Makalah Psikologi-Pendidikan

27
Teori Belajar Humanisme Menurut Carl Rogers Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan Dosen Pengampu: Eva Latipah, M.Si Disusun oleh: Nama : Siti Nasiroh NIM : 08670048 Prodi : Pendidikan Kimia

Transcript of Makalah Psikologi-Pendidikan

Page 1: Makalah Psikologi-Pendidikan

Teori Belajar Humanisme

Menurut Carl Rogers

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan

Dosen Pengampu: Eva Latipah, M.Si

Disusun oleh:

Nama : Siti Nasiroh

NIM : 08670048

Prodi : Pendidikan Kimia

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA2009

Page 2: Makalah Psikologi-Pendidikan

KATA PENGANTAR

Alhamduliilahirobbil’alamin, penulis memuji syukur kehadirat Allah SWT karena

sampai detik ini Allah SWT masih bermurah hati memberikan segala karunia-Nya

sehangga penulis dapat menyelesaikan makalah “Teori Pembelajaran Humanistime”

yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikololgi pendidikan.

Salam sejahtera semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad SAW sebagai

Rahmatan Lil’alamin. Semoga kelak kita menjadi salah satu umatnya yang

mendapatkan syafa’at dari beliau. Amin, Ya Robbal’alamin.

Pada kesempatan kali ini panulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun mateil dan

yang secara langsung maupun tidak langsung:

1. Ibu Eva Latipah, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi

Pendidikan dan dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

2. Ayah dan ibuku, semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia-Nya dalam

bentuk kesehatan, kemurahan rizki-Nya, dan kesehatan untuk kalian. Semoga

Allah SWT mempermudah jalannya dalam menggapai ridho-Nya.

3. Sahabat-sahabatku, Feron, Nani, dan Mba Naeli kalian selalu membangkitkan

semangatku untuk menjadi lebih baik dan selalu memberikan dukungannnya serta

kebaikan hatinya dalam mengerti akan sifatku yang kurang baik.

4. Teman-teman yang lain yang telah memberikan dukungannya.

5. Pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Sebagai hamba Allah Swt, penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu dengan segala krendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi memperoleh hasil yang lebih baik dikesempatan mendatang.

Yogyakarta, 6 Maret 2009

Page 3: Makalah Psikologi-Pendidikan

Penulis

DAFTAR ISI

I. HALAMAN DEPAN……………………………………………… i

II. KATA PENGANTAR……………………………………………. ii

III. DAFTAR ISI………………………………………………………… iii

IV. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 1

C. Tujuan Penulisan………………………………………………… 1

V. Bab II PEMBAHASAN……………………………………………… 2

A. Pengertian Teori Humanisme…………………………………….2

B. Teori Humanisme Menurut Rogers……………………………. 3

C. Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan…………………………. 5

1. Pendidikan humanis…………………………………...

2. Pendidik humanis……………………………………...

VI. BAB III PENUTUP…………………………………………………. 7

A. Kesimpulan……………………………………………………… 7

B. Saran…………………………………………………………….. 7

VII. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 8

Page 4: Makalah Psikologi-Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu

hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal yang paling vital

dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa

proses belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara internal

dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan

sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam

belajar. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan.

Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi

berbagai kondisiyang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya

tujuan pendidikan.

Sebagai calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai staff pengajar

tetapi juga sebagai orang tua kedua dilingkungan sekolah, diharapkan dapat

memahami kondisi kejiwaan dan memahami karakteristik dari peserta didiknya. Serta

mengetahui model pembelajaran yang dikuasai olah peserta didiknya. Dan diharapkan

agar dapat mengerti, memahami serta dapat mengaplikasikan salah teori

pembelajaran, yaiti teori pembelajaran humanisme.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran humanisme?

2. bagaimana penjelasan Carl Roger mengenai teorinya?

3. Bagaimana aplikasinya dalam dunia pendidikan?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang teori belajar humanisme yang

dikmukaakn oleh Rogers.

Page 5: Makalah Psikologi-Pendidikan

2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pembelajaran humanis terhadap dirinya

sebagai subyek pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanisme

Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh

faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan.

Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan

individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh

dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut teori belajar humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus

berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,

bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada

manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar.

Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses

belajar dalam bentuiknya yang paling ideal. Dengan kata lain teoti ini lebih tertarik

pad aide belajar dalam bentukny yang paling ideal daripada belajar apa adanya,

seperti apa yang biasa kita amati dalam keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan

asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” mencapai aktualisasi diri dan

sebagainya dapat tercapai.1

Perhatian psikologi humanistikyang terutama tertuju pada masalah

bagaimanatiap-tiap inividu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribasi

nereka yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

1 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2006. hal 13

Page 6: Makalah Psikologi-Pendidikan

Menurut para pendidik aliran mumanustik, penyusunan dan penyajian materi

pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pada

pendidikan adalah membantu anak untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu

masing-masing individu unytuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang

unik dan membantunya dalam merealisasikan / mewujudkan potensi-potensi yang ada

pada diri mereka. Dalam menyoroti masalah perilaku, para ahli psikologi behaviorist

dan humanistik mempunyai pandangan yang berbeda. Para behaviorist memandang

orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungan;

pengalaman mas lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Sebliknya, para humanist mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan

perilaku mereka sendiri, mereka bebas memilih kualitas hidup mereka dan tak terikat

pada lingkungannya.2

Pendekatan humanisme diikhtisarkan sbb;

Siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi

yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan

yang telah ditentukan pula dan para siswa bebas menentukan cara mereka

sendiri dalam mencapai tujuan mereka.

Pendidik aliran humanistik mempunyai perhatian yang murni dalam

pengmbangan anak-anak, perbedaan-perbedaan individual

B. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers

Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive

atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam

risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers

sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan

emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap

nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada

akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh (berfungsi secara utuh).

2 Drs. Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 79-80.

Page 7: Makalah Psikologi-Pendidikan

Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

1. Keterbukaan pada pengalaman

Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua

pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan

demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun

negatip.

2. Kehidupan ekstansial

Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap

pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu

berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman

selanjutnya.

3. Kepercayan terhadap organisme orang sendiri

Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap

pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang

dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat

mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan bebas

Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya

paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.

Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai

kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak

pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan

dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin

dilakukannya.

5. Kreatifitas

Page 8: Makalah Psikologi-Pendidikan

Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme

mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan

cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan

berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka

ragam di sekitarnya

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya

sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam

membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini

bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan

tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut

Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang

penting dalam melakukan treatment kepada klien.

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri

adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -

potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh

pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri

akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia

tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari

fisiologis ke psikologis.

Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan

yang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang

dapat berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh

adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai

kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman

yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya /

unconditional positive regards

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya

guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

Page 9: Makalah Psikologi-Pendidikan

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa

tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide

baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide

baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang

proses.

Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting

diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya

sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh

dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut

bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

Page 10: Makalah Psikologi-Pendidikan

8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik

perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang

mendalam dan lestari.

9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah

dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya

sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah

belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus

terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses

perubahan itu.3

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang

fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun

1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung

yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.

Carl Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan

dan hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang

memberdayakan klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa 4(dalam Palmer, 2003).

Implikasi ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru

yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya

dan nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai

aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk

melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri,

dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya

tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).

3 Drs. Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 82-83.4 Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa

Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela

Page 11: Makalah Psikologi-Pendidikan

Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang

semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk

pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang

yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang

partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

C. Aplikasi teori belajar humanisme dalam pendidikan

1. Pendidikan Humanistik

Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa

hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai

perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri

Salah satu cara untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik adalah dengan

melihat apa yang terjadi di kelas. Kirchenbaum dalam (Roberts, 1975) melihat ada 5

dimensi yang dapat dijadikan jalan untuk menjadi kelas yang humanis.

1. Pilihan dan kendali diri

Dalam hidupnya siswa dihadapkan dengan proses menetapkan tujuan dan

membuat keputusan. Pendidikan humanistik memfasilitasi kemampuan tersebut

dengan memberikan latihan mengambil keputusan terkait dengan tujuan sekolah

maupun aktivitas harian. Siswa dapat dilatih melalui aktivitas kegiatan siswa dan

belajar yang memungkinkannya memiliki pilihan dan kendali dalam merancang,

menetapkan tujuan, memutuskan, dan mempertanggung jawabkan keputusan yang

telah dibuatnya.

2. Memperhatikan minat dan perasaan siswa

Kelas menjadi humanis ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukan

perhatian pada minat dan perasaan siswa. Mengkaitkan materi pelajaran dengan

minat, pengetahuan, dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan meminta

tanggapan siswa merupakan contoh aktivitas yang dinilai siswa memperhatikan

minat mereka.

3. Manusia seutuhnya

Perlu perubahan orientasi pembelajaran dan penilaian dari orientasi aspek

kognitif menuju ke arah perhatian, penghormatan, dan penghargaan terhadap

Page 12: Makalah Psikologi-Pendidikan

siswa sebagai manusia seutuhnya. Integrasi ketrampilan berpikir dengan

kecakapan hidup yang lain sangat penting agar lebih efektif menjadi individu.

4. Evaluasi diri

Pendidikan humanistik bergerak dari evaluasi yang dikontrol guru menuju

evaluasi yang dilakukan oleh siswa. Siswa perlu difalitasi untuk memantau

kemajuan belajarnya sendiri baik melalui tes atau umpan balik dari orang lain.

5. Guru sebagai fasilitator

Guru perlu mengubah peran, yaitu berubah dari sebagai direktur belajar

menjadi fasilitator atau penolong. Guru hendaknya lebih suportif daripada

mengkritisi, lebih memahami daripada menilai, lebih real dan asli daripada

berpura-pura. Jika keadaan tersebut dapat dilakukan maka akan berkembang

hubungan menjadi resiprokal, yaitu guru sering menjadi pembelajar, dan siswa

sering menolong dan mengajar juga.

Untuk mengembangkan pendidikan yang humanis maka diperlukan:

1. Pendidikan yang menghargai dan mengembangkan segenap potensi manusia;

tidak saja dimensi kognitif, namun juga kemampuan afektif, psikomotorik dan

potensi unik lainnya. Siswa dihargai bukan karena ia seorang juara kelas

melainkan karena ia mengandung potensi yang positif.

2. Interaksi antara siswa dan guru yang resiprokal dan tulus

Tanpa hubungan yang saling percaya dan saling memahami maka pendidikan

yang mengeksporasi segenap perasaan dan pengalaman siswa sulit untuk

dilaksanakan.

3. Proses pembelajaran yang mendorong terjadinya proses interaksi dalam

kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi

pengalaman, kebutuhan, perasaannya sendiri sekaligus belajar memahami

orang

4. Pengembangan metode pembelajaran yang mampu menggerakkan setiap

siswa untuk menyadari diri, mengubah perilaku, dan belajar dalam aktivitas

kelompok melalui permainan, bermain peran dan metode belajar aktif lainnya.

5. Guru yang peduli, penuh perhatian, dan menerima siswa sesuai dengan

tertinggi setiap insan.

Page 13: Makalah Psikologi-Pendidikan

6. Mengembangkan sistem penilaian yang memungkinkan keterlibatan siswa

misalnya dengan penilaian teman sebaya, dan siswa menilai kemajuan yang

telah dicapai sendiri melalui evaluasi diri.

2. Pendidik yang Humanistik

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator:

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada pencintaan suasana

awal,situasi kelompok, atau pangalaman kelas.

2. Fasilitator membantu untuk memproleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat

lebih umum.

3. Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tutjuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan

pendurong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4. Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang

paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untukmembntu mencapai

tujuan mereka.

5. Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat

dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan

menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan

mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bgi individual

ataupun bagi kelompok.

7. Bilamana cuacu penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur

dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang

anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang

anividu, seperti siswa yanglain.

8. Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok perasaannya dan juga

pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksaan, tetapi sebagai

suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

Page 14: Makalah Psikologi-Pendidikan

9. Harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya

perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.

10. Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk

mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.5

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang

fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun

1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung

yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:

1. Merespon perasaan siswa

2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah

dirancang

3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4. Menghargai siswa

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan

kebutuhan segera dari siswa.

7. Tersenyum pada siswa.

Borton (dalam Roberts, 1975) lebih lanjut menjelaskan beberapa karakteristik

peran pendidik humanistik disamping perhatian terhadap perasaan siswa “disini dan

kini”, yaitu :

1. Guru memfasilitasi siswa mempelajari dirinya sendiri, memahami perasaan

dan tindakan yang dilakukannya

2. Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa sebagai bagian penting dari

kehidupan siswa dan memfasilitas proses saling bertukar perasaan

5 Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rieneka Cipta.1998. hal. 233-234

Page 15: Makalah Psikologi-Pendidikan

3. Guru memperhatikan bahasa ekspresi non verbal, seperti gesture dan suara.

Melalui ekspresi non verbal ini beberapa keadaan perasaan dan sikap

dikomunikasikan oleh siswa.

4. Guru menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai cara

untuk menstimulasi perilaku yang dapat dipelajari dan diubah.

5. Guru memfasilitas belajar dengan menunjukkan secara eksplisit tentang

bagaimana prinsip-prinsip dasar dinamika kelompok sehingga siswa dapat

lebih bertanggung jawab untuk mendukung belajar mereka.

Menurut Hamacheek,1996; Guru yang efektif tampaknya adalah guru yang

“manusiawi”. Mereka mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis

dripada autaktorik, dan mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar

dengan para siswa, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Guru yang

tidak efektif jelas kurang memiliki rasa humor, mudah menjadi tidak sabar,

mengunakan komentar-komentar yang melukai dan mengurangi rasa ego,kurang

integrasi, cenderung agak otoriter, dan biasanya kurang peka terhadap kebutuhan-

kebutuhan siswa mereka.

Menurut Combs dan kawan-kawan, cirri-ciri guru yang baik adalah;

1. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai

kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.

2. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat

dan bersifat ingin berkembang.

3. Guruyng cenerung melihat orng lain sebagai orang yang septutny dihargai.

4. Guru yng melihat orang-orang dan perilku mereka pada dasarnya berkembang

dari dalam; jdi, bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal

yang dibentuk dan digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai

kreatifitas dan dinamika; jadi bukan orang yang pasif atau lamban.

5. Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dapat dipercayai dan

dpat diandalkan dalam pengertian dia akan berperilaku menurut aturan-aturan

yang ada.

6. Guru yang melihat orng lain itu dapat memenuhi dan memingkatkan dirinya,

bukan menghalangi, aplagi mengancam.

Page 16: Makalah Psikologi-Pendidikan

2. Aplikasi dalam Pembelajaran

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses

pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru

memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk

memperoleh tujuan pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada

materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,

perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan

aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan

terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa

diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang

lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi

hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik,

tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi

teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir

induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara

aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi,

membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan

pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran

berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi

pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,

dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah

siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola

pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Page 17: Makalah Psikologi-Pendidikan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar humanisme memandang manusia secara utuh sebagai manusia. dan

tujuan belajarnya adalah untuk memanusiakan manusia. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk

mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal

diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan

potensi- potensi yang ada pada diri mereka.

B. Saran

Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami

oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga

tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori

belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di

bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu

membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Page 18: Makalah Psikologi-Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

1. B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta :

PT. Bumi Aksara.

2. http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-

m.html

3. Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa

Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela.

4. Roberts, T.B. 1975. Four Psychologies Applied to Education. New York :

Schenkman Publishing Company Halsted Press Division John Wiley and

Sons

5. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

6. Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama.