Makalah Psikologi

31
PSIKOLOGI INTELEGENSI Pendahuluan Manusia adalah makhluk yang unik, artinya tidak ada satu individu pun yang persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita temui adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahakan suatu masalah atau persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya,namun dipihak lain ada pula individu yang lambat bahkan mungkin tidak mampu memecahkannya. Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau intelegensi itu memang ada,dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain. Individu yang memiliki intelegensi tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan,dan sebaliknya individu yang intelegensinya rendah hanya mampu memecahkan persoalan yang mudah. Sebagai ilustrasi,seseorang mahasiswa yang menghadapi soal- soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan sebaliknya. Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum,sedangkan kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus,disebut bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya ditentukan oleh intelegensi. Pengertian

description

makalah psikologi

Transcript of Makalah Psikologi

Page 1: Makalah Psikologi

PSIKOLOGI

INTELEGENSI

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang unik, artinya tidak ada satu individu pun yang persis sama

dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita temui adalah dalam hal kecepatan

dan kemampuan individu dalam memecahakan suatu masalah atau persoalan yang dihadapi. Untuk

memecahkan masalah atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat

memecahkannya,namun dipihak lain ada pula individu yang lambat bahkan mungkin tidak mampu

memecahkannya.

Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau intelegensi itu memang

ada,dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain. Individu yang memiliki intelegensi

tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan,dan sebaliknya individu yang intelegensinya

rendah hanya mampu memecahkan persoalan yang mudah.

Sebagai ilustrasi,seseorang mahasiswa yang menghadapi soal-soal ujian yang sama, ada

yang mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan sebaliknya.

Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat

umum,sedangkan kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus,disebut

bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya

ditentukan oleh intelegensi.

Pengertian

Istilah Intelegensi atau dalam bahasa inggris “intelligence” berasal dari kata “intelilligere”

yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Beberapa pengertian tentang

intelegensi,sebagaimana dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.

Menurut Terman, “ intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak (Sukardi, 1997)

Ebbinghaus mendefinisikan “intelegensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi”

(Notoatmodjo, 1997)

Thorndike mengatakan bahwa “ inteligensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai

kemampuan untuk menetukan ketidaklengkapan kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan

hidup individu” (Notoatmodjo, 1997)

Page 2: Makalah Psikologi

Menurut Binet,sebagaimana dikutip oleh Winkel (1987) menyebutkan bahwa “ inteligensi

adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri”

(Sukardi, 1997)

Pendapat David Wechler yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sumarno (2000) menyebutkan

bahwa “ Inteligensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah,serta

mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

Menurut Sukardi (1997), “inteligensi pada hakekatnya merupakan suatu kemampuan dasar

yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen”.

Pengukuruan Inteligensi

Prinsip pengkuran inteligensi adalah membandingkan individu yang dites dengan norma tertentu.

Secara umum,yang dipakai sebagai norma adalah inteligensi kelompok sebaya.

Cara untuk mengetahui inteligence quatient (IQ) seseorang menurut Binet adalah dengan

membandingkan antara umur kecerdesan ( mental age= MA) dengan umur kalender ( cronological

age=CA)

Alfred Binet menyusun tes

kecerdasan yang pertama

setelah diminta menciptakan

suatu cara membedakan

anak-anak yang layak masuk

ke sekolah-sekolah perancis

dan anak yang tidak dapat

masuk sekolah tersebut.

Page 3: Makalah Psikologi

Tes Binet Tahun 1904, Menteri Pendidian Prancis meminta Psikolog Alfred Binet untuk

mencari suatu metode guna menentukan siswa-siswa yang mana yang tidak menerima keuntungan

dari pengajaran disekolah reguler. Binet dan muridnya, Theopile Simon, mengembangkan sebuah

tes kecerdasan untuk memenuhi permintaan ini. Tes tersebut terdiri dari 30 soal, mulai dari

kemampuan untuk menyentuh hidung atau telinga seseorang, sampai kemampuan menggambar

desain-desain dari memori dan mendefinisikan konsep-konsep abstrak.

Tes Binet mempresentasikan kemajuan besar dalam usaha-usaha awal untuk mengukur

kecerdasan. Binet menekankan bahwa inti dari kecerdasan terdiri atas proses-proses kognitif yang

kompleks, seperti memori, imajinasi, pemahaman, dan penilaian. Selain itu, ia yakin bahwa

pendekatan perkembangan bersifat krusial untuk memahami kecerdasan. Ia menyatakan bahwa

kemampuan intelektual anak meningkat berdasarkan usia. Oleh karena itu, ia menguji soal-soal

potensial dan menentukan, usia dimana seorang anak pada umumnya dapat menjawabnya dengan

benar. Binet mengembangkan konsep mental age (MA), yakni tingkat perkembangan mental

individu relatif dari orang lain. Bagi anak-anak pada umumnya, mental age (MA) bersesuaian

dengan chronological age (CA), yang merupakan usia sejak kelahiran. Seorang anak yang pandai

memiliki MA yang sangat tinggi melebihi CA, seorang anak yang bodoh memiliki MA sangat

rendah dibawah, CA.

Tes Binet telah direvisi berkali-kali untuk memasukkan kemajuan-kemajuan dalam

pemahaman kecerdasan dan tes kecerdasan. Banyak revisi telah dilakukan oleh Lewis Terman, yang

mengembangkan norma-norma ekstensif dan memberikan instruksi-instruksi yang jelas dan

terperinci untuk setial soal dalam tes. Terman juga mengaplikasikan suatu konsep yang

diperkenalkan oleh Wiliam Stern. Pada tahun 1912, Stern menciptakan istilah intelligence quotient

(IQ), yang mengacu pada mental age dibagi chronological age, kemudian dikalikan 100

Mental age (MA) Tingkat perkembangan mental

individu relatif dengan individu lain.

Intelligence quotient (IQ) Usia mental individu dibagi

usia kronologis dikali 100; disusun pada tahun 1912

oleh Wiliam Stern.

Page 4: Makalah Psikologi

RUMUS = IQ = MA/CA x 100

MA: Mental Age diperoleh dari hasil tes inteligensi

CA: Chronological Age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahiran atau umur

kalender

Skala Wechsler Disamping Standford-Binet, tes kecerdasan yang lain yang digunakan secara luas

adalah skala Wechsler, dikembangkan oleh David Wechsler. Pada tahun 1939, Wechsler

memperkenalkan skalanya yang pertama, yang didesain untuk orang dewasa. Dalam edisi

ketiganya, Wechsler Adult Intelligence Scale-III (WAIS-III), diikuti oleh terbitnya Wechsler

Intelligence Scale for Children-IV (WISC-IV) untuk anak-anak usia 6 dan 16 tahun, serta Wechsler

Preschool and Primary Scale of Intelligence-III (WPPSI-III) untuk anak-anak usia 4 hingga 6,5

tahun.

Skala-skala wechsler tidak hanya menyediakan skor IQ yang menyeluruh tetapi juga menilai

enam aspek verbal dan lima aspek nonverbal. Hal ini memampukan penguji memisahkan skor-skor

IQ nonverbal dan verbal serta dapat mengetahui dengan cepat area-area dimana individu berada:

dibawah rata-rata, pada nilai rata-rata, atau diatas rata-rata. Pernyataan sejumlah sub skala

nonverbal membuat tes Wechsler lebih representatif untuk mengukur kecerdasan nonverbal dan

verbal. Tes Binet juga mencakup soal-soal nonverbal, meskipun tidak sebanyak dalam skala

Wechsler.

Page 5: Makalah Psikologi

Subskala Verbal

Persamaan Pemahaman

Seorang anak harus berpikir logis dan abstrak

untuk menjawab sejumlah pertanyaan mengenai

kemiripan antara dua hal.

Contoh : “Dalam hal apa singa dan harimau

sama”?

Subskala didesain untuk mengukur penilaian

individu dan akal sehat. Contoh : “ Apa manfat

menyimpan uang di bank “?

Subskala non verbal

Desain Balok

Seorang anak harus memasangkan serangkaian balok warna-warni yang cocok dengan desain-

desain yang ditunjukkan oleh penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi preseptual, dan

kemampuan memvisualisasikan ruang menjadi tolak ukur penilaian.

Tes-tes kelompok memiliki beberapa kelemahan yang signifikan. Ketika suatu tes diberikan

terhadap kelompok yang besar, penguji tidak dapat menjalin rapport dengan masing-masing peserta,

sulit menentukan tingkat kegelisahan, dan sebagainya.

Sebagian besar ahli yang melakukan tes merekomendasikan bahwa ketika keputusan-

keputusan penting harus dibuat atas seorang individu, tes kecerdasan kelompok sebaiknya

dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan individu sebagai contoh : untuk memutuskan

penempatan anak dikelas pendidikan khusus, hukum legal mensyaratkan bahwa keputusan tersebut

tidak boleh didasarkan pada tes kecerdasan kelompok. Psikolog harus menjalankan tes kecerdasan

individu, seperti Stanford-Binet atau Wechsler, dan memperoleh informasi ekstensif atas

kemampuan anak diluar situasi tes.

Tes-tes kecerdasan memiliki kegunaan langsung sebagai alat prediksi kesuksesan disekolah

Page 6: Makalah Psikologi

dan pekerjaan (Brody, 2000). Sebagai contoh, nilai-nilai pada tes kecerdasan umum secara

mendasar berkorelasi dengan rangking sekolah dan hasil tes prestasi. Tes kecerdasan pada

umumnya berkolerasi dengan prestasi kerja (Lubinski,2000). Individu dengan nilai tes kecerdasan

yang lebih tinggi cenderung mendapatkan gaji yang lebih besar dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih

prestisius (Wagner, 1997). Namun seiring seseorang semakin lama bekerja pada suatu pekerjaan

cenderung IQ dan prestasi menurun.

Skor tunggal yang dihasilkan oleh kebanyakan tes IQ dapat dengan mudah menghasilkan

ekspetasi-ekspetasi yang keliru tentang individu (Ronsow dan Rosenthal, 1996). Generalisasi yang

berlebihan terlalu sering dibuat berdasarkan sebuah skor IQ.

Tes – tes kecerdasan juga dapat membantu guru-guru mengelompokkan anak-anak pada

tingkat yang sama dalam mata pelajaran seperti matematika atau membaca.

Jenis Tes Inteligensi

Jenis tes inteligensi dapat dikelompokkan menjadi 3,yaitu:

A. Tes inteligensi individual, antara lain: Stanford-Binet Intelligence Scale, Wechsler Belleve

Intelligence Scale (WBIS), Wechsler Intelligence Scale for Children(WISC), Wechsler Adult

Intelligence Scale(WAIS), Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI).

B. Tes Inteligensi kelompok, antara lain : Pintner Cunningham Primary Test, The California

Test of Mental Maturity, The Henmon Nelson Test Mental Abbility, Otis Lennon Mental Abbility

Test dan Progressvie Matrices.

C. Tes inteligensi dengan tindakan

Page 7: Makalah Psikologi

Tingkatan IQ Deskripsi %

> 140

130-139

120-129

110-119

100-109

90-99

80-89

70-79

60-69

<60

50-59

20-49

<20

Jenius

Sangat Superior

Superior

Cerdas

Normal Tinggi

Normal Rendah

Bodoh(dull)

Inferior

Feebleminded

Maron

Imbecile

Idiot

0.5

3.0

7.0

14.5

25.0

25.0

14.5

7.0

3.0

0.5

a. Individu yang memiliki taraf kecerdasan feebleminded (perbatasan) cirinya bodoh dan

bebal

b. Individu yang taraf kecerdasannya moron atau debil, cirinya tolol

c. Individu yang taraf kecerdasannya imbecile, cirinya dungu

d. Individu yang taraf kecerdasannya idiot,cirinya pandir.

Teori-teori kecerdasan Ganda

Penggunaan suatu skor tunggal untuk mendeskripsikan kinerja seseorang dalam tes-tes

kecerdasan memberi kesan bahwa kecerdasan asalah kemampuan umum, sebuah sifat bawaan

tunggal. Skala-skala Wechsler memberikan nilai-nilai khusus untuk sejumlah keahlian intelektual,

dan juga sebuah nilai menyeluruh.

Wechler bukanlah psikolog pertama yang memilah-milah kecerdasan menjadi sejumlah

kemampuan dan juga bukan yag terakhir. Sejumlah psikolog kontemporer terus menerus mencari

komponen-komponen spesifik yang membentuk kecerdasan. Beberapa dari mereka tidak

bergantung pada test-test kecerdasan tradisional konsep-konsep alternatif mengenai kecerdasan,

dimulai dari pendahulu Wechler, Charles Spearmen.

Page 8: Makalah Psikologi

Pendekatan-pendekatann faktor sebelum Wechler membagi kecerdasan menjadi kecerdasan

khusus dan umum, Charles Spearman (1927) mengajukan teorinya bahwa kecerdasan memiliki dua

faktor. Teori dua faktor adalah teori Spearmen bahwa individu-individu memilik kecerdasan umum

yang disebut “S”. Spearmen yakin bahwa kedua faktor ini mempengaruhi hasil tes kecerdasan

seseorang. Spearman mengembangkan teorinya dengan menerapkan suatu teknik-teknik yang

disebut analisis faktor. Analisis faktor ialah suatu prosedur statistik yang menghubungkan nilai-nilai

tes untuk indentifikasi kelompok-kelompok atau faktor-faktor yang mendasar.

L.L Thurstone (1938) juga menggunakan analisis faktor dalam menganalisis sejumlah tes-tes

kecerdasan. Ia menyimpulkan bahwa tes-tes tersebut hanya mengukur sejumlah faktor yang

spesifik, bukan kecerdasan umum. Teori faktor ganda adalah teori Thurstone bahwa kecerdasan

terdiri dari tujuh kemampuan mental primer : pemhaman verbal, kemampuan numerik, kefasihan

kata, visualisasi ruang, memori asosiatif, berfikir dan kecepatan perseptual.

Teori Gardner tentang kecerdasan ganda

Baki spearman maupun thurstone bergantung pada jenis-jenis tes kecerdasan tradisional dalam

usaha mereka menjelaskan hakikat kecerdasan. Sebaliknya, Howard Gardner berpendapat bahwa

tes-tes ini terlalu dangkal. Banyangkan seseorang yang memilki keterampilan di bidang musik,

tetapi tidak pandai dalam bidang matematika atau bahasa inggris. Komposer Ludwig Van

Beethoven adalah contohnya. Apakah anda lalu mengatakan Beethoven “idak cerdas” ? Tentu tidak!

Menurut Gardner, orang memiliki kecerdasan ganda dan tes-tes IQ mengukur sebagian kecil

saja. Kecerdasan-kecerdasan ini bersifat mandiri satu dengan yang lain. Sebagai bukti ada

Kecerdasan ganda,Gardner menunjukan kejadian-kejadian dimana kemampuan kognitif tertentu

tetap bertahan meski ada kerusakan di otak. Ia juga menunjuk anak-anak yang jenius dan individu-

individu yang mengalami keterbelakangan (seperti autis) tetapi memiliki keahlian luar biasa dalam

bidang tertentu (seperti karakter Dustin Hoffman dalam film “Rain Man”, yang merupakan seorang

autis tetapi memiliki kemampuan menghitung yang luar biasa).

Gardner(1983, 1993, 2001, 2002) mengusulkan delapan tipe kecerdasan. Daftar berikut

mendeskripsikan tipe-tipe tersebut disertai contoh-contoh pekerjaan yang cocok (Campbell,

Campbell, dan Dickinson, 2004)

Page 9: Makalah Psikologi

Keahlian Penjelasan Pekerjaan

Keahlian Verbal Kemampuan menggunakan

kata-kata dan bahasa untuk

mengekspresikan makna

Penulis, jurnalis, pembicara

Keahlian Matematis Kemampuan mengerjakan

operasi-operasi matematika.

Ilmuan, insinyur, akuntan

Keahlian Spasial Kemampuan berpikir tiga

dimensi

Arsitek, seniman, pelaut

Keahlian Kinestetik-fisik Kemampuan memanipulasi

objek dan menjadi ahli secara

fisik

Ahli bedah, pemahat, penari,

atlet

Keahlian Interpersonal Kemampuan untuk berinteraksi

dan memahami secara efektif

dengan orang lain

Guru yang sukses, profesional

dibidang kesehatan mental

Keahlian Intrapersonal Kemampuan untuk memahami

diri sendiri

Teolog, psikolog

Keahlian Natural Kemampuan mengobservasi

pola-pola alam dan memahami

sistem alamiah atau sistem

buatan manusia

Petani, ahli botani, ahli taman

Keahlian Musikal Sensivitas terhadap pola

titinada (pitch), melodi, ritme,

dan nada

Komposer, pemusik, dan

pendengar musik yang peka.

Menurut Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam

tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses informasi dengan

cara-cara yang berbeda. Orang mampu belajar dengan baik ketika mereka dapat mengaplikasikan

keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas itu.

Ada ketertarikan yang meningkat untuk menerapkan teori Gardner tentang kecerdasan ganda

dalam pendidikan anak (Campbell, Campbell, Dickinson, 20004, Hirsh, 2004, Kornhaber, Fierros,

dan Veenema, 2004; Weber, 2005). Diawal menanpilkan kisah proyek Spectrum, yang menerapkan

pandangan Gardner dalam sistem sekolah. Tujuan menerapkan pandangan Gardner dalam mendidik

Page 10: Makalah Psikologi

anak adalah memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang di mana

mereka memiliki keingintahuan dan bakat alami. Menurut Gardner, seandainya para guru

memberikan kesempatan pada anak-anak untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indera mereka,

hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangat ahli dalam suatu hal tertentu.

Teori Triarki Sternberg sperti Gardner,Robert J. Sternberg (1986, 1999, 2002, 2003, 2004, 2006)

yakin bahwa tes-tes IQ tradisional gagal mengukur beberapa dimensi penting dari kecerdasan. Teori

triarki kecerdasan Sternberg mengajukan tiga tipe utama kecerdasan: analisis, kreativitas,dan

praktis.

Teori triarki kecerdasan Teori

Sternberg bahwa kecerdasan terdiri

dari kecerdasan kompotensial,

eksperensial, dan konstektual.

Untuk memahami apa artinya kecerdasan analisis, kreativitas, dan praktis, mari kita lihat

contoh-contoh orang dibawah ini, yang merefleksikan tiga tipe kecerdasan.

Latisha memiliki nilai tinggi dalam tes kecerdasan tradisional (seperti tes Stanford-Binet)

dan ia adalah seorang penulis yang cerdas. Sternberg menyebut pemikiran analisis Latisha

dan penalaran abstraknya sebagai kecerdasan analisis. Kecerdasan analisis adalah

kecerdasan jenis kecerdasan yang paling dekat maknanya dengan 'Kecerdasan' dalam sudut

pandang awam (dan yang dinilai dalam tes kecerdasan). Dalam pandangan Sternberg, unit

dasar dari kecerdasan analisis adalah komponen. Komponen-komponen ini meliputi

kemampuan mendapatkan dan menyimpan informasi, mempertahankan atau mengambil

kembali informasi; mentransfer informasi; merencanakan dan membuat keputusan; serta

menerjemahkan pemikiran-pemikiran tersebut menjadi perbuatan.

Todd tidak memiliki nilai-nilai terbaik tetapi memiliki pemikiran yang kreatif dan

berwawasan luas. Keunggulan tipe berpikir Todd disebut Sternberg, Sebagai kecerdasan

kreatif. Menurut Sternberg, orang-orang yang kreatif memiliki kemampuan penyelesaian

masalah-malah baru dengan cepat, dan juga mampu menangani masalah-masalah rutin

secara otomatis sehingga pikiran-pikiran mereka bebas menangani persoalan-persoalan lain

yang membutuhkan wawasan dan kreativitas.

Contoh terakhir, Emmanuel adalah seorang yang memiliki skor tes IQ tradisional yang

rendah, tetapi dengan cepat menangkap persoaln-persoalan hidup yang nyata. Ia dengan

Page 11: Makalah Psikologi

mudah menyerap pengetahuan tentang liku-liku kehidupan di dunia ini. “ Kecerdasan

jalanan” (streets smarts) dan pengetahuan praktis sebagai kecerdasan praktis. Kecerdasan

praktis meliputi kemampuan mengatasi persoalan dan kemampuan membina hubungan baik

dengan setiap orang. Sternberg, mendeskripsikan kecerdasan praktis sebagai semua

informasi penting untuk sukses didunia pergaulan, yang tak di ajarkan disekolah.

Kecerdasan Emosional Konsep kecerdasan emosional awalnya dikembangkan oleh Peter Salovey

dan John Mayer (1990). Mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan

merasakan dan mengekspresikan emosi dengan tepat, sesuai situasi ( seperti menerima perspektif

orang lain); kemampuan memahami emosi dan pengetahuan emosional (seperti, memahami peran

emosi dalam hubungan pertemanan dan pernikahan); kemampuan menggunakan perasaan guna

melancarkan pemikiran (seperti, berada dalam suasana hati yang positif, yang dikaitkan dengan

pemikiran, kreatif); serta kemampuan mengatur emosi diri sendiri dan orang lain (seperti

kemampuan mengendalikan amarah) (Mayer, Salovey, dan Caruso, 2004)

Baru-baru ini Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) dikembangkan

untuk mengukur keempat aspek kecerdasan emosi yang telah di deskripsikan diatas; merasakan

emosi, memahami emosi, memfasilitasi pemikiran, dan mengatur emosi (Mayer, Salovey, Caruso,

2002). Tes tersebut terdiri dari 141 soal, ditujukan bagi individu berusia 17 tahun atau lebih, dan

memerlukan waktu pengerjaan selama 30-45 menit. Karena MSCEIT baru ada sejak 2001, jumlah

penelitian yang menguji efektifitasnya, masih sedikit (Salovey dan Pizarro, 2003). Sebuah studi

baru-baru ini, yang menggunakan MSCEIT, menemukan bahwa remaja dengan kecerdasan

emosional yang tinggi cenderung tidak merokok atau minum-minuman beralkohol (Trinidad dan

Johnson, 2002).

Perbandingan Pandangan Tentang Kecerdasan dari Gardner, Sternberg, dan Salovey/Mayer

Gardner Sternberg Salovey/Mayer

Verbal Matematis Analitis

Spasial Kinestetik Musikal Kreatif

Interpersonal

Intrapersonal

Praktis Emosional

Page 12: Makalah Psikologi

Naturalistik

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensia

Pengaruh Keturunan dan Lingkungan

Kita telah melihat bahwa kecerdasan adalah suatu konsep yang memerlukan pemikiran yang cermat

dengan adanya beragam definisi, tes, dan teori. Tidaklah mengejutkan bahwa usaha-usaha untuk

memahami konsep kecerdasan dipenuhi dengan kontroversi. Salah satu area yang paling

kontroversial dalam bidang studi kecerdasan terpusat pada isu sejauh apa kecerdasan dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan. Kita menunjukan bagaimana sulitnya memisahkan pengaruh-

pengaruh ini, meskipun hal ini tidak menghentikan usaha para psikolog untuk menguraikannya.

Pengaruh Genetik Pada tingkatan apa gen-gen kita membuat kita cerdas? Arthur Jensen (1969)

berpendapat bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan dan bahwa lingkungan hanya berperan

minimal dalam mempengaruhi kecerdasan. Jensen meninjau reset tentang kecerdasan, yang

kebanyakan melibatkan perbandingan-perbandingan skor tes IQ pada anak kembar identik dengan

kembar tidak identik. Anak kembar identik memiliki susunan gen yang serupa; jadi jika kecerdasan

diturunkan secara genetik, demikian argumen jensen, skor IQ anak kembar identik haruslah lebih

serupa satu sama lain ddibandingkan skor IQ anak kembar tidak identik.

Studi-studi yang dipelajari oleh jensen menunjukan korelasi rata-rata skor kecerdasan anak-

anak kembar identik sebesar 0,82 (asosiasi positif yang sangat tinggi). Uji korelasi skor tes IQ anak-

anak kembar tidak identik menghasilkan korelasi rata-rata 0,50; korelasi positif yang cukup tinggi.

Perbedaanya 0,32-cukup besar. Akan tetapi, tinjauan riset baru-baru ini- yang menyertakan

beberapa studi yang dilakukan sejak tinjauan awal Jensen-menemukan bahwa perbedaan rata-rata

antara kembar identik dengan tidak identik hanya 0,15; jauh lebih rendah dari yang ditemukan

Jensen (Grigorenko, 2000).

Studi-studi adopsi juga digunakan sebagai usaha menganalisis pentingnya hubungan sanak

keluarga dan keturunan bagi kecerdasan. Pada sebagian besar studi-studi adopsi, para peneliti

menentukan apakah perilaku anak-anak yang diadopsi lebih menyerupai orang tua angkat, yang

mengadopsi mereka. Dalam dua studi, tingkat pendidikan orang tua kandung menjadi tolak ukur

yang lebih baik dalam memprediksi skor-skor IQ sang anak ketimbang IQ orang tua angkat ( Petrill

dan Deater-Deckard, 2004; Scarr dan Weinberg,1983). Akan tetapi, studi-studi adopsi juga

mendokumentasikan pengaruh lingkungan. Perpindahan anak dari keluarga lama ke keluarga baru,

yang mengakomodasi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan IQ anak sekitar 12 poin (Lucurto,

1990).

Seberapa kuatkah pengaruh keturunan terhadap kecerdasan? Konsep heritabilitas berusaha

Page 13: Makalah Psikologi

memilah pengaruh keturunan dan lingkungan dalam suatu populasi. Heritabilitas (heritability)

adalah bagian dari variansi dalam suatu populasi yang dikaitkan dengan faktor genetik. Indeks

heritabilitas dihitung menggunakan teknik korelasional. Jadi tingkat paling tinggi dari heritabilitas

adalah 1,00; korelasi 0,70 ke atas mengindikasikan adanya pengaruh genetik yang kuat. Sebuah

komite, yang terdiri dari peneliti-peneliti terhormat yang dihimpun American Psychological

Association, menyimpulkan bahwa pada tahap remaja akhir, indeks heritabilitas kecerdasan kira-

kira 0,75, mengindikasikan adanya pengaruh genetik yang kuat ( Neisser dkk, 1996).

Menariknya, para peniliti menemukan bahwa indeks heritabilitas kecerdasan meninngkat

dari 0,45 pada bayi hingga 0,80 pada dewasa (Mcgue dkk, 1993; Petrill,2003; Plomin dkk, 1997).

Mengapa pengaruh heritabilitas terhadap kecerdasan meningkat seiring pertumbuhan usia?

Mungkin, ketika kita bertambah dewasa, pengaruh lingkungan dan orang lain atas diri kita semakin

berkurang, dan kita lebih mampu memilih lingkungan yang sesuai dengan keunggulan genetik kita

(Neisser dkk, 1996). Contohnya, anak-anak atau remaja kadang didorong orang tua mereka untuk

memasuki lingkungan yang tidak sesuai dengan warisan genetik mereka (anak ingin menjadi

pemusik tetapi didorong menjadi dokter, misalnya). Ketika dewasa, individu-individu ini memiliki

lebih banyak keleluasaan memilih lingkungan karier mereka sendiri.

Indeks heritabilitas memiliki kelemahan. Indeks tersebut sesungguhnya dibuat semata-mata

berdasarkan data-data tes IQ tradisional, yang dianalisis dan diinterpretasi. Data tersebut seluruhnya

berasal dari tes-tes IQ tradisional, yang diyakini beberapa ahli bukan merupakan indikator terbaik

dari kecerdasan (Gardner,2002; Sternberg, 2004). Indeks heritabilitas juga mengasumsikan bahwa

kita dapat memperlakukan pengaruh-pengaruh lingkungan dan genetika sebagai faktor-faktor yang

terpisah, dimana tiap-tiap bagian memberi kontribusi berupa sejumlah pengaruh yang unik. Seperti

yang kita diskusikan, faktor genetik dan faktor lingkungan selalu bekerja bersama-sama. Gen selalu

ada dalam suatu lingkunan dan lingkungan mempertajam aktivitas gen.

Pengaruh Lingkungan bagi kebanyakan orang faktor lingkungan dapat mengubah skor IQ mereka

secara dramatis (Campbell dkk, 2001; Ramey dan Lanzi, 2006). Meskipun dukungan genetik

mungkin mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang, pengaruh-pengaruh lingkungan dan

kesempatan yang kita sediakan bagi anak 0dan bagi orang dewasa) juga akan membuat perbedaan.

Apa saja aspek-aspek lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan? Studi-studi telah

menemukan korelasi-korelasi signifikan antara status sosioekonomi dan kecerdasan (Seifer, 2001).

Cara orang tua berkomunikasi dengan anak, dukungan yang diberikan orang tua, lingkungan

dimana keluarga tinggal, dan kualitas sekolah memberikan kntribusi terhadap korelasi-korelasi ini.

Dalam suatu studi, para peneliti mengunjungi rumah-rumah dan mengobservasi seberapa

ekstensifnya para orang tua (dari keluarga kaya raya hingga keluarga berpendapatan menengah)

berbicara dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka yang masih belia (Hart dan Risley, 1995).

Page 14: Makalah Psikologi

Merekan menemukan bahwa orang tua berpendapatan menengah lebih banyak berkomunikasi

dengan anak-anak mereka yang belia dibandingkan orang yang kaya raya. Seberapa sering orang

tua berkomunikasi dengan anak-anaknya dalam masa tiga tahun pertama mereka berkolerasi dengan

skor IQ Stanford-Binet pada usia tiga tahun. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak-

anak mereka, skor IQ anak-anak tersebut semakin tinggi.

Sekolah juga mempengaruhi kecerdasan (Ceci dan Gilstrap, 2000; Christian Bachman, dan

Morisson, 2001). Pengaruh terbesar telah ditemukan pada anak-anak yang tidak mendapatkan

pendidikan formal dalam jangka waktu lama. Anak-anak ini mengalami penurunan kecerdasan.

Sebuah studi terhadap anak-anak di Afrika Selatan yang mengalami penundaan sekolah selama

empat tahun (karena tidak ada guru) menemukan adanya penurunan IQ sebesar lima poin pada

setiap tahun penundaan.

Pengaruh lain dari pendidikan dapat dilihat pada peningkatan pesat skor tes IQ diseluruh

dunia (Daley dkk, 2003; Flynn, 1999; Kanaya, Scullin, dan Ceci, 2003). Skor IQ meningkat sangat

cepat sehingga orang-orang yang dianggap memiliki kecerdasan rata-rata pada abad sebelumnya

akan menjadi orang-orang yang dianggap memiliki kecerdasan dibawah rata-rata di abad ini

(Howard, 2001). Jika orang zaman sekarang mengerjakan tes Stanford-Binet yang digunakan tahun

19932, kira-kira seperempatnya akan didefinisikan sebagai orang yang memiliki kecerdasan

superior, suatu label yang lazimnya hanya diraiholeh kurang dari tiga persen populasi (Horton,

2001). Karena peningkatan tersebut terjadi dalam waktu relatif singkat, hal itu tidak mungkin

diakibatkan oleh faktor keturunan. Peningkatan ini dimungkinkan karena meningkatnya tingkat

pendidikan yang diperoleh sebagian besar populasi didunia, atau karena faktor-faktor lingkungan

yang lain seperti ledakan informasi yang dapat diakses orang-orang diseluruh dunia (Blair dkk,

2005). dalam suatu studi baru-baru ini, peningkatan IQ yang dramatis terjadi pada anak-anak kenya

selama 14 tahun terakhir, yang kemungkinan besar diakibatkan oleh meningkatnya nutrisi dan

peran orang tua dalam pendidikan ( Darey dkk, 2003). Peningkatan nilai-nilai tes kecerdasan

diseluruh dunia yang terjadi dalam kerangka waktu yang singkat disebut Flynn Effect, mengambil

nama penemunya, James Flynn.

Ingatlah bahwa pengaruh-pengaruh lingkungan sengatlah kompleks (Neister, dkk, 1996;

Sternberg, 2001). Tumbuh dalam segala “Kelebihan”, contohnya, tidak menjamin kesuksesan. Anak

dari keluarga-keluarga sejahtera mungkin memiliki akses yang mudah terhadap sekolah, buku,

perjalanan, dan proses tutorial yang sangat baik, tetapi mereka mungkin menganggap remeh

kesempatan-kesempatan tersebut dan gagal mengembangkan motivasi untuk belajar dan untuk

mencapai sesuatu. Dengan kata lain “miskin” atau “berkurangan” tidak sama dengan “malapetaka”.

Para peneliti sangat tertarik dengan usaha memanipulasi lingkungan awal anak yang berisiko

memiliki kecerdasan yang “miskin” (Ramey,Ramey, dan Lanzi, 2001; Sternberg dan Grigorenko,

Page 15: Makalah Psikologi

2001). Penekanan pada pencegahan lebih baik daripada perbaikan. Banyak orang tua dengan

pendapatan yang rendah memiliki kesulitan menyediakan lingkungan yang secara intelektual

menstimulasi anak-anak mereka. Program-program yang mendidik orang tua untuk menjadi

pengasuh yang lebih sensitif dan guru yang lebih baik, serta adanya layanan dukungan seperti

program-program pengasuhan anak berkualitas, dapat membuat perbedaan dalam perkembangan

intelektual anak.

Tinjauan baru-baru ini terkait riset intervensi-intervensi awal menyimpulkan hal-hal berikut

(Brooks-Gunn, 2003).

Intervensi-intervensi yang berpusat pada kualitas tinggi diasosiakan dengan peningkatan

kecerdasan anak dan prestasi disekolah.

Intervensi-intervensi lebih sukses dilakukan terhadap anak yang miskin dan yang orang

tuanya berpendidikan rendah.

Manfaat-manfaat positif berlanjut selama masa remaja tetapi tidak sekuat pada awal tahun-

tahun sekolah dasar.

Program-program yang dilanjutkan hingga pertengahan masa kanak-kanak dan akhir masa

kanak-kanak memiliki keberhasilan jangka panjang terbaik.

PENELITIAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Proyek Abecedarian

Setiap pagi seorang ibu muda bersama anaknya menunggu bis yang akan mengantar si anak

ke sekolah. Usia anak itu baru 2 bulan, dan “sekolah” yang dimaksudkan adalah program

eksperimen dari Universitas North Carolina di Chapel Hill. Di sana, anak tersebut menjalani

sejumlah intervensi yang didesain untuk meningkatkan perkembangan intelektualnya-mulai

dari mengamati objek-objek yang mencolok yang berjuntai di depan matanya saat ia masih

bayi hingga pelajaran bahasa dan aktivitas-aktivitas menghitung ketika ia masih belum

dapat berjalan (Wickelgren, 1999). Ibu anak itu menjalani tes IQ saat si anak berusia 2

bulan. Hasilnya, ia dinyatakan memiliki IQ 40 ( sehari-harinya, ia memang tidak dapat

membaca atau menghitung uang kembalian yang ia terima dari kasir). Nenek si anak juga

memiliki IQ yang rendah.

Saat ini, paada usia 20 tahun, IQ anak tersebut sebesar 120; jadi 80 poin lebih tinggi

dari ibunya. Ini adalah sebuah hasil yang mengesankan, namun tidak setiap orang setuju

bahwa IQ dapat dipengaruhi sedemikian ekstensif seperti contoh ini. Meskipun demikian,

lingkungan dapat membuat perbedaan yang besar terhadap kecerdasan anak. Seperti

pendapat Robert Plomin (1999), seorang ahli perilaku genetika, bahkan sesuatu yang sangat

Page 16: Makalah Psikologi

berhubungan dengan keturunan (seperti kecerdasan) dapat ditempa melalui intervensi-

intervensi. Intervensi tersebut adalah program intervensi Abecedarian dari Universitas

Carolina di Chapel Hill yang dilaksanakan oleh Craig Ramey dan rekan-rekannya (2006).

Mereka secara acak membagi 111 anak-anak belia dari keluarga-keluarga berpenghasilan

rendah dan berpendidikan rendah kedalanm kelompok intervensi (yang mendapatkan

perawatan harian setahun penuh, layanan kerja sosial dan medis) dan kelompok kontrol

(yang mendapat layanan sosial dan medis tetapi tidak mendapatkan perawatan harian).

Program perawatan harian tersebut meliputi aktivitas-altivitas permainan yang bertujuan

meningkatkan keahlian bahasa, motorik, sosial dan kognitif.

Kesuksesan program tersebut dalam meningkatkan IQ terbukti saat anak berusia 3

tahun. Pada usia tersebut, kelompok eksperimen menunjukkan IQ normal rata-rata 101,

yaitu 17 poin lebih tingi dari kelompok-kelompok kontrol. Hasl riset terkini menyatakan

bahwa pengaruh tersebut bertahan lama. Mereka menunjukkan kinerja yang baik dalam tes-

tes standar membaca dan matematika, dan hanya sedikit yang tiak naik kelas. IQ paling

tinggi dicapai khususnya oleh anak-anak yang ibunya memiliki IQ rendah dibawah 70. pada

usia 15 tahun, anak-anak tersebut menunjukkan 10 poin IQ diatas kelompok anak yang IQ

ibunya dibawah 70 tetapi tidak menjalani program pengasuhan harian.

KREATIVITAS

Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya sesuatu hasil yang baru,akibat perilaku tersebut.

Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta dipengaruhi oleh

inteligensi,cara berpikir,ingatan,minat dan emosinya,bakat,sikap,persepsi,perasaan,dan kepribadian.

Munculnya krativitas seseorang dapat dipicu karena seseorang mengalami tantangan atau

kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.

Pengertian

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa

serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik.

Kecerdasan dan kreativitas bukan hal yang sama(Sternberg,2004;Sternberg,Grigorenko, dan

Singer, 2004) Sebagian besar orang-orang kratif adalah orang-orang yang cerdas, tetapi sebaliknya

orang-orang yang cerdas belum tentu kreatif. Banyak orang berkecerdasan tinggi (yang meraih skor

tinggi dalam tes kecerdasan konvensional) tidak kreatif (sternbeg dan O'Hara,2000). Banyak orang-

orang dengan kecerdasan tinggi menghasilkan sejumlah produk tapi produk-produk itu bukan

Page 17: Makalah Psikologi

sesuatu yang baru.

Mengapa skor IQ yang tinggi gagal memprediksi kreativitas? Kreativitas memerlukan

pemikiran yang divergen ( Guilford, 1967). Pemikiran divergen memunculkan banyak jawaban

terhadap pertanyaan yang sama. Sebaliknya, tes-tes kecerdasan konvensional memerlukan

pemikiran konvergen. Contohnya, sebuah soal dalam tes kecerdasan konvensional adalah,

“Berapa banyak kuarter (1 quarter = 25 sen) dalam 60 dim (1 dim = 10 sen)?” Hanya ada satu

jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini. Sebaliknya, suatu pertanyaan seperti, “Apa gambaran

yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda mendengar frasa 'duduk sendirian di dalam ruangan

yang gelap'?” akan memunculkan banyak kemungkinan jawaban. Jenis pemikiran seperti inilah

yang dinamakan pemikiran divergen.

Individu-individu menunjukkan kreativitas dalam bidang-bidang spesifik; beberapa orang

lebih dominan dari yang lain (Runco, 2004). Contohnya, seorang abak menunjukan kreativitas

dalam matematika mungkin tidak menunjukkan krativitas serupa dalam bidang seni. Untuk

mengetahui beberapa strategi menolong anak menjadi kreatif.

Kreativitas kemampuan berpikir secara baru dan tidak biasa dan

menemukan solusi unik atas masalah.

Pemikiran divergen Pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas

pertanyaan yang sama; sebuah ciri kreativitas.

Pemikiran konvergen Pemikiran yang menghasilkan satu jawaban yang

benar; merupakan ciri pemikiran yang diisyaratkan dalam tes kecerdasan

konvensional.

Brainstorming Teknik pendukung ide kreatif dalam kelompok, memproses

ide satu sama lain, dan mengutarakan apapun yang terpikirkan.

PEDULI PADA ANAK-ANAK

Membimbing Kreativitas Anak

Suatu tujuan yang penting adalah menolong anak agar lebih kreatif. Apa strategi-strategi terbaik

untuk mencapai tujuan tersebut. Hal- hal itu adalah sebagai berikut:

Buatlah anak-anak terlibat dalam brainstorming dan memunculkan sebanyak mungkin ide.

Brainstorming adalah suatu teknik dimana anak diajak terlibat untuk memunculkan ide-ide kreatif

Page 18: Makalah Psikologi

yang baru dalam sebuah kelompoknya, menyoroti ide-ide orang lain, dan mengatakan secara praktis

apapun yang muncul dalam pikiran. Akan tetapi, banyak anak lebih kratif jika bekerja sendiri.

Sebuah riset modern tentang Brainstorming menyimpulkan bahwa banyak anak individu, bekerja

seorang diri dapat memunculkan lebih banyak ide-ide yang lebih baik dibandingkan dengan

berkelompok. (Richards dan deCock, 2003). Satu alasan untuk hal ini bahwa dalam kelompok,

beberapa individu, akan bermalas-malasan sedangkan yang lain memikirkan hampir semua

pemikiran kreatif tersebut. Meskipun demikian, tetap ada banyak keuntungan dalam

Brainstorming,seperti dalam pembentukan tim,yang mendukung penggunaan brainstorming ini.

Anak-anak lazimnya diminta untuk tidak mengkritik ide-ide orang lain setidaknya

sampai sesi brainstorming selesai. Dalam kelompok ataupun perorangan, strategikreativitas yang

baik adalah memunculkan sebanyak mungkin ide baru. Semakin banyak ide baru yang dimunculkan

anak,semakin baik kesempatan mereka menghasilkan sesuatu yang unik. Pablo Picasso,

menghasilkan lebih dari 20.000 karya seni; tidak seluruhnya merupakan karya agungya. Anak-anak

kreatif tidak takut gagal atau melakukan sesuatu yang salah. Mereka mungkin jatuh bangun 20 kali,

sebelum menghasilkan sebuah ide yang inovatif

Sediakan lingkungan yang menstimulasi kreativitas anak. Banyak suasana lingkungan

memelihara munculnya kreativitas, namun banyak pula yang menekannya

(Csikszentmihalyi, 1996; Sternberg, Grigorenko, dan Siregar, 2004). Orang-orang yang

mendorong kreativitas anak seringkali bertumpu pada keingintahuan alami anak. Mereka

menyediakan latihan-latihan dan aktivitas yang menstimulasi anak untuk menemukan

pemecahan-pemecahan mendalam terhadap masalah, alih-alih menanyakan pertanyaan-

pertanyaan yang memerlukan jawaban-jawaban yang hafalan.. Orang-orang dewasa juga

mendorong kreativitas dengan membawa anak-anak pada lokasi dimana kreativitas dinilai.

Howard Gardner(1993) yakin bahwa ilmu pengetahuan,penemuan, dan museum anak

menawarkan kesempatan yang banyak untuk menstimulasi kreativitas anak

Jangan mengontrol secara berlebihan.Teresa Amabile (1993) mengatakan bahwa

memberitahu anak bagaimana melakukan sesuatu secara tepat-persis akan membuat anak

merasa bahwa keaslian adalah kesalahan dan eksporasi berarti membuang-buang waktu,

Orang dewasa dapat mengurangi tindakan merusak keingintahuan alami anak jika mereka

membiarkan anak memilih minat-minat mereka sendiri dan mendukung minat tersebut, alih-

alih mendiktekan kreativitas-kreativitas anak. Amabile juga percaya bahwa ketika orang-

orang dewasa konstan menunggui anaknya, anak akan merasa bahwa mereka diawasi terus

saat mengerjakan sesuatu. Ketika anak berada dalam pengawasan yang konstan, kreativitas

Page 19: Makalah Psikologi

mereka beresiko menyusut dan semnagat petualangan mereka menurun. Menuru Amabile,

strategi lain yang dapat membahayakan kreativitas adalah memiliki harapan-harapan yang

terlalu ambisius terhadap pencapaian hasil anak dan berharap anak dapat melakukan dengan

sempurna.

Doronglah motivasi internal. Penggunaan hadiah yang berlebihan seperti medali,uang atau

mainan dapat melumpuhkan kreativitas dengan meruntuhkan kepuasan intrinsik yang

diperoleh anak dari berkreasi. Motivasi yang menggerakan anak kreatif berupa kepuasan

yang muncul dari hasil kerja itu sendiri. Kompetisi memperebutkan hadiah dan evaluasi

formal seringkali melumpuhkan motivasi intrinsik dan kreativitas (Amabile dan Hennesey,

1992).

Kenalkan anak dengan orang-orang kreatif. Pikirkan tentang identitas orang-orang paling

kreatif di komunitas anda. Guru-guru dapat mengundang orang-orang ini kekelas dan

meminta mereka mendeskripsikan apa yang membantu merekan menjadi kreatif atau

mendemonstrasikan keahlian kreatif mereka. Penulis,penyair,musisi,ilmuan, dan beragam

tokoh kreatif yang lain dapat memberikan dukungan dan hasil karya mereka ke kelas;

mengubah ruang kelas menjadi arena menstimulasi kreativitas anak.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Dalam buku “Perkembangan Anak” Hurlock Menyatakan ada beberapa faktor/kondisi yang

dapat meingkatkan kreativitas yaitu: waktu (anak perlu dibebaskan bermain tanpa pembatasan

waktu yang ketat); kesempatan sendiri (agar dapat mengembangkan imajinasi anak perlu dibiarkan

sendiri tanpa ada tekanan sosial); dorongan ,sarana (pemilihan sarana yang baik akan

mempengaruhi pengembangan kreativitas); lingkungan yang merangsang (ada dorongan dan

suasana yang mendukung kebebasan eksplorasi); sikap orang tua tidak permisif atau otoriter,

pemberian pengetahuan yang banyak.

Sementara itu ada pula faktor yang menghambat perkembangan kreativitas antara lain: Sikap

orang tua terlalu melindungi, eksporasi anak dibatasi, pengaturan waktu oleh orang tua sangat ketat,

membatasi khayalan (berpikir bahwa anak yang realistis lebih baik), peralatan bermain terstruktur

(misalnya boneka yang berpakaian lengkap tidak bisa dibongkar), orang tua konservatif.

Melihat faktor-faktor diatas dapat kita simpulkan pada awal masa anak peranan orang tua

untuk mengembangkan kreativitas anaknya sangat tinggi. Seluruh peraturan rumah, pola asuh,

pemilihan alat bermain akan ikut menentukan anak. Baru setelah masuk usia sekolah guru/sekolah

ikut menyumbang perkembangan anak. Salah satu sikap guru yang menghambat kreativitas adalah

Page 20: Makalah Psikologi

tuntutan pada anak untuk membuat karya cipta yang seragam, dan sesuai dengan contoh yang

diberikan guru baik berupa hasil keterampilan, gaya bicara, gaya berpuisi, dan lain-lain.

Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas

Dalam beberapa tahun terakhir, ada topic baru yang mengundang banyak tanggapan dan

perdebatan, yaitu hubungan kreativitas dang inteligensi . Adakah hubungan diantara keduanya ?

Menurut Dedi Supriyadi, kretivitas dan inteligensi mempunyai perbedaan (Supriyadi, 1994).

Inteligensi menurut Supriyadi lebih menyangkut pada cara berfikir konvergen (memusat),

sedangkan kreativitas berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Berbagai studi lain

melaporkan hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan antara kreativitas dan inteligensi. Pada

intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hunbungan antara

kretivitas dan inteligensi. Namun menurut Getzels & Jackson, pada tingkat IQ diatas 120, hamper

tidak ada hubungan diantara keduannya. Artinya , orang yang IQ-nya tinggi mungkin kreativitasnya

rendah, atau sebaliknya .

Selanjutnya, kedua peneliti tersebut membuat empat kelompok orang yaitu :

1. Kreativitas rendah, inteligensi rendah

2. Kreativitas tinggi, inteligensi tinggi

3. Kreativitas rendah, inteligensi tinggi

4. Kreativitas tinggi, inteligensi rendah

Dengan demikian,kreativitas dan inteligensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang

berbeda. Dalam teori yang berlaku dewasa ini, baik kreativitas maupun inteligensi dijadikan criteria

untuk menentukan bakat seseorang . (Psikologi Umum , 2009;160)

REFERENSI

Daniel L. Smith, Lebih Tajam dari Pedang. Kanisius. 2005.

Page 21: Makalah Psikologi

John W. Santrock. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga, 2007