfaat yang diperoleh bagi calon guru sangat besar, yaitu pengalaman menyelesaikan masalah yang dihadapi anak didik. Pengalaman ini adalah sebagai penerapan dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah untuk menunjang profesionalisme sebagai guru dimasa yang akan c. Bagi siswa Sebagai sarana untuk memperoleh informasi alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dan sebagai acuan dalam upaya mengenali dan memahami dirinya, sehingga siswa tersebut dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam setiap mata pelajaran dan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar. d. kesulitan belajar e. Orang tua siswa Orang tua siswa akan lebih mengetahui dan memahami kondisi anaknya sehingga dapat memperhatikan perkembangan anak, memberikan motivasi dan dapat memberikan kasih sayang bagi anaknya, sehingga dengan demikian anak merasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang sebenarnya. f. Bagi Sekolah Sekolah dapat mendapatkan masukan dalam upaya memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswanya, selain itu dapat membantu melakukan bimbingan lebih lanjut bagi siswa kasus. g. Bagi Kepala Sekolah 5 Manfaat bagi Guru bimbingan dan konseling Sebagai bahan pertimbangan dalam membimbing dan membantu siswa yang mengalami

Kepala sekolah dapat mengetahui siswanya yang menghadapi permasalahan dan sebagai bahan pertimbangan dalam memonitoring keadaan siswa dan kemampuan guru, terutama yang berkaitan dengan program layanan bimbingan siswa. Merupakan salah satu sumber informasi tentang siswanya, sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan tentang masalah siswanya. 1.5 Konfidensialitas Partowisastro (1984: 47) menegaskan bahwa: Catatan - catatan tentang diri konseli yang meliputi data hasil wawancara, testing, rekaman, dan data yang lain merupakan informasi yag bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon penyuluh asalkan identitas konseli dirahasiakan. Mengingat data yang ditulis bersifat rahasia dan sesuai dengan kode etik konselor sekolah, maka nama dan identitas lain yang berhubungan dengan siswa dibuat fiktif dengan tujuan agar siswa tidak merasa dirugikan akibat diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Jika data yang ada dalam laporan layanan bimbingan ini ada kesamaan dengan subjek lain, maka hal itu merupakan suatu kebetulan. Masalah yang dialami siswa adalah masalah yang bersifat pribadi dan rahasia. Dalam kode etik konselor, konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan dari setiap keteranganketerangan siswa. Catatan-catatan mengenai diri siswa yang meliputi data hasil wawancara, testing, dan data yang lain semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan keperluan siswa atas seizin siswa sendiri.

6

BAB II KAJIAN TEORI2.1 Pengertian Layanan Studi Kasus Layanan bimbingan siswa adalah upaya mengenal, memahami dan menerapkan studi kasus dengan kegiatan mengindentifikasi, mendiagnosis, memprognosis dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Studi kasus dapat disamakan dengan bimbingan layanan terhadap siswa atau bimbingan siswa, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Layanan bimbingan siswa adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Bimbingan sekolah merupakan proses pemberian bantuan kepada murid dengan memperhatikan murid itu sebagai individu dan mahkluk sosial serta memperhatikan adanyan perbedaan individu, agar murid dapat membuat tahap maju seoptimal mungkin dalam proses perkembangan, sehingga dapat menolong dirinya sendiri dan memecahkan masalah-masalahnya. (Depdikbud Bidang Pengembangan Pendidikan, 1971). Bimbingan dan penyuluhan adalah proses yang terus menerus membantu pengembangan individu dalam mencapai kemampuan secara optimal dalam mengarahkan pendapat yang sebesar-besarnya bagi dirinya maupun masyarakat. Stoop (Djumhur, 1975: 22) Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa layanan bimbingan siswa merupakan suatu proses pemberian bantuan (layanan) yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, menerima dirinya, dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan lingkungan, potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan baik. Baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam upaya mengenal, memahami dan menerapkan kasus-kasus siswa, data dapat dikumpulkan dari berbagai aspek dan sumber. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui gambaran siswa secara menyeluruh dan selanjutnya dapat mengetahui 7

bantuan yang sesuai untuk diberikan kepada siswa yang bermasalah. Mengingat data yang diperoleh banyak dan bersifat pribadi ( rahasia ) serta tidak ingin diketahui oleh orang lain maka kerahasiaan data merupakan hal yang sangat menunjang kelancaran bimbingan. Oleh karena itu, untuk mejaga kemungkinan akan masalah tersebut diatas maka identitas siswa dalam laporan ini ditulis secara fiktif 2.2 PENGERTIAN BELAJAR Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalahSuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

2.3

DEFINISI KESULITAN BELAJAR Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi atau lambat dalam menerima materi yang disampaikan. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah 8

yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. 2.4 MACAM-MACAM KESULITAN BELAJAR Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut. a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemahgemulai. b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 9

c.

Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat

potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasabiasa saja atau malah sangat rendah. d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 2.5 LEARNING DISORDER Learning disorder dapat disebut juga kekacauan belajar yaitu keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami learning disorder, diantaranya: Daya ingat kurang baik Sulit dalam mempelajari keterampilan baru Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas Impulsif (bertindak sebelum berpikir) Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah Problem emosional Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu Menolak bersekolah

10

Disamping itu, ada 3 Jenis Gangguan dalam learning disorder, yaitu: Reading Disorder Pada anak yang mengalami learning disorder, Ada Masalah pada syaraf otak yang mengurus penglihatan, bahasa dan memori, Kesulitan dalam memahami dan membedakan bunyi (phonological skill), Yang dilihat : ketepatan, kecepatan & pemahaman dalam membaca, Kesalahan : d b (huruf yang terbalik), was menjadi saw (kata yang terbalik), dan place menjadi palace (penghilangan huruf dalam kata). Menurut DSM IV-TR: a. Prestasi membaca yang diukur dengan tes ketepatan dan pemahaman membaca individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya. b. Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan c. Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan membaca secara terusmenerus berhubungan dengan hal tersebut. Mathematic Disorder Menurut DSM-IV TR: Kemampuan berhitung (matematika), yang diukur dengan tes individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya. Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan kemampuan berhitung (matematika). Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut. Adanya Dyscalculia, yaitu Kesulitan dalam memahami konsep abstrak dalam operasi hitung & pemecahan masalah serta Kesulitan dalam memahami angka dan symbol namun Tidak ada masalah dengan IQ, fungsi sensori, perkembangan & emosi serta Kesulitan dengan visual-spatial yang Berhubungan dengan syaraf otak. Writing Disorder Menurut DSM-IV TR: Kemampuan menulis berdasarkan pengukuran tes individu yang terstandarisasi (atau

11

pengukuran fungsi kemampuan menulis), dimana hasilnya di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya. Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan keahlian dalam menulis kata-kata (misalnya menulis kalimat yang benar dan paragraph yang teratur). Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut. Adanya Masalah pada visual motor eye-hand coordination yang Biasanya diikuti dengan masalah perencanaan, evaluasi diri dan modfikasi diri. 2.6 Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan

12

tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktorfaktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. 2.7 SOSIALISASI Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. A. Sosialisasi primer Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. B. Sosialisasi sekunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi,

13

seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

14

BAB III PROSEDUR PENYELIDIKAN KASUS3.1 METODE dan HASIL PENGUMPULAN DATA Sebelum memberikan bantuan kepada siswa, maka praktikan harus memiliki data dan informasi yang lengkap dan akurat. Ada beberapa metode yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam layanan bimbingan siswa antara lain : 3.1.1 Metode Observasi Metode ini dilakukan dengan cara mengamati keadaan siswa secara langsung meliputi sikap dan tingkah laku baik dalam proses belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh praktikan, di peroleh kesimpulan bahwa: 1. sekelasnya. 2. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, namun nilai rata-rata Siswa dalam mengikuti proses pelajaran B. Inggris, lebih banyak diam dan jarang berinteraksi dengan guru tentang pelajaran maupun dengan teman

siswa tergolong tidak stabil 3. 4. 5. Siswa sering merasa mengantuk dan sukar berkonsentrasi Siswa sulit memahami materi yang diajarkan Siswa sering terlihat kurang percaya diri dan sering mencontek

temanya ketika ulangan. 6. Siswa sering tidak bisa menjawab pertanyaan apabila guru

memberikan pertanyaan secara oraal 7. Siwa sering emotional

3.1.2

Metode Angket

15

Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara memberikan angket untuk diisi siswa, sehingga dari angket ini praktikan bisa mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi oleh siswa tersebut.

Berdasarkan hasil pengisian angket data pribadi siswa dapat diperoleh informasi sebagai berikut: DATA PRIBADI SISWA A. Identitas Siswa 1. Nama Lengkap 2. Tempat/Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Alamat 6. No. Telepon 7. Sekolah/Kelas 8. Warga Negara B Kesehatan (*) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ( Tidak ) Sering sakit pada saat sekarang ini ) Sering sulit tidur ) Sering terasa lelah dan kurang bersemangat ) Kadang-kadang terasa mengantuk saat mengikuti pelajaran ) Kurang bersemangat waktu mengikuti pelajaran ) Setiap pagi anda selalu rutin sarapan ( Tidak ( Tidak ( ( ( ( Ya Ya Ya : Jordan (fiktif) : Malang, 23-12-1996 : Laki-laki : Islam : : : SMKN 3 Malang/ X TKJ 2 : Indonesia

Tidak ) Merasa kurang gembira karena cacat fisik

C. Keadaan kehidupan sehari-hari (*) 1. 2. ( Tidak ( Tidak ) Penghasilan orang tua saya kurang mencukupi ) Keperluan sekolah saya terutama buku-buku pelajaran tidak terpenuhi

D. Rumah dan Keluarga (*) 1. 2. ( Ya ( ) orang tua sering tidak berada di rumah karena sibuk bekerja Tidak ) Orang tua saya tidak begitu memperhatikan dan peduli terhadap saya 16

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1.

( ( ( (

Tidak ) Tidak begitu akur dengan orang tua Tidak ) Sukar menyesuaikan dengan orang tua Tidak ) Kurang senang terhadap tingkah laku orang tua Tidak ) Orang tua bercerai

( Tidak )Ayah dan Ibu sering bertengkar, sehingga saya merasa terganggu jika belajar ( Tidak ) Orang tua saya bersikap keras (menekan, tidak memberi kebebasan) kepada saya ( ( Tidak ) Orang tua saya sering membedakan terhadap anak-anaknya Tidak ) Keluarga saya kurang harmonis/bahagia

E. Rekreasi, Olahraga dan Hobby (*) (Tidak) Tidak ada waktu untuk berrekreasi (Ya (Ya (Ya (Ya ) Keluarga tidak pernah atau jarang untuk meluangkan waktu untuk rekreasi ) Berolah raga secara teratur ) Suka nonton film atau televisi ) Suka mendengarkan musik (Tidak ) Tidak senang berolahraga

(tidak ) Suka membaca komik (Tidak ) Suka menyanyi (Tidak ) Punya hobby yang tidak baik (Tidak ) Pelajaran terganggu karena hobby (Tidak ) Sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Tidak )Tidak senang bermain dengan teman-teman (Ya ) Merasa tidak disenangi teman (Tidak ) Tidak pandai berteman (Tidak ) Sukar menyesuaikan diri dengan teman / kelompok (Tidak ) Merasa rendah diri (Tidak ) Mudah tersinggung (Tidak ) Mudah marah (Ya ) Senang terlibat dalam organisasi (tidak ) Bingung/grogi jika berhadapan dengan banyak orang Sekarang tinggal bersama dengan (lingkari huruf yang sesuai) a. *Ayah dan ibu kandung 17

F. Hubungan Sosial (*)

I. Data Keluarga/Pribadi dan Tempat Tinggal

b. c. d. e. f. g. h. i. 2.

Ayah dan ibu tiri Ayah tiri dan ibu kandung Ayah kandung saja Ibu kandung saja Saudara kandung (kakak/adik) Keluarga lain ( ............................................ ) Wali ( ........................................................ ) Di asrama

Berapa orang jumlah penghuni rumah bersamamu ? ............................3............................... orang, yaitu : a. .........................1.............................. orang dewasa lai-laki b. .........................1............................ orang dewasa wanita c. .........................1.............................. orang anak laki-laki d. ..................................................... orang anak wanita

3. 4. 5. 6.

Diantara saudara kandung, anda anak nomor berapa? .......................................................................... Berapa orang seluruh anggota keluarga anda? ..........3........... orang, terdiri atas .........2.............. pria, dan ................1....... wanita Apakah anda punya saudara tiri? a. Ya Jika punya, sebutkan berapa orang? Yang seayah ................................... orang Yang seibu ................................... orang b. Tidak

7.

Keterangan tentang orang tua wali : Orang Tua / Wali 1.Ayah 2.Ibu 3.Anak Tiri 4.Ibu Tiri 5.Wali Apakah anda pernah berselisih (berlainan) pendapat dengan orang tua/wali? Jawaban: Pernah Kalau berlainan pendapat biasanya tentang apa? Nama Bambang(fiktif) Marcela(fiktif) Pekerjaan Penjual Bakso Ibu rumah tangga Pendidikan SD SD Agama Islam Islam

8. 9.

18

Jawaban: Keinginan tidak jarang ditentang dan tidak disetujui orangtua 10. Keterangan tentang saudara-saudara: Nama Tanggal Lahir Hubungan Sekolah Pekerjaan

11.

Pernahkah anda tidak naik kelas? a. b. Tidak pernah ............................................... kali, yaitu ketika di; .................................................kelas ...............................................

12.

Pernahkah anda tidak lulus? a. b. Tidak Pernah ............................................... kali, yaitu ketika di......................... Untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi Disuruh orang tua Disuruh saudara Karena ajakan teman Disuruh/atas nasehat guru Kwalitas sekolah yang bagus

13.

Apakah alasan anda untuk masuk ke SMKN 3 Malang ?(*) a. b. c. d. e. f.

14. 15. 16. 17.

Apakah yang anda cita-citakan untuk masa yang akan datang? Jawaban: Pemain sepakbola Pelajaran apa yang paling anda senangi? Pelajaran apakah yang kurang anda senangi? Jawaban: Matematika karena terlalu banyak rumus Apakah anda mempunyai tempat belajar sendiri? a. Ya b.Tidak Alasan :.............................................................................................

18.

Menurut anda bagaimana tempat belajar anda? a. b. c. d. Baik sekali Cukup Kurang Kurang sekali b. Tidak 19

19.

Apakah anda mempunyai waktu belajar yang cukup? a. Ya

20. 21.

Jika waktu belajar kurang, .................................................................................................... Siapa yang membantu anda dalam belajar? Jawaban: Tidak ada

22.

Kapan biasanya anda belajar? a. b. c. d. e. f. Pagi Siang Sore Malam Waktu akan ulangan Tidak pernah

23. Berapa jam anda belajar? Jawaban: 2 jam 24. 25. 26. 27. 28. Jam berapa biasanya anda belajar? Jawaban: 18.00-20.00 WIB Kegiatan apa yang anda lakukan diluar jam sekolah? Jawaban: bermain Apa hobi anda? Jawaban: bermain sepakbola Penyakit apa yang pernah anda derita? Jawaban: tipus dan asma Kesulitan apa saja yang sering anda alami? Jawaban: bangun pagi hari ANGKET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS 1. Apakah Anda suka dengan pelajaran Bahasa Inggris ? a. Ya Alasan : Terlalu banyak rumus 2. Materi apa yang anda sukai dalam Bahasa Inggris? Jawab: Reading Alasan: tinggal membaca 3. Materi apa yang tidak anda sukai dalam Bahasa Inggris? 20 b. Tidak

Jawab : Speaking Alasan : Susah bicara bahasa inggris 4. Penyampaian materi seperti apa yang anda sukai dalam pelajaran matematika?(*) a.guru menerangkan dan saya mendengarkan b. Belajar dengan berkelompok dengan teman c. Guru menerangkan dengan cara mudah 5. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, suasana kelas apa yang Anda sukai? a. santai a.Ya 7. Apa alasan Anda? Jawaban: susah menghafal kosakata dan memahami soal 8. Kesulitan apa yang paling menonjol dalam memahami Matematika? a. Hafalan kosakata b. Pemahaman materi c. Memahami soal d. .. 9. Apakah materi yang disampaikan oleh guru Anda kurang jelas? a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya sempurna? a. Ya 3.1.3 b. Tidak METODE WAWANCARA Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung terhadap siswa maupun orang lain yang mengerti tentang keadaan siswa dengan tujuan memperoleh data secara lisan dan mengungkapkan aspek aspek secara psikis b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak 10. Apakah Anda kurang serius dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris? 11. Apakah Anda senang bercanda dalam mengikuti setiap pelajaran di sekolah? 12. Apakah anda sering bosan dan mengantuk dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris? 13. Apakah Anda masih memiliki keyakinan untuk dapat belajar Bahasa inggris dengan b. serius b. Tidak c. santai tapi serius 6. Apakah Anda merasa kesulitan dalam memahami pelajaran Bahasa Inggris?

21

dari siswa. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data yang kurang lengkap, dalam metode ini, penulis mengadakan wawancara dengan berbagai pihak. Hasil wawancara dengan siswa dan teman-teman siswa dapat disimpulkan bahwa: 3.1.4 Siswa tersebut merasa sulit untuk konsentrasi dalam belajar. Siswa tersebut sering mencontek temanya ketika mengerjakan soal dan ujian karena belum belajar dan belum siap. Siswa sering merasa emosional jika tidak diberi jawaban Siswa mengalami gangguan belajar METODE CHECK LIST Metode ini ditetapkan untuk melengkapi data dari angket yang telah disampaikan untuk menggali informasi tentang belajar, kesehatan, agama, sosial, dan sebagainya. Adapun hasil data chek listdapat di uraikan secara singkat sebagai berikut: a. Masalah kesehatan Siswa pernah sakit tipus Siwa memiliki penyakit asma Sering merasa lelah Merasa tidak bersemangat Merasa sering terganggu b. Masalah Kebiasaan Sering kehilangan kesabaran Sering emosi Sering ramai dikelas c. Masalah Keadaan di Rumah Orang tua siswa sering tidak mengerti siswa Orang tua jarang dirumah Orang tua terlalu sibuk bekerja Sering menentang kemauan siswa Orang tua jarang berkumpul bersama atau menghabiskan waktu liburan bersama siswa d. Masalah Agama dan Moral

22

Sulit melakukan ibadah secara teratur Sering terganggu perasaan berdosa Sering menyontek diwaktu ulangan Tidak dapat melupakan kesalahan yang diperbuat Takut hukuman tuhan e. Rekreasi dan Olahraga Sukar membatasi menonton TV Sering menghabiskan waktu untuk bermain sepak bola Sering sekali keluar rumah f. Masalah Hubungan Sosial Sulit menyesuaikan diri Sukar memulai perkenalan Merasa tidak disenangi teman g. Cita-Cita Cita-cita tidak sesuai dengan harapan orang tua. Keluarga menentang apa yang direncanakan Merasa sulit mencapai cita-cita h. Masalah Sekolah/ Pengajaran Merasa tertekan oleh peraturan sekolah Sering penjelasan guru tidak jelas i. Ulangan Sering kurang siap dalam menghadapi ulangan Sering merasa bingung dalam menghadapi ujian Sering merasa kurang percaya diri Kurang teliti dalam mengerjakan ulangan Pada waktu ulangan sering konsentrasi hilang Sering merasa putus asa pada saat ulangan Tergoda untuk mencontek pada saat ulangan j. Kebiasaan Belajar Merasa sulit menentukan waktu belajar yang tepat Merasa sulit menentukan waktu belajar yang baik 23

Belum mempunyai waktu belajar yang khusus Cepat merasa bosan dalam belajar Sulit belajar sendiri Butuh teman untuk belajar

3.1.5

Metode Dokumenter Metode ini dilakukan dengan cara praktikan melihat catatan dari beberapa dokumen yang tersimpan pada bagian bimbingan dan penyuluhan dalam bentuk biodata atau daftar nilai siswa. Dokumen ini berfungsi untuk melihat perbandingan prestasi siswa dengan perkembangannya sekarang. Hasil analisa dokumenter, dapat disimpulkan bahwa nilai siswa dalam beberapa kali ulangan tidak stabil. Namun setelah praktikan meneliti lagi siswa tersebut mengalami perkembangan dalam peningkatan prestasinya/ nilainya. Terbukti ketika diberikan soal remidi atau ujian mandiri siswa tersebut berhasil mengerjakan dengan baaik dan mendapat nilai yang bagus. Praktikan yakin jika siswa ini dibimbing lagi secara intensif dan selalu mendorong siswa ini untuk belajar teratur maka tidak menutup kemungkinan kalau siswa ini akan bisa meningkatkan prestasi belajarnya.

3.2

DIAGNOSIS A. Identifikasi Kesulitan Belajar Berdasarkan data-data yang diperoleh praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut: 1.Prestasi belajar siswa kurang baik. 2.Siswa mempunyai masalah dalam bersosialisasi. 3.Siswa sering terlambat dalam mengumpulkan tugas. 4.Siswa tidak menyukai pelajaran ilmu pasti (matematika), akan tetapi lebih menyukai pelajaran olahraga. 5.Siswa memiliki gangguan dalam berkonsentrasi.

B. Identifikasi Faktor Penyebab

24

Berdasarkan data yang praktikan dapatkan, bisa dirumuskan bahwa faktor penyebab kurang aktifnya siswa saat belajar dan rendahnya prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut : o Belum bisa belajar secara rutin dan giat o Lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain daripada belajar o Cepat merasa bosan ketika belajar karena tidak ada teman belajar o Malu untuk bertanya pada guru jika mengalami kesulitan dalam pelajaran o Hubugan dengan orang tua kurang dekat o Orang tua terlalu sibuk bekerja o Orang tua jarang meluangkan waktu untuk berkumpul bersama atau liburan bersama o Orang tua kurang jarang memantau kegiatan belajar siswa o Siswa merasa tidak sedikit teman yang menyenanginya dikarenakan sikapnya Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut mengalami gangguan belajar dikarenakan kurangnya bersosialisasi dan rendanya motivasi untuk belajar.

3.2

PROGNOSIS Prognosis adalah suatu usaha untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada siswa, apabila permasalahan yang dihadapi tidak segera mendapatkan bantuan penyelesaian. Tahap ini dilaksanakan setalah tahap diagnosis selesai dengan cara menetapkan teknik pemberian bantuan kepada siswa berdasarkan pada hasil diagnosis, hasil pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan.

1. Prediksi yang mungkin terjadi apabila siswa kasus tidak segera diberikan layanan bimbingan adalah sebagai berikut. a. Siswa akan semakin malas dalam menerima pelajaran. b. Prestasi siswa menurun c. Akan mempengaruhi kepercayaan diri siswa d. Siswa gagal dalam mencapai cita-citanya. e. Siswa akan merasa jenuh menerima pelajaran di sekolah.

25

f. Siswa akan lebih sering bermasalah dengan guru dan mata pelajaran. g. Siswa tidak naik kelas. 3.2.1 PEMBERIAN BANTUAN Pada tahapan pemberian bantuan yang menjadi fokus adalah cara agar siswa dapat menyelesaikan masalahnya, dan teknik-teknik penyelesaian masalah yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya harus segera dilaksanakan. Agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya sehingga berhasil mencapai hasil belajar yang maksimal Adapun bantuan yang sudah diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut: 1. Masalah akademik, adapun langkah-langkah pemecahannya antara lain sebagai berikut. a. Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa belajar itu adalah kegiatan yang harus dilakukan seorang siswa. Siswa tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan jika tidak ada keinginan untuk belajar. b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih giat dalam belajar semua mata pelajaran, karena semua itu sangat bermanfaat bagi siswa. c. Mengarahkan siswa bagaimana cara belajar yang efektif. d. Memberikan cara membagi waktu belajar yang efektif, dengan cara menumbuhkan sikap disiplin, mandiri, dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri. e. Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa belajar itu tidak hanya waktu besok ulangan saja, tetapi akan lebih baik jika belajar itu rutin dan teratur. f. Menanamkan rasa percaya diri kepada siswa serta memberikan motivasi g. Mengadakan remidi jika nilai siswa masih kurang dari standart yang ditentukan oleh sekolah atau mengadakan ujian mandiri 2. Masalah non akademik, adapun langkah-langkah pemecahannya antara lain sebagai berikut. a. Memberikan pemahaman kepada siswa untuk tidak membuat gaduh di dalam kelas ketika pelajaran berlangsung. b. Siswa dirubah posisi duduknya, yang awalnya dibelakang dirubah untuk duduk dideretan depan agar bisa focus menerima pelajaran. c. Siswa disarankan untuk bisa menahan emosi dan bersikap sopan baik berbicara maupun bersikap. d. Siswa diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalkan dengan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dikatakan kepada orang lain,

26

apakah nanti menyakiti perasaan orang lain atau tidak. Hal tersebut dikarenakan siswa terlalu jujur, apa adanya, ceplas ceplos, sering bicara kotor dan mudah emosi 3.4.1 Bantuan yang Belum Terlaksana Usaha bantuan yang tidak terlaksana adalah kunjungan ke rumah siswa karena keterbatasan waktu. Praktikan belum sempat memberitahukan masalah yang dihadapi siswa dan solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya kepada orang tua siswa. Hambatan yang dialami praktikan adalah keterbatasan waktu dalam kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).

3.2.2

FOLLOW UP Follow up adalah usaha yang dilakukan oleh praktikan untuk mengikuti perkembangan siswa setelah diberikan bantuan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa, cara yang dilakukan untuk tindak lanjut ini adalah sebagai berikut.

a. b. c. d.

Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Inggris. Mengamati tingkah laku siswa selama pelajaran berlangsung. Menggali informasi dari siswa sendiri atau teman. Menggali informasi tentang perkembangan siswa melalui wali kelas siswa Untuk mengetahui ada atau tidak perubahan signifikan siswa setelah diberikan bantuan oleh praktikan, praktikan menggunakan metode antara lain sebagai berikut.

1) Penilaian Metode penilaian ini digunakan yaitu dengan menilai hasil belajar siswa. Setelah diberikan bantuan oleh praktikan ternyata nilai-nilai sementara untuk pada semester genap sedikit mengalami perubahan dan mulai aktif di kelas untuk mengemukan pendapat dengan kemauan sendiri atau tanpa paksaan. 2) Wawancara Wawancara dilaksanakan dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada siswa. Siswa memaparkan bahwa kesulitan yang dialami dalam belajar bahasa Inggris dan matematika hanya dikarenakan psikologis siswa yang memang sering merasakan kejenuhan saat menerima pelajaran. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain adalah siswa

27

yang malas belajar dan mengerjakan tugas serta lebih senang pelajaran di luar kelas seperti olahraga.. 3) Observasi atau pengamatan langsung Pengamatan langsung pada point ini adalah pengamatan terhadap perilaku dan sikap siswa selama pelajaran Bahasa Inggris yang berlangsung dikelas. Siswa sudah tidak terlalu membuat gaduh dan bersedia untuk diingatkan dan mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh. Untuk kebiasaan bicara yang ceplas-ceplos dan berbicara kotor masih belum dapat berkurang. Namun secara garis besar berdasarkan pengamatan langsung yang praktikan lakukan siswa tersebut mengalami perubahan dalam psikologinya yang awalnya acuh tak acuh menjadi seseorang yang peduli.

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan 1. antara sekolah, orang tua dan masyarakat. 2. Layanan bimbingan siswa adalah suatu kegiatan yang penting, yang harus dikuasai oleh guru dan sebaiknya dilakukan untuk membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar optimal. 3. Perhatian dan penciptaan suasana kelas yang baik mutlak diperlukan sebagai usaha preventif oleh setiap guru terhadap timbulnya masalah siswa, terutama dalam masalah pengelolan kelas dan cara belajar siswa yang mengakibatkan prestasi siswa menurun terutama dalam pelajaran Bahasa Indonesia agar secepat mungkin memperoleh bantuan. 4. Untuk mengatasi masalah siswa yang berkasus, harus melibatkan berbagai pihak, misalnya orang tua dalam memberi perhatian dan kasih sayang, guru-guru dan staf sekolah, serta teman-teman sebayanya terutama teman kelas dan lingkungannya. Tapi yang paling dominan adalah kemauan dari diri siswa itu sendiri untuk memperbaiki dirinya dan memperbaiki cara belajarnya. Proses belajar siswa pada hakikatnya berlangsung secara terus-menerus dan merupakan tanggung jawab bersama yaitu

28

4.2

Saran 1. a. b. c. d. e. Saran untuk siswa (klien) Melaksanakan saran-saran yang telah dianjurkan. Membuat jadwal belajar yang baik. Dapat membagi waktu belajar dan bermain dengan tepat. Mengikuti pelajaran dengan tekun. Siswa mau bertanya pada guru jika ada yang kurang dimengerti atau tidak dipahami. f. Mengadakan introspeksi diri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya supaya bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut g. Harus mampu mengendalikan sifat malas yang menghambat keberhasilan siswa h. Menumbuhkan rasa percaya diri i. Harus mampu mempunyai keinginan besar untuk berubah agar dapat berhasil j. Selalu berkomunikasi dengan saudara dan orang tua 2. Saran untuk orang tua a. Membantu meningkatkan motivasi belajar dan membimbing dalam belajarnya b. Tidak memaksakan kehendaknya dan mencoba memahami seberapa besar kemampuan dan segala kelebihan serta kekurangan anaknya c. Meluangkan waktu untuk anaknya agar orang tua selalu dapat lebih mengontrol perkembangan anaknya. d. Mau membina hubungan dengan anak dengan cara menjalin komunikasi yang sehat sehingga orang tua dapat mengetahui segala hal yang di butuhkan anak. e. Meningkatkan kualiatas hubungan dengan anak sekaligus memberikan arahan bersifat membangun diri anak sehingga menimbulkan motivasi yang kuat untuk berprestasi. f. Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah dalam hal ini dengan guru, konselor dan staf lainnya untuk mengetahui perkembangan anaknya. 3. a. b. Saran untuk guru dan wali kelas Selalu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga klien akan lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung Guru, wali kelas, dan BK terus memantau setiap perkembangan klien baik di dalam maupun di luar kelas 29

c.

Memberikan motivasi belajar pada siswa dan menyediakan waktu untuk berdialog dengan siswa terutama siswa klien.

g. Hendaknya memberikan perhatian khusus terutama pada siswa yang bermasalah. h. Memonitor kemajuan belajar siswa dan melihat perkembangan keberhasilan dari bantuan yang diberikan i. Melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas ataupun dalam belajar secara berkelompok. j. Memotivasi belajar dalam upaya menumbuhkan prestasi belajar siswa k. Mengadakan pendekatan terhadap siswa untuk lebih memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.

DAFTAR PUSTAKA Djumhur, M. Surya. 1994. Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Erlangga Gunarsa, D.Singgih. 2002. Psikologi Untuk membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Haniyah. 1993. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: Perawatan Fasilitas Jakarta:

Le Fanu, James. 2007. Deteksi Dini Masalah- Masalah Psikologi Anak. Yogjakarta: Think. Partowisastro, H. Koestoer. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Erlangga. Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua. Santoso, Mukhamad. 2006. Pengantar Pelayanan Bimbingan di Sekolah. Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.

30

Team UPT-PPL. 2009. Petunjuk Pelaksanaan PPL. Malang: UPT-PPL Universitas Muhammadiyah Malang. Tim PPL FKIP.2012. Pedoman program pengalaman lapangan. Malang: UMM Press Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia

31