Makalah PBL KDB

download Makalah PBL KDB

of 13

description

BLOK 1

Transcript of Makalah PBL KDB

MAKALAH PBLBLOK 1 SEMESTER 1KAIDAH DASAR BIOETIK

OlehAnggela Tiana102013143 / Kelompok C8Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)PENDAHULUAN

I. Latar BelakangDi dalam dunia ini, kita sering menemukan masalah dalam menentukan apakahperbuatan yang kita lakukan itu baik atau buruk, benar atau salah. Apabila kita melakukansesuatu yang dianggap salah oleh masyarakat, seringkali tindakan kita tersebut dikatakantidak etis atau tidak sesuai dengan etika. Apakah etika itu? Etika berasal dari kata Yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak) yang berarti watak, kebiasaaan,, dan adat istiadat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmupengetahuan tentang azas dan akhlak.Di dalam dunia pekerjaan/profesi, tentunya sangat dibutuhkan etika itu. Di dalam dunia kedokteran kita mengenal istilah kaidah bioetik. Kaidah bioetik adalah hal paling dasar yang harus dikuasai oleh seorang dokter karena dari sanalah seorang dokter belajar bagaimana berperilaku sesuai dengan etika kedokteran. Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku dokter dalam hubungannya dengan pasien, sesama dokter, keluarga,masyarakat, dan lainnya.Dengan menerapkan kaidah bioetik secara benar, masyarakat akan lebih percaya terhadap dokter dan terhadap segala kinerja medis yang dilakukan oleh seorang dokter.

II. Latar Belakang MasalahKasus/skenario yang diberikan kali ini yaitu tentang aktivitas seorang dokter yang bernama Bagus di tempat prakteknya. Suatu pagi ia kedatangan enam orang pasien dengan keluhan yang berbeda-beda dan sifat yang berbeda-beda pula. Tentu Dokter Bagus tidak bisa menyamaratakan perlakuan yang sama kepada keenam pasiennya. Dokter Bagus bertindak dan berprilaku terhadap keenam pasiennya secara berbeda-beda namun sesuai dengan prinsip-prinsip bioetik. Namun ada juga pasien yang tidak ditangani secara benar dengan kata lain melanggar Kaidah Dasar Bioetik (KDB).

III. TujuanTujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana menjadi lebih mengerti dan memahami tentang kaidah-kaidah dasar bioetik, dimana di dalamnya terdapat prinsip-prinsip etik seperti beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice dan juga untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar bioetik beserta contoh kasusnya.

ISI

1. Pengertian BioetikBioetik atau yang dikenal juga dengan istilah bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis (F.Abel) merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Saat ini, Bioetik tidak hanya membicarakan segala hal yang berkaitan dengan bidang medis (seperti: abortus, eutanasia, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik), tetap juga membahas masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, moralitas, lingkungan kerja, hak pasien, dsb.

2. Prinsip-prinsip Dasar BioetikTerdapat 4 Prinsip yang merupakan dasar dari bioetika :

1. Prinsip Beneficence ---> tindakan dokter yang menguntungkan pasien (dalam keadaan wajar)2. Prinsip Non Maleficence ---> tindakan dokter untuk tidak memperburuk keadaan pasien (dalam keadaan wajar)3. Prinsip Autonomy --> tindakan dokter yang berdasarkan persetujuan dari pasien /pasien yang menentukan tindakan dokter (berkaitan dengan hak pasien)4. Prinsip Justice --> keadilan (berkaitan akan hak orang lain)

2.1 BeneficenceBeneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.Lebih khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat baik, menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah: Mengutamakan Alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorbanuntuk kepentingan orang lain) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia Memandang pasien/keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter Tidak ada pembatasan goal based Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang Menjamin kehidupan baik-minimal manusia Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan Memberi suatu resep berkhasiat namun murah Mengembangkan profesi secara terus menerus Minimalisasi akibat burukKaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan niatnnya untuk menolong pasien. Dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain. Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah Beneficence. 2. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke Puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pasien pertama adalah seorang ibu, datang degan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr.Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. (Paragraf 2). Dapat kita lihat bahwa dokter bagus tidak melakukan pembatasan ''goal based'' dengan tidak membatasi penangan masalah.3. Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang air besar. Setelah memeriksakan anak tersebut, dr.Bagus menyarankan agar anak tersebut di rawat di rumah sakit yang berada dikota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. ''baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu'' kata dr.Bagus. ''pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini'' kata dr. Bagus kepada pak mantri.Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 5 yaitu, paternalisme bertanggung jawab dan berkasih sayang.4. Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (Paragraf 4). Dokter bagus menjalankan prinsip Beneficence yang ke 6, yaitu menjamin kehidupan baik minimal manusia dengan memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar pasien tidek terlalu menderita.5. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter dalam menangani pasiennya.6. Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6).Dokter Bagus menjalankan prinsip Beneficence yang ke 4, 6, dan 9, yaitu mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, menjamin kehidupan baik minimal manusia, dan minimalisasi akibat buruk7. Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK ''cepat tepat'' langganannya yang berada dikota, jauh dari puskesmas. Dari Lab Klinik ini Dr.Bagus mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim kesitu. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh Rp. 300.000,-.Dari paragraf ini, dapat dilihat kalau dokter Bagus melanggar prinsip Beneficence yaitu, memandang pasien/keluarga/sesuatu hanya sejauh menguntungkan diri sendiri.8. Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien yang masih banyak. ''pak mantri tolong umumkan kepasien, saya akan istirahat makan sejenak'' kata dr.Bagus. Demikianlah kegiatan sehari-hari dr.Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi didesa tersebut.Dari paragraf ini, dokter Bagus juga melanggar prinsip Beneficence yang ke 1 yaitu, tidak mengutamakan altruisme (rela berkorban untuk kepentingan orang lain).

2.2 Non MalficenceNon-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri: Menolong pasien emergensi Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) Tidak memandang pasien sebagai obyek Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien Melindungi pasien dari serangan Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian Menghindari misrepresentasi dari pasien Memberikan semangat hidup Tidak melakukan white collar crimeKaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5). Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa akibat pendarahan.

2.3 AutonomyDalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip sebagai berikut: Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi efektif) Berterus terang Menjaga rahasia pasien Menghargai rasionalitas pasien Melaksanakan Informed Consent Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien Mejaga hubungan atau kontrak

Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari ibu tersebut 2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5). Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu sendiri.3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (Paragraf 5). Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien, apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.4. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus menerapkan prinsip ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.

2.4 JusticeKeadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri : Memberlakukan segala sesuatu secara universal Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama Menghargai hak sehat pasien (affordabillity, equality, accesibility, availability, quality) Menghargai hak hukum pasien Menghargai hak orang lain Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan) Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan Bijak dalam makroalokasiKaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :1. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5). Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.

PENUTUP

KesimpulanDari hasil pembahasan mengenai kasus-kasus yang dihadapi Dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari beberapa kasus Dokter Bagus telah menerapkan prinsip kaidah dasar bioetik, namun dalam kasus yang terakhir ia tidak menerapkannya. Prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Dokter Bagus antara lain beneficence (pasien memperoleh kepuasan tertinggi), non-maleficence (seorang dokter tidak melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien), autonomy (wajibmenghormati martabatdan hakmanusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri), