Sistem Pencernaan

25
SISTEM PENCERNAAN 1. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Tubuh manusia memperoleh tenaga dan energi dari makanan. Fungsi makanan antara lain menyediakan materi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh serta memperbaiki jaringan yang rusak. Yang diperlukan tubuh sebenarnya zat makanan atau sari makanan yang terkandung didalam bahan makanan yang kita konsumsi mengandung zat makanan yang siap dipakai oleh tubuh. Untuk dapat dipakai pastinya bahan makanan haruslah dicerna terlebih dahulu, untuk itu dibutuhkan alat – alat pencernaan. Proses pencernaan ini dibagi menjadi dua cara yaitu yang pertama secara mekanik (dengan bantuan otot - otot) dan secara kimiawi (dengan bantuan saliva, enzim maupun getah). Dan hasilnya yaitu zat – zat makanan yang dapat digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas hidupnya. Organ – organ pencernaan terdiri atas : mulut (gigi lidah dan saliva), esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar. 2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Bacalah dengan cermat semua buku – buku yang mendukung Carilah yang sekiranya sulit dimengerti dan tanyakan Carilah semua yang bermanfaat dari sumber – sumber yang mendukung modul ini 3. STANDAR KOMPETENSI Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas 4. KEMAMPUAN PRASYARAT

description

IPA

Transcript of Sistem Pencernaan

Page 1: Sistem Pencernaan

SISTEM PENCERNAAN

1.      PENDAHULUAN

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Tubuh manusia

memperoleh tenaga dan energi dari makanan. Fungsi makanan antara lain

menyediakan materi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh serta

memperbaiki jaringan yang rusak. Yang diperlukan tubuh sebenarnya zat

makanan atau sari makanan yang terkandung didalam bahan makanan yang

kita konsumsi mengandung zat makanan yang siap dipakai oleh tubuh. Untuk

dapat dipakai pastinya bahan makanan haruslah dicerna terlebih dahulu, untuk

itu dibutuhkan alat – alat pencernaan.

Proses pencernaan ini dibagi menjadi dua cara yaitu yang pertama secara

mekanik (dengan bantuan otot - otot) dan secara kimiawi (dengan bantuan

saliva, enzim maupun getah). Dan hasilnya yaitu zat – zat makanan yang dapat

digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas hidupnya. Organ – organ

pencernaan terdiri atas : mulut (gigi lidah dan saliva), esophagus

(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar.

2.      PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Bacalah dengan cermat semua buku – buku yang mendukung

Carilah yang sekiranya sulit dimengerti dan tanyakan

Carilah semua yang bermanfaat dari sumber – sumber yang mendukung

modul ini

3.      STANDAR KOMPETENSI

Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu ,

kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

4.      KEMAMPUAN PRASYARAT

Proses pencernaan ini memiliki fungsi untuk proses pemecahan bahan

makanan menjadi molekul yang berguna bagi tubuh kita. Lalu hasil pemecahan

itu diserap oleh alat pencernaan untuk diedarkan oleh darah dan diangkut

keseluruh tubuh kita untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Dan sisa dari system

pencernaan ini dikeluarkan oleh tubuh berupa feses dan air (H2O). Maka dari

itu kita haruslah mengetahui mana makanan yang baik untuk tubuh kita. Yaitu

makanan yang bergizi.

Page 2: Sistem Pencernaan

 5.      PRETEST

a. Jelaskan fungsi system pencernaan?

b. Apa saja organ pencernaan pada manusia ? sebutkan !

c. Bagaimana mekanisme pemecahan makanan pada usus halus?

d. d.Jelaskan mekanisme jalannya proses pencernaan dari mulut hingga

anus ?

6.  INDIKATOR

Menganalisis variasi dan komposisi makanan serta menyusun menu

seimbang.

Memahami jenis dan kandungan makanan yang bergizi.

Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam system pencernaan

makanan pada manusia dan hewan ruminasia.

Mengaitkan struktur, fungsi, dan proses system pencernaan makanan pada

manusia dan hewan ruminasia.

