MAKALAH PENCERNAAN
-
Upload
allen-renaldo -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of MAKALAH PENCERNAAN
STUDI KASUS VII
Tn M, 38 tahun di rawat hari ke 2 di ruang penyakit dalam RS Syifa. Tn M
datang dengan keluhan demam, mengeluh perut terasa begah dan nyeri abdomen
kurang lebih 4 hari yang lalu. Saat pengkajian didapatkan S 38,7 0C, TD
110/80mmHg, FP 22X/mnt vesikuler, FN 80X/mnt. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pembengkakan pada hati, sclera ikterik. Selain itu keluarga
mengatakan urin tampak berwarna gelap dan feses berwarna hitam kemerahan.
Pada pemeriksaan HbsAg, konsentrasi IgM, dan tingkat IgG meningkat.
Lingkup diskusi :
1. Kemungkinan diagnosa pada kasus ini adalah?
2. Jelaskan patofosiologi kasus di atas sampai munculnya gejala-gejala
tersebut?
3. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kasus diatas?
4. Pemeriksaan penunjang apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk
mengevaluasi pasien tersebut?
5. Sebutkan jenis obat-obatan yang digunakan untuik mengatasi masalah
utama dan manfaat pada kasus ini?
6. Bagaimana pengendalian dan pencegahan pada kasus di atas?
7. Tuliskan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus di atas dan
tuliskan 1 ranpra untuk diagnosa yang utama saja!
JAWAB :
1. Berdasarkan dari manifstasi klinis yang terdapat pada kasus diatas
seperti pembengkakan pada hati, sclera ikterik, urin tampak berwarna
gelap, feses berwarna hitam kemerahan kemungkinan diagnosa pada
kasus ini adalah Hepatitis-B
2. Patofisiologi Hepatitis-B. Virus hepatitis mengganggu fungsi liver
sambil terus beranak pinak di sel-sel liver. Akibat gangguan ini, sistem
kekebalan tubuh bekerja untuk memerangi virus tersebut. Dalam proses
itu, bisa terjadi kerusakan yang berujung pada gangguan liver.
Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus
yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak
normal, tetapi kadang-kadang sedikit edema, membesar dan berwarna
seperti empedu. Secara histologik, terjadi asupan hepato selular menjadi
kacau, cidera dan nekrosis sel hati, serta peradangan perifer. Perubahan
ini reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda pada beberapa
kasusus nekrosis submasif atau masif dapat mengakibatkan gagal hati
yang berat dan kematian.
3. Menurut Hembung Wijayakusuma (2008) Pada perkembangannya,
penyakit hepatitis terutama yang menetap atau kronis, sering
mengalami komplikasi, seperti sirosis hati dan kanker hati (hepatoma).
1). Sirosis hati
Merupakan peyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan
sel–sel oleh jaringan ikat, diikuti dengan parut sering di iringi
pembentukan ratusan nodules (benjolan). Penyakit ini mengubah
struktur hati dari jaringan hati normal menjadi benjolan–benjolan keras
yang abnormal yang mengubah pembuluh darah. Hati yang mengalami
sirosis kelihatan berbenjol–benjol, penuh parut, berlemak, dan berwarna
kuning jingga, hati menjadi keras.
Gejala awal sirosis mirip dengan hepatitis. Namun, pada sirosis
yang telah lanjut, gejala berkembang sesuai dengan kerusakan hati
berikut ini:
a) Pembentukan zat–zat pembekuan darah menurun sehingga mengakibatkan
kecenderungan mudah luka, perdarahan pada hidung, perdarahan gusi,
dan kurang darah.
b) Perut menjadi buncit akibat akumulasi cairan dalam perut (ascites) dan
pembengkakan kaki (edema), serta varises.
c) gemetar, lesu, paranoid, sulit konsentrasi, dan halusinasi.
d) Skrotum mengecil (atropi testis), berkurangnya bulu dada atau rambut
ketiak pada pria, serta haid tidak teratur pada wanita.
e) Gatal–gatal yang hebat, bintik merah pada kulit.
f) Bau napas tidak sedap dan pembesaran hati atau limpa.
2) Kanker hati primer (karsinoma hepatoseluler).
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma merupakan tumor hati
primer yang berasal dari jaringan hati sendiri. Penyakit ini lebih banyak
menyerang laki–laki (terutama 60 tahun ke atas) dibandingkan pada
wanita. Hepatoma belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi
berikut ini ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan
terjadinya kanker:
a) Penderita sirosis hati dan penyakit hati degeneratif.
b) Hepatitis B dan C (hepatitis kronis). Sekitar 80% dari kanker hati terjadi
dari hepatitis B kronis.
c) Infeksi cacing hati (clonorchis sinersis).
Gejala yang timbulkan kanker hati bervariasi, berikut ini gejalanya:
a) Lemah, tidak nafsu makan, berat badan menurun drastis dan demam.
b) Perut terasa penuh dan adanya massa disebelah kanan atas perut.
c) Rasa nyeri pada perut tengah atau bagian kanan atas.
d) Perut membuncit karena ada pembentukan cairan dirongga perut.
e) Tangan dan kaki membengkak.
f) Kulit berwarna kuning.
g) Urin berwarna seperti teh dan buang air besar berwarna kehitam–hitaman.
Untuk mendiagnosis sirosis hati dan kanker hati yaitu dengan
melakukan biopsi hati (mengambil jaringan untuk diperiksa) sehingga
dapat diketahui keparahan dari peradangan hatinya. Selain itu, dapat
ditunjang dengan pemeriksaan CT–scan dan tes laboratorium berupa tes
darah, feses, urine.
4. Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:
a. HBsAg. Apabila tes ini positif berarti menandakan bahwa orang tersebut
terinfeksi hepatitis B.
b. Anti-HBs. Tes ini apabila positif menandakan bahwa seseorang itu pernah
menderita hepatitis B dan sudah sembuh atau pernah diimunisasi untuk
hepatitis B.
c. Anti-HBc. Apabila tes ini positif bahwa orang tersebut menderita hepatitis
B kronik. Akan tetapi bila nilainya rendah masih bisa meragukan.
d. HBeAg. Apabila tes ini positif menandakan bahwa hepatitis virusnya
sangat infeksius. Bila seorang ibu yang hamil mempunyai HbAg positif
kemungkinan penularan sangat besar untuk anaknya.
e. Anti-HBe. Apabila tes ini positif dapat berarti bahwa replikasi virus pada
pasien tersebut sudah sangat kecil sekali dan kemungkinan penularan juga
akan sangat berkurang dan penyakit mengalami remisi. Akan tetapi
apabila anti HBe positif sedangkan HBV-DNA (hepatitis B-
deoxyribonucleic acid) masih positif berarti virus hepatitis B mengalami
mutan dan penyakit masih berjalan terus.
f. IgM anti-HBc. Apabila positif menandakan penyakitnya akut atau terjadi
eksaserbasi akut hepatitis B.
g. HBV-DNA. Apabila positif menandakan bahwa penyakitnya aktif dan
terjadi replikasi virus. Makin tinggi titer HBV-DNA kemungkinan
perburukan penyakit semakin besar.
h. Faal hati. SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit
hepatitis B-nya aktif dan memerlukan pengobatan anti virus.
5. 1). Tindakan Medis
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis virus. Upaya medis difokuskan
pada pemeriksaan untuk pemerikasaan untuk memperoleh diagnosis yang tepat
dan memberi terapi suportif seperti :
a. Cairan dan elektrolit
b. Vitamin K
c. Antihistamin untuk pruritus
d. Anti-emetik
e. Kortikosteroid untuk hepatitis virus fulminan
Obat-obat untuk mengurangi kegelisahan dan malaise harus dicegah karena
kebanyakan obat-obat ini mengandung sedative yang harus didetoksifikasi oleh
hepar, seperti:
1. Nukleosida analog
2. Interferon alfa
3. Terapi alternatif
Nukleosida analog yang berada di pasaran adalah:
1. Lamivudin (3TC). Dosis yang diberikan 100 mg/per hari.
2. Adefovir (Hepsera). Dosis yang diberikan adalah 10 mg/per hari.
3. Enfecavir (Baraclude). Dosis yang diberikan adalah 0,5 mg/per hari.
6. Hepatitis B dapat di cegah dengan imunisasi aktif atau pasif. Imunisasi
aktif adalah istilah yang digunakan untuk proses dimana anda membangun
perlindungan jangka panjang terhadap infeksi yang bari dari produksi
antibodi. Antibodi ini dapat berkembang secara alami ketika anda menderita
penyakit ini, atau secara artifisial setelah menerima vaksin. Imunisasi pasif
adalah istilah yang digunakan untuk proses dimana anda mengembangkan
perlindungan jangka pendek terhadap infeksi yang baru. Perlindungan pasif
dapat berkembang ketika :
Seorang bayi yang belum lahir menerima suntikan antibodi dari ibunya.
Seorang bayi yang baru lahir menerima antibodi dari kolostrum, ASI
pertama yang dikeluarkan oleh ibu setelah persalinan.
Suatu vaksin yang mengandung antobodi yang disuntikkan ke dalam
tubuh.
7. Diagnosa yang muncul adalah :
- Resiko terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
- Nyeri akut berhubungan dengan Distensi epigastrium
- Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
patogen melalui insersi pemasangan infus
- Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi.
Rencana Asuhan Keaperawatan dari Diagnosa Utama Adalah :
1) Resiko terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : - Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai Lab.
normal & bebas tanda malnutrisi.
Intervensi:
1. Awasi pemasukan diet. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makanan pagi.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia
juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada
sore hari.
2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
4. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien dengan masukan lemak & protein sesuai toleransi.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi
tergantung pada produksi & pengeluaran empedu & perlunya pembatasan lemak
bila terjadi diare.
5. Awasi glukosa darah.
Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan
diet/pemberian insulin.
6. Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala
memanjang.
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN
STUDI KASUS HEPATITIS
Disusun oleh :
M. Aditya Putra ( 12320041 )
Putu Alen Renaldo ( 12320057 )
Sinta Amalia ( 12320068 )
Taufik Nursidik ( 12320070 )
Ulil Amri ( 12320071 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2014