bahan makalah psikologi

download bahan makalah psikologi

of 26

Transcript of bahan makalah psikologi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang tepat.Makalah ini saya kerjakan untuk memenuhi tugas Psikologi pendidikan serta memenuhi kewajiban saya dan temen-temen sebagai Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Al Marif Buntok. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa orang - orang yang begitu berarti bagi kami, maka dari itu kami berterima kasih sebesar - besarnya kepada :1.Abli selaku dosen psikologi pendidikan yang telah memberikan arahan serta petunjuk dalam penyelesaian laporan ini,2.Orang Tua saya yang memberikan support dan restu kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan3.Teman-teman semua yang telah memberikan support kepada kami sehingga kami bisa bekerja semaksimal mungkin.Akhir kata TIADA GADING YANG TAK RETAK demikian pula dengan tugas ini yang tentu saja masih banyak kekurangannya. Maka dari itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan demi pemicu agar kami bisa menyusun laporan lebih baik lagi.

Buntok, 09 Februari 2014

Kelompok 2

BAB IPendahuluan

1.1 Latar BelakangManusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis sehingga mengakibatkan perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Tiap individu mempunyai ciri khas masing-masing yang membedakan dengan individu- individu lainnya. Bila diperhatikan secara seksama maupun sepintas saja akan terlihat bahwa mereka itu berbeda antara satu sama lainnya. Secara fisik bisa nampak ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang cantik, ada juga yang kurang menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan sebagainya. Sedangkan dari segi kejiwaan bisa dibedakan antara orang yang berjiwa sehat dengan orang berjiwa kurang sehat.Dengan alasan ini maka penulis berpendapat betapa pentingnya untuk mempelajari pengetahuan tentang kekhususan individual sebagai pokok bahasannya dan juga sudah barang tentu mengenai intelegensi dan kepribadian pada sub pokok pembahasan selanjutnya.Lebih lanjut pembahasan mengenai kekhususan individual ini terbagi dalam dua bagian diantaranya intelegensi dan kepribadian. Dengan harapan agar para pembaca bisa menerima dan mengerti dengan mudah bukan saja salah satu dari materi yang disampaikan akan tetapi secara keseluruhan dari materi yang disampaikan lebih khusus yang ditulis pada makalah kekhususan individual ini.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?2. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian?

1.3 Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penulisan sebagai berikut :1. Agar para pembaca mengetahui pengertian dari pokok dan sub pokok bahasan dari materi kekhususan individual.2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi lebih khusus lagi mengenai kekhususan individual, intelegensi dan kepribadian.3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi.

