makalah psikologi

download makalah psikologi

of 27

description

analisis kekerasan dalam ospek

Transcript of makalah psikologi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIlmu social pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Ilmu social mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam.Ilmu social merupakan suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademi yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia.Ilmu-ilmu social mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi social, politik bahkan sejarah walaupun disatu sisi ia termasuk ilmu humoniora. Cakupan tersebut digunakan untuk memcahkan masalah-masalah social dewasa ini.Ilmu psikologi sendiri sangat besar peranannya dalam perkembangan ilmu-ilmu social dewasa ini.Bukan hanya sebagai disiplin yang membantu memcahkan masalah-masalah mental manusia, psikologi sangat berperan besar dalam memecahkan masalah kolektif manusia masyarakat. Ruang lingkupnya mencakupi berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara, perubahan kejiwaan, dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.Dengan demikian, psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.B. Rumusan Masalah1. Apa hakikat dari perkembangan?2. Bagaimana fase-fase perkembangan anak usia prasekolah? 3. Bagaimana karakteristik masing-masing perkembangan anak prasekolah?C. Tujuan 1. Untuk memahami hakikat dari perkembangan.2. Untuk memahami fase-fase perkembangan anak usia prasekolah.3. Untuk memahami karakteristik masing-masing perkembangan anak prasekolah.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA1. Teoritis Psikologi psikoanalisisSalah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalistik sigmund freud. Psikoanalisasi adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang ,anusia, dan metode psikoterapi.[footnoteRef:1] [1: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 454]

Sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktik psikoanalisis meliputi: kehidupan mental individu menjadi dapat dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia dapat diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia. tignkah laku diketahui seiring ditentukan oleh faktor-faktortidak sadar perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa[footnoteRef:2] [2: Ibid, 455]

teori psikoanalitik menyadiakan kerangka kerja yang berhargauntuk memehami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengang pengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan. Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi, resistensi, dan transferensi.Menurut pandangan psikoanalitik , struktur kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id, ego, superego. Ketiganya adalah nama bagi proses dan bukan sebagai agen yang terpisah dalam mengoprasikan kepribadian. Tetapi merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan. IdKomponen bialogis, tempat bersemayamnya naluri,buta, menuntut, dan mendesak. Seperti kawah yang mendidih dan bergolak, tidak dapat mentoleransi teganganya., dan bekerja untuk melepasakan tegangan itu secara mungkin, serta didorong oleh kepentingan naluriah atas kesenagan yang bersifat tidak sehat. EgoMemiliki kontak dengan dunia eksternaldari kenyataan. Dialah yang merupakan eksekutifdari kepribadian yang memerintah,mengendalikan, dan mengatur ibarat polisi lalu lintas. Ia sebgai pengantar naluri dengan lingkungan sekitar. Egolah yang mengendalikan kesabaran dan melaksankan sensor yang ralistis dan berfikir logis. Karena itu, ego adalah tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi impuls-impuls buta dari id. Hal itu berbeda dengan superego yang merupakan cabang moral atau hukum dari kepribadian yang urusan utamnya adalah apakah tindakan baik atau buruk. SuperegoMempresentasikan nilai-nilai yang dijunjung orang tua dan masyarakat yang diajarkan kepada anak. Superegopun berkaitan dengan imbalan dan hukum, seperti rasa bangga ataupun rasa berdosa.Freudian memandang bahwa pada adasarnya sifat manusia adalah pesimistik, deterministik, dan reduksianistik. Menurut freudian manusia dideterminasi oleh kekuatan irasional motivasi tidak sadar kebutuhan dan dorongan biologis naturalis serta oleh peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima taun pertama pada masa kanak-kanak (masa oral, anal, dan falik). Manusia dipandang sebagai sistem energi dari id, ego dan superego, namun karena energi psikis terbatas maka suatu sistem memegang kendali yang tersedia sambil mengorbankan dua sistem yang lainnya.[footnoteRef:3] [3: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 455-456]

Psikologi BehaviorismeBehaviorisme adalah posisi filosofis yang mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi herus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang dapat diteliti, yaitu lingkungan dan perilaku, daripada fokus pada apa yang tersedia dalam individu, seperti persepsi, pikiran, berbagai citra, dan perasaan sehingga tidak akan pernah dapat menjadi ilmu pengetahuan yang objektif (Boeree, 2005:385).[footnoteRef:4] Psikologi behaviorisme mengalami kejayaannya pada masa John Broadus Watson (1878-1958), yang mendeklarasikan sebagai pendekatan baru dalam psikologi pada tahun 1913. Perintisnya jauh telah dilakukan oleh Ivan M. Sekhenov (1829-1905), Vladimir M. Bekhterev (1857-1927), dan Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) melalui pengkondisian atau klasikal yang membentuk gerak reflek melalui percobaan seekor anjing, dimulai dengan stimulus yang belum menjadi kebiasaan (unconditioned stimulus) dan respons yang belum menjadi kebiasaan (unconditioned response). Selanjutnya, edward Thorndike (1874-1949) dengan percobaan kucing-kucinganya dengan kotak-kotak puzzle-nya dalam beberapa perilaku yang berurutan.[footnoteRef:5] [4: Ibid, hlm 456] [5: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 457]

