MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

31
GANGGUAN KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI ABNORMAL MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Psikologi untuk Pekerjaan Sosial II Dosen : Dra. Kormauli S. M.Si SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG 1. Ahmad Wahyudin 2. Dian Ika Utami 3. Neti Rumanti 4. Oyok Wahyudin 5. Resi Novidea Sari 10.04.379 10.04.149 10.04.189 10.04.102 10.04.310

Transcript of MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Page 1: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

GANGGUAN KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI ABNORMAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah Psikologi untuk Pekerjaan Sosial II

Dosen : Dra. Kormauli S. M.Si

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2010

1. Ahmad Wahyudin

2. Dian Ika Utami

3. Neti Rumanti

4. Oyok Wahyudin

5. Resi Novidea Sari

10.04.379

10.04.149

10.04.189

10.04.102

10.04.310

Page 2: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya serta kenikmatan iman dan islam sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam terimpah-curahkan kepada junjungan

Nabi besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya dan semua umatnya yang selalu

senantiasa megikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan

makalah mengenai Psikologi Abnormal “ Gangguan Kepribadian “.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari yang

diharapkan pembaca. Hal ini tidak lain dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan

yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari para pembaca, sehingga penulis dapat melengkapi kekurangan yang ada pada

makalah ini dilain kesempatan. Penulis mengucapkan terimakasih banyak terhadap pihak-pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Waalaikumsalam Wr.Wb.

Bandung, 09 Maret 2011

Penulis

Page 3: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

PENDAHULUAN

Gangguan Kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi kode

pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang

bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dalam ekspektasi budaya orang

yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan.

Beberapa diantaranya namun tidak semua dapat menyebabkan distress emosional. Gangguan

kepribadian yang sesungguhnya ditandai oleh keekstremen beberapa trait dan cara

pengekspresian karakteristik tersebut yang kurang fleksibel dan maladaptif. Kepribadian yang

kita kembangkan selama bertahun-tahun mencerminkan cara yang menetap dalam menghadapi

berbagai tantangan hidup, suatu gaya tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Satu orang

dapat sangat dependen yang lain menantang dan agresif yang lain lagi pemalu dan menghindari

kontak sosial dan masih yang lain lagi lebih mengkhawatirkan penampilan dan mendongkrak

egonya yang lemah daripada berhubungan dengan orang lain secara jujur dan dalam kadar yang

mendalam. Para Individu tersebut tidak akan didiagnosis memiliki gangguan kepribadian kecuali

jika pola perilaku tersebut berlangsung lama, pervasif, dan disfungsional. Sebagai contoh ketika

memasuki ruangan yang penuh orang dan tidak lama setelah itu terdengar tawa yang meledak,

Anda mungkin merasa menjadi sasaran semacam gurauan dan bahwa orang-orang tersebut sedang

membicarakan Anda. Kekhawatiran semacam itu menjadi simtom gangguan kepribadian paranoid

hanya jika timbul berulang kali dan secara intens serta menghambat berkembangnya hubungan

pribadi yang dekat.

Pada Bab ini membahas klasifikasi gangguan kepribadian dalam DSM kemudian berbagai

masalah yang berhubungan dengan klasifikasi tersebut. Selanjutnya, beralih ke pembahasan

mengenai gangguan kepribadian itu sendiri, teori dan penelitian mengenai etiologinya, dan

berbagai terapi untuk mengatasinya. Luasnya pembahasan tentang gangguan kepribadian tertentu

bervariasi tergantung pada seberapa banyak yang diketahui tentang gangguan tersebut. Contohnya

sangat sedikit data empiris mengenai gangguan kepribadian histrionik, namun sangat banyak

literatur mengenai gangguan kepribadian antisosial. [ Gangguan Kepribadian yang berbeda ]

akan…menciptakan berbagai cara yang kontras dalam memandang dan menghadapi [ suatu

gangguan Aksis I pada individu ]- nya. Karena alasan tersebut kami yakin bahwa ahli klinis

Page 4: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

harus berorientasi pada “ konteks kepribadian “ ketika mereka menghadapi…semua bentuk

gangguan psikiatrik [ Aksis I ]. ( 1996, hlm.vii ).

Page 5: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

PEMBAHASAN

KLASIFIKASI GANGGUAN KEPRIBADIAN: Kelompok, Kategori, dan Masalah

Masalah besar terkait ketegori gangguan kepribadian adalah komordibitas dengan gangguan

Aksis I dan dengan gangguan kepribadian lain. Sering kali sulit untuk mendiagnosis satu

gangguan kepribadian spesifik karena banyak orang yang mengalami gangguan menunjukkan

karakteristik yang sangat luas sehingga dapat ditetapkan beberapa diagnosis sekaligus.

Kriteria Gangguan Paranoid dalam DSM-IV-TR

Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini tidak muncul secara ekskludif dalam perjalanan

penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan perkembangan pervasif

juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum:

Kecurigaan yang bersifat pervasi bahwa dirinya sedang dicelakai, dikhianati,

dieksploitasi.

Keraguan yang tidak mendasar terhadap kesetiaan teman-teman atau para rekanan dan

bahwa mereka dapat dipercaya.

Enggan mempercayai orang lain karena kriteria di atas.

Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan orang lain yang tidak

mengandung maksud apapun.

Mendendam atas berbagai hal yang dianggapnya sebagai kesalahan.

Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya sebagai serangan terhadap

karakter atau reputasi.

Sama dengan dua kriteria, pertama kecurigaan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan

pasangan hidupnya atau pasangan seksual lain.

Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR berikut:

1. Para individu dalam kelompok A ( paranoid, skizoid, dan skizotipal ) adalah individu yang

aneh dan eksentrik.

2. Mereka yang berada dalam kelompok B ( antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik )

adalah individu yang dramatis, emosional atau eratik.

Page 6: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

3. Mereka yang berada dalam kelompok C ( menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif )

adalah individu yang pencemas dan ketakutan.

Kelompok Aneh atau Eksentrik

Kelompok aneh atau eksentrik terdiri dari tiga diagnosis-gangguan kepribadian paranoid, skizoid,

dan skizotipal. Simtom-simtom skizofrenia, terutama dengan simtom ringan dalam fase

prodormal dan residual.

Gangguan Kepribadian Paranoid

Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid selalu mencurigai orang lain.

Sering kali kasar dan bereaksi dengan kemarahan terhadap apa yang mereka anggap sebagai

penghinaan,enggan menyalahkan orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta

menyimpan dendam meskipun bila ia sendiri juga salah,mereka sangat pencemburu dan tanpa

alasan dapat mempertanyakan kesetiaan pasangan atau kekasih mereka. Para pasien yang

mengalami gangguan kepribadian paranoid dipenuhi keraguan yang tidak beralasan terhadap

kesetiaan orang lain tersebut tidak dapat dipercaya. Gangguan kepribadian paranoid biasanya

paling banyak terjadi pada kaum laki-laki.

Gangguan Kepribadian Skizoid

Pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizoid tidak menginginkan atau

menikmati hubungan sosial dan biasanya tidak memiliki teman akrab. Mereka tampak tumpul,

datar, dan menyendiri serta tidak mempunyai perasaan hangat serta tulus kepada orang lain.

Mereka jarang memiliki emosi kuat, tidak tertarik pada hubungan seks, dan hanya mengalami

sedikit aktivitas yang menyenangkan, Bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritikan dan

perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini adalah seorang penyendiri dan

menyukai berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian.

Kriteria Gangguan Kepribadian Skizoid dalam DSM-IV-TR

Page 7: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara eksklusif dalam

perjalanan penyakit skizofernia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan

perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum.

Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat.

Hampir secara eksklusif menyukai kesendirian.

Kurangnya minat untuk berhubungan seks.

Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan.

Kurang memiliki teman.

Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain.

Afek datar, ketidaklekatan emosional.

Gangguan Kepribadian Skizotipal

Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kesulitan dalam

hubungan interpersonal yang terjadi dalam kepribadian skizoid dan kecemasan sosial yang

berlebihan yang tidak berkurang setelah mereka mengenal orang-orang disekitarnya. Beberapa

simtom tambahan yang lebih eksentrik terjadi dalam gangguan kepribadian skizotipal. Simtom-

simtom tersebut pada intinya adalah simtom-simtom yang menandai fase prodormal dan residual

skizofrenia.

Kriteria Gangguan Kepribadian Skizotipa dalam DSM-IV-TR

Terdapat lima atau lebih dari ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara ekslusif dalam

perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan

perkembangan pervasif:

Ideas of reference.

Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis, percaya terhadap persepsi ekstra indrawi.

Persepsi yang tidak biasa, keyakinan yang menyimpang tentang tubuhnya.

Pola bicara yang aneh.

Kecurigaan yang ekstrem, paranoia.

Afek yang tidak sesuai.

Perilaku atau penampilan yang aneh.

Kurang memiliki teman akrab.

Page 8: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem bila berada di

antara orang lain.

Masalah penting dalam diagnosis gangguan kepribadian skizotipal adalah komorbiditasnya

dengan gangguan kepribadian lain. Morey (1998) menemukan bahwa 33 persen orang yang

didiagnosis berkepribadian skizotipal berdasarkan kriteria DSM-III-R juga memenuhi kriteria

diagnostik gangguan kepribadian narsistik, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan

kepribadian menghindar, 59 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid,

dan 44 persen memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid.

Kelompok Dramatik atau Eratik

Diagnosis dalam kelompok dramatik atau eratik―gangguan kepribadian ambang, histrionik,

narsistik, dan antisosial―ditegakkan bagi para pasien yang mengalami simtom-simtom yang

sangat bervariasi, mulai dari perilaku yang sangat variabel hingga harga diri yang melambung,

ekspresi emosional yang berlebihan, dan perlaku antisosial.

Gangguan Kepribadian Ambang

Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM-IV-TR

Terdapat lima atau lebih dari kriteria di bawah ini:

Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar diabaikan

atau hanya dalam bayangannya.

Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal, ditandai dengan

perpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu waktu dan beberapa waktu

kemudian menistakannya.

Rasa diri ( sense of self ) yang tidak stabil,

Perilaku Impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang tidak pantas.

Perilaku bunuh diri ( baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh mencoba ) dan

mutilasi diri yang berulang.

Kelabilan emosional yang ekstrem.

Perasaan kosong yang kronis.

Sangat sulit mengendalikan kemarahan.

Page 9: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Pikiran paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.

Gangguan kepribadian ambang umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa awal,

dengan prevalensi sekitar 1 persen, dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding pada laki-

laki (Swartz dkk,1990;Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001). Prognosisnya buruk: dalam

pemantauan selama 7 tahun, sekitar 50 persen dari sampel masih mengalami gangguan tersebut

(Links, Heslegraves, & van reeken,1998). Para pasien ambang memiliki kemungkinan lebih besar

dari rata-rata untuk mengalami gangguan mood (Zanarini dkk,1998), dan orang tua mereka

memiliki kemungkinan paling besar dari rata-rata untuk mengalami gangguan mood (Shachnow-

dkk,1997). Juga ditemukan komordibitas dengan penyalahgunaan zat, PTSD, dan gangguan

makan serta gangguan kepribadian dalam kelompok aneh atau eksentrik (Skodol, Oldham, &

Gallaher,1999;Trull dkk,2000;Zanarini dkk,1998). Para teoris objek-hubungan mengemukakan

hipotesis bahwa orang bereaksi terhadap dunia melalui perspektif orang-orang dimasa lalu

mereka, terutama orang tua atau pengasuh utama. Kadang perspektif tersebut bertentangan

dengan harapan dan minat orang yang bersangkutan. Teoris objek-hubungan yang terkemuka

adalah Otto Kernberg, yang telah sangat banyak menulis tentang kepribadian ambang. Kernberg

(1985) berpendapat bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan. Contohnya,

memiliki orang tua yang memberikan kasih sayang dan perhatian secara tidak konsisten, mungkin

memberikan pujian atas prestasi, namun tidak mampu memberikan dukungan emosional dan

kehangatan sehingga menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa aman,

sebuah ciri utama gangguan kepribadian ambang. Meskipun orang-orang yang mengalami

gangguan kepribadian ambang memiliki ego yang lemah dan membutuhkan dukungan secara

terus menerus, mereka tetap memiliki kemampuan untuk mengurealitas.

Teori Diathesis-Stres linehan. Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian ambang

terjadi bila orang yang memiliki diathesis biologis (kemungkinan genetic ) berupa kesulitan

mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menginvalidasi, yaitu suatu

diathesis yang disebutnya disregulasi emosional dapat berinteraksi dengan berbagai pengalaman

yang menginvalidasi si anak yang sedang berkembang mendorong berkembangnya kepribadian

ambang.Lingkungan yang menginvalidasi adalah lingkungan dimana keinginan dan perasaan

seseorang tidak dipertimbangkan dan tidak dihargai. Berbagai upaya untuk mengomunikasikan

Page 10: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

perasaan tidak terima atau bahkan dihukum. Bentuk invalidasi ekstrem adalah penyiksaan anak,

seksual dan non-seksual.

Gangguan kepribadian histrionik

Diagnosis kepribadian histrionik, yang sebelumnya disebut kepribadian histerikal

ditegakkan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali

menggunakan cirri-ciri penampilan fisik seperti pakaian yang tidak umum, rias wajah, atau warna

rambut untuk menarik perhatian orang kepada mereka. Para individu tersebut, meskipun

menunjukan emosi secara berlebihan, diperkirakan memiliki kedangkalan emosi. Mereka

berpusat pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman

bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara

seksual tanpa memedulikan kepantasan dan mudah dipengaruhi orang lain. Bicaranya ekstrem

terhadap kritk, telah divalidasi dalam berbagai studi empiris sebagai aspek-aspek gangguan

kepribadian narsistik (Ronningstan & Gunderson, 1990). Prevalensi gangguan ini kurang dari 1

persen. Gangguan ini paling sering dialami bersama dengan gangguan kepribadian ambang

(Morey, 1998).

Etiologi gangguan kepribadian narsistik. Diagnosis gangguan kepribadian narsistik bermula

dalam berbagai artikel psikoanalisis modern. Banyak ahli klinis yang berorientasi psikoanalisis

menganggapnya sebagai produk era dan system masa kini. Orang yang mengalami gangguan ini

dari luar tampak memiliki perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya, sepenuhnya terserap

kedalam dirinya sendiri, dan fantasi tentang keberhasilan tanpa batas, namun demikian diteorikan,

karekteristik tersebut merupakan topeng bagi harga dirinya yang sangat rapuh.

Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopatik

Criteria gangguan kepribadian Anti social dalam DSM-IV-TR

Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15 tahun dan sekurang-

kurangnya tiga karakteristik abtara 1 hingga 7 ditambah 8 hingga 10:

1. Berulang kali melanggar hokum

2. Menipu, berbohong

3. Impulsivitas

Page 11: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

4. Mudah tersinggung dan agresif

5. Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain

6. Tidak bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang tidak reliable atau

tidak memenuhi tanggung jawab keuangan.

7. Kurang memiliki rasa penyesalan

8. Berusia minimal 18 tahun

9. Terdapat bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun.

10. Perilaku antisocial yang tidak terjadi secara ekslusif dalam episode skizofrenia atau

mania.

Karakteristik Psikopati

Konsep psikopati berkaitan erat dengan berbagai arti, Hervey Cleckey dan buku klasiknya

The Mask of Sanity (1976). Berdasarkan pengalaman klinisnya yang sangat banyak, Cleckey

memformulasikan serangkaian criteria yang digunakan untuk mengidentifikasi gangguan tersebut.

Tidak seperti criteria gangguan kepribadian anti social dalam DSM, criteria psikopati yang

disusun Cleckley tidak banyak merujuk ke perilaku antisocial itu sendiri dan tidak banyak ke

pikiran dan perasaan individu psikopatik.

Salah satu karakteristik utama psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun

negative. Orang-orang psikopatik tidak memiliki rasa malu, bahkan peran mereka tampak positif

terhadap orang lain hanyalah kepura-puraan. Penampilan Psikopat sangat menawan dan

memanipulasi orang lain untuk memberikan keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah

membuat psikopat tidak mungkin belajar dari kesalahannya, kurangnya emosi positif mendorong

mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan sering kali secara kejam kepada orang

lain.

Berdasarkan kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua

merupakan penyebab utama perilaku psikopatik. Beberapa studi lain menghubungkan perilaku

psikopatik dengan tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan

dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang

tua (marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk, 1999). Lebih jauh lagi, ayah para psikopat

kemungkinan memiliki perilaku antisocial.

Page 12: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Psikopat memiliki reaksi yang berbeda dengan sebagian besar diantara kita. Secara khusus,

mereka hanya memiliki sedikit kecemasan, sehingga kecemasan hanya memberikan sedikit efek

penghambat da;am perilaku antisocial mereka. Perlakuan mereka yang semena-mena kepada

orang lain juga dapat dikaitkan dengan kurangnya empati yang mereka miliki. Karena psikopat

kurang mampu menggunakan ingormasi kontekstual dan membuat perencanaan. Perilaku mereka

menjadi impulsive. Hal itu kemungkinan merupakan penyebab psikopat bertingkah laku salah

tanpa menyesal dan mencari kesenangan tanpa menghargai berbagai aturan masyarakat.

Kelompok Pencemas/Ketakutan

Kelompok ini terdiri dari tiga gangguan kepribadian:

1. Gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disonder) ditegakkan bagi

orang-orang yang merasa takut dalam situasi social

2. Gangguan kepribadian dependen (dependent personality disorder) merujuk pada mereka

yang kurang memiliki kemandirian dan terlalu bergantung pada orang lain.

3. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (obsessive –compulsive personality disorders)

ditegakan bago mereka yang memiliki pendekatan perfeksionistik terhadap

kehidupannya.

1. Gangguan Kepribadian Menghindar

Criteria gangguan kepribadian menghindar dalam DSM-IV-TR terdapat minimal empat

dari cirri berikut ini:

Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan

Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan

disukai

Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok

Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak

Merasa tidak adekuat

Merasa rendah diri

Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.

Page 13: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Gangguan kepribadian menghindar dan fobia social berhubungan dengan suatu syndrome

yang terjadi di Jepang, yang disebut “taijin kyoufu “ (taijin berarti “interpersonal” dan kyoufu

berarti “takut” seperti halnya dengan gangguan kepribadian menghindar dan fobia social, mereka

yang mengalami taijin kyoufu terlalu sensitive dan menghindari kontak interpersonal. Namun apa

yang mereka takutkan agak berbeda dengan ketakutan yang biasa terdapat pada mereka yang

menderita gangguan berdasarkan DSM. Para pasien yang mengalami taijin kyoufu cenderung

merasa gugup atau malu mengenai dampak yang mereka timbulkan pada orang lain atau

bagaimana diri mereka di mata orang lain, contohnya takut bahwa wajah mereka buruk atau

memiliki bau badan (Ono dkk, 1996).

2. Gangguan Kepribadian Dependen

Criteria gangguan kepribadian Dependen dalam DSM –IV-TR. Terdapat minimal lima

dari ciri dibawah ini:

Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain

Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar aspek

kehidupannya yang utama

Sulit tidak menyetujui orang lain, karena takut kehilangan dukungan mereka

Sulit melakukan segala sesuatu sendiri, karena kurangnya rasa percaya diri.

Merasa tidak berdaya bila sendiri karena kurangnya rasa percaya diri terhadap

kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.

Berupaya untuk segera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya

saat ini berakhir.

Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.

3. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

Criteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dalam DSM-IV-TR. Terdapat minimal

empat dari cirri berikut ini:

Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas

terabaikan

Page 14: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Perfeksionisme ekstrem hingga tingkat yang membuat berbagai proyek jarang

terselesaikan

Pengabdian berlebihan pada pekerjaan sehingga mengabaikan kesenangan dan

persahabatan

Tidak fleksibel tentang moral

Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti

Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya

Kikir

Rigid dan keras kepala

Terapi Gangguan Kepribadian

Penting untuk diingat bahwa seorang terapis yang menamgani pasien gangguan

kepribadian umumnya juga mempertimbangkan gangguan Aksis 1. Memang, sebagian besar

pasien dengan gangguan kepribadian menjalani penanganan karena gangguan Aksis 1, bukan

karena gangguan kepribadian. Contohnya, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian

antisocial kemungkinan memiliki masalah penyalahgunaan zat, seseorang yang mengalami

gangguan kepribadian menghindar dapat menjalani penanganan karena menderita fobia social,

dan pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dapat diterapi karena depresi. Dalam

hubungan ini, dapat dikatakan bahwa para pasien yang mengalami gangguan Aksis 1 dan

gangguan kepribadian biasanya tidak mengalami perbaikan kondisi sebesar pasien yang hanya

mengalami gangguan Aksia 1 setelah ditangani dengan berbagai macam psikoterapi(Reich &

Vasile,1993; Chrits-Christoph &Baber, 2002). Penyebabnya tampaknya cukup jelas. Orang-orang

yang mengalami gangguan pada kedua Aksis kondisinya lebih parah dibanding mereka yang

hanya mengalami gangguan Aksis 1 sehingga membutuhkan terapi yang lebih intensif (karena

gangguan kepribadian terjadi dalam waktu lama) dan lebih ekstensif (yaitu, difokuskan pada

banyak masalah psikologis).

Para terapis psikodinamika menetapkan tujuan untuk mengubah pandangan pasien

terhadap berbagai masalah pasien pada masa kanak-kanak yang di asumsikan mendasari

gangguan perilaku. Para terapis behavioral dan kognitif sesuai dengan focus mereka pada situasi

dan bukan pada karakteristik, tidak banyak mengemukakan pendapat hingga dewasa ini tentang

penanganan spesifik untuk gangguan kepribadian yang tercantum dalam DSM (Howes & Vallis,

Page 15: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

1996). Para terapis tersebut cenderung menganalisis berbagai masalah individual yang secara

bersama-sama membentuk gangguan kepribadian. Contohnya seseorang yang didiagnosis

memiliki kepribadian paranoid atau menghindar sangat sensitive terhadap kritik.

Terapi Kepribadian Ambang

Apa pun model intervensinya, satu hal yang pasti adalah: hanya sedikit pasien yang

memberikan tantangan lebih besar terhadap penanganan dibanding mereka yang mengalami

gangguan kepribadian ambang dengan orang lain juga terjadi ruang konsultasi. (dalam istilah

psikoanalisa perasaan perasaan yang dialami terapis disebut kontra transferensi).

Psikoterapi Objek hubungannya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, objek teori hubungan

memfokuskan pada acara anak-anak mengidentifikasi diri dengan orang lain yang memiliki

kelekatan emosi kuat dengan mereka, sebagaimana disebutkan sebelumnya, Kernberg (1985)

bekerja berdasarkan asumsi dasar bahwa orang-orang yang berkepribadian ambang memiliki ego

yang lemah sehingga sulit untuk menoleransi pertanyaan mendalam yang diajukan dalam

penanganan psikoanalisis.

Terapi perilaku Dialektikal (Dialectical Behavior therapi-DBT), sebuah pendekatan yang

mengkombinasikan empati dan penerimaan yang terpusat pada klien dengan penyelesaian

masalah kognitif behavioral dan pelatihan keterampilan sosial diperkenalkan oleh Marsha

Linehan (1987), pendekatan yang disebutnya terapi periaku dialektikal memiliki tiga tujuan

menyeluruh bagi para individu ambang :

1. mengajari mereka untuk mengubah dan mengendalikan emosionalitas dan perilaku ekstrem

mereka;

2. Mengajari mereka untuk menoleransi perasaan tertekan;

3. Membantu mereka mempercayai pikiran dan emosi mereka sendiri.

Mengapa linehan menggunakan kata dialektikal dalam menggambarkan terapinya? Konsep

dialektikal dari filsup Jerman.

Hegel (1770-1831). Dalam kontek ini cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa dialektika

merupakan suatu pandangan terhadap dunia yang menyatakan realitas adalah hasil ketegangan

konsan antara dua hal yang bertentangan.

Page 16: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Linehan menggunakan istilah dialektikal untuk menggambarkan posisi yang tampak bertentangan

yang harus diambil terapis terhadap pasien ambang, menerima pasien sebagaimana adanya

sekaligus membantunya untuk berubah, linehan juga menggunakan isltilah tersebut untuk

merujuk kesadaran pasien ambang bahwa ia tidak perlu membelah dunia menjadi hitam dan

putih, namun dapat mencapai sintesis dari dua hal yang bertentangan.

Terapi Untuk Psikopati

Sebagian besar ahli dari berbagai orientasi teoritis selama bertahun- tahun menyatakan

bahwa tidak ada gunanya mengubah karakteristik psikopat yang semena-mena dan tanpa

penyelesaian (Cleckley,1976; Gacono dkk, 2001; McCord & McCo, 1964; Palmer, 1984).

Seorang ahli klinis yang berpengalaman menangani psikopat mengusulkan tiga prinsip utama

bagi para terapis yang menangani pasien ini.

Pertama, terapis harus selalu waspada berkaitan dengan manipulasi yang mungkin dilakukan

pasien. Kedua, ia harus berasumsi, hingga tidak terbukti tidak benar, bahwa informasi yang

diberikan padanya oleh pasien mengandung distorsi dan direkayasa. Ketiga, ia harus mamahami

bahwa kerjasama terjalin, jika ada dengan amat sangat lambat setiap hubungan terapeutik

dengan seorang psikopat. (Lion,1978, hal 286).

Banyak psikopat yang dipenjara untuk beberapa lama karena melakukan tindak kejahatan,

dan hasil-hasil rehabilitasi dengan pemenjaraan yang tidak menggembirakan sebagian dapat

disebabkan oleh sangat sulitnya mengubah perilaku psikopatik. Sebagaimana berulangkali

disampaikan oleh kriminolog, sistem penjara kita tampaknya lebih berfungsi sebagai sekolah

kriminalitas daripada sebagai tempat dimana para penjahat, dan psikopat, dapat direhabilitasi.

Sebuah argumen menarik yang mendukung pemenjaraan adalah psikopat seringkali menjadi

tenang pada usia separuh baya dan seterusnya (Craft,1969). Apakah melalui perubahan biologis,

insight pamungkas atas karakteristik mereka yang merusak diri sendiri, atau sekedar menjadi tua

dan tidak mampu melanjutkan cara-cara licik mereka yang bahkan sering kali kejam, banyak

psikopat menjadi kurang berbahaya seiring memasuki 40 tahun. Dengan demikian, penjara

melindungi terapi. Alasan utama ketidakcocokan untuk menjalani psikoterapi adalah mereka tidak

mampu dan tidak termotivasi untuk membangun segala bentuk hubungan saling percaya dan jujur

dengan terapis. Orang-orang yang berbohong hampir tanpa sadar, yang hampir tanpa peduli

Page 17: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

dengan perasaan orang lain, bahka lebih tidak memahami perasaan mereka sendiri; yang tanpak

tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan secara moral salah; yang kurang memiliki

motivasi untuk mematuhi aturan dan moral masyarakat; dan yang yang hanya hidup untuk saat

ini, tidak khawatir tentang masa depan, secara keseluruhan, adalah kandidat yang sangat buruk

untuk menjalani terapi.

Seorang ahli klinis yang berpengalaman menangani psikopat mengusulkan tiga prinsip

utama bagi para terapis yang menangani pasien ini.

Pertama, terapis harus selalu waspada berkaitan dengan manipulasi yang mungkin dilakukan

pasien. Kedua, ia harus berasumsi, hingga tidak terbukti tidak benar, bahwa informasi yang

diberikan padanya oleh pasien mengandung distorsi dan direkayasa. Ketiga, ia harus mamahami

bahwa kerjasama terjalin, jika ada dengan amat sangat lambat setiap hubungan terapeutik

dengan seorang psikopat. (Lion,1978, hal 286).

Pandangan pesimistik tersebut baru-baru ini mendapat tantangan dari sebuah meta analis

komprehensif terhadap 42 studi mengenai pananganan psikososial bagi psikopat (Salekin,2002).

Meskipun berbagai studi tersebut memiliki banyak masalah metodologis, 17 studi yang

melibatkan 88 individu psikopatik menemukan bahwa psikoterapi psikoanalitik sangat membantu

dalam bidang-bidang seperti hubungan interpersonal yang lebih baik, meningkatnya kemampuan

untuk merasa menyesal dan empati, lebih sedikit berbohong, dibebaskan dari hukuman

percobaan, dan mempertahankan pekerjaan.Efek terapeutik positif yang sama ditemukan dalam

lima studi yang menggunakan teknik behavioral kognitif terhadap 246 psikopat. Semakin muda

usia pasien, semakin baik manfaat yang diperoleh dari terapi. Agar sepenuhnya epektif,

penanganan harus cukup intensif, yaitu, empat kali seminggu selama minimal satu tahun, suatu

dosisi penanganan psikososial yang sangat tinggi apapun orientasi teoritis si terapis.

Ini merupakan temuan yang sangat positif mengingat adanya keyakinan luas bahwa

psikopatik pada dasarnya tidak dapat di tangani. Dan meskipun demikian, seoptimis salekin

tentang berbagai upaya pananganan bagi psikopat di masa kini dan masa yang akan mendatang,

kami menganggap perlu untuk mencatat komentar peringatannya dibagian akhir artikelnya:

“...penelitian perlu melakukan beberapa upaya untuk mengetahui apakah para klien tersebut

“memalsukan kebaikan” dalam berbagai studi mengenai penanganan atau apakah perubahan

tersebut sungguh-sungguh terjadi” (hlm.144).

Page 18: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Banyak psikopat yang dipenjara untuk beberapa lama karena melakukan tindak kejahatan, dan

hasil-hasil rehabilitasi dengan pemenjaraan yang tidak menggembirakan sebagian dapat

disebabkan oleh sangat sulitnya mengubah perilaku psikopatik. Sebagaimana berulangkali

disampaikan oleh kriminolog, sistem penjara kita tampaknya lebih berfungsi sebagai sekolah

kriminalitas daripada sebagai tempat dimana para penjahat, dan psikopat, dapat direhabilitasi.

Sebuah argumen menarik yang mendukung pemenjaraan adalah psikopat seringkali

menjadi tenang pada usia separuh baya dan seterusnya (Craft,1969). Apakah melalui perubahan

biologis, insight pamungkas atas karakteristik mereka yang merusak diri sendiri, atau sekedar

menjadi tua dan tidak mampu melanjutkan cara-cara licik mereka yang bahkan sering kali kejam,

banyak psikopat menjadi kurang berbahaya seiring memasuki 40 tahun.Dengan demikian, penjara

melindungi masyarakat dari perilaku antisosial aktif, dengan masa pembebasan yang dianggap

lebih beralasan ketika narapidana tersebut memasuki tahap kehidupan dimana ekses-ekses

gangguan tersebut lebih sedikit.

Page 19: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

KESIMPULAN

Dikelompokkan pada Aksis II dalam DSM-IV-TR, gangguan kepribadian didefinisikan

sebagai pola perilaku dan pengalaman dalam diri yang bertahan lama, yang mengganggu

keberfungsian sosial dan pekerjaan. Gangguan tersebut biasanya didiagnosis bersama

dengan gangguan Aksis I seperti depresi dan gangguan anxietas. Diagnosis-diagnosis

tersebut sangat tumpang tindih, dan seseorang biasa memenuhi kriteria lebih dari satu

diagnostik. Komordibitas yang tinggi tersebut, ditambah dengan fakta bahwa gangguan

kepribadian dianggap sebagai sisi ekstrem karakteristik kepribadian yang terdistribusi

secara berkesinambungan, telah mendorong usulan pengembangan suatu cara dimensional

daripada ketegorikal untuk mengklasifikasi gangguan-gangguan tersebut.

Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR:aneh atau

eksentrik, dramatik atau eratik, dan pencemas atau ketakutan.

Diagnosis spesifik dalam kelompok aneh atau eksentrik mencakup paranoid,skizoid, dan

skizotipal. Beberapa gangguan ini dianggap sebagai varian skizofrenia yang tidak terlalu

parah. Penelitian genetika perilaku cukup mendukung asumsi ini, terutama dalam

gangguan kepribadian skizotipal.

Kelompok dramatik atau eratik mencakup gangguan kepribadian ambang, histrionik,

narsistik, dan antisosial. Simtom utama gangguan kepribadian ambang adalah emosi dan

perilaku yang tidak stabil dan sangat berubah-ubah, gangguan kepribadian histrionik,

ekspresi emosional yang berlebihan dan gangguan kepribadian narsistik, harga diri yang

melambung tinggi. Gangguan kepribadian antisosial dan psikopati menekankan pada

emosionalitas yang rendah seperti kurangnya rasa takut,penyelasan,rasa bersalah,atau rasa

malu.

Berbagai teori mengenai etiologi gangguan ambang,histrionik,dan narsistik memfokuskan

pada hungan orang tua anak dimasa kecil. Teori kognitif behaviorial yang dikemukakan

Linehan mengenai gangguan kepribadian ambang memfokuskan pada hubungan antara

rendahnya pengaturan emosi dan lingkungan keluarga yang menginvalidas.

Berbagai studi genetik menunjukkan bahwa predisposisi gangguan kepribadian antisosial

diturunkan secara genetik. Seperti dalam etiologi psikopati, penelitian mengindikasikan

Page 20: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

bahwa para psikopat cenderung memiliki ayah yang antisosial dan tidak adanya disiplin

atau disiplin yang tidak konsisten dimasa anak-anak mereka. Meskipun demikian,masalah

utama psikopat mungkin adalah ancaman hukum tidak menghambat mereka untuk

melakukan tindakan antisosial. Kurangnya empati juga dapat menjadi faktor dalam

perlakuan semena-mena psikopat kepada orang lain.

Kelompok pencemas atau ketakutan mencakup gangguan kepribadian

menghindar,dependen dan obsesif-kompulsif. Simtom utama gangguan kepribadian

menghindar adalah rasa takut terhadap penolakan atau kritik;gangguan kepribadian

dependen,rendahnya kepercayaan diri dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif,gaya

perfeksionistik dan berorientasi pada detail.

Berbagai teori etiologi kelompok pencemas atau ketakutan memfokuskan pada

pengalaman masa kecil. Gangguan kepribadian menghindar dapat diakibatkan oleh

menularnya rasa takut yang dialami orang tua ke anak melalui pro modeling. Kepribadian

dependen dapat disebabkan oleh terganggunya hubungan orangtua anak, karena

perpisahan yang membuat orang yang bersangkutan merasa takut kehilangan.

Meskipun penanganan psikodinamika, behavioral dan kognitif dan farmakologis

digunakan untuk menangani gangguan kepribadian,hanya sedikit yang diketahui mengenai

efektifitasnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa bukti yang menjanjikan perilaku

dialektikal bagi gangguan kepribadian ambang. Pendekatan ini mengombinasikan

penerimaan yang berpusat pada klien dengan fokus kognitif behavioral untuk

menghasilkan perubahan spesifik dalam pikiran,emosi,perilaku. Penelitian baru-baru ini

menunjukkan bahwa psikopati sekalipun,yang sering dianggap hampir tidak bisa

ditangani.

Page 21: MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III KESIMPULAN