Mengidentifikasikan gangguan  / kelainan yang terjadi pada system

pencernaan makanan.

7. URAIAN MATERI

Gambar :   Struktur system pencernaan manusia

Page 3: Sistem Pencernaan

1) Mulut

Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang

dihasilkan Kelenjar Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang

mengandung enzim Amilase (Ptyalin).

2)  Lambung

Dilakukan secara mekanik dan kimiawi, Sekretin yaitu hormon yang

merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya. Renin yaitu enzim yang

mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu.

Fungsi HCI Lambung :

a.   Merangsang keluamya sekretin

b.   Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.

c.   Desinfektan

d.  Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang

empdu  mengeluarkan getahnya.

3) Usus

Di dalam Duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang

mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen.

Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan

diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot

usus (Villi).

Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan

menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi).

 

Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa 

tetumbuhan seperli rumput

2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.

Page 4: Sistem Pencernaan

3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum

dan Abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas

mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan

kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

 

I = insisivus = gigi seri

C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan

M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak)

tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi

geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya

untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang

terdiri atas 50% selulosa.

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus

(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi

(mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan

sekitar 5 cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.

Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara

yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi

proses pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan

abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan

alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum

7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter

berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang

sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,

Page 5: Sistem Pencernaan

polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh

bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke

retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan

yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut

untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk

diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi

enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke

abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses

pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak

selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di

abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati,

namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah

biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti

pada manusia.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung

seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan

yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung

bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di

lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses

pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada

sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang

kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan

kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat

makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.

Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan

sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar

dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan

kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.

Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu

dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk

mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas

yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh

organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang

mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas

bio).

Page 6: Sistem Pencernaan

Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan

Gangguan Sistem Pencernaan

Apendikitis  yaitu   Radang usus buntu.

Diare yaitu  Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.

Kontipasi (Sembelit) yaitu  Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air

besar)

Maldigesti  yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang 

merangsang lambung.

Parotitis    yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga GondonG

Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya

diakibatkan infeksi Helicobacter pylori

Xerostomia  yaitu  Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola

makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara

gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis,

kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).

Diare

Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi

lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini

disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu,

atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama

menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi

dehidrasi.

Konstipasi (Sembelit)

Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air

terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini

disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan

berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

 

   Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim.

Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-

bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah

terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding

Page 7: Sistem Pencernaan

lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak

lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:

Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan

lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung,

seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik.

Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya

gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri

yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam

keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan

mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung

adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks

terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

 

    Zat Makanan

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah

- karbohidrat

- lemak

- protein

- vitamin

- mineral

- air

Makanan sehat harus terdiri dari zat-zat nutrien (zat gizi) antara lain :

1. Protein

Mengandung asam amino (essensial dan non essensial). Kebutuhan protein

untuk orang dewasa adalah 1 gram/kg.BB/hari. Jika kebutuhan tersebut

berlebih, maka kelebihannya akan dibuang melalui ginjal dalam bentuk urea Þ

inilah yang disebut Nitrogen Balans.

Asam Amino Essensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat sendiri oleh

tubuh, jadi harus didatangkan dari luar.

Misalnya : Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, dsb.

Protein tidak menghasilkan energi

2. Lemak (Lipid)

Page 8: Sistem Pencernaan

Diperlukan sebagai pelarut beberapa vitamin, sebagai "bantalan lemak"

(pelindung jaringan tubuh) dan penghasil energi yang besar (9 kal/g).

Kebutuhan lemak untuk orang dewasa adalah 0,5 - 1 gram/kg.BB/hari.

3. Karbohidrat

Sebagai penghasil energi (4 kal/g). Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan

disimpan dalam bentuk lemak.

4. Garam-Garam Mineral

- Kalsium (Ca) Þ Untuk membentuk matriks tulang, membantu

proses penggumpalan darah dan mempengaruhi

penerimaan rangsang oleh saraf. Kebutuhannya

adalah 0,8 g/hari.

- Fosfor (P) Þ Untuk membentuk matriks tulang, diperlukan

dalam pembelahan sel, pada pengurutan otot,

metabolisme zat. Kebutuhannya adalah 1 mg/hari.

- Besi (Fe) Þ Merupakan komponen penting sitokrom (enzim

pernafasan), komponen penyusun Hemoglobin.

Kebutuhannya adalah 15 - 30 mg/hari.

- Fluor (F) Þ Untuk menguatkan geligi.

- lodium (I) Þ Komponen penting dalam hormon pertumbuhan

(Tiroksin), kekurangan unsur tersebut dapat

terjadi sebelum atau sesudah pertumbuhan

berhenti

- Natrium & Klor

(NaCl)

Þ Untuk pembentukan asam klorida (HCl).

Kebutuhannya adalah 1 g/hari.

5. Vitamin

Diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tidak menghasilkan energi.

Kekurangan vitamin dapat menyebabkan Penyakit Defisiensi.

    Vitamin Yang Larut Dalam Air (Water Soluble Vitamins)

- B1 (Aneurin =

Thiamin)

Þ Untuk mempengaruhi absorbsi lemak dalam usus.

Defisiensinya menyebabkan Beri-Beri dan Neuritis.

- B2 (Riboflavin

= Laktoflavin)

Þ Transmisi rangsang sinar ke mata. Defisiensinya akan

mengakibatkan Katarak, Keilosis.

Page 9: Sistem Pencernaan

- Asam Nikotin

(Niasin)

Þ Proses pertumbuhan, perbanyakan sel dan anti

pelagra. Defisiensi akan menyebabkan Pelagra dengan

gejala 3 D: Dermatitis, Diare, Dimensia.

- B6 (Piridoksin

= Adermin)

Þ Untuk pergerakan peristaltik usus. Defisiensi akan

menyebabkan Kontipasi (Sembelit).

  Asam Pantotenat Þ Defisiensi akan menyebabkan Dermatitis

  PABA (Para

Amino Asam

Benzoat)

Þ Untuk mencegah timbulnya uban

  Kolin Þ Defisiensi akan menimbulkan timbunan lemak pada

hati.

  Biotin (Vitamin

H)

Þ Defisiensi akan menimbulkan gangguan kulit

  Asam Folat Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia defisiensi asam

folat.

  B12

(Sianokobalamin)

Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia Pernisiosa

  Vitamin C (Asam

Askorbinat)

Þ Berfungsi dalam pembentukan sel, pembuatan

trombosit. Defisiensi akan menimbulkan pendarahan

gusi, karies gigi, pendarahan di bawah kulit. Pada

jeruk selain vitamin C ditemukan pula zat Sitrin dan

Rutin yang mampu menghentikan pendarahan. Zat

tersebut ditemukan olelj Sant-Gyorgi disebut pula

Vitamin P.

Vitamin Yang Larut Dalam Lemak (Lipid Soluble Vitamins)

- Vitamin A

(Aseroftol)

Þ Berfungsi dalam pertumbuhan sel epitel, mengatur

rangsang sinar pada saraf mata. Defisiensi awal akan

menimbulkan gejala Hemeralopia (rabun senja) dan

Frinoderma (kulit bersisik). Kemudian pada mata akan

timbul Bercak Bitot setelah itu mata akan mengering

(Xeroftalmia) akhirnya mata akan hancur

(Keratomalasi).

- Vitamin D Þ Mengatur kadar kapur dan fosfor, (Kalsiferol =

Ergosterol) memperlancar proses Osifikasi. Defisiensi

akan menimbulkan Rakhitis. Ditemukan oleh McCollum,

Hesz dan Sherman.

- Vitamin E Þ Berperan dalam meningkatkan Fertilitas.

Page 10: Sistem Pencernaan

(Tokoferol)

- Vitamin K (Anti

Hemoragi)

Þ Ditemukan oleh Dam dan Schonheydcr. Berfungsi

dalam pembentukan protrombin. Dibuat dalam kolon

dengan bantuan bakteri Escherichia coli

 

 

 

     Zat aditif

 

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih

terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :

        Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik

kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.

        Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam

proses    penyediaan/pembuatan bahan makanan.

Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu

kesehatan

 

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

 

Ada 2 macam zat warna:

a. Zat Warna Nabati, yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan. seperti warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan warna kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).

b. Zat Warna Sintetik, yang umumnya dibuat dari ter batubaraZat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan, karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit

 

B.   Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar

makanan lebih sedap rasa dan baunya

C.    Zat Pengawet

 

Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak.

Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain,

misalnya natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya

digunakan juga antibiotik.Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama

kelamaan menjadi tengik. Peristiwa ini terjadi karena asam lemakyang tidak

jenuh dalam bahan ini teroksidasi.Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah

Page 11: Sistem Pencernaan

penyebabnya. Untuk mencegah proses ini pada minyak atau lemak

ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".

Contohnya:

-          butil hidroksi anisol (BHA)

-         butil hidroksi toluena (BHT)

Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam

askorbat (vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan

itu.Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur

dengan makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang

pertanian dan peternakan, misalnya senyawa organoklor.Karena itu kita harus

mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang akan kita makan

untuk mencegah keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang

sekarang sering diberikan kepada hewan potong untuk mempercepat

pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak kita

kehendaki.

 

D.` Zat Pemanis

Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai sehari-hari.

Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun, sirup

dan lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena kelebihan

pemanis sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan penyakit.

Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula

yang berasal dari daun Stevita rebaudina.

Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan

zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif

makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan

sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif

makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,

antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat,pengental,danantigumpal.

Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah

merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan,

tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin

sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak

lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini

membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah

mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan manayangberbahaya.

Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu :

Page 12: Sistem Pencernaan

(a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan

maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita

rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk

dan rupa, dan lain sebagainya.

(b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam

jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah

seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan

kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis,

baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten,

asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai

kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun

demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan

proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan

kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya

kanker pada hewan dan manusia.

Beberapa Contoh Zat Aditif

Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah

beberapa contoh zat aditif

Zat aditif Contoh Keterangan

Pewarna

Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)

Pewarna alami

Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll

Pewarna sintesis

PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin

Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit

Penyedap

Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar

Penyedap alami

Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll

Penyedap sintesis

Antioksidan

Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol

Mencegah Ketengikan

PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit

-

Pemanis bukan gula

Sakarin, Dulsin, SiklamatBaik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen

Page 13: Sistem Pencernaan

Pengatur keasaman

Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat

Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan

Anti Gumpal

Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida

Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

 

Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal

Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari

seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli bedah

Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).

Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai

modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.

Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :

Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%

Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%

Sedangkan Rumus Broca yang dikutip dari publikasi di Website Depkes RI adalah :

Bobot badan ideal (kg) = 90% x {tinggi badan (cm) - 100} x 1 kg

Khusus untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang

dari 150 cm, digunakan rumus : Bobot badan ideal (kg) = {tinggi badan (cm) -

100} x 1 kg

Interpretasi : seseorang dikatakan underweight bila bobot badannya kurang

dari 90% bobot badan ideal.

Lain lagi yang dipublikasikan di Pikiran Rakyat (2004) :

(Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) , untuk usia <= 30 thTinggi Badan - 100, untuk usia > 30 th

Tetapi banyak orang menggunakan rumus yang sangat disederhanakan, yaitu :

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100)

Kemudian tahun 1974 Dr. BJ Devine mempublikasikan sebuah rumus baru untuk menghitung berat badan ideal. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feetWomen: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet

Page 14: Sistem Pencernaan

Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis,

yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau

gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar

rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs

internet menggunakan rumus ini.

Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat

badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5

feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over

5 feet

Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut

adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over 5

feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch

over 5 feet

Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam

satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan

saat tulisan ini dibuat.