John Broadus Watson, sebagai pendiri mazhab behaviorisme yang secara resminya diakui pada tahun 1950-an, melakukan eksperimen yang kontroversial melalui seorang bayi bernama Albert berusia 9 bulan yang dibiasakan takut dengan tikus putih disertai dengan suara keras yang berasal dari batang baja yang dipukul palu. Rasa ketakutan Albert ternyata merambat ke segala bentuk dan warna serupa dengan tikus putih, seperti kelinci, mantel dari bulu binatang, dan topeng Santa Clause, bahkan kapas. Watson mempublikasikan bukunya Behaviorism yang didesain untuk pembaca awam tahun1925. Buku tersebut kemudian mengalami revisi pada tahun 1930. Di situ Watson menolak eksistensi insting manusia, kapasitas atau talenta warisan, dan juga terhadap tempramen. Menurut Watson, psikologi pada dasarnya merupakan merupakan stimuli dan respons. Kita mulai dengan refleks dan dengan penggunaan pembiasaan, harus mempelajari respons. Proses otak tidak begitu penting (dia menyebut otak sebagai kotak misteri). Emosi pada dasarnya merupakan respons terhadap stimuli. Pikiran adalah pembicaraan yang tidak terungkapkan, kesadaran itu tidak ada apa-apanya. Behaviorisme radikal direfleksikan dalam ungkapan yang terkenal:[footnoteRef:6] [6: Ibid]

Berikan saya selusin bayi sehat dan dalam keadaan baik dengan lingkungan yang saya tentukan sendiri untuk mengasuhnya. Saya jamin, jika saya mengambil seorang secara acak maka saya akan melatihnya menjadi ahli apa pun yang saya mau pilih: dokter, artis, pengacara, pedagang, bahkan pengemis dan pencuri, tanpa memandang talenta, kegemaran, kecenderungan, kemampuan, khususnya suku bangsa leluhurnya (Watson, 1930:65)Tokoh behavioris lainnya adalah Clark L. Hull (1884-1952), Edward Chase Tolman (1886-1959), dan Burrhus Frederic Skinner (1904-1990). Clark Leonard Hull yang lahir dekat Akron New York, setelah menyelesaikan Ph.D pada tahun 1936 ia mempublikasikan karya agungnya Principles of Behavior dan A Behavior System. Teori Hull dikarakterisasikan dengan operasionalisasi sangat ketat terhadap berbagai varibel dan sebuah prsentasi matematis yang terkenal, yang eksperimennya melalui tikus. Esensi teori Hull dapat dringkas bahwa respons merupakan sebuah fungsi dari kekuatan kebiasaan dikali dengan kekuatan gerakan. Itulah alasannya mengapa teori Hull sering disebut sebagai Teori Gerakan atau drive theory (Boeree, 2005: 401). Di samping itu, Hull pun merupakan seorang behavioris yang paling berpengaruh di era 1940-an dan 1950-an. Muridnya adalah Kenneth W. Spence, yang mempertahankan popularitasnya hingga tahun 1960-an.[footnoteRef:7] [7: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 457-458]

E.C. Tolman adalah seorang behavioris-kognitif yang lahir di Newton Massachuset, memperoleh gelar Ph.D tahun 1915 di Jerman saat belajar bersama Kurt Koffka. Ia menilai bahwa Watson terlalu jauh.1. Behaviorisme Watson merupakan kajian tentang kejang stimulus-respons merupakan suatu tingkat terlalu molekuler (molecular level). Kita seharusnya mempelajari secara keseluruhan, yakni perilaku yang lebih bermakna, yaitu tingkatan molar (molar level).2. Watson melihat secara sederhana sebab dan akibat dalam binatang-binatangnya. Tolman melihat perilaku yang lebih berguna (purposefull), perilaku yang lebih berarahkan tujuan.3. Watson melihat binatang-binatangnya sebagai mekanisme bisu. Sedang Tolam melihatnya sebagai pembentukan dan pengujian berbagai hipotesis yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.4. Watson tidak menggunakannya untuk proses internal, proses yang mentalistik. Sedang Tolman mendemonstrasikan bahwa tikus-tikusnya mampu melakukan proses-proses kognitif yang beragam (Boeree, 2005:403-404).[footnoteRef:8] [8: Ibid]

Berbeda dengan B.F.Skinner yang lahir di kota kecil Pennsylvania, yakni Susuehanna, memperoleh gelar doktor pada tahun 1931. Eksperimennya yang terkenal melalui burung merpati dan tikus yang dimasukkan dalam kurungan (sering disebut kotak Skinner) yang di lengkapi dengan palang kecil di salah satu dindingnya. Jika palang ini disentuh, secara otomatis ada biji makanan yang terlontar ke dalam kotak. Profesor psikologi Universitas Harvard ini menyatakan bahwa satu-satunya cara mensejahterakan umat manusia ialah membiasakan semua orang untuk bersikap cinta damai dan bersedia bekerja sama. Dengan hadiah yang diberikan secara sistematis, Skinner membiasakan binatang percobaannya, kaebanyakan merpati dan tikus untuk melakukan berbagai hal, misalnya sepanjang merpati belajar bermain semacam pingpong dengan paruhnya.[footnoteRef:9] Di sini Skinner menciptakan istilah pembiasaan yang bekerja. Dalam kotak tersebut, baik merpati maupun tikus dapat bergerak leluasa, dapat mematuk pengungkit atau tombol tekan itu. Makanan hanya akan muncul jika tombol palang kecil tersentuh, dan ternyata hal itu dapat dilakukan oleh tikus maupun merpati. Skinner melangkah lebih maju dengan mengajarkan pola perilaku lain, yaitu dengan menghubungkan tanggapan yang satu dengan tanggapan berikutnya sampai si burung dapat melakukan permainan rumit seperti pingpong tersebut (Maness, 1987:43).[footnoteRef:10] [9: Ibid] [10: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 459]

Skinner memang cerdik, eksperimennya yang menonjol dalam perilaku pembiasaan bekerja pernah dilakukan secara serius dan mendapat dukungan dari pemerintah dalam Perang Dunia II, ia melatih merpati menjadi semacam pilot kamikaze dalam peluru kendali sederhana. Peluru kendali itu berupa bom besar dengan mekanisme kemudi primitif yang dikemudikan oleh seekor merpati di kerucut hidungnya. Ia melatih merpati untuk mematuk titik pusat sebuah gambar kapal musuh yang muncul di layar. Sebuah elektrode pada paruh burung menghidupkan aliran elektronik yang dapat digunakan untuk membenaarkan arah peluru kendali, dan patukan merpati tetap mengarahkan peluru kendali ke semua sasaran. Kendati mungkin aneh, gagasan itu ternyata berjalan, setidaknya-tidaknya di laboratorium.[footnoteRef:11] [11: Ibid]

