Makalah Sistem Pencernaan

60
Oleh : KELOMPOK 5 STUDI KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN MUHAMMAD ROZIKHIN 201233040 LARAS ANGGRAENY 201233063 SEPTYA REFINDA 201233035 BELLA KARUNIA R. 201233024 AI RETA SARI 201233008 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2014 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KOLOSTOMI

description

Tugas

Transcript of Makalah Sistem Pencernaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KOLOSTOMI

Oleh:KELOMPOK 5 STUDI KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN

MUHAMMAD ROZIKHIN201233040LARAS ANGGRAENY201233063SEPTYA REFINDA201233035BELLA KARUNIA R. 201233024AI RETA SARI201233008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ESA UNGGULJAKARTA2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Kolostomi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Di dalam penyusunan makalah ini, kami merasa bahwa banyak hambatan yang dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat kami atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :1. Dr. Ir. Arief Kusuma, selaku Rektor Universitas Unggul;2. dr. Idrus Jusat, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan;3. Mira Asmirajanti, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan;4. Ns. Astrid, S.Kep., selaku Pembimbing dan Penguji;5. Keluarga tercinta dan seluruh civitas akademika Universitas Esa Unggul.Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan. Hal ini dapat diibaratkan tidak ada gading yang tidak retak. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya menjadi tangung jawab kami dan seberapapun sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.Jakarta, April 2014

PenyusunBAB IPENDAHULUAN

A. Pengertian Kolostomi

Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Pendapat lain mengemukakan bahwa Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).Kolostomi dapat berupa secostomy, kolostomi transversum, kolostomi sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat kolostomi karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomi pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis pasien dan kondisi umum.

B. Jenis KolostomiMenururt Perry & Potter (2005), ada 3 jenis kolostomi, yaitu: 1. Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat .2. End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal. 3. Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda, stoma bagian proksimal dan stoma bagian distal.

Menurut Suriadi (2006), ada 4 Jenis berdasarkan lokasinya, yaitu: 1. Transversokolostomi: Kolostomi yang berada di kolon transversum.2. Sigmoidostomi: Kolostomi yang berada di sigmoid.3. Kolostomi Desenden: Kolostomi yang berada di kolon Desenden.4. Kolostomi Asenden: Kolostomi yang berada di Kolon Asenden.

C. Indikasi Kolostomi 1. Atresia AniPenyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz, 2002). Menurut Suriadi (2006), Atresi ani atau imperforata anus adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya anus secara abnormal. 2. Hirschprung Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000). Penyakit Hischprung disebut juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rektum dan sebagaian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006).3. Malforasi Anorektum Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan saluran kencing. Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan kolostomi adalaha. Fistula Rektovesika Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter sering berkembang sangat jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau sering kali tidak ada. Perineum tampak datar. Cacat ini mewakili 10% dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini. Prognosis fungsi ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif (Nelson, 2000). b. Fistula Rektouretra Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula Rektoprostatik mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan sering datar. Penderita perineumnya datar. Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula Rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada penderita laki-laki ( Nelson, 2000). c. Atresia Rektum Atresia Rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal ( Nelson, 2000). d. Fistula Vestibular Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena fistulanya sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna ( Nelson, 2000).

D. Komplikasi Kolostomi Insiden komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000).

E. Perawatan Kolostomi Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif. Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2000), ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain; 1. Perawatan Kulit Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma. 2. Memasang Kantung Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit peristoma dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.

3. Mengangkat Alat Drainase Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar. 4. Mengirigasi Kolostomi Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.

F. Prosedur Pelatihan Kolostomi

1. Persiapan Alat a. Dua pasang sarung tangan b. Pengalas c. Kom berisi air hangat air hangat d. Kain kasa atau washlap e. Kantung kolostomi yang baru f. Pembersih seperti sabun g. Gunting h. Kantung plastik i. Tissue

2. Persiapan pasien a. Atur posisi pasien berbaring.b. Jelaskan pada pasien dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan dan jaga privasi pasien.c. Ciptakan suasana senyaman mungkin

3. Menurut Joyce (2002) Prosedur Pelatihan Kolostomi adalaha. Cuci tangan b. Jelaskan prosedur pada klien dan jaga privasi klien.c. Gunakan sarung tangand. Letakkan kain pengalas di sekitar perut dan buka kantung kolostomi.e. Buka kantung kolostomi dengan hati-hati, tangan non dominan (kiri) menekan kulit dan tangan dominan (kanan) melepaskan kantung kolostomi. f. Kosongkan kantung: ukur jumlah feses, feses dibuang ke toilet kantung kolostomi dibuang ke kantong plastik.g. Bersihkan stoma dan kulit di sekitar lubang dengan menggunakan kain kasa atau washlap yang lembab dan hangat, atau air sabun jika sisah perekat dan feses sulit dibersihkan.h. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan kembali. i. Keringkan kulit dan pasang kantung kolostomi yang baru.j. Buka sarung tangan dan rapikan alat serta sampah k. Cuci tangan

BAB IIASKEP TEORITIS

G. Pengkajian1. Keadaan stoma :a. Warna stoma (normal warna kemerahan).b. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).c. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsio laesa).d. Posisi stoma.

2. Kaji adanya perubahan eliminasi tinja:a. Konsistensi, bau, warna feces.b. Apakah ada konstipasi / diare?c. Apakah feces tertampung dengan baik?d. Apakah pasien / keluarga dapat mengurus feces sendiri?

3. Kaji adanya gangguan rasa nyeri:a. Keluhan nyeri ada/ tidak.b. Hal-hal yang menyebabkan nyeri.c. Kualitas nyeri.d. Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)?e. Apakah pasien gelisah atau tidak?

4. Kaji kebutuhan istirahat dan tidur a. Tidur nyenyak/ tidak.b. Apakah stoma mengganggu tidur/tidak?c. Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur?d. Adakah faktor psikologis mempersulit tidur?

5. Bagaimana konsep diri pasien?

6. Bagaimana persepsi pasien terhadap: Identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, dan peran.7. Kaji adamya gangguan nutrisi:a. Bagaimana nafsu makan klien?b. BB normal atau tidak.c. Bagaimana kebiasaan makan pasien?d. Makanan yang menyebabkan diare.e. Makanan yang menyebabkan konstipasi.

8. Apakah pasien seorang yang terbuka ?a. Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.b. Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

H. Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:1. Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis.2. Pencegahan terhadap komplikasi.3. Pemberian dukungan untuk rnerawat anak.4. Menyediakan informasi bagi keluarga.

I. Diagnosa Keperawatan1. Periode pra operasia. Ketakutan yang berhubungan dengan pengalaman pembedahan, kehilangan kontrol, dan hasil tidak dapat diperkirakan.b. Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pra operasi (izin pembedahan, pemeriksaan diagnostik, kateter foley, pembatasan diet dan cairan, obat-obatan, persiapan kulit, ruang tunggu untuk keluarga) dan prosedur pascaoperasi (disposisi (ruang pemulihan, unit perawatan intensif), obat untuk nyeri, latihan untuk membalikkan tubuh menggerakkan tungkai, pemasangan selang/drein, puasa/pembatasan diet, tirah baring).

2. Periode pasca operasia. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi penutupan kolostomi.b. Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rectum.c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen.

J. Intervensi Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi penutupan kolostomi.Subyektif : Mengungkapkan ketidaknyamanan, dan nyeri daerah perut.Obyektif :a. Merintih, menangis.b. Melindungi sisi nyeri.c. Nadi meningkat.Kriteria evaluasi :a. Mengungkapkan tidak ada nyeri.b. Tidak merintih, menangis.c. Ekspresi wajah rileks.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI1. Kaji keluhan dan derajat nyeri .Rasional: Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalam memberikan tindakan.2. Motivasi untuk melakukan tekhnik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian.Rasional: Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri.3. Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri Rasional: Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri .4. Pertahankan puasa.Rasional: Untuk mengistirahatkan usus.5. Berikan analgetik sesuai dengan program medis.Rasional: Analgesik membantu memblok rasa nyeri.

2. Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rectum.Subyektif :a. Mengeluh takut kalau anusnya tidak bisa berfungsi normal.b. Melaporkan perasaan gugup.

Obyektif :a. Ekspresi wajah tegangb. Nadi meningkatKriteria evaluasi :a. Ekspresi wajah rileks danb. Cemas dan gugup berkurang.

INTERVENSI DAN RASIONALISASIa. Jelaskan proses pemulihan fungsi anus secara bertahap dan butuh waktu agak lama.Rasional: Pemahaman dapat mengurangi kecemasan.b. Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikan dorongan untuk bertanya.Rasional: Dengan kondisi tenang akan lebih memudahkan pemahaman.c. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan.Rasional: Dengan keterlibatan keluarga akan memberikan perhatian yang lebih bagi klien.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen.Subyektif :a. Mengeluh demam.b. Mengeluh nyeri.c. Mengeluh kaku.Obyektif :a. SDP > 10000/mm3b. Suhu > 37,50 CKriteria evaluasi :a. Suhu < 37.20 Cb. SDP < 10000/mm3c. Tidak terdapat tanda-tanda radang: panas, pendarahan, bengkak, kekakuan darah perut.

INTERVENSI DAN RASIONALISASIa. Pantau hasil :a. Hasil SDPb. Suhu tiap 4 jamRasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.b. Implementasikan tindakan untuk mencegah infeksi :a. Rawat luka dengan tehnik steril.b. Tingkatkan intake cairan 2-3 liter perhari.c. Tingkatkan nutrisi dengan diet tinggi kalori tinggi protein.d. Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.Rasional: Teknik steril untuk pencegahan pemindahan kuman, dan cairan untuk memperlancar pengeluaran,sedangkan nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat pertumbuhan jaringan.c. Berikan anti biotika sesuai program medis.Rasional: Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen.d. Pantau tanda-tanda radang: calor, rubor, tumor, dolor, fungsio laesa.Rasional : Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

BAB IIIKASUS

Bayi An. Usia 3 hari, BB 2450 gr dan TB 42 cm. Dibawa ke rumah sakit dengan keluhan belum BAB, muntah, dan perut kembung. Ibu Arini mengatakan, bayinya selalu memuntahkan kembali susu formula yang diberikan, bayi selalu rewel. Frekuensi muntah 4 6 x/hari, warna kehijauanHasil pemeriksaan fisika. Nadi : 145 x/mntb. Suhu : 37 Cc. RR : 46 x/mntd. Bibir tampak keringe. Abdomen membuncit

BAB IVPEMBAHASAN

PENGKAJIANI. Biodata1. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan: By. An2. Tempat tgl lahir/usia: 3 hari3. Jenis kelamin: wanita4. A g a m a: 5. Pendidikan: 6. Alamat: 7. Tgl masuk: 21 Februari 2013 (jam ............)8. Tgl pengkajian: 21 Februari 20139. Diagnosa medik : Atresia Ani 10. Rencana terapi : 1. Identitas Orang tua1. Ayah a. N a m a : b. U s i a: c. Pendidikan: d.Pekerjaan/sumber penghasilan :e. A g a m a : f. Alamat: 2. Ibua. N a m a : Ny. Arinib. U s i a: c. Pendidikan: d.Pekerjaan/Sumber penghasilan: ...........................................................e. Agama: f. Alamat: C. Identitas Saudara KandungNoNAMAU S I AHUBUNGANSTATUS KESEHATAN

II. Riwayat Kesehatan1. Riwayat Kesehatan Sekarang :Keluhan Utama: anak belum BAB, muntah, dan perut kembung.Riwayat Keluhan Utama :Sejak lahir (18 Februari 2013) By. An belum BAB, perut bayi kembung. Sebelum masuk RS bayi mengalami muntah-muntah, muntah sekitar 4-6 x/ hari warna kehijauan.Keluhan Pada Saat Pengkajian :1. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 5 tahun)1. Prenatal care1. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di.Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter dianjurkan untuk1. Riwayat terkena radiasi : . c.Riwayat berat badan selama hamil : e.Riwayat Imunisasi TT : ..f. Golongan darah ibu .. Golongan darah ayah ..2. Natala, Tempat melahirkan : .b. Jenis persalinan : c. Penolong persalinan : ..1. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan : ............................................................................................................................................3. Post natala.Kondisi bayi :APGAR .b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :.(Untuk semua Usia) Klien pernah mengalami penyakit:.pada umur : .. diberikan obat oleh : .. Riwayat kecelakaan : Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : . Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : ...................................................................1. Riwayat Kesehatan KeluargaTidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini pada masa kecilnya. GenogramKet :

NOJenis immunisasiWaktu pemberianFrekuensiReaksi setelah pemberianFrekuensi

1.BCG

2.DPT (I,II,III)

3.Polio (I,II,III,IV)

4.Campak

5.Hepatitis

IV.Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)V. Riwayat Tumbuh Kembang0. Pertumbuhan Fisik0. Berat badan : 2450 gram0. Tinggi badan : 42 cm.0. Waktu tumbuh gigi .gigi tanggal ......... Jumlah gigi ...................... buah.0. Perkembangan Tiap tahapUsia anak saat1. Berguling : bulan1. Duduk: bulan1. Merangkak: bulan1. Berdiri: tahun1. Berjalan: tahun1. Senyum kepada orang lain pertama kali : tahun1. Bicara pertama kali : tahun dengan menyebutkan : 1. Berpakaian tanpa bantuan : VI. Riwayat Nutrisi1. Pemberian ASI........................................................................................................................................................1. Pemberian susu formula1. Alasan pemberian: 2. Jumlah pemberian: 3. Cara pemberian: Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat iniUsiaJenis NutrisiLama Pemberian

VII. Riwayat Psikososial Anak tinggal bersama : ...................................di:.................................. Lingkungan berada di : ................................................ Rumah dekat dengan : .................................., tempat bermain ................... kamar klien : ................................................ Rumah ada tangga : ................................................ Hubungan antar anggota keluarga : ................................................ Pengasuh anak : ................................................VIII. Riwayat Spiritual Support sistem dalam keluarga : ................................................ Kegiatan keagamaan : ................................................IX. Reaksi Hospitalisasi1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap............................................................................................B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap....................................................................................................................X. Aktivitas sehari-hari1. NutrisiKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Selera makan

Muntah

1. CairanKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Jenis minuman1. Frekuensi minum1. Kebutuhan cairan1. Cara pemenuhananak selalu memuntahkan ASI dan Formula yang diberikan

1. Eliminasi (BAB&BAK)KondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Tempat pembuangan1. Frekuensi (waktu)1. Konsistensi1. Kesulitan1. Obat pencahar

1. Istirahat tidurKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Jam tidur0. Siang0. Malam1. Pola tidur1. Kebiasaan sebelum tidur1. Kesulitan tidur

1. Olah RagaKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Program olah raga1. Jenis dan frekuensi1. Kondisi setelah olah raga

1. Personal HygieneKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Mandi- Cara - Frekuensi - Alat mandi1. Cuci rambut- Frekuensi- Cara1. Gunting kuku- Frekuensi- Cara1. Gosok gigi- Frekuensi- Cara

1. Aktifitas/Mobilitas FisikKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadwal harian3. Penggunaan alat Bantu aktifitas1. Kesulitan pergerakan tubuh

1. RekreasiKondisiSebelum SakitSaat Sakit

1. Perasaan saat sekolah1. Waktu luang1. Perasaan setelah rekreasi1. Waktu senggang klg1. Kegiatan hari libur

XI. Pemeriksaan Fisik0. Keadaan umum: rewel dan tampak kembung0. Kesadaran: compos mentis0. Tanda tanda vital :1. Tekanan darah: ..................................... mmHg1. Denyut nadi: 145x/menit1. Suhu : 37o C1. Pernapasan: 46 x/ menit0. Berat Badan: 2450 gram0. Tinggi Badan: 0. KepalaInspeksi: simetrisKeadaan rambut & Hygiene kepala3. Warna rambut:3. Penyebaran: 3. Mudah rontok: 3. Kebersihan rambut: PalpasiBenjolan : ada / tidak ada: Nyeri tekan : ada / tidak ada:Tekstur rambut : kasar/halus: 0. MukaInspeksi6. Simetris / tidak: 6. Bentuk wajah: 6. Gerakan abnormal: 6. Ekspresi wajah: PalpasiNyeri tekan / tidak: Data lain: 0. MataInspeksi1. Pelpebra: Radang / tidak 1. Sclera: Icterus / tidak1. Conjungtiva: Radang / tidak1. Pupil: - Isokor - Myosis / midriasis - Refleks pupil terhadap cahaya : +/+1. Posisi mata : Simetris / tidak1. Gerakan bola mata:1. Penutupan kelopak mata:1. Keadaan bulu mata: 1. Keadaan visus: 1. Penglihatan: - Kabur / tidak - Diplopia / tidakPalpasiTekanan bola mata: Data lain: 0. Hidung & SinusInspeksi8. Posisi hidung: simetris8. Bentuk hidung: 8. Keadaan septum: 8. Secret / cairan: Data lain: 0. TelingaInspeksi9. Posisi telinga: simetris9. Ukuran / bentuk telinga: 9. Aurikel: 9. Lubang telinga: Bersih / serumen / nanah9. Pemakaian alat bantu: PalpasiNyeri tekan / tidakPemeriksaan uji pendengaran4. Rinne: 4. Weber: 4. Swabach: Pemeriksaan vestibuler: Data lain:

0. MulutInspeksi 10. Gigi1. Keadaan gigi: 1. Karang gigi / karies: 1. Pemakaian gigi palsu: 10. GusiMerah / radang / tidak: 10. LidahKotor / tidak: 10. Bibir1. Cianosis / pucat / tidak: -1. Basah / kering / pecah: kering1. Mulut berbau / tidak: 1. Kemampuan bicara: Data lain: tampak bekas muntahan berwarna hijau0. Tenggorokan11. Warna mukosa: 11. Nyeri tekan: 11. Nyeri menelan: 0. LeherInspeksiKelenjar thyroid: Membesar / tidakPalpasi12. Kelenjar thyroid: Teraba / tidak12. Kaku kuduk / tidak: 12. Kelenjar limfe: Membesar / tidakData lain: 0. Thorax dan pernapasan13. Bentuk dada : simetris13. Irama pernafasan: 13. Pengembangan di waktu bernapas: -13. Tipe pernapasan: Data lain: Palpasi1. Vokal fremitus: simetris1. Massa / nyeri: Auskultasi1. Suara nafas: 1. Suara tambahan: PerkusiRedup / pekak / hypersonor / tympaniData lain: 0. JantungPalpasiIctus cordis: PerkusiPembesaran jantung:

Auskultasi14. BJ I: 14. BJ II: 14. BJ III: 14. Bunyi jantung tambahan: Data lain: 0. AbdomenInspeksi15. Membuncit: cembung15. Ada luka / tidak: Palpasi1. Hepar: 1. Lien: 1. Nyeri tekan: AuskultasiPeristaltik: Perkusi1. Tympani: 1. Redup: Data lain: 0. Genitalia dan Anus: -0. EkstremitasEkstremitas atas17. Motorik1. Pergerakan kanan / kiri: 1. Pergerakan abnormal: 1. Kekuatan otot kanan / kiri: 1. Tonus otot kanan / kiri: 1. Koordinasi gerak: 17. Refleks1. Biceps kanan / kiri: 1. Triceps kanan / kiri: 17. Sensori1. Nyeri: 1. Rangsang suhu: 1. Rasa raba:

Ekstremitas bawah2. Motorik0. Gaya berjalan: 0. Kekuatan kanan / kiri: 0. Tonus otot kanan / kiri: 2. Refleks1. KPR kanan / kiri: 1. APR kanan / kiri: 1. Babinsky kanan / kiri: 2. Sensori1. Nyeri: 1. Rangsang suhu: 1. Rasa raba: Data lain: 0. Status NeurologiSaraf saraf cranial18. Nervus I (Olfactorius) : penghirupan: 18. Nervus II (Opticus) : Penglihatan: 18. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)1. Konstriksi pupil: 1. Gerakan kelopak mata: 1. Pergerakan bola mata: 1. Pergerakan mata ke bawah & dalama :18. Nervus V (Trigeminus)1. Sensibilitas / sensori: 1. Refleks dagu: 1. Refleks cornea: 18. Nervus VII (Facialis)1. Gerakan mimik: 1. Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : 18. Nervus VIII (Acusticus)Fungsi pendengaran: 18. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)1. Refleks menelan: 1. Refleks muntah: 1. Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : 1. Suara: 18. Nervus XI (Assesorius)1. Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : 1. Mengangkat bahu: 18. Nervus XII (Hypoglossus)1. Deviasi lidah: Tanda tanda perangsangan selaput otak0. Kaku kuduk: 0. Kernig Sign: 0. Refleks Brudzinski: 0. Refleks Lasegu: Data lain: XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 6 Tahun )Dengan menggunakan DDST1. Motorik kasar1. Motorik halus1. Bahasa1. Personal socialXII. Test Diagnostik1. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

Analisa DataDATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

DS :1. Ibu klien mengatakan bayi belum BAB sejak lahir , muntah, dan perut kembung.1. Ibu klien mengatakan muntahan berwarna hijau,, muntah sekitar 4-6 x/hari.DO :1. Bayi rewel dan tampak kembung.1. BB 2450 gram1. Mukosa bibir kering1. Tampak bekas muntahan berwarna hijauGangguan pertumbuhan, fusi, pembentukan anus dari tonjolan embriogenik

Atresia ani

Feses tidak keluar

Feses menumpuk

Peningkatan tekanan intraabdominal

Mual, muntah

Kekurangan volume cairanKekurangan volume cairan

DS :1. Ibu klien mengatakan bayi belum BAB sejak lahir, muntah, dan perut kembung.1. Ibu klien mengatakan muntahan bayi berwarna hijau, muntah sekitar 4-6 x/hari..DO :1. Bayi rewel dan tampak kembung.1. BB 2450 gram1. Mukosa bibir kering1. Tampak bekas muntahan berwarna hijau1. Hasil pemeriksaan abdomen :I : cembungGangguan pertumbuhan, fusi, pembentukan anus dari tonjolan embriogenik

Atresia ani

Feses tidak keluar

Feses menumpuk

Peningkatan tekanan intraabdominal

Mual, muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS :1. Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini pada masa kecilnya.DO :Gangguan pertumbuhan, fusi, pembentukan anus dari tonjolan embriogenik

Atresia ani

tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini pada masa kecilnya

kurang informasi

kurang pengetahuanKurang pengetahuan

Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Atresia AniPre-operasi1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual muntah)1. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

INTERVENSI KEPERAWATAN1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktifTujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam klien akan mengalami volume cairan memadai.Kriteria Hasil: 1. Tidak terjadi mual dan muntah. 1. Mukosa lembab1. TTV normal:- RR :1. Bayi baru lahir 35 40 x/mnt1. Bayi 6 bulan 30 50 x/mnt1. Toddler 2 tahun 25 32 x/mnt1. Anak anak 20 30 x/mnt1. Remaja 16 19 x /mnt1. Dewasa 12 20 x/mnt- Nadi 1. Bayi 120 160 x/mnt1. Toddler 2 tahun 90 140 x/mnt1. Prasekolah 80 110 x/mnt1. Usia sekolah 75 100 x/mnt1. Remaja 60 90 x /mnt1. Dewasa 60 100 x/mnt- Suhu : 36,5-37,5 derajat celcius1. Intake increased to (specify)tidak ada tanda- tanda dehidrasi

IntervensiRasional

Menilai terjadinya mual dan muntah, kualitas, kuantitas dan adanya darah, empedu, makanan bauMenyediakan informasi tentang emesis dan karakteristik mendefinisikan

Kaji adanya gejala terkait: diare, demam, sakit telinga, gejala Ugi, perubahan penglihatan, sakit kepala, kejang, tangisan bernada tinggi, polidipsia, poliuria, polifagia, anoreksia, dan sebagainya; asupan catatan dan output, termasuk semua kerugian cairan tubuh , infus dan cairan oral (menentukan frekuensi).Menyediakan informasi untuk mengidentifikasi kondisi medis yang terkait; menunjukkan status cairan; peningkatan output dan penurunan asupan menunjukkan defisit cairan dan kebutuhan penggantian.

Menilai turgor kulit, membran mukosa, berat, Fontanelles dari bayi, kekosongan terakhir, dan perubahan perilaku.Memberikan informasi tentang status hidrasi, termasuk kehilangan cairan ekstraselular, tingkat aktivitas menurun, malaise, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, urin terkonsentrasi

Mempertahankan status NPO, jika diresepkan (sebutkan).Menyediakan istirahat bagi saluran pencernaan karena mual dan muntah dan kondisi medis terkait.

Memulai dan memonitor administrasi IV dari nutrisi yang diresepkan (sebutkan).

Menyediakan dukungan cairan dan nutrisi untuk menggantikan kehilangan cairan aktif dan pencegahan kelebihan cairan.

Menilai tanda vital, termasuk nadi apikal (sebutkan kapan).

Menyediakan pemantauan respon kardiovaskular dehidrasi (lemah, pulsa benang, penurunan tekanan darah). Peningkatan frekuensi napas dapat menyebabkan kehilangan cairan

Memulai sejumlah kecil cairan bening, seperti yang ditoleransi ketika mual dan muntah mereda; tawaran cairan hidrasi oral, bayi yang diberi ASI perlu menyusui pendek sering di payudara: Bayi: 70 sampai 100 ml / kg dalam 24 jam, balita: 50 sampai 70 ml / kg dalam 24 jam, usia sekolah: 20 sampai 50 ml / kg dalam 24 jamMenyediakan cairan dalam jumlah minimal sampai mual dan muntah diselesaikan.

Monitor warna urin berat jenis, dan berjumlah berkemih setiap atau seperti yang diperintahkan.Urin terkonsentrasi dengan berat jenis yang meningkat mengindikasikan kekurangan cairan untuk mengencerkan urin

Memantau hasil data laboratorium, seperti yang diperintahkan (elektrolit, BUN, CBC, pH, dll).Memungkinkan identifikasi kehilangan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit.

Berikan tindakan kenyamanan (misalnya, kain sejuk, bersih linen, dll).Meningkatkan tingkat kenyamanan dan gangguan.

Ajarkan orang tua untuk posisi anak aman selama episode muntah untuk memberikankebersihan mulutMenyediakan informasi untuk mempromosikan keselamatan, hidrasi oral dan kebersihan.

1. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor biologisTujuan: Dalam waktu 7x24 jam satus nutrisi mengalami perbaikan.Kriteria hasil: 1. BB anak mengalami peningkatan1. Klien dapat minum ASI atau formulayang dianjurkan1. Menunjukkan berat badan meningkat dan mempertahankan berat badan yang tepat dengan nilai laboratorium normal 1. Normalnya terjadi penambahan berat badan sekitar 140-200 gram setiap minggunya.1. Intake nutrisi cukup (bayi: 110 - 120 kalori/kgBB/hari)

IntervensiRasional

Kaji riwayat asupan makanan (24-jam atau ASI; pengaruh keuangan dan budaya; vitamin / suplemen mineral; alergi makanan.

Menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk recall, amounts of food and formula evaluate nutritional pattern, habits and adequacy (deficiency or excess). ingat, jumlah makanan dan susu formula mengevaluasi pola gizi, kebiasaan dan kecukupan (kekurangan atau kelebihan).

Menilai perubahan nafsu makan (kurang atau berlebihan), adanya penyakit dan diagnosis, efek nutrisi pada kulit, rambut, mata, mulut, kepala, otot, perilaku.Menunjukkan status kesehatan dan efek penyakit yang membutuhkan peningkatan kebutuhan nutrisi dan nafsu makan yang dipengaruhi oleh penyakit dan dapat menyebabkan kekurangan gizi

Menilai panjang dan berat badan, lingkar kepala, ketebalan lipatan kulit yang lingkar lengan Menyediakan informasi antropometrik tentang lemak tubuh dan kadar protein and general nutritional status dan status gizi umum

Menilai kesulitan dalam menghisap, menelan, mengunyah, refleks muntah, gigi, selaput lendir mulut, bibir,and palate for abnormalities, inadequate dental care, ordan langit-langit untuk kelainan, perawatan gigi yang tidak memadai, oral feeding. makan.

Memberikan informasi tentang kemampuan untuk menelan makanan atau susu formula diperlukan untuk pertumbuhan normal dan pengembangan; adanya nyeri oral atau infeksi. inflammatory disorders, congenital defects (cleft lip/palate) interferes withgangguan inflamasi, cacat bawaan (bibir sumbing / langit-langit mulut) mengganggu.

Menilai lingkar perut, karakteristik feses (bau, penampilan), adanya diare, bising usus untuk motilitas meningkat.

Memberikan informasi tentang kemampuan untuk menyerap makanan, tinja mungkin besar dan lemak dalam cystic fibrosis jika aliran empedu terhalang dan lemak tidak dicerna; diare dapat menyebabkan malabsorpsi karbohidrat sebagai peningkatan motilitas dan nutrisi bergerak melalui usus sebelum penyerapan terjadi.

Tempat bayi / anak dalam posisi yang nyaman untuk makan / makan: memegang bayi di lengan atau tegak

Memberikan posisi yang paling tepat untuk meningkatkan gerakan formula / makanan padat oleh gravitasi dan gerak peristaltik dan untuk mencegah muntah dan / atau aspirasi

Memulai dan memantau pemberian IV nutrisi seperti yang ditentukan (sebutkan cairan, berikan rating dan situs dan penggunaan pompa).

Menyediakan cairan jangka pendek dan dukungan nutrisi melalui vena perifer pada mereka yang tidak dapat menelan atau mempertahankan makanan (muntah, diare perawatan pasca operasi).

Memulai dan memantau gizi IV parenteral total yang ditentukan (sebutkan).

Menyediakan cairan jangka panjang dan dukungan nutrisi melalui kateter atrium kanan di pembuluh darah besar pada mereka yang kekurangan gizi akibat penyakit kronis (penyakit Crohn) atau keseimbangan nitrogen negatif.

Hindari penanganan berlebihan bayi setelah menyusui.Mencegah meningkatnya rangsangan untuk muntah

Konsultasikan dengan ahli gizi atau merujuk sesuai kebutuhanMenyediakan dukungan untuk kebutuhan diet khusus bayi / anak.

Jelaskan metode menyediakan nutrisi melalui IV atau NG atau gastrostomy tabung (jika digunakan).Mengurangi kecemasan dengan pemahaman tentang metode alternatif untuk memasok nutrisi ke bayi / anak.

1. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan keterbatasan kognitif.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam pengetahuan keluarga tentang penyakitnya menjadi lebih adekuatKriteria hasil :1. Secara verbal keluarga klien mengerti tentang kondisi klien.1. Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses penyakit dengan faktor penyebabnya.1. Memulai perubahan pola hidup yang penting dan berpartisipasi dalam pengobatan klien

IntervensiRasional

Berikan informasi berharga pada keluarga klien tentang apa yang akan terjadi.

Informasi yang jelas mengenai kondisi klien akan memberikan pemahaman pada keluarga tentang segala kemungkinan yang akan dialami oleh anaknya.

Bantu keluarga untukmengenali atau menginterpretasikan perilaku bayi serta responnya.

Perilaku bayi cenderung berubah saat dia sakit atau mengalami ketakutan. Misalnya menolak untuk makan, menangis terus dan tidak mau tidur.

Ulangi informasi sesering mungkin

Meningkatkan pemahaman orang tua mengenai kondisi klien.

Tekankan pentingnya evaluasi medic

Penting sekali untuk menentukan efektifitas dari terapi dan pencegahan terhadap komplikasi fatal yang sangat potensial terjadi.

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan percaya dengan keluarga klien untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh keluarga.Membantu mengambil jalan keluar dari permasalahan yang dialami oleh keluarga klien terkait penyakit yang diderita oleh klien.

Identifikasi sumber-sumber tambahan pada keluarga klien (misal dukungan ekonomi dari orang terdekat klien)Meningkatkan koping keluarga dalam mengatasi stressor yang berhubungan dengan masalah kesehatan klien.