Rumus lain yang banyak digunakan untuk mengetahui status berat badan

adalah Indeks Massa Tubuh (IMT atau BMI, body mass index). Rumus ini lazim

digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh WHO (World Health

Organization).

Pada rumus IMT, status berat badan dihitung dengan membandingkan berat

badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumusnya adalah :

IMT = BB / (TBxTB)

Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut 

Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang

Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal

Nilai IMT 23-24,9 =  Normal Tinggi

Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk

Page 15: Sistem Pencernaan

Nilai IMT >= 30,0 =  Gemuk Banget

Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

Contoh penggunaan rumus IMT : Misal, A mempunyai berat badan 60 kg

dengan tinggi badan 1,69 m, maka IMTnya adalah 60 / (1,69x1,69) = 21,01.

Dengan nilai IMT 21,01,  berat badan A termasuk dalam kategori normal.

8.      KEGIATAN BELAJAR

Menjelaskan mengenai pengertian system pencernaan

Menjelaskan alat – alat pencernaan manusia yaitu mulut, usus, lambung,

kolon, pancreas, rectum dan anus

Menjelaskan mekanisme makan dalam tubuh

Menjelaskan status gizi menggunakan rumus IMT

Menjelaskan zat – zat makanan

 

9.      RANGKUMAN

Mulut

Lambung

Usus

Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa 

tetumbuhan seperli rumput

2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.

3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum

dan Abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu

terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur

alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan

yang lain.

Page 16: Sistem Pencernaan

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

 

I = insisivus = gigi seri

C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan

M = molar = geraham belakang

 

 

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan

abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan

alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum

7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter

berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang

sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,

polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh

bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke

retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan

yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut

untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk

diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi

enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke

abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses

pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak

selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di

abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati,

namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah

biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti

pada manusia.

Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan

Gangguan Sistem Pencernaan

o Apendikitis  yaitu   Radang usus buntu.

Page 17: Sistem Pencernaan

o Diare yaitu  Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.

o Kontipasi (Sembelit) yaitu  Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air

besar)

o Maldigesti  yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang 

merangsang lambung.

o Parotitis    yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong

o Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya

diakibatkan infeksi Helicobacter pylori

o Xerostomia  yaitu  Produksi air liur yang sangat sedikit

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola

makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara

gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis,

kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).

     Diare

     Konstipasi (Sembelit)

     Tukak Lambung (Ulkus)

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah

- karbohidrat

- lemak

- protein

- vitamin

- mineral

- air

     Zat aditif

 

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih

terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :

        Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik

kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.

        Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam

proses    penyediaan/pembuatan bahan makanan.

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

Ada 2 macam zat warna:

Page 18: Sistem Pencernaan

Zat Warna Sintetik

Zat Warna Nabati

Zat Penyedap (penguat rasa)

Zat Pengawet

  butil hidroksi anisol (BHA)

     butil hidroksi toluena (BHT)

` Zat Pemanis

Beberapa Contoh Zat Aditif

Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah

beberapa contoh zat aditif

Zat aditif Contoh Keterangan

Pewarna

Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)

Pewarna alami

Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll

Pewarna sintesis

PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin

Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit

Penyedap

Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar

Penyedap alami

Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll

Penyedap sintesis

Antioksidan

Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol

Mencegah Ketengikan

PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit

-

Pemanis bukan gula

Sakarin, Dulsin, SiklamatBaik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen

Pengatur keasaman

Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat

Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan

Anti Gumpal

Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida

Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

 

Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal

Page 19: Sistem Pencernaan

Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari

seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli

bedah Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).

Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai

modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.

Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :

Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%

Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feetWomen: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet

Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis,

yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau

gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar

rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs

internet menggunakan rumus ini.

Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat

badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5

feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over

5 feet

Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut

adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over 5

feet

Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch

over 5 feet

Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam

satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan

saat tulisan ini dibuat.