BAB IIPembahasan

2.1 IntelegensiPengertian Intelegensi1. Pengertian Intelegensi secara EtimologiIntelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu Intellectus dan Intelligentia yang berarti kecerdasan, intelijen, atau keterangan-keterangan.[1] . Sedangkan dalam bahasa Indonesia sering diucapkan bahwa intlijen adalah orang yg bertugas mencari (meng-amat-amati) seseorang; dinas rahasia.Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan Nous sedangkan penggunaan kekuatannya disebut Noeseis.2. Pengertian Intelegensi secara TerminologiIntelegensi menurut John W Santrock adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.[2] Menurut David Wechsler , intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Alferd Binet menyatakan intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yang diwariskan dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam pembentukan kemampuan intelegensi. Kemudian menurut William Stern, intelegensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Menurut dia inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli bernama Prof. Weterink (Mahaguru di Amsterdam) yang berpendapat, belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih. David Wechsler berpendapat, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Howard Gardner mendefinisikan Inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru.C. Tingkat-tingkat Intelegensi1. Kecerdasan BinatangPada mulanya banyak orang berkeberatan digunakan istilah inteligensi pada binatang, karena mereka hanya mau menggunakan istilah itu pada manusia saja. Menurut hasil penyelidikan para ahli, ternyata bahwa kecerdasan itu bertingkat-tingkat.[3]2. Kecerdasan Anak-anakYang dimaksudkan anak-anak di sini adalah anak-anak kecil lebih kurang umur 1 tahun dan belum dapat berbahasa. Kecerdasan anak-anak dipelajari terutama berdasarkan percobaan yang telah dipraktekkan dalam menyelidiki kecerdasan binatang.Usaha-usaha memperbandingkan perbuatan kera dengan anak-anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan terhadap kecerdasan anak.3. Kecerdasan ManusiaSesudah anak dapat berbahasa tingkat kecerdasan anak lebih tinggi daripada kera. Tingkat kecerdasan mausia (bukan anak-anak) tidak sama dengan jera dan anak-anak. Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia antara lain:a. Penggunaan BahasaKemampuan berbahasa mempunyai faedah yang besar terhadap perkembangan pribadi. i. Dengan bahasa, manusia dapat menyatakan isi jiwanya (fantasi, pendapat, perasaan dan sebagainya). ii. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan sesama, tingkat hubungannya selalu maju dan masalahnya selalu meningkat iii. Dengan bahasa, manusia dapat membeberkan segala sesuatu, baik yang lalu, yang sedang dialami, dan yang belum terjadi, baik mengenai barang-barang yang konkret maupun hal-hal yang abstrak iv. Dengan bahasa, manusia dapat membangun kebudayaan.b. Penggunaan PerkakasKata Bergson, perkakas adalah merupakan sifat terpenting daripada kecerdasan manusia, dengan kata lain: perkataan, perbuatan cerdas manusia dicirikan dengan bagaimana mendapatkan, bagaimana membuat dan bagaimana mempergunakan perkakas.Perkakas adalah sifat, tetapi semua alat merupakan perkakas. Alat merupakan perantara antara makhluk yang berbuat atau objek yang diperbuat. Perkakas mempunyai fungsi yang sama, tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas. Perkakas adalah objek yang telah dibuat/dibulatkan dan diubah sedemikian rupa sehingga dengan mudah dan dengan cara yang tepat dapat dipakai untuk mengatasi kesulitan atau mencapai suatu maksud.[4]D. Macam-macam Intelegensi1. Intelegensi Terikat dan Bebas.Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Misalnya intelegensi binatang dan anak-anak yang belum berbahasa.Intelegensi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan intelegensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan sudah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih maju.2. Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif).Intelegensi mencipta ialah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi keatif menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti : kereta api, radio, listrik dan kapal terbang.Intelegensi meniru, yaitu kemampuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, diucapkan maupun yang di tulis.[5]E. Faktor-faktor yang Menentukan Intelegensi ManusiaPara ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam inteligensi itu sendiri. Sebuah pendapat mengatakan bahwa faktor yang menentukan intelegensi seseorang antara lain :1. Pembawaan, yang ditentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.2. Hereditas, yang diperoleh seorang anak melalui keturunan atau nasab.3. Kematangan, yang terutama ditentukan oleh umur.4. Pembentukan, yaitu perkembangan yang diperoleh anak karena pengaruh milieu (lingkungan). Selain itu, gejala-gejala jiwa dan fungsi-fungsi jiwa sangatlah mempengaruhi tindakan intelegensi seseorang. Misalnya :a. Pengamatan, yakni kalau seseorang berada dalam satu situasi yang harus mengambil tindakan yang intelegen maka dia harus memiliki fungsi pengamatan yang baik.b. Tanggapan dan Daya Ingatan, yakni bahwa seseorang yang memiliki tanggapan daya ingatan yang baik akan lebih mudah untuk memecahkan persoalan.c. Fantasi, yakni seseorang yang kaya fantasi akan dapat melihat lebih banyak kemungkinan pemecahan masalah yang tidak terlihat oleh orang lain.1) Berfikir2) Kehendak dan Perasaan3) Perhatian, dan4) Sugesti, yakni bahwa seseorang yang berbuat intelegen haruslah membebaskan diri dari pengaruh ataupun sugesti orang lain.[7]F. Pengukuran IntelegensiPada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali diberi nama : Chelle Matrique de linteligence atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang, mengulang eretan angka-angka, memperbandingkan berat timbangan, menceriterakan isi gambar-gambar, menyebutkan nama bermacam macam warna, menyebut harga mata uang, dan sebagainya.Dengan tes semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak. Test ini kemudian direvisi pada tahun 1911.Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.

Banyak pendapat pakar tentang definisi Intelegensi diantaranya menurut Piaget,1959 bahwa intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.ada pula yang mendefenisikannya sebagai penilaian atau berfikir praktis,inisiatif dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap keadaan ( Alfred Binet 1857-1911 ) , atau kemampuan untuk mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lainnya, ( to organize, to relate, to bind together ), ada yang menitik beratkan intelegensi pada kemampuan menitik beratkan dan penyesuainnya. Adapula yang mengatakan bahwa intelegensi individu dikaitkan dengan kemampuan pecahan masalah , belajar, berfikir abstrakSeorang tokoh Kolonialisme juga mengemukan Intelligence is demonstrable in ability of the induvidual to make good responses from the stand pont of truth or fact , artinya seseorang akan berintelegen apabila responnya merupakan respon baik sesuai dengan stimulus yang diterimanya.Terlalu banyaknya definisi yang mengemukakan tentang intelegensi, namun satu sama lain berbeda sehingga tidak memperjelas persoalan. Edourd Claparade (1873-1940)dan William Stern (1871-1938) seorang pakar psikologi penemu konsep IQ misalnya mendefinisikan intelegensi secara sangat fungsionala dan terbatas, yaitu : intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. Dilain pihak seorang psikologi gestalt mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.Perdebatan tentang definisi ini tidak kunjung selesai. Pada tahun 1990-pun para pakar mencoba sepakat dengan definisi intelengensi yang masih terdapat versi dua kelompok yaitu : Mainstream Science on Intelligensi (MSI) dan versi American Psychological Association (APA).Versi MSI memberikan definisi tentang intelegensi adalah suatu kemampuan yang sangat umum yang antara lain melibatkan kemampuan akal, merencana, memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami ide-ide yang kompleks, cepat belajar dan belajar dari pengalaman. Dalam versi APA definisi MSI itu dianggap sebagai hanya sekedar sebuah daftar dari berbagai kemampuan yang diidentifikasikan. Oleh karena itu, versi APA tidak memberikan suatu definisi, melainkan hanya menyebutkan tentang perbedaan antar individu dalam memahami suatu ide, lingkungan, masalah, dan sebagainya.Berdasarkan analisi faktor, ada 7 faktor intelegensi, seperti digambarkan dibawah ini menurut Martin,1997, atau yang disebut Thurstone sebagai faktor primer (Primary Mental Abilities), (1) Verbal Comprehension. (2) Word fluency (kefasihan kata ). (3) Number Facility. (4) Spacial visualization. (5) Associative memory. (6) Perceptual speed. (7) Raesoning / penalaran.

Sedangkan menurut Spearman yang terkenal dengan teori two-factor theory:General Ability ( faktor G ) Individu berbeda satu sama lainnya Disepakati dalam performanceSpecial Ability ( Faktor S ) Bersifat khusus menginai bidang bidang tertentu. Individu mengalami persoalan sesuai dengan bidang bidang tersebut.Pengungkapan Intelegensi dengan istilah IQ atau Intelligence Quetiont yang diukur semasa kanak kanak. Sedangkan dewasa dengan menggunakan yang dinamakan psikotes. Dimana standar nya normal antara 90-110, sedangkan diatas 110 tergolong diatas rata rata, 120 keatas superior dan 130 berarti jenius. Namun, dengan IQ masih dipertentangkan karena berdasarkan penelitian bahwa anak yang waktu sekolah mempunyai IQ tinggi ternyata pada saat dewasanya mereka biasa biasa saja atau sebaliknya, sehingga Ilmu psikologi lebih mengarak kepada Kecerdasan Majemuk atau MI Multiple Intellegence yang dipopulerkan oleh Howard Gardner,1993 seorang psikolog dari havard Universcity AS. Dalam sebuah bukunya Frames of Mind : The theory of Multiple Intellegence , artinya kecerdasan seseorang bukan berdasarkan IQ saja tetapi ada beberapa hal yang berperan yaitu : Kecerdasan bahasa ( Linguistik ) Logika matematika ( logical matemathica ) Ruang ( Spatial ) Gerak tubuh ( Bodily-kinesthetic ) Musik ( musical ) Interpersonal IntrapersonalAda beberapa pendapat tentang IQ, kaum nativis berpendapat bahwa jika seseorang terindikasi keterbelakangan mental, maka seumur hidupnya tidak mungkin ia memahami hal hal yang abstrak sejenis hitungan atau lainnya. Sebaliknya kaum Emperis menyatakan bahwa orang dengan IQ rata-ratapun, kalau dilatih baik-baik pada aspek kecerdasannya, kreativitasnya serta kecerdasan emosinya dia akan berhasil luar biasa.Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perbedaan kemampuan berfikir antara anak anak dan orangtua / para lansia. Misalnya menghafal nomor telpon, ini diungkapkan dengan istilah fluid intellegence adalah kemampuan memproses informasi secara cepat, hubungan antara berfikir dan mengingat dalam bentuk analogi. Sedangkan crystallized Intellegence adalah akumulasi informasi, ketrampilan-ketrampilan dan strategi yang telah dipelajari selama hidup dan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah.Intelegensi seseorang dipengaruhi beberapa faktor : Faktor Pembawaan Faktor lingkungan dan kebudayaan Konvergensi atau interaksi bawaan dan lingkungan Dan pembentukan kepribadaianIntelegensi sebagai isu tak hanya dilihat sebagai ilmu pengetahuan saja, bahkan dipakai juga dalam isu-isu social. Intelegensi dipakai oleh kelompok-kelompok politik tertentu untuk mendiskreditkan kelompok lain, yang biasanya minoritas.

2.2 Kepribadian Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli dengan yang lainnya pun juga berbeda-beda. Namun demikian, definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang konsep kepribadian. Apakah kepribadian itu? Secara umum yang dimaksud kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain. Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli.a. M.A.W. Brower Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.b. Koentjaraningrat Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.c. Theodore R. Newcomb Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.d. Yinger Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.e. Roucek dan Warren Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.2. Unsur-Unsur dalam Kepribadian Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.a. Pengetahuan Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.b. Perasaan Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong. Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang tidak menyenangkan karena merasa rugi tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian temanmu yang menganggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia dalam hidupnya.c. Dorongan Naluri Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.3. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan biologis, warisan lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia, dan pengalaman unik.a. Warisan Biologis (Heredity) Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran, pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lainnya.b. Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment) Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.c. Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.d. Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences) Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.e. Pengalaman Unik ( Unique Experience ) Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.a. Sifat Dasar Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.b. Lingkungan Prenatal Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.c. Perbedaan Individual Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.d. Lingkungan Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.e. Motivasi Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.4. Teori-Teori Perkembangan Kepribadian Ada beberapa teori yang membahas mengenai perkembangan kepribadian dalam proses sosialisasi. Teori-teori tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori Cermin Diri, Teori Diri Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Teori Subkultural Soerjono Soekanto.a. Teori Tabula Rasa Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul " An Essay Concerning Human Understanding." Menurut teori ini, manusia yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya. Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata hasil pengalaman-pengalaman sesudah lahir (Haviland, 1989:398). Perbedaan pengalaman yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam-macam kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain.Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki kecenderungan khas sebagai warisan yang dibawanya sejak lahir yang akan memengaruhi kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi juga harus diingat bahwa warisan genetik hanya menentukan potensi kepribadian setiap orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi itu tidak seperti garis lurus, namun ada kemungkinan terjadi penyimpangan. Kepribadian seseorang tidak selalu berkembang sesuai dengan potensi yang diwarisinya.Warisan genetik itu memang memengaruhi kepribadian, tetapi tidak mutlak menentukan sifat kepribadian seseorang. Pengalaman hidup, khususnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada usia dini, sangat menentukan kepribadian individu.b. Teori Cermin Diri Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley . Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Misalnya ada orang tua dan keluarga yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering diulang secara konsisten oleh orang-orang yang berbedabeda, akhirnya gadis tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang lain.Gambaran diri seseorang tidak selalu berkaitan dengan faktafakta objektif. Misalnya, seorang gadis yang sebenarnya cantik, tetapi tidak pernah merasa yakin bahwa dia cantik, karena mulai dari awal hidupnya selalu diperlakukan orang tuanya sebagai anak yang tidak menarik. Jadi, melalui tanggapan orang lain, seseorang menentukan apakah dia cantik atau jelek, hebat atau bodoh, dermawan atau pelit, dan yang lainnya.Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri.1) Imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagaimana pakaian atau tingkah lakunya di mata orang lain.2) Imajinasi terhadap penilaian orang lain tentang apa yang terdapat pada diri masing-masing orang. Misalnya, pakaian yang dipakai.3) Perasaan seseorang tentang penilaian-penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira, atau rendah diri.Meskipun demikian, teori ini memiliki dua kelemahan yang menjadi sorotan banyak pihak. Apa sajakah itu?Pertama, pandangan Cooley dinilai lebih cocok untuk memahami kelompok tertentu saja di dalam masyarakat yang memang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya. Misalnya anak-anak belasan tahun, memang peka menerima pendapat orang lain tentang dirinya. Sedangkan orang dewasa tidak mengacuhkan atau menghiraukan pandangan orang lain, apabila memang tidak cocok dengan dirinya.Kedua, teori ini dianggap terlalu sederhana. Cooley tidak menjelaskan tentang suatu kepribadian dewasa yang bisa menilai tingkah laku orang lain dan juga dirinya.c. Teori Diri Antisosial Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud . Dia berpendapat bahwa diri manusia mempunyai tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego. 1) Id adalah pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus, dan antisosial.2) Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur pengendalian superego terhadap id. Ego secara kasar dapat disebut sebagai akal pikiran.3) Superego adalah kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang serta membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya akan mengalami konflik dengan kedirian dan selamanya menghalangi seseorang untuk mencapai kesenangannya. Masyarakat selalu menghambat pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan dorongan-dorongan lainnya atau dengan kata lain, id selalu berperang dengan superego . Id biasanya ditekan tetapi sewaktu-waktu ia akan lepas menantang superego, sehingga menyebabkan beban rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri. Kecemasan yang mencekam diri seseorang itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada jauhnya superego berkuasa terhadap id dan ego . Dengan cara demikian, Freud menekankan aspek-aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.d. Teori Ralph dan Conton Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu (Horton, 1993:97). Setiap masyarakat akan memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial itu timbul pembentukan kepribadian yang khas dari masyarakat tersebut. Selanjutnya dari pembentukan kepribadian yang khas ini kita mengenal ciri umum masyarakat tertentu sebagai wujud kepribadian masyarakat tersebut.e. Teori Subkultural Soerjono Soekanto Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.1) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Faktor Kedaerahan Di sini dijumpai kepribadian yang berbeda dari individuindividu yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu, oleh karena masing-masing tinggal di daerahdaerah yang berlainan dengan kebudayaan khusus yang berbeda pula.2) Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar adalah sikap individualistik. Sedangkan orang desa lebih menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai sikap gotong royong yang sangat tinggi.3) Kebudayaan Khusus Kelas Sosial Dalam kenyataan di masyarakat, setiap kelas sosial mengembangkan kebudayaan yang saling berbeda, yang pada akhirnya menghasilkan kepribadian yang berbeda pula pada masing-masing anggotanya. Misalnya kebiasaan orang-orang yang berasal dari kelas atas dalam mengisi waktu liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan kepribadian yang berbeda dengan kelas sosial lainnya di masyarakat.4) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama Agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian individu. Adanya mazhabmazhab tertentu dalam suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan anggotaanggota mazhab yang berlainan itu.5) Kebudayaan Khusus Atas Dasar Pekerjaan atau Keahlian Pekerjaan atau keahlian yang dimiliki seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap kepribadiannya. Contohnya kepribadian seorang guru pasti berbeda dengan militer. Profesi-profesi tersebut mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak dan cara bergaul.5. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.a. Fase Pertama Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality . Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang tuanya.2) Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.b. Fase Kedua Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.1) Dorongan-Dorongan (Drives) Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang lainnya.2) Naluri (Instinct) Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.3) Getaran Hati (Emosi) Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.4) Perangai Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.5) Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ) Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.6) Bakat (Talent) Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.c. Fase Ketiga Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.1) Kepribadian Normatif ( Normative Man ) Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.

2) Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man ) Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.3) Kepribadian Perbatasan ( "text-align: justify;">Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.

.Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. Dalam kekhususan individual kepribadian terbagi menjadi tiga macam :

2.2.1 Jenis KepribadianMenurut Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang hidup di abad ke-2 Masehi , yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian. Ia menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat jenis : sanguin (populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai). Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui, teori kepribadian ini banyak benarnya.Empat jenis tersebut diantaranya :1. Sanguin, tipe yang mempunyai energi yang besar, suka bersenang-senang, dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Orang bertipe sanguin suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguin sering dikenal sebagai si tukang bicara.2. Koleris, yang suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang bertipe koleris menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesama, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasi sebagai si pelaksana.3. Melankolis yang cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalam tipe ini butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertipe melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka keteraturan. Karenanya, orang melanklolis sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasi sebagai si perfeksionis atau si pemikir.4. Phlegmatis, yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Orang bertipe ini kurang disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban. Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Orang phlegmatis tak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat di saat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Orang phlegmatis kadang diidentifikasi sebagai si pengamat atau si manis.Setiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Sanguin dan koleris bisa berkombinasi secara alami karena keduanya ekstrovert, optimis dan terus terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat energik. Mereka punya daya tarik serta banyak bicara sambil menyelesaikan pekerjaan mereka, entah melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk mengerjakannya.Phlegmatis dan melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis, dan lembut. Mereka melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan tepat waktu, tidak mau mengambil sikap konfrontatif. Namun anak tipe ini akan mudah terkuras energinya jika berurusan dengan orang lain.Kombinasi koleris-melankolis dan sanguin-phlegmatis menggabungkan optimis dan pesimis, yang suka hura-hura dengan yang tidak suka hura-hura, dan yang supel dengan yang suka menarik diri. Akibatnya anak cenderung tidak seimbang dan berubah-ubah kepribadiannya tergantung keadaan. Kombinasi koleris-melankolis menghasilkan individu yang sangat berorientasi pada tugas. Kombinasi ini akan menjadi peraih prestasi tertinggi, melakukan segala sesuatu dengan cepat dan sesempurna mungkin. Namun mereka bisa menjadi nge-boss dan manipulatif sekaligus mudah stres jika orang lain tak bisa melakukan segalanya dengan benar dan tepat waktu.Kepribadian sanguin dan phlegmatis juga bisa berkombinasi, menghasilkan orang yang berorientasi pada hubungan. Kombinasi ini menjadikannya teman bagi semua orang. Ia dikagumi karena sifat humornya, selalu rileks, dan menerima orang lain apa adanya. Namun ia cenderung tidak disiplin, tidak suka melakukan apapun, mudah lupa tanggung jawabnya, dan selalu dapat merayu orang lain untuk mengerjakannya bagi mereka.Kepribadian memang bisa dirubah sedikit demi sedikit setelah tumbuh dewasa. Misalnya, jika ia merasa terlalu emosional, ia bisa merubahnya sedikit demi sedikit sehingga bisa lebih sabar. Namun kepribadian seseorang telah ada sejak ia lahir, dan akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam kehidupannya. Maka ada baiknya jika kita bisa memahami kepribadian diri kita sendiri, juga kepribadian orang-orang di sekitar kita. Karena tiap tipe kepribadian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan masing-masing tipe ini akan berinteraksi dengan baik jika dapat saling melengkapi.