Jika anak diindikasikan untuk pembedahan, maka berikan informasi mengenai prosedur , tujuan dilakukannya pembedahan. Serta ajarkan cara perawatan pasca pembedahan. Misalnya perawatan kolostomi dirumahAtresia Ani salah satu penatalaksanaannya adalah dengan pembedahan. Untuk neonatal biasanya dilakukan pembedahan sementara, yaitu pembuatan stoma.

Eksplorasi rasa takut dan kecemasan keluarga berkaitan dengan status anak dan harapan-harapannya tentang prosedur dan hasil terapi.Untuk mengenali masalah keluarga dan kebutuhannya akan informasi yang dibutuhkan.

Post Operasi0. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapatnya stoma sekunder dari kolostomiRencana Keperawatan0. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapatnya stoma sekunder dari kolostomiTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulitKriteria hasil :1. Integritas kulit dipertahankan1. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan penyembuhan lukaTindakanIntervensiRasional

Lihat stoma / area kulit peristomal pada tiap penggantian kantong. Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat irigasi, kemerahan (warna gelap, kebiru-biruan)Memantau proses penyembuhan / keefektifan alat dan mengindikasi masalah pada area, kebutuhan untuk evaluasi / intervensi lanjut. Mempertahankan kebersihan / kekeringan area untuk membantu pencegahan kerusakan kulit. Identifikasi dini nekrosis stoma / iskemia atau infeksi jamur (dari perubahan flora normal usus) memberikan intervensi tepat waktu untuk mencegah komplikasi serius. Stoma harus kemerahan dan lembab. Area ulkus pada stoma mungkin dari lubang kantung yang terlalu sempit atau lempengan yang menekan kedalam stoma. Pada pasien dengan ileostomi, feses kaya akan enzim, meningkatkan bahan iritasi pada kulit. Pada pasien dengan kolostomi perawatan kulit bukan masalah besar, karena enzim tak ada lagi pada feses.

Ukur stoma secara periodic, missal tiap perubahan kantong selama 6 minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (selama 6 minggu pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat sehingga feses terkumpul sesuai alilran dari ostomi dan kontak dengan kulit dicegah.

Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat sedikitnya lebih besar 1/8 kali ukuran stoma dengan perekat adekuat menempel pada kantong.Mencegah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit peristomal. Perekatan area yang adekuat penting untuk mempertahankan cincin kantong. Catatan ; perekatan terlalu kencang menyebabkan iritasi kulit pada pengangkatan kantung.

Berikan pelindung kulit yang efektif, misalnya water stomahesive, karaya gum, reliaseal (davol) atau produk semacamnya.Melindungi kulit dari perekat kantung, meningkatkan perekatan kantong, dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu. Catatan : kolostomi sigmoid tak perlu menggunakan pelindung kulit karena feses terbentuk dan eliminasi terjadi teratur melalui irigasi.

Kosongkan irigasi, dan bersihkan kantung ostomi dengan rutin, gunakan alat yang tepat. Penggantian kantung yang sering mengiritasi kulit dan harus dihindari. Pengosongan dan pencucian kantung dengan cairan yang tepat dapat menghilangkan bakteri.

Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian cuci dengan baik. Mencegah iritasi jaringan / kerusakan sehubungan dengan penarikan kantung.

Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh disekitar stoma.Indikasi kebocoran feses dengan iritasi periostomal, atau kemungkinan infeksi kandida yang perlu intervensi.

Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantung secara terus - menerusMemberikan kesempatan untuk pemecahan masalah. Menentukan kebutuhan intervensi lebih lanjut.

KolaborasiKonsul dengan ahli terapi / enterostomalMembantu pemilihan produk yang tepat untuk kebutuhan penyembuhan pasien, termasuk tipe ostomi, status fisik / mental, dan sumber financial.

Berikan sprei aerosol dan bedak nistatin sesuai indikasiMembantu penyembuhan bila terjadi iritasi periostomal / infeksi jamur. Catatan : produk ini mempunyai efek samping yang besar dan harus digunakan dengan jumlah sedikit saja.

BAB VPENUTUP

1. KesimpulanKolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Pendapat lain mengemukakan bahwa Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).Menururt Perry & Potter (2005), ada 3 jenis kolostomi, yaitu: 4. Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat .5. End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal. 6. Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda, stoma bagian proksimal dan stoma bagian distal.Insiden komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000).1. SaranAsuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani memerlukan perhatian khusus dalam pelaksanaan proses keperawatan untuk itu perlu pemahaman dan pengetahuan agar tercapai hasil yang memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi ke-6. Jakarta: EGC. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Volume I. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescullapius.Reksoprodjo Soelarto. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI.Sjamsuhidajat R. De Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi ke-4. Jakarta: EGC.