Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita. Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif. Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang

Transcript of Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

Page 1: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.

Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu

gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.

Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung

lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan

rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan

daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi

mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin

laki-laki maupun perempuan.

Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-

orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di

Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di

daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik

kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor

lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

B.       Tujuan Penulisan

Mahasiswa dapat :

1.    Memahami pengertian kolitis ulseratif dan penyebabnya.

2.    Memahami patofisiologi dan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kolitis ulseratif.

3.    Melaksanakan pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.

4.    Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.

5.    Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan hasil

pengkajian.

Page 2: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

C.       Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.

D.      Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan :

A.    Latar Belakang

B.     Tujuan penulisan

C.     Metode Penulisan

D.    Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan teoritis :

A.  Konsep dasar kolitis ulseratif

1.    Pengertian

2.    Anatomi dan fisiologi kolon

3.    Etiologi

4.    Faktor yang mempengaruhi kolitis

5.    Patofisiologi

6.    Manifestasi klinik

7.    Komplikasi

8.    Penatalaksanaan

9.    Pemeriksaan penunjang

10. Pemeriksaan diagnostik

B.  Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif

1.    Pengkajian

2.    Diagnosa keperawatan

3.    Perencanaan

BAB III : Penutup

A.    Kesimpulan

Page 3: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

B.     Saran

Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.  Konsep dasar Kolitis Ulseratif

1.      PENGERTIAN

Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon

dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama

disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,

2006, hal, 461)

Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica

Ester,2002,hal,56).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu

penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan

berlangsung lama.

2.      ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON

Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari sekum

hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon ( assendens, transversum, desendens, dan

sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan

otot sfingter eksternus dan internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon

kerang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.

Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit.Ciri

khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini

menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya

Page 4: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum dan meenyebabkan peregangan dinding rektum

dan aktivasi refleks defekasi.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan,

membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa penyakit serta

antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi

yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air sehingga terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk,

Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)

3.      ETIOLOGI

Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi

karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita

berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam serum

penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel

epitel pada kolon.

Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang

terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau

bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.

Menderita kolitis ulseratif memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal

ini merupakan penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres

emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu

timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).

4.        FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLITIS

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kolitis yaitu :

1)   Faktor genetik

Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut :

a. Agregasi dari kolitis ulseratif dalam keluarga

b. Insiden etnis perbedaan dalam insiden

c. Penanda genetik dan keterkaitan

2)   Faktor-faktor lingkungan

Page 5: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

Banyak hipotesis telah dibesarkan kontribusi lingkungan kepatogenesis lingkungan kolitis

ulseratif meliputi :

a. Diet : sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan,

faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis dari

kedua kolitis ulseratif dan penyakit crohn.

b. Diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulseratif

c. Menyusui: ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan

penyakit inflamasi usus.

5.      PATOFISIOLOGI

Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon

dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.

Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara

bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan

akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal

akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan

perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan

gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal,

namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks.

Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon

akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada

kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan

dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel

Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada

kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal

dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat

menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,

seperti gesekan ringan pada permukaan.

Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan

menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa

Page 6: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar

dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi

lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.

(Harrison, 2000, hal 161)

6.      MANIFESTASI KLINIK

Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih

sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.

Pasien juga dapat mengalami :

            a.       Anemia

            b.      Fatigue/ kelelahan

            c.       Berat badan menurun

            d.      Hilangnya nafsu makan

            e.       Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

            f.       Lesi kulit ( eritoma nodusum )

            g.      Lesi mata ( uveitis )

            h.      Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )

            i.        Terdapat darah dan nanah dalam kotoran

            j.        Perdarahan rektum

            k.      Kram perut

            l.        Sakit pada persendian

          m.    Anoreksia

          n.      Dorongan untuk defekasi

          o.      Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

7.      KOMPLIKASI

          a.       Megakolon toksik

          b.      Perforasi

          c.       Hemoragi

          d.      Neoplasma malignan

Page 7: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

          e.       Pielonefritis

          f.       Nefrolitiasis

          g.      Kalanglokarsinoma

          h.      Artritis

          i.        Retinitis, iritis

          j.        Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)

8.      PENATALAKSANAAN

            a.       Penatalaksanaan Medis

         Terapi Obat - obatan

Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk

mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi

ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.

Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif

untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,

terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu

dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).

         Pembedahan

Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal

gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif.

Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi,

hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz &

Linda sowden. 2007, hal 323-324)

b.      Penatalaksanaan Keperawatan

         Masukan diet dan cairan

Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan

pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan

elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai

Page 8: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat

menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan

merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi

parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).

         Psikoterapi

Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan

menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak

berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).

9.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

A.  Gambaran Radiologi

         Foto polos abdomen

         Barium enema

         Ultrasonografi ( USG )

         CT-scan dan MRI

B.     Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )

10.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

         Contoh feses ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit ) : terutama

mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.

         Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi.

         Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan

neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.

         Enema barium, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang

dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.

         Kolonoskopi : mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus.

         Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah

         ESR : meningkat karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat terjadi karena proses penyakit

inflamasi.

         Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. (Brunner & Suddarth,

2002).

Page 9: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

B.      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kolitis Ulseratif

1.    Pengkajian

1.    Identitas

1)   Identitas pasien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.

2)   Identitas penanggung jawab

Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

2.    Keluhan utama

Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,

anoreksia.

3      Riwayat kesehatan

-  Riwayat kesehatan sekarang

Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,

perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.

-  Riwayat kesehatan dahulu

Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,

lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis

penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana

pengkajian proferatif.

4.    Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

b)   Vital sign, meliputi

Page 10: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)

- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)

- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )

- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)

c)      Pemeriksaan sistem tubuh

         Sistem pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen

- Nyeri tekan pada abdomen,

- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35 x/menit) - Anoreksia

         Sistem pernafasan : Respirasi normal (16-20 x/menit).

         Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardi)

         Sistem neurologi : - Peningkatan suhu tubuh (demam)

                                                          -  Kelemahan pada anggota gerak

         Sistem integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan turgornya jelek.

         Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot dan tonus otot buruk

 

         Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare

                                                         -  Feses mengandung darah

d)     Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :

- Aspek biologi : Keletihan, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan.

- Aspek psiko : Perilaku berhati-hati, gelisah.

- Aspek sosio : Ketidakmampuan aktif dalam sosial.

Page 11: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

5.    Pemeriksaan Diagnostik

      Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.

      Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan

perdarahan mukosa disertai ulkus

      Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium

2.    Diagnosa Keperawatan

Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :

          1.      Diare berhubungan dengan proses inflamasi

          2.      Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi

          3.      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan diet,

mual,     

                dan malabsorpsi

          4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.

3.    Perencanaan

         Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi

  Definisi  :

Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

  Tujuan :

Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat

  Kriteria hasil :

-   Turgor kulit kembali normal

-   Input dan output seimbang

-   Membran mukosa lembab

Intervensi Rasional

Mandiri

-       Awasi masukan dan keluaran, karakter dan

jumlah feses, perkirakan kehilangan yang

-        Memberikan informasi tentang keseimbangan

cairan.

Page 12: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

tak terlihat misalnya berkeringat.

-       Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)

-       Observasi kulit kering berlebihan dan

membran mukosa, penurunan turgor kulit,

pengisian kapiler lambat

-       Pertahankan pembatasan per oral, tirah

baring: hindari kerja

Kolaborasi

-       Berikan cairan parenteral (infus)

-       Pemberian obat anti diare

-        Hipotensi (termasuk postural), takikardia,

demam dapat menunjukan respon terhadap dan

efek kehilangan cairan.

-        Menunjukan kehilangan cairan berlebihan

atau dehidrasi

-        Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan

dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.

-        Cairan parenteral membantu mengganti cairan

elektrolit untuk memperbaiki kehilangan

cairan.

-        Menurunkan kehilangan cairan dari usus

      Diagnosa 2 : Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan

inflamasi

  Definisi :

pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang

aktual / potensial/ digambarkan dengan istilah seperti ( International Asociation for the study of

pain ) : awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir

yang dapat diantisispasi atau dapat diramalkan dan durassinya kurang dari enam bulan

( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

  Tujuan :

Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.

  Kriteria hasil :

Page 13: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

-   Klien tampak rileks

-   Klien tidak mengeluh nyeri lagi

Intervensi Rasional

Mandiri

-       Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri,

frekuensi dan tindakan penghilang yang

digunakan.

-       Berikan pilihan tindakan nyaman : dorong

teknik relaksasi, distraksiaktifitas hiburan

Kolaborasi

-       Pemberian obat analgetik

-       Informasi memberikan data dasar untuk

mengevaluasi kebutuhan keefektifan

intervensi.

-       Meningkatkan relaksasi dan memampukan

pasien untuk memfokuskan perhatian : dapat

meningkatkan koping

-       Dapat membantu mengurangi nyeri

         Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan

pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi

  Definisi :

Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik ( Wilkson, Judith M &

Ahern,Nancy R.2009 )

  Tujuan :

Memenuhi dan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

  Kriteria Hasil :

-     Berat badan meningkat

-     Pola eliminasi kembali normal

Intervensi Rasional

Mandiri

-     Timbang berat badan tiap hari. -    Memberikan informasi tentang kebutuhan

diet atau keefektifan terapi.

Page 14: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

-     Anjurkan istirahat sebelum makan.

-     Berikan kebersihan oral.

-     Batasi makanan yang dapat menyebabkan

kram abdomen, flatus (misalnya produk

susu).

Kolaborasi

-     Pertahankan puasa sesuai indikasi.

-     Kolaborasi dengan tim gizi, untuk

Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya

cairan jernih maju menjadi makanan yang

dihancurkan. Kemudian protein tinggi, tinggi

kalori dan rendah serat sesuai indikasi.

-     Berikan obat sesuai dengan indikasi.

-     Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV

sesuai indikasi.

-    Menenangkan peristaltik dan meningkatkan

energi untuk makan.

-    Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa

makanan.

-    Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.

-    istirahat usus menurunkan peristaltic dan

diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau

kehilangan nutrisi.

-    Memungkinkan saluran usus untuk

mematikan kembali proses pencernaan.

Protein perlu untuk penyembuhan integritas

jaringan.

-    Membantu dalam mengatasi masalah

malabsorpsi nutrisi.

-    Program ini mengistirahatkan saluran GI

sementara memberikan nutrisi penting.

         Diagnosa 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan

Page 15: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

  Definisi :

Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas

sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

  Tujuan :

Mengembalikan kemampuan pasien dalam beraktivitas

  Kriteria hasil :

Klien dapat beraktivitas dengan normal kembali

Intervensi Rasional

-       Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat

pasien lakukan.

-       Memberi motivasi

-       Lakukan latihan gerakan pada pasien

-       Dapat membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhannya.

-       Motivasi akan memberi dorongan pasien

untuk dapat melakukan aktivitas kembali.

-       Mengembalikan kemampuan gerak pasien.

BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung

lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang

berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun dalam tubuh

terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding

Page 16: Makalah Gangguan Sistem Pencernaan

usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan

menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan

rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan dilakukan

pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan cairan dan psikoterapi.

B.       Saran

Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif.

Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kolitis

ulseratif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.

Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.

Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC

Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.