Makalah Psikologi
-
Upload
muhammad-surya-rizal -
Category
Healthcare
-
view
746 -
download
2
Transcript of Makalah Psikologi
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Para
ahli memandang masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi
perkembangan selanjutnya. Selain itu masa ini juga dipandang sebagai masa
keemasan (golden age), masa sensitif atau masa peka, masa inisiatif dan
berprakarsa, dan masa pengembangan diri. Begitu pentingnya masa ini maka para
ahli memandang perlunya stimulasi yang bermakna agar anak dapat berkembang
secara optimal. Perkembangan yang dialami anak bersifat progresif, sistematis
dan berkesinambungan dan perkembangan pada masa usia ini mengikuti berbagai
prinsip perkembangan. Perkembangan anak menyangkut aspek fisik-motorik,
kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan aspek-aspek tersebut tidak
berkembang sendiri-sendiri tetapi saling berintegrasi satu sama lain. Bagaimana
upaya pendidikan mampu membantu berkembangnya seluruh aspek
perkembangan anak seoptimal mungkin.
Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal merupakan sarana yang
disiapkan masyarakat untuk membantu anak melaksanakan dan menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan pada periode masa anak akhir (6-12 tahun). Oleh
karena itu, sekolah dasar tidak hanya memfasilitasi anak untuk mempelajari
kemampuan dasar membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tetapi juga
memfasilitasi anak agar dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan lainnya.
Misalnya, guru mengajarkan cara-cara yang dapat digunakan dalam pergaulan
sehari-hari yang berhubungan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat sekitarnya.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian tugas-tugas perkembangan anak/siswa?
2. Apa saja yang menjadi sumber tugas-tugas perkembangan anak/siswa?
3. Apa saja tugas-tugas perkembangan siswa SD?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan?
5. Bagaimana implikasi perkembangan siswa terhadap proses pembelajaran?
6. Apa saja tahap-tahap perkembangan siswa?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar memahami tentang:
1. Pengertian tugas-tugas perkembangan anak/siswa.
2. Sumber tugas-tugas perkembangan anak/siswa.
3. Tugas-tugas perkembangan siswa SD.
4. Faktor yang mempengaruhi perkembanngan.
5. Implikasi perkembangan siswa terhadap proses pembelajaran.
6. Tahap-tahap perkembangan siswa.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tugas-Tugas Perkembangan Anak/Siswa
1. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan
Robert J. Havighurst (1953) mengemukakan bahwa perjalanan hidup
seseorang itu ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi, Abu
Ahmadi 2005.
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst yang penulis kutip dari
buku Psikologi pendidikan yang ditulis oleh Sudarwan (2010) adalah:
”Tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu”. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas khusus yang harus dilakukan
individu sebab didorong oleh kemasakan pribadi, dan didorong oleh tekanan
sosial (norma-norma sosial), agar individu yang bersangkutan bisa
mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk sosial di
tengah masyarakat, Kartini Kartono 2007.
Jadi, bisa dikatan bahwa tugas-tugas perkembangan adalah tugas yang
muncul pada atau sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu
,pencapaian (tugas perkembangan) yang sukses berperan penting untuk
kebahagiaannya dan untuk pencapaian tugas-tugas selanjutnya,sedangkan
kegagalan (pencapaian tugas-tugas perkembangan) mengarah timbulnya
ketidak bahagiaan dalam diri individu itu,dan sulit untuk mencapai tugas
perkembangan selanjutnya.
2. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan Anak Menurut Para Ahli
a. Munandar
Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah
mengalami perkembangan dengan baik adalah memulai apa yang disebut
dengan tugas-tugas perkembangan atau Development Task. Tugas
perkembangan masa anak menurut Munandar (1985) adalah belajar
berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
4
training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif,
belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang
sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk
mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak
saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.
b. Robert J. Havighurts
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada
masa anak-anak adalah sebagai berikut:
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-
permainan yang umum.
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan
nilai
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga
Mencapai kebebasan pribadi.
Tugas perkembangan tiap anak seperti yang telah terurai di atas, tidak
hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada
perkembangan psikologisnya : mental, sosial dan emosional. Tugas-tugas
pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu
periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam
menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia serta keberhasilan
pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidak
bahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
5
3. Sumber Tugas Perkembangan Anak
Menurut Havighurts (dalam Gunarsa, 1986) tugas-tugas perkembangan pada
anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan
dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik
diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar menangkap dan
menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya,.
Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti
belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai warga
negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai
kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja.
Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas
perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual
motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa,
kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri
secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan
benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia
6-12 tahun adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial,
mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan
menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-
konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai
jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan
skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga.
Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social
expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya
menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku
yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :
1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
(biologis).
2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis,
berhitung, dan organisasi(sosiologis).
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
6
3. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri yang sedang
4. berkembang (psikologis).
5. Tuntutan norma agama
Tugas-tugas perkembangan penting bagi pendidikan hal ini disebabkan
karena dapat membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah.
Pendidikan dapat di mengerti sebagai usaha masyarakat melalui sekolah, dalam
membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua,
konsep ini dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-
usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk
mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka
dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah
tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pengajaran yang optimal
dapat dicapai.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SD
a. Menanamkan sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa.
b. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan –
permainan yang umum.
c. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
d. Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya.
e. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat.
f. Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
g. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan
nilai.
i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga
– lembaga.
j. Mencapai kebebasan.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
7
Jadi, kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa tugas-tugas perkembangan
siswa SD yakni dimulai dengan menanamkan sikap dalam hal keagamaannya,
mempelajari keterampilan – keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat
melakukan permainan, belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup
sehat, belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial antar teman sebaya,
dan belajar membina persahabatan dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul
dengan musuhnya, belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya yaitu
sebagai anak laki – laki atau anak perempuan, belajar mengembangkan tiga
keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan untuk
hidup di masyarakat, mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif
mengenai permasalahan sosial di sekitar kehidupan sehari – hari, mengembangkan
moral yang bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman
dan sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan
anak, mengembangkan sikap sosial dan menghargai orang lain, dan anak mulai
menjadi individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua
atau orang lain.
5. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam menentukan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa,
para ahli berbeda pendapat karena sudut pandang yang mereka gunakan tidak
sama. Pendapat yang bermacam-macam itu dapat digolongkan kedalam 3 macam
yaitu:
a. Aliran Nativisme
Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang
dibawa sejak lahir (natus artinya lahir), tokohnya adalah Scopenhaeur,
Plaato, Descartes, Lombroso dll.ex: jika orang tua pintar dalam computer
maka anak akan pintar computer. Aliran ini sudah tidak terlalu berpengaruh
seperti zaman dahulu.
b. Aliran Empirisme
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran nativisme. Perkembangan itu
semata-mata bergantung pada factor lingkungan, sedangkan keturunan tidak
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
8
berperan sama sekali. Tokoh utama John Locke. Doktrin yang terkenal
adalah tabula rasa bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran
kosong. Menekan pada arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan. Ex : anak orang kaya atau orang pandai mengecewakan orang
tuanya karena kurang berhasil di dalam belajar walaupun fasilitas-fasilitas
sangat luas, sedangkan ada anak orang miskin atau kurang mampu sangat
berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang mereka perlukan sangat jauh
dari mencukupi, jadi aliran empirisme tidak tahan uji.
c. Aliran Konvergensi
Didalam perkembangan individu baik dasar atau bawaaan maupun
lingkungan memainkan peranan penting. Bakat yang sudah ada di dalam
masing-masing individu, perlu adanya lingkungan yang sesuai supaya dapat
berkembang dengan baik.ex: manusia mempunyai kaki untuk berdiri tegak
jika dia berada di lingkungan manusia, akan tetapi jika dia di asuh oleh
srigala kemungkinan dia akan berdiri seperti srigala.
6. Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan SiswaTerhadap Proses
Pembelajaran
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi
oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting
kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua
faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya
kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Dari pernyataan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa butir
implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung
dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada
dalam lingkungan hidup itu.
b. Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki
penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
9
c. Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota
kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
d. Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama
orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan
fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya
bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah
mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional,
serta kemampuan jasmani yang lain.
f. Kematangan sosial merupakan lkitasan bagi kematangan intelektual,
karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan
sosial tersebut.
g. Kematangan emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan
intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau
ditentukan oleh kondisi perasaannya.
h. Kematangan jasmani merupakan dasar yang meliputi semua
kematangan.
i. Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam
perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak
dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
j. Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak
dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-
kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain.
k. Iklim emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan
emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
l. Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak
mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau
objektif apa adanya.
m. Pada umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
10
pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam
segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan
kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat
belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n. Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan
sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program pendidikan
maupun pengajaran.
o. Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah
diikuti dengan kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala
sesuatu, menghayal dan aktivitas berkelompok.
2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Anak/Siswa
Tahap-tahap perkembangan siswa/anak meliputi:
a. Masa Bayi 0-2 bulan
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia
setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan
otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi
yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun
memiliki berat badan rendah.
b. Masa Kanak – kanak
Masa ini berlangsung mulai dari umur 2 tahun sampai 6 tahun.
Tugas ibu kini adalah mendorong pola – pola kelakuan yang
memungkinkan anak mengambil tempat dalam masyarakat manusia.
Masa ini pun kita akan melihat bagaimana bayi yang sebelumnya sangat
tergantung penuh pada sang ibu, kini mereka harus berusaha bergerak
untuk melepaskan kemandiriannya secara perlahan – lahan, tetapi tidak
dipungkiri seorang ibu akan selalu membantunya walaupun tidak secara
penuh. Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi
6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali berat
pada waktu lahir.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
11
c. Praremaja
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun
sampai sepuluh tahun sampai dengan anak mengalami kematangan
seksual yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak perempuan dan empat
belas tahun agi anak laki-laki, oleh oang tua disebut sebagai ‘usia yang
menyulitkan’, ‘tidak rapi’, atau ‘usia bertengkar’, oleh para pendidik
disebut sebagai ‘usia berkelompok’, ‘usia penyesuaian’, atau ‘usia
kreatif’. Pertumbuhan fisik yang lambat pada ahir masa kanak-kanak
dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, imunisasi, sex , dan intelegensi.
d. Masa Remaja
Adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,
psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan
kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan
berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.Masa puber memiliki
fase negatif yang berarti mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan
atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah
berkembang.
e. Pemuda
Adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
f. Masa Dewasa
Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa
untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang
menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Masa dewasa pertengahan
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
12
(madya) atau yang disebut juga usia setengah baya dalam terminologi
kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara usia 40 - 60 tahun,
dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun
mental (Hurlock,1980:320). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
1. Tahap-tahap Perkembangan Menurut Papila, Olds, dan Feldman
a. Masa Pra-Natal (Pranatal Stage)
Masa pra-natal ditandai dengan proses pembentukan sistem jaringan
dan struktur organ-organ fisik. Proses pertumbuhan dan perkembangan
dimulai sejak terjadinya pertemuan antara spermatozoon dengan sel telur
(ovum) yang berubah menjadi embrio. Proses perubahan tersebut
berlangsung sangat cepat yakni 9 bulan 10 hari atau 42-43 minggu.
b. Masa Bayi dan Anak Bawah Tiga Tahun (Batita/Toddler)
Setelah bayi dilahirkan dengan baik, seorang bayi akan segera
menangis yang menandakan berfungsinya perasaan dan panca-indera bayi
dalam proses penyesuaian diri untuk menghadapi lingkungan hidup yang
baru. Setelah lahir, seorang bayi akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan selama masa pengasuhan, pemeliharaan, dan bimbingan dari
kedua orang tuanya. Si anak akan belajar mengembangkan segenap
potensinya (kognitif, afektif, psikomotorik, maupun psikososial).
Selain itu, ciri yang spesifik pada masa bawah tiga tahun ini, si anak
masih memiliki kelekatan emosi dengan orang tua (emotional attachement).
Anak benar-benar merasa nyaman dan aman berada dekat secara fisik
maupun emosional dengan orang tuanya. Anak akan merasa takut berpisah
dengan orang tuanya (separation anxiety). Hal ini adalah wajar karena anak
masih dalam proses pengembangan kelekatan emosi yang nyaman (secure)
dengan orang tuanya. Berkaitan dengan proses perkembangan kognitif,
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
13
seorang anak terkadang mengembangkan cerita-cerita khayalan dan tidak
masuk akal. Membuat cerita-cerita khayalan bukanlah bentuk perilaku
berbohong, namun sebagai konsekuensi perkembangan daya imajinasi yang
tidak terbendung. Selain itu, ada karakteristik berpikir yang egosentris yaitu
cara berpikir dalam menghadapi sesuatu hal dengan pandangan diri-sendiri.
Anak belum mampu memahami sesuatu dari pandangan orang lain.
c. Masa Anak-anak Awal (Early Childhood)
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal ialah mereka
yang berada pada usia 4-5 tahun, 11 bulan. Anak awal memiliki karakteristik
perubahan fisik yang relatif lebih cepat dibandingkan masa anak tengah.
Baik anak laki-laki maupun perempuan relatif memiliki tinggi badan yang
sama, namun berat badan anak laki-laki lebih berat dibandingkan anak
perempuan.
Dalam perkembangan psikososial, anak-anak awal masih terikat dan
memfokuskan diri pada hubungan dengan orang tua atau keluarga. Meskipun
demikian, masa anak ini ditandai dengan kemandirian, kemampuan control
diri (self-control) dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak
yang sebaya. Pergaulan yang makin meluas ini akan mengurangi sifat
egosentrisme, mengurangi kelekatan emosi dengan orang tua, dan
mengurangi sifat irasionalnya. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan sosial dari keluarga dan makin bertambah luas karena anak-anak
mulai memasuki kegiatan di kelompok bermain atau taman kanak-kanak.
d. Masa Anak Tengah (Middle Childhood)
Papilla, Olds, dan Feldman (2009) menyebutkan secara umum bahwa
masa anak tengah ini berada pada rentangan usia 6-12 tahun. Anak tengah
awal kira-kira berumur 7-9 tahun dan mereka duduk di bangku kelas 1,2, atau
3 sekolah dasar. Sedangkan anak tengah akhir berusia 10-12 tahun dan berada
di kelas 4,5, atau 6 sekolah dasar. Anak tengah akhir ini mulai menunjukkan
perilaku yang mengarah ke pacaran, walaupun tidak/belum serius. Mereka
memiliki rasa ketertarikan secara seksual terhadap lawan jenis. Hal ini
mendorongnya untuk mengadakan hubungan pergaulan lintas jenis kelamin
(heterosexual relationship).
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
14
Kehidupan psikososial anak-anak tengah diwarnai dengan kekompakkan
kelompok teman sebaya yang sejenis kelamin. Anak akan mengembangkan
peran gender artinya anak-anak akan melakukan peran tugas dan tanggung-
jawab sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Masa Remaja (Adolescence)
Masa remaja dianggap sebagai masa transisi (peralihan) diri dari masa
anak tengah yang bertumbuh-kembang memasuki masa-masa dewasa muda.
Secara umum yang tergolong remaja adalah mereka yang berusia 13-21 tahun.
Masa remaja memiliki ciri pertumbuhan fisik yang relatif cepat dibanding
masa anak tengah. Organ-organ fisik remaja mencapai taraf kematangan
maksimal yang memungkinkan berfungsinya sistem reproduksi dengan
sempurna. Sementara itu, remaja mulai merasa tidak mau dikekang atau
dibatasi secara kaku oleh aturan keluarga. Mereka ingin memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan diri guna mewujudkan jati diri (self
identity). Hanya saja cara berpikir mereka cenderung egosentris dan sulit
untuk memahami pola pikir orang lain. Itulah sebabnya, antara orang tua dan
remaja terjadi perbedaan pandangan yang dapat menyebabkan konflik. Bila
konflik tidak terselesaikan dengan baik, maka menyebabkan masalah keluarga
antara orang tua dan anak.
f. Masa Dewasa Muda (Young Adulthood)
Umumnya yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 22-
40 tahun. Dari sisi perkembangan kognitif, mereka telah lulus sekolah
menengah umum dan memasuki dunia perguruan tinggi, lalu segera
mengembangkan karier sesuai dengan minat-bakatnya. Apabila tidak
melanjutkan ke akademi atau universitas, biasanya mereka langsung bekerja
meniti jenjang karier. Tidak lama kemudian, mereka membina kehidupan
rumah tangga dengan pasangan hidup yang telah dijalin semasa remajanya
dulu atau yang ditemukan semasa mereka bekerja. Sambil mendidik dan
membimbing anak-anak, mereka tetap meniti puncak karier (Papila, Olds, dan
Feldman, 2004). Bahkan tidak sedikit dari mereka menduduki posisi
pimpinan, seperti manajer, direksi, atau menteri.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
15
g. Masa Dewasa Tengah (Middle Adulthood)
Masa dewasa tengah merupakan masa yang penuh tantangan, karena
kondisi fisik mereka mulai mengalami penurunan. Untuk wanita mulai
mengalami menopause, ini berarti potensi untuk mengandung dan melahirkan
anak tidak memungkinkan lagi. Demikian pula bagi laki-laki merasa
menghadapi kenyataan bahwa dirinya mulai menjadi tua. Sementara itu,
tuntutan sosial agar diri mereka tampil prima tetap kuat. Kerena itu, tidak
jarang mereka yang cenderung kurang mampu menerima diri sendiri,
cenderung melakukan aktivitas eksperimen-eksperimen seksual dengan
pasangan yang lebih muda. Sebaliknya, mereka yang mampu mencapai
kepribadian yang terintregasi tidak akan menemui hambatan yang berarti.
Mereka justru akan bersikap dan bertindak bijaksana. Mereka mengakui
bahwa mereka memasuki masa tua dan akan membimbing anak-anaknya agar
dapat menjadi orang yang berhasi dan bertanggung jawab.
h. Masa Dewasa Akhir (Late Adulthood)
Dewasa akhir merupakan tahap yang dialami oleh individu yang akan
memasuki masa kematian. Hamper tidak seorangpun yang menginginkan
dirinya untuk menjadi tua namun kenyataannya yang mengharuskan untuk
mengalaminya. Sebagian besar, mereka memiliki kondisi fisik yang sehat dan
aktif dalam berkarya. Dalam melakukan kegiatan fisik, mereka cenderung
cepat merasa lelah, capai dan waktu reaksi terhadap suatu stimulus tergolong
lambat. Apalagi bagi mereka yang terbiasa bekerja dengan menggunakan
kekuatan intelektual, maka kegiatan fisik cenderung dikurangi frekuensinya.
2. Tahapan Perkembangan Kognitif
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu
berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan
kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-
kanak. Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan
yang berbeda secara kualitatif yaitu :
1. Tahap sensori motor,
2. Tahap praoperasional,
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
16
3. Tahap operasional konkrit
4. Tahap operasional formal.
Setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui
ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena
masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap
sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubahubah, tidak
mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih
dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
1. Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai pada masa bayi
ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada
orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat
berfungsi. Tindakannya berawal dari respon refleks, kemudian berkembang
membentuk representasi mental. Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang
lain, dan merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan
menggabungkan secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh
sebelumnya. Dalam periode singkat antara 18 bulan atau 2 tahun, anak telah
mengubah dirinya dari suatu organisme yang bergantung hampir sepenuhnya
kepada refleks dan perlengkapan heriditer lainnya menjadi pribadi yang cakap
dalam berfikir simbolik.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor,
intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi
stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan
konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja,
tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek
permanen lama-lama terbentuk. Anak mampu menemukan
kembali obyek yang disembunyikan.
2. Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami
pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana
prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
17
merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan
dalam peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat,
kemampuan anak menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan
masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa
tahun berikutnya.
Pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting.
Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit
membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Berkaitan dengan masalah ini Piaget dikenal dengan eksperimennya melalui Tiga
Gunung yang sering digunakan untuk
mempelajari masalah egosentrisme.
Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional yaitu sangat memusat
(centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi dimentional,
maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan
mengabaikan dimensi lainnya. Pada akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini. Cara berfikir seperti ini dicontohkan sebagaimana
berikut: sebuah gelas tinggi ramping dan sebuah gelas pendek dan lebar diisi
dengan air yang sama banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua buah gelas
tadi sama banyaknya? Anak pada tahap ini kebanyakan menjawab bahwa ada
lebih banyak air dalam gelas yang tinggi ramping tadi karena gelas ini lebih tinggi
dari yang satunya. Jadi anak belum melihat dua dimensi secara serempak.
Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum
mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut
sekali lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila
situasi A beralih pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A,
kemudian B. Ia tidak memperhatikan perpindahan dari A ke B.
3. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun)
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan
positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris
pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi
yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara
serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
18
Oleh karenanya masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik. Desentrasi dan
konservasi ditunjukkan dalam eksperimen Piaget yang terkenal mengenai
konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak diperlihatkan kepada dua gelas identik,
kedua gelas tadi berisikan jumlah air yang sama banyaknya. Setelah anak
mengetahui bahwa kedua gelas berisi air berada dalam jumlah yang sama, si
peneliti menuangkan air dari satu gelas ke dalam gelas yang lebih tinggi dan
kurus. Anak kemudian ditanya, apakah gelas yang lebih tinggi itu berisikan air
dalam jumlah yang sama, lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan
gelas yang satunya ?. Anak-anak pada tahap operasional konkrit mengetahui
bahwa jumlah cairan tetap sama, bahwa suatu perubahan dalam satu dimensi yaitu
tinggi cairan di dalam gelas dapat diimbangi dengan perubahan yang sebanding
dalam dimensi lain yaitu lebar gelas. Sama halnya ia dapat mengerti bahwa
jumlah tanah liat pada sebuah balok tidak berubah bila bentuknya diubah.
Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri
dari 5 kancing dideretkan di atas satu barisan yang juga terdiri dari 5 kancing
sehingga kedua barisan sama panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan
memiliki jumlah kancing yang sama. Namun, apabila satu barisan dipendekkan
dengan jalan merapatkan jarak kancing-kancingnya, anak praoperasional mungkin
mengatakan bahwa barisan yang panjang mempunyai kancing lebih banyak. Anak
pada tahap operasional konkrit tahu bahwa penyusunan ulang kancing-kancing
tersebut tidak mengubah jumlahnya. Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti
masalah konservasi karena mereka dapat melakukan operasi mental yang dapat
dibalikan (reversable).
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional konkrit yang
merupakan kemampuan menyusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat
atau ukuran. Seriasi mengilustrasikan penangkapan anak akan satu hal dari prinsip
logis yang penting dan disebut transivitas, yang mengatakan bahwa ada hubungan
tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Misalnya, bila A lebih panjang dari
B, dan B lebih panjang dari C, maka A pasti lebih panjang dari C. Anak-anak
pada tahap ini tahu keabsahan kaidah itu sekalipun mereka tidak pernah melihat
obyek A, B, dan C. Kompetensi yang oleh Piaget dinamakan seriasi sangat
penting untuk pemahaman hubungan bilangan khususnya dalam matematik.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
19
Pemahaman lain pada tahap operasional konkrit, dapat menalar serentak
mengenai bagian dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah inklusi kelas.
Pemahaman mengenai inklusi kelas ini mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada
hubungan hirarkis diantara kategori-kategori. Walaupun pada anak-anak ini lebih
pesat melampaui anak-anak praoperasional dalam penalaran, pemecahan masalah
dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi konkrit. Pada tahap ini
anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan
mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar
mengenai abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah secara verbal yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir
ini baru dicapai pada tahap oprasional formal.
4. Operasional Formal ( 11 - 16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat
atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat
membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis.
Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat
dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya. Perkembangan lain pada tahap ini
ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan
kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan
masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang
terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-
tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya
atau platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas
pemikiran terjadinya mobil mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini
mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.
Kognitif merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. karena
proses kognitif banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki
anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan
berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan.
Dalam kehidupannya mungkin saja anak dihadapkan kepada
persoalanpersoalanyang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu
persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
20
mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari
cara penyelesaiannya.
Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam
belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan
dengan masalah mengingat dan berfikir. Kedua hal ini merupakan aktivitas
kognitif yang perlu dikembangkan. Piaget merupakan tokoh Psikologi Kognitif
yang memandang anak sebagai partisipan aktif di dalam proses perkembangan.
Piaget menyakini bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang
sedang mencari jawaban dalam upaya melakukan eksperimen terhadap dunia
untuk melihat apa yang terjadi. Misalnya anak ingin tahu apa yang terjadi bila
anak mendorong piring keluar dari meja. Hasil dari eksperimen miniatur anak
menyebabkan anak menyusun “teori” tentang bagaimana dunia fisik dan sosial
beroperasi.
Anak membangun teori berdasarkan eksperimen yang dilakukannya. Saat
anak menemukan benda atau peristiwa baru, anak berupaya untuk memahaminya
berdasarkan teori yang telah dimilikinya. Perkembangan kognitif dapat dipandang
sebagai suatu perubahan dari suatu keadaan seimbang ke dalam keseimbangan
baru. Setiap tahap perkembangan kognitif mempunyai bentuk keseimbangan
tertentu sebagai fungsi dari kemampuan memecahkan masalah pada tahap itu. Ini
berarti penyeimbangan memungkinkan terjadinya transformasi dari bentuk
penalaran sederhana ke bentuk penalaran yang lebih kompleks sampai mencapai
keadaan terakhir yang diwujudkan dengan kematangan berfikir orang dewasa.
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Tugas-tugas Perkembangan Anak/Siswa
Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar adalah belajar berjalan,
belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar
membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas
fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan
sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional
dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik
dan buruk.
Tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu :
kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi
mengenai aspirasi-aspirasinya.
Tugas-tugas perkembangan siswa SD mencakup dalam bidang
keimanan/agama, keterampilan fisik, hidup sehat, adaptasi, sadar gender,
keterampilan dasar, konsep hidup, moral, sosialisasi dan freedom.
2. Tahap-tahap perkembangan siswa/anak
Tahapan-tahapannya meliputi:
Masa Bayi 0-2 bulan
Masa Kanak – kanak
Praremaja
Masa Remaja
Pemuda
Masa Dewasa
a. Tahap-tahap Perkembangan Menurut Papila, Olds, dan Feldman
Masa Pra-Natal (Pranatal Stage)
Masa Bayi dan Anak Bawah Tiga Tahun (Batita/Toddler)
Masa Anak-anak Awal (Early Childhood)
Tugas-tugas dan Tahap-tahap Perkembangan Siswa
22
Masa Anak Tengah (Middle Childhood)
Masa Remaja (Adolescence)
Masa Dewasa Muda (Young Adulthood)
Masa Dewasa Tengah (Middle Adulthood)
Masa Dewasa Akhir (Late Adulthood)
b. Tahap-tahap Perkembangan Menurut Charlotte Bubler
Masa Pertama, Usia 0-1 tahun
Masa Kedua, Usia 2-4 tahun.
Masa Ketiga, Usia 5-8 tahun.
Masa Keempat, Usia 9-13 tahun
Masa Kelima, Usia 14-19 tahun
Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan
yang berbeda secara kualitatif yaitu :
1. Tahap sensori motor,
2. Tahap praoperasional,
3. Tahap operasional konkrit
4. Tahap operasional formal.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat memacu pembaca
untuk lebih tahu tentang tugas-tugas tahap-tahap perkembangan.Dan semoga kita
semua bisa mengambil manfaat dari makalah ini.Sehingga kita semua bisa
memahami tentang tugas dan tahapan perkembangan dan bisa mengaplikasikan
dalam kehidupan kita khususnya untuk perkembangan.