2.2.2 Ekspresi Kepribadian Telah dijelaskan sebelumnya bahwa arti kepribadian sangat luas. Oleh karena itu, jika hendak menggambarkan atau menguraikan kepribadian seseorang, maka harus membagi-bagi kepribadian tersebut dalam beberapa karakteristik yang dapat dilihat atau diukur. Dengan kata lain, kepribadian seseorang itu diekspresikan kedalam beberapa karakteristik sehingga dengan memahami karakteristik-karakteristik tersebut, dapat pula dimengerti kepribadian orang yang bersangkutan. Sekalipun tidak semua pakar sependapat tetapi karakteristik-karakteristik yang dianggap terpenting untuk mengenali kepribadian adalah:1. Penampilan fisik, Tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi, atau tubuh yanhg kurus sehat, wajah yang kuyu, pakaian kusut, semuanya menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan. Juga bisa dilihat apakah Ia berwibawa dan percaya pada diri sendiri atau kurang semangat dan mempunyai perasaan rendah diri dan sebagainya.2. Tempramen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang bersangkutan, misalnya: pemurung, pemarah, periang, dan sebagainya.3. Kecerdasan dan kemampuan, termasuk kreativitasnya mengikuti teori Multiple Intelligence. Kita bisa mengidentifikasikan kemampuan yang menonjol pada orang yang bersangkutan.4. Arah Minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, hobi, pekerjaan yang selalu dilakukan, serta kebiasaan sehari-hari merupakan indikasi terbaik untuk menggambarkan arah minat dan pandangan moral seseorang.5. Sikap Sosial, hal ini bisa diukur dengan beberapa psikotes atau skala seperti MPPT, EPPS, The big Five Test, atau tes-tes proyeksi. Namun, bisa digali juga dari wawancara mendalam atau observasi dalam proses simulasi, games, atau diskusi.6. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya, hal ini pun dapat diketahui melalui beberapa tes dan wawancara serta observasi selama proses pemeriksaan.7. Cara-cara pembawaan diri, dalam bentuk misalnya sopan santun, banyak bicara, kritis, mudah bergaul, dan sebagainya. Cara pembawaan diri ini terlepas dari isi atau materi yang dibawakan. Seseorang dapat berbicara tentang berita kematian atau soal-soal perdagangan atau mengundang seseorang ke suatu perjamuan , atau menegur kesalahan seseorang, tetapi semuanya dilakukan dengan cara yang sopan atau justru sebaliknya.8. Kecenderungan Patologis, merupakan tanda-tanda adanya gangguan jiwa yang serius (bukan sekedar stress atau depresi karena frustasi). Memang, yang paling tepat untuk mendiagnosa gangguan jiwa adalah dokter spesialis kejiwaaan (SpKJ) atau psikolog klinis. Tetapi, mata seorang psikolog non-klinis, atau asesor, bahkan orang awam yang waspada pun akan mampu mengidentifikasikan adanya gangguan jiwa berat seperti skhizophrenia (berbicara dan berperilaku aneh, ngawur tanpa arah (bizarre), ada halusinasi, dan sebagainya). Bisa juga autism (hiperaktif, tetapi tidak ada kontak dengan orang lain, tidak bisa diajak bercakap-cakap lebih suka dengan kegiatan sendiri yang bersifat mengulang-ngulang dan lain-lain.

2.2.3 Kritik Terhadap Penggolongan Kepribadian Penggolongan atau tipologi kepribadian memang memudahkan kita untuk memahami kepribadian, tetapi pendekatan itu mengundang beberapa kritik, yaitu :1. Setiap penggolongan mereduksi kepribadian manusia yang sangat kompleks. Hanya menjadi satu atau dua variable saja yang digunakan untuk membuat tipologi. Akibatnya, tipologi ini sangat kurang memperhatikan faktor-faktor khusus yang sifatnya individual.2. Tipologi ini tidak memperhatikan kenyataan bahwa manusia berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan, dan karenanya kepribadian pun bersifat dinamis. Tipologi ini membuat kepribadian seolah-olah statis.3. Penggolongan kepribadian sangat kurang mempertimbangkan pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian. Oleh karena itu, tipologi dalam psikologi zaman sekarang lebih terfokus pada setting atau konteks tertentu saja. Misalnya, dalam lingkungan industri dan organisasi dikenal dengan tipe kepemimpinan transaksional (memimpin berpedoman pada hak dan kewajiban masing-masing) dan transformasional (memimpin berdasarkan nilai-nilai yang dikembangkan bersama anak buah) (James V. Downton, 1973). Dalam bidang pendidikan ada tipe orang tua yang otoriter, serba boleh (laissez faire) dan otokratik (demokratik tetapi tetap tegas) (Baumrind, 1991). Dalam penyesuaian diri terhadap stress ada tipe yang berorientasi pada tugas (task oriented), ada yang berorientasi pada emosi (emotional oriented) (Lazarus and Folkman, 1984). Teori psikoanalitis, oleh Sigmund Freud yang memandang kepribadian terdiri dari 3 komponen yaitu Id ( naluri ), Ego ( kesadaran ) dan superego ( hati nurani ), interaksi ketiga komponen tersebut terwujud dalam perilaku. Kaum Behavioristik, B.F Skinner memandang kepribadian sebagai kebiasaan yang tersusun dari sejumlah hubungan rangsangan dan respon yang memperoleh penguatan. Leon Festinger, kognisilah yang membentuk perilaku. Isi kognisi tersebut adalah pengetahuan, minat, sikap, penilaian dan harapan tentang dunia. Psikologi Humanistik menekankan pada kebebasan berkehendak sebagai bagian dari kepribadian manusia. Teori Biopsikologi, oleh Richard Davidson yang memandang kepribadian sebagai hasil kerja bagian-bagian dari otak.Maka dapat disimpulkanlah bahwa kepribadian itu adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem psiko-fisik menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya.