Psikologi GestaltBerbeda dengan behaviorisme Watson bahwa Teori Gestalt menekankan pentingnya proses mental. Dasar dari teori ini ialah bahwa subjek tersebut mereaksi pada kesuluruhan kesatuan yang bermakna (Koffka, 1935: 141). Pandangan gestalt berasal dari konsep gestalt qualitat atau kualitas bentuk yang diuraikan oleh Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Arti istilah tersebut mengacu kepada kualitas tertentu yang dimiliki suatu soneta atau lukisan yang tidak berupa not, warna, atau kata yang terlepas-lepas (Murphy, 1949). Dengan kata lain, suatu lagu yang dimainkan dalam kunci nada yang lain (not-not lagu satu-satu yang berbeda) akan dipersepsi sebagai lagu yang sama.[footnoteRef:12] [12: Ibid, hlm 459-460]

Psikologi Gestalt, dimulai dari peristiwa yang kebetulan belaka, yaitu ketika Max Wertheimer dalam perjalanan dengan kereta api meninggalkan Frankfurt mengikuti firasat yang tiba-tiba saja. Ia membeli stroboskop mainan. Stroboskop adalah alat yang menampilkan gambar-gambar sedemikian cepatnya sehingga menciptakan ilusi gerakan, alat ini sangat populer sebelum ditemukannya gambar hidup. Segera Wertheimer membatalkan rencana perjalanan liburannya, ia kembali ke hotel, kemudian ia membawa penelitiannya ke laboratorium (Madsen, 1991: 167; Gredler, 1996:46).[footnoteRef:13] [13: Ibid, hlm 460]

Dalam percobaannya di laboratorium, Wertheimer menemukan bahwa dua penayangan cahaya yang diam dan kadang kala dipersepsi sebagai cahaya bergerak. Dengan kata lain, jika cahaya mula-mula ditayangkan melalui suatu celah miring ke kanan, cahaya tersebut akan terlihat seperti jauh dari kedudukan pertama ke kedudukan kedua. Sama halnya eksposur dari dua garis berturut-turut secara cepat, jika diletakkan secara seksama, akan terlihat sebagai gerakan. Dari kedua kejadian tersbut terdapat dua stimulus yang disajikan, tetapi tidak terlihat seperti itu.Dari eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi mengenai keseluruhan (gerak) tidak dapat diperoleh dari unsur-unsur yang khusus secara terpisar-pisah. Dalam arti bahwa keseluruhan memiliki sifat yang berbeda dengan sifat unsurnya secara terpisah-pisah. Oleh karena itu, dalam pandangan Gestalt bahwa analisis yang dilakukan kaum behavioris terhadap unsur yang terpisah-pisah menghasilkan distori dari fenomena yang diteliti (Gredler, 1996:47).Terdapat empat hukum yang dikenal Wertheimer (1938) yang mengatur organisasi persepsi orang ketika menghadapi stimulus.a. Prokismitas, berdekatan atau mendekati. Contohnya, sesuatu benda sering dipersepsi sebagai sesuatu yang berbeda didekatnya sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan dekatnya.b. Similaritas atau kesamaan, contohnya sesuatu benda sering dipersepsi berdasarkan ciri-ciri persamaan yang dimilikinya.c. Arah terbuka, contohnya garis terputus-putus dipersepsi sebagai lingkaran yang terbuka.d. Simplisitas (penyerderhanaan), contohnya sesuatu garis tertentu lebih suka disederhanakan sebagai bentuk keseluruhan.[footnoteRef:14] [14: Dadang, Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah kajian pendekatan struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Hlm, 460]

Walaupun mulanya psikologi Gestalt berkembang di Jerman atau Eropa, namun pada akhirnya meluas ke Amerika sepuluh tahun kemudian setelah kelahirannya. Beberapa tokoh psikologi Gestalat yang mengembangkannya di Amerika tersebut adalah Max Wertheimer, Kurt Koffa, dan Wolfgang Kohler. Di Amerika, psikologi Gestalt walaupun tidak sepesat Behaviorisme cukup mendapat tempat terhormat sebagai cikal bakal psikologi kognitif. Beberapa tokoh psikologi Gestalt di Amerika, contohnya Kurt Lewin, Kurt Goldstein, Fritz Heider, Mary Henle, Solomon Asch., dan Rudolf Arnheim (Masden, 1991:171). [footnoteRef:15] [15: Ibid, hlm 461]

Psikologi Eksperimental dan KlasikIstilah psikologi eksperimental menurut Atkinson (1996:20) sebenarnya sebutan yang keliru karena para ahli psikologi dengan keahlian bidang dan lain pun melakukan eksperimen. Akan tetapi, kelompok ini biasanya terdiri dari para ahli psikologi yang mempergunakan metode eksperimen untuk mempelajari bagaimana orang bereksi terhadap rangsangan indra, memandang dunia ini, belajar dan mengingat, menjawab secara emosional, dan digerakkan untuk bertindak, baik oleh rasa lapar maupun oleh keinginan untuk sukses dalam hidup. Metode eksperimen dalam psikologi mulai diperkenalkan oleh dua tokoh ahli psikologi ternama Wilhelm Wundt dan William James yang biasanya dianggap sebagai bapak Psikologi. Walaupun kedua tokoh tersebut dilahirkan di tempat yang berjauhan. Wundt lahir di Neckerau Baden di Jerman tanggal 16 Agustus 1832, sedangkan James di New York City tanggal 11 Januari 1842. Namun, anehnya di samping terlahir dalam periode yang berdekatan serta memiliki persamaan pengembangan metodenya, keduanya mengklaim telah membentuk laboratorium psikologi pertama pada tahun 1875, dengan memberi nama laboratoriumnya menggunakan nama mereka sendiri masing-masing (Boeree, 2005:289).Dalam perkembangannya, para ahli psikologi eksperimental pun menyelidiki binatang. Kadang-kadang mereka mencoba mencari hubungan antara perilaku binatang dengan perilaku manusia, namun mereka pun sering mempelajari binatang untuk membandingkan perilaku berbagai jenis spesies (psikologi perbandingan). Apa pun minat mereka, para ahli psikologi eksperimental memikirkan mengenai perkembangan metode pengukuran serta pengontrolan secara tepat.Perlu diketahui bahwa bidang ini erat hubungannya dengan biologi serta psikologi fisiologi. Para ahli psikologi fisiologi disebut juga ahli neuropsikologi (Atkinson, 1996:21). Bidang ini mencoba menemukan hubungan antara proses biologi dengan perilaku. Bagaimana hormon seks memengaruhi perilaku? Bagian otak mana yang mengontrol ucapan? Bagaimana pengaruh candu?, seperti marijuana dan LSD terhadap kepribadian dan daya ingat? Dua bidang antara fungsi otak dengan perilaku serta psikofarmoloho yang meneliti tantang obat-obatan dan perilaku (Atkonson, 1996:21).Humanistik-Eksistensialisme-FenomenologiBelajar sebagai suatu kegiatan yang dilakukan manusia telah menjadi objek studi para pakar sejak lama. Teori-teori belajar yang telah dikemukakan kemudian dikembangkan. Pemikiran dan pemahaman hakekat belajar terus berkembang, sejalan dengan upaya penelaahan yang terus berlangsung oleh para pakar. Contohnya Thorpe (1954) mengkonsepsikan belajar sebagai bentuk perubahan nilai, kecakapan, sikap dan perilaku yang terjadi dengan usaha yang disengaja melalui rangsangan atau stimuli. Sedangkan perubahan yang terjadi pada diri peserta didik adalah dalam bentuk tanggapan atau respon terhadap rangsangan tersebut. Gagne (1970) dan Travers(1972) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan disposisi atau kecakapan baru yang terjadi karena adanya suatu usaha yang disengaja. Sedangkan Munn (1965) berpendapat bahwa belajar itu adalah upaya memodifikasi tingkah laku sebagai perolehan dari suatu kegiatan, latihan khusus, atau hasil observasi. Proses belajar pada orang dewasa, yang pada umumnya bersifat informal, lebih berorientasi kepada penemuan (discovery), lebih organic dan holistic, melalui proses kognitif pada level operasi konkrit. Beberapa prinsip belajar berdasarkan konsep dan aliran pembelajaran. A. Teori Belajar HumanistikTeori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistic lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.Dalam pelaksanaannya, teori humanistic ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau Meaningful Learning yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Teori humanistik berpendapat bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Berikut adalah tokoh-tokoh yang bergerak dalam aliran humanistik.B. Arthur Combs (1912-1999)Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.C. MaslowTeori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

D. Carl RogersCarl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:1. Kognitif (kebermaknaan)2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.b.Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.c.Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.d.Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.e.Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.f.Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.g.Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.j.Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :1. Merespon perasaan siswa2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa4. Menghargai siswa5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)7. Tersenyum pada siswaDari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Kelebihan dan kekurangan teori HumanistikKelebihan Teori Humanistik1. selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis. 2. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.3. keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Kekurangan Teori Humanistik :1. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.2. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.3. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis(Disusun oleh Titik, Arif dan Retci).2. EmpirisBerdasarkan analisis factor-factor yang mempengaruhi perkembangan anak, aliran psikilogi yang sesuai dengan keadaan Genie adalah aliran Empirisme / Lingkungan dengan tokohnya John Locke (1632-1704), yang berpendapat bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan. Anak yang baru lahir laksana kertas putih bersih. Menurut teori empirisme, bantuan dan bimbingan orang dewasa atau pendidik memegang peranan penting dalam perkembangan anak dan bagaimana orang itu mengisi kertas putih ini Ada empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, yaitu prinsip asosiasi, pengulangan, peniruan, serta ganjaran dan hukuman. Orang tua adalah tokoh penting yang mengatur rangsangan rangsangan dan mengisi atau membentuk kepribadian anak tersebut.Ada empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, yaitu prinsip asosiasi, pengulangan, peniruan, serta ganjaran dan hukuman. Orang tua adalah tokoh penting yang mengatur rangsangan rangsangan dan mengisi atau membentuk kepribadian anak tersebut.

BAB IIIPEMBAHASANA. Hakikat Perkembangan Pengertian hakikat perkembangan dapat dilihat dari beberapa konsepsi sebagai berikut: Menurut Konsepsi Asosiasi Menurut konsep ini, hakikat perkembangan adalah suatu proses asosiasi dimana hal-hal yang utama adalah bagian-bagian yang merupakan keseluruhan dari hal yang sekunder (selanjutnya). Bagian-bagian terlebih dahulu terbentuk dan eksis, kemudian dari bagianbagian inilah terbentuk keseluruhan. Menurut Konsepsi Gestalt Menurut konsepsi ini perkembangan adalah proses diferensiasi dimana hal yang utama adalah keseluruhan dan bagian-bagian menempati tempat sekunder. Keseluruhan ada terlebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Neo Gestalt, ( Kurt Lewin ) memisalkan : pada masa bayi, ia mengalami proses diferensiasi kemudian naik ketahap kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ini proses diferensiasi berjalan terus, kemudian naik ke strata masa anak, demikian berjalan terus. Menurut Konsepsi Sosiologik Menurut konsepsi ini, perkembangan anak adalah proses sosialisasi, dimana anak ketika baru lahir merupakan individu yang asosial (belum mengenal norma). Kemudian sejalan dengan waktu, anak memiliki kemampuan untuk beradaptasi, imitasi dan seleksi sehingga kemudian memiliki tanggapan terhadap norma sosial. B. Fase-fase Perkembangan Anak Prasekolah Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini. Pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut : a. Tahap Perkembangan berdasarkan Analisis Biologis Nama Tokoh Tahap Aristoteles I II III IV 0 7 tahun : masa bermain 7 14 tahun : masa anak14 21 tahun: masa remaja/pubertas b. Tahap Perkembangan berdasarkan Didaktis 1. Penggolongan didaktis menurut Comeniusa. Sekolah Ibu (Scola Materna) untuk umur 0 6 tahun b. Sekolah Bahasa Ibu (Scola Vernaculan) umur 6 12 tahun c. Sekolah Latin (Scola Latina) untuk umur 12 18 tahun d. Akamedi (Academica) untuk umur 18 24 tahun 2. Penggolongan didaktis menurut Rousseau a. Tahap I : 0 2 tahun, usia asuhanb. Tahap II : 2- 12 tahun, pendidikan jasmani dan pancaindra c. Tahap III : 12 15 tahun, pendidikan akal d. Tahap IV : 15 20 tahun, pendidikan watak dan agama c. Tahap Perkembangan berdasarkan Psikologis Kroh beranggapan bahwa dalam perkembangannya individu mengalami masa keguncangan. Perkembangan individu melewati tiga periode : 1. Masa kanak kanak : Lahir Keguncangan pertama 2. Masa keserasian bersekolah : Keguncangan pertama kedua 3. Masa kematangan : Keguncangan kedua akhir remaja

Analisis Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah Anak usia 0-2 tahun Secara umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami perubahan yang pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang-orang sekelilingnya. Segala bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal) dari orang lain akan mendorong anak untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi perasaan meskipun anak belum mampu memahami kata-kata. Menurut Monks (1992:74-75) menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat penting untuk perkembangan bahasa.Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan pemberian reinforsement verbal. Stimulasi verbal yang terusmenerus juga akan memudahkan anak untuk belajar melafalkan suara-suara dan Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat pesat.gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan suasana emosinya, seperti marah, cemas, tidak setuju dan lain-lain. Anak usia 2-3 tahun Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari.Anak juga mulai senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya. Solehuddin (1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak dalam aktivitas bermain maupun komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak menguasi beberapa patah kata juga mulai berkembang.Anak mulai senang dengan perckapan walaupun dalam bentuk dan kalimat yang sederhana.Selain itu juga, sikap egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika anak menginginkannya. Anak usia 3-4 tahun Secara umum, anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik, sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi.Untuk kemampuan motorik, anak sudah menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan, seperti memegang benda atau boneka.Akan tetapi sifat egosentriknya masih melekat.Tingkat frustasi anak juga cenderung menurun.Hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif atau sudah ada sifat kemandirian anak. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian. Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan kesiapannya untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama, bahkan anak juga sudah dapat mengingatnya. Selanjutnya dengan sifat kemandirian yang dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak diatur dalam kegiatankegiatannya.Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai mengenal konsep jumlah, warna, ukuran dan lain lain. Anak usia 4-6 tahun Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang (adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang bepergian sendiri untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya sendiri.Pada perkembangan motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan denganperkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktivitas yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah anak sudah mampu memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang disebabkan semakin meningkatnya keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan tahap perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat pesat. C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah Usia prasekolah seringkali juga disebut fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, perlu untuk memahami perkembangan anak usia prasekolah. Berikut ini penjelasan tentang karakteristik masing-masing aspek perkembangan anak usia prasekolah. 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Pada usia ini banyak juga perubahan fisiologis, seperti: a. Pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam, dan b. Denyut jantung lebih lambat dan menetap Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. 2. Perkembangan Intelektual Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak berada pada periode pre-operasional yaitu tahapan dimana anak belum mampumenguasai operasimental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol.3. Perkembangan Emosional Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak yaitu sebagai berikut: a. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. b. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.c. Marah, yaitu perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal atau nonverbal. d. Cemburu yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. e. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya. f. Kasih sayang yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. g. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut abnormal). h. Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

4. Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan dua tahap yaitu : a. Usia 2-2,6 tahun, bercirikan: 1) Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna 2) Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing. 3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana. 4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran. b. Usia 2,6-6 tahun, bercirikan:1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. 2) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan bagaimana. 5. Perkembangan Sosial Tanda-tanda perkembangan sosial pada anak, yaitu:a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain. b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan. c. Ank mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain. d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group) 6. Perkembangan Bermain Kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak (Abu Ahmadi, 1977), yaitu sebagai berikut: a. Permainan Fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat, naik dan turun tangga, berlari-larian, bermain tali, dan bermain bola. b. Permainan Fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan, dan masak-masakan. c. Permainan Reseptif dan Apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis. d. Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas. e. Permainan Prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan bola basket. 7. Perkembangan Kepribadian Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut: a. Dependency & Self Image Perkembangan sikap independensi dan kepercayaan diri (self confididence) anak amat terkait dengan perlakuan orangtuanya. Salah satu penelitian Braumrind (Ambron, 1981) menemukan bahwa anak yang orangtuanya memberikan pengasuhan atau perawatan yang penuh kehangatan, dan pemahaman serta memberikan arahan atau tuntunan, maka anak akan memiliki rasa percaya diri (self confidence), bersikap ramah, mempunyai tujuan yang jelas, dan mampu mengontrol diri. b. Initiative vs Guilt Perkembangan dengan dan berkeinginan untuk initiative belajar (inisiatif), dan pada bekerja tahap sama ini dengan anak sudah orang lain siap untuk mencapaitujuannya. Yang berbahaya pada tahap ini adalah tidak tersalurkannya energi yang mendorong anak untuk aktif, karena mengalami hambatan dan kegagalan, sehingga anak mengalami guilt (rasa bersalah). Perasaan bersalah ini berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian anak, dia bisa menjadi nakal atau pendiam. 8. Perkembangan Moral Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya. Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui/buruk/tidak boleh/ditolah/disetujui. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku. 9. Perkembangan Kesadaran Beragama Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya. b. Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormoph (dipersonifikasikan). c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual. d. Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnyayang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya) (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)

BAB IVANALISISAnalisis PsikoanalisisBahwa teori Freud tentang dorongan id (libido sexual) termasuk salah satu teori yang mendapat kritik keras karena dianggap terlalu menyederhanakan kompleksitas hidup seseorang. Jika dilihat dari perspektif Islam, teori ini tidak akan mampu menjelaskan kebutuhan manusia untuk beragama yang dalam ajaran Islam diyakini bahwa manusia punya kecenderungan untuk beragama (fitrah) sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi, Setiap manusia yang lahir ke dunia membawa bekal fithrah (sikap bertauhid), (HR. Bukhari). Itu, pandangan Freud yang mengatakan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh masa lalunya. Hal ini menjadikan manusia sebagai determinist (yang menentukan kehidupan), sehingga menjadikan masa kecil (masa lalu) seseorang sebagai instrumen tunggal yang menentukan masa depan orang tersebut.Konsep ini jelas bertentangan dengan Islam. Islam adalah suatu agama yang memberikan kebebasan pada manusia untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya, dengan catatan bahwa semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Islam menghargai dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), namun dengan persyaratan tak menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma dalam Islam itu sendiri.Dalam konteks ini, teori psikoanalisis Sigmund Freud dengan menggunakan kritik empiris sebagai landasannya. Konsep dorongan id (libido sexual) dan determinasi masa lalu yang dperkenalkan Freud tidak relevan lagi dengan konteks sekarang. Contoh lainnya, sebagaimana yang dikemukakan Turmidhi, sejumlah ahli telah membuktikan kekeliruan secara ilmiah pada teori Freud tentang Oedipus Complex. Branislav Malinowski (1927) tidak memperoleh bukti adanya apa yang dinamakan dengan Oedipus Complex pada penduduk pulau Torbiand. Pun demikian dengan Prothro (1961). Ia berspekulasi secara ilmiah dari hasil studinya terhadap praktik-praktik pendidikan anak di Libanon bahwa karakter anal sesungguhnya tak berhubungan dengan toilet training seperti hasil penelitian Sigmund Freud.Dan, klimaksnya pada penelitian Victor E. Frankl (1964) yang menyimpulkan tentang pendapat Freud mengenai fenomena imajinasi seorang anak terhadap ayahnya, sehingga kelak ketika dewasa menimbulkan delusi tentang Tuhan dan keyakinan Agama, yang oleh Freud disebut sebagai suatu bentuk usaha untuk merepres kecemasan (anxiety repression). Pemahaman akan keagamaan seseorang yang oleh Freud disederhanakan sebagai bentuk imajinasi seorang anak sebagai sosok yang serba-Maha sehingga menciptakan delusi tentang Tuhan dan Agama ini sungguh sangat dangkal dalam memahami kompleksitas nilai-nilai keagamaan seseorang.Lebih lanjut lagi, dalam ajaran psikoanalisa, mempertanyakan responsibilitas seorang manusia merupakan suatu hal yang absurd, karena menurut Freud, manusia hanyalah binatang yang bergerak atas dorongan-dorongan insting: eros dan thanatos. Dan, sebagaimana dituliskan di atas, Freud menyinggung permasalahan relevansi antara konsep Tuhan dan delusi ciptaan manusia yang disebutkannya.Freud menyesali sikap dan tindakan manusia yang keliru karena masih menyembah apa yang dianggapnya sebagai ilusi palsu yang diciptakan karena kebutuhan-kebutuhan masa kecil sebagai alat untuk merepresi kecemasan dan ketakutan saja. Inilah realitas dunia psikologi klasik dan kontemporer, yang berasumsi bahwa manusia hanyalah sebatas makhluk psiko-fisikal-sosial belaka, tak ada jiwa atau ruh yang menautkan manusia dengan Tuhan.Sementara dalam tataran epistimologis, kritik atas teori psikoanalisis Freud ini, sebagaimana yang diungkapkan Malik B. Badri (1979) yang memberi contoh sebuah adat-istiadat Sudan (yang non-Islam) di daerah Gezira, di mana pada upacara-upacara perkawinan, pengatin pria mencambuki beberapa orang laki-laki, yaitu teman-temannya, yang dengan sangat suka rela menjadi memar-memar tubuhnya, seolah dalam trance hipnotik. Sementara itu, para penonton wanita bersorak-sorai memberi semangat dan menikmati peristiwa yang dipandang sangat normal tersebut.Dalam pandangan Freud, hal ini pasti akan diasosiasikan dengan kelainan seksual, di mana pengantin pria diasumsikan sebagai seorang sadistik, yaitu orang mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara menyiksa orang lain, dan sebaliknya, teman-temannya yang dipukuli dianggap sebagai pengidap masokis atau orang yang mendapatkan sensasi seksual setelah disiksa atau dipukuli oleh orang lain. Padahal dalam konteks budaya di daerah Gezira, Sudan itu, hal ini hanyalah praktik kebudayaan (adat-istiadat) yang tak ada relevansinya dengan konsep sadisme dan masokisme yang dikatakan Freud. Freud kembali gagal mempertahankan universalitas teorinya dalam konteks ini.

Kritik BehavioristikAliran yang diperkenalkan Watson, Pavlov, Skinner dan Thorndike ini lebih menitikberatkan pada stimulus dari lingkungan sebagai satu-satunya determinan dalam kehidupan manusia. Menilai hal ini sebagai bentuk kekeliruan karena mengabaikan aspek potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Dalam hal ini, menyebutkan manusia hanya dianggap sebagai sebuah mesin sehingga teorinya bersifat mekanistis.Menurut Turmidhi, pada ranah ideologis, pandangan seorang psikolog yang menganggap manusia sebagai seekor binatang materialistik yang bermotivasi tunggal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya dalam orientasi waktu here and now, dengan sendirinya merupakan pandangan seorang atheis. Seekor binatang pastilah sangat berbeda dengan seorang manusia. Binatang hanyalah seekor makhluk Tuhan yang tidak mempunyai akal, sedangkan sentral berpikir manusia itu justru terletak pada akal.Dalam pandangan para behavioris seperti Watson dan Skinner, manusia dianggap tidak memiliki jiwa, orientasi dan tujuan (goal) terhadap hal-hal yang bersifat lebih tinggi dan metafisis. B.F. Skinner, pencetus teori Skinner Box dengan meneliti tikus sebagai objek penelitiannya dan mengasosiasikan aplikasinya terhadap manusia ini juga tidak mengakui adanya apa yang dimaksud dengan kehendak bebas (free will) dalam perilaku manusia, dan cenderung memandang manusia sebagai mesin belaka (Hjelle & Ziegler, 1981).Pandangan seperti ini dalam sistem psikologi justru mempunyai konsekwensi untuk me-nonsenskan tanggungjawab manusia, sedangkan dalam terminologi Islam, manusia mengemban tugas mulia sebagai seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Jika manusia hanyalah sebuah mesin yang bereaksi terhadap siklus stimulus-respons, lalu di manakah hakikat responsibilitas seorang manusia?

Kritik HumanistikDalam pandangan, aliran ini tampak sesuai dengan ajaran Islam karena sangat apresiatif terhadap keunikan pribadi, penghayatan subjektivitas, adanya rasa tanggungjawab dan yang paling penting adanya kemampuan pada manusia untuk melakukan aktualisasi diri. Salah satu aliran humanistik yang dikembangkan Victor Frankl dianggap sebagai aliran yang sesuai dengan ajaran Islam.Namun, menilai kelemahan utama aliran ini justru terletak pada pandangannya yang terlalu optimistik terhadap manusia itu sendiri yang keadaan ini pada gilirannya akan menyebabkan manusia dianggap menjadi penentu (determinan) tunggal terhadap kehidupannya dan menafikan eksistensi Tuhan. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang Maha menentukan, meski manusia mempunyai kuasa usaha.Di sinilah letak kesalahan paradigma humanistik yang memperhatikan dan mengapresiasi potensi-potensi serta keunikan yang ada pada manusia. Karena pemahaman seperti ini, manusia dijadikan sebagai satu-satunya penentu (determinan), sehingga manusia bebas sebebas-bebasnya dalam melakukan apapun dalam upayanya memberdayakan dan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Konsep Maslow dan kawan-kawannya tentang humanistik ini sejalan dengan semangat yang diusung oleh aktivis HAM yang ada saat ini.Kelemahannya terletak pada cara humanistik yang memosisikan manusia sebagai determinan tunggal dan melupakan kehadiran Tuhan. Sehingga tak ada konsep yang berimbang antara hablumminallah (hubungan manusia dengan Tuhan) dan hablumminannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). Sebagaimana yang dituliskan di atas, Islam menjunjung tinggi hakikat kebebasan manusia selama masih sejalan dengan nilai dan norma-norma Islam.Konsep HAM dalam Islam itu jelas; manusia bebas dalam mengekspresikan dirinya, dengan catatan melaksanakan segala perintah Allah sebagai Sang Khalik (amar maruf) dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya (nahi mungkar). Aspek inilah yang dilupakan oleh penganut humanistik. Mengatakan bahwa humanistik beranggapan terlalu optimistik dalam memandang manusia, sedangkan Islam memandang manusia dengan optimist proportional, yang berarti bahwa selain mempunyai kemampuan luhur, manusia juga mempunyai keterbatasan sehingga selalu ada tempat kembali dalam hidupnya. Jadi, dalam konteks ini, Rahmat menilai aliran humanistik ini juga gagal dalam memahami kompleksitas manusia secara universal dan utuh-menyeluruh, terutama dalam hal keagamaan.Analisis Perkembangan Anak Perkembangan merupakan hasil proses kematangan di mana mempunyai fungsi umum ras atau fungsi filegenetik dan fungsi ontogenetik, yaitu fungsi khas individu. Apabila anak sudah siap atau matang untuk menerima tugas tertentu maka pada saat itulah merupakan saat yang tepat untuk diajar. Pengajaran menjadi sia-sia bila diberikan pada waktu yang tidak tepat atau dipaksakan, sebaliknya akan membuahkan hasil bila dilakukan pada saat yang tepat. Proses kematangan adalah saat di mana suatu kekuatan dari dalam diri anak yang mendorong berkembangnya suatu fungsi. Kematangan dapat mempengaruhi kualitas hasil usaha belajar anak. Beberapa ciri dari tugas perkembangan, di antaranya mengikuti pola tertentu, perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang khusus, berlangsung secara berkesinambungan dan perkembangan dapat diramalkan. Setiap manusia mempunyai pengalaman, dengan bekal pengalaman positif dan pengalaman negatif anak tumbuh dan berkembang. Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dibagi menjadi faktor hereditas dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini membentuk perbedaan individual yang merupakan ciri atau karakteristik masing-masing individu.Faktor hereditas yang dianggap mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut: Faktor fisik, sebagian merupakan bawaan yang tidak dapat diubah, tetapi sebagian ditentukan oleh pemeliharaan ketika kehamilan, gizi, olahraga, dan kesehatan umum. Jenis kelamin, berpengaruh pada kemampuan kognitif, keterampilan, dan sikap. Kesehatan terutama penyakit turunan. Berdasarkan analisis factor-factor yang mempengaruhi perkembangan anak, aliran psikilogi yang sesuai dengan keadaan Genie adalah aliran Empirisme / Lingkungan dengan tokohnya John Locke (1632-1704), yang berpendapat bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan. Anak yang baru lahir laksana kertas putih bersih. Menurut teori empirisme, bantuan dan bimbingan orang dewasa atau pendidik memegang peranan penting dalam perkembangan anak dan bagaimana orang itu mengisi kertas putih ini Ada empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, yaitu prinsip asosiasi, pengulangan, peniruan, serta ganjaran dan hukuman. Orang tua adalah tokoh penting yang mengatur rangsangan rangsangan dan mengisi atau membentuk kepribadian anak tersebut.Ada empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, yaitu prinsip asosiasi, pengulangan, peniruan, serta ganjaran dan hukuman. Orang tua adalah tokoh penting yang mengatur rangsangan rangsangan dan mengisi atau membentuk kepribadian anak tersebut.

BAB VPENUTUP1. Saran Anak prasekolah biasanya lebih aktif dalam bereksplorasi, menyentuh benda, mengetes rasa, mencium bau, mendengar, dan tes lainnya untuk lebih mengenal kemampuan diri mereka sendiri.Mereka belajar dengan mengalami dan dengan melakukan.Anak-anak prasekolah belajar dari permainan mereka. Mereka selalu sibuk mengembangkan keterampilan, menggunakan bahasa, dan berjuang untuk mendapatkan kontrol batin. Anak-anak prasekolah ingin membangun diri sebagai terpisah dari orang tua mereka.Mereka lebih mandiri dibandingkan balita.Mereka dapat mengungkapkan kebutuhan mereka karena mereka memiliki perintah besar bahasa.Selain itu, ketakutan sering berkembang selama tahun-tahun prasekolah.Ketakutan umum termasuk tempat-tempat baru dan pengalaman dan pemisahan dari orang tua dan orang-orang penting lainnya. Saat seperti ini adalah masa ujian bagi orang tua akan bagaimana mendidik dan mengarahkan anak. Kadang anak mungkin menggunakan kata-kata yang dilarang atau bertindak sangat konyol karena meniru teman atau lingkungannya.Anak-anak prasekolah masih mungkin mengalami kesulitan bergaul dengan anak-anak lain juga berbagi.Karena imajinasi mereka berkembang dan kehidupan fantasi yang kaya, mereka mungkin mengalami kesulitan menceritakan fantasi dari kenyataan. Mereka juga mungkin berbicara tentang teman khayalan.Anak-anak prasekolah perlu aturan yang jelas dan sederhana sehingga mereka mengetahui batas-batas perilaku yang dapat diterima.Dalam setiap masa perkembangan peran dari kedua orang tua diperlukan terlebih ketika anak tersebut mempunyai kekurangan dalam hal kasus ini kekurangan hormon pertumbuhan seperti yang di alami oleh lionel messi, untuk membesarkan hatinya serta memberinya motivasi guna menghindari anak tersebut mengalami krisis sosial berupa ketidak percayaan diri dalam menghadapi dunia luar. Orang tua pun sebaiknya tidak menjadikan anaknya berupa miniatur harapan orang tuanya. Karena mana kala hal tersebut di lakukan maka itu merupakan bagian dari penjajahan terselubung. Disadari atau tidak, di dalamnya tentu terdapat perintah, larangan bahkan paksaan. Atas nama kebaikan untuk masa depan mereka, banyak anak di giring, didikte bahkan disetir untuk mengikuti apa yang baik dan benar dalam pandangan orangtua. Orangtua menjadi penguasa penuh yang tak tertandingi. Akhirnya anak menjadi tertekan sehingga kehilangan kemerdekaan untuk menentukan keinginannya sendiri. Alih- alih mencetak generasi yang kreatif, justru inilah awalpetaka munculnya berbagai masalah psikologis pada anak.2. Kesimpulana. Menurut Konsepsi Gestalt, perkembangan adalah proses diferensiasi dimana hal yang utama adalah keseluruhan dan bagian-bagian menempati tempat sekunder.b. Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini. Pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut : a. Tahap Perkembangan berdasarkan Analisis Biologis b. Tahap Perkembangan berdasarkan Didaktis c. Tahap Perkembangan berdasarkan Psikologisd. Usia prasekolah seringkali juga disebut fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, perlu untuk memahami perkembangan anak usia prasekolah. Berikut ini penjelasan tentang karakteristik masing-masing aspek perkembangan anak usia prasekolah.1. Perkembangan Fisik 2. Perkembangan Intelektual3. Perkembangan Emosional4. Perkembangan Bahasa perkembangan5. Perkembangan Sosial6. Perkembangan Bermain7. Perkembangan Moral8. Perkembangan Kepribadian9. Perkembangan Kesadaran Beragama

DAFTAR PUSTAKASupardan, Dadang, 2008, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah kajian pendekatan struktural, Jakarta: Bumi Aksara.Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Masitoh, Heny Djoehaeni, Ocih Setiasih.2008.Strategi Pembelajaran TK.Jakarta: Universitas Terbuka Sumantri Mulyani, Syadih Nana. 2008. Perkembangan Peserta didik.Jakarta: Universitas Terbuka Yusuf, Syamsu LN& Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Yusuf, Syamsu LN.2006.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosda Karya http://dhani1192.blogspot.com/2013/04/makalah-fase-perkembangan-anak-usia.html http://mendidikanakanak.blogspot.com/2013/01/empat-fase-pengembangan-anakusia-dini.html1