BAB IIIPenutup

3.1 KesimpulanBerdasarkan isi dari materi pembahsan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai ciri khas atau kekhususan sendiri-sendiri sebagai pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, dalam hal ini yang menjadi pembahasan adalah dari segi intelegensi dan kepribadian masing-masing.Meskipun banyak pendapat mengenai intelegensi tapi secara keseluruhan intelegensi bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengolah dan mengatasi segala sesuatu yang dihadapi secara perbuatan, pemikiran, juga perasaan baik itu yang nyata maupun yang abstrak. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan intelegensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.Intelegensi sebagai sebuah kemampuan yang tertanam dalam diri masing-masing individu dapat ditumbuh kembangkan dengan berbagai cara agar dapat membantu sebagai daya berpikir yang ada dalam diri setiap individu manusia. Karena tanpa adanya intelegensi maka pendidikan hampir mustahil untuk dilaksanakan.Sedangkan kepribadian ialah organisasi secara fisik dan mental pada tiap-tiap makhluk hidup yang berubah dari waktu ke waktu sebagai upaya penyesuaian diri terhadap individu itu sendiri juga terhadap lingkungannya.

3.2SaranCiptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk hidup yang lain adalah manusia dan yang membedakan antara manusia dan yang lain adalah akalnya saja. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa syukur kita penulis ingin memberikan beberapa saran agar kiranya kita sebagai manusia harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala apa yang Tuhan telah berikan kepada kita. Dengan mempelajari segala bentuk pengetahuan bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi juga untuk disampaikan kepada orang lain.Mempelajari materi bukan hanya dari satu sumber saja, agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapi dan menjalani hidup ini. Sedikit mengutip kata-kata dari pemeran Dr. Octopus didalam film Spyderman 3, bahwa pengetahuan itu bukan bakat, ia adalah mukjizat yang harus disampaikan ke seluruh dunia.Daftar Pustaka

Sarlito W. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

IisMs. 2012. Kekhususan Individual ( Psikologi 1 ) dalam http://iisms.blogspot.com/2012/02/kekhususan-individual-psikologi-1.html

Bidan Srimulyanti. 2011. Intelegensi dan Kepribadian dalam http://bidansrimulyanti.blogspot.com/2011/03/intelegensi-dan-kepribadian.htmlSuryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003)Mustakim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta, Pustaka Belajar Offset, 2004)Whitherington, Psikologi Pendidikan. (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1991) Cet. VI, hal 226

[footnoteRef:1][1] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006), cet. I, hal 125. [1: ]

[footnoteRef:2][2] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. IV, hal 129 [2: ]

[footnoteRef:3][3] Mustakim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta, Pustaka Belajar Offset, 2004), Cet. III, hal 103 [3: ]

[footnoteRef:4][4] Sumadi Suryabrata, Op Cit, hal 127-128 [4: ]

[footnoteRef:5][5] Whitherington, Psikologi Pendidikan. (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1991) Cet. VI, hal 226 [5: ]

[footnoteRef:6][6] Mustakim, Op Cit, hal 121 [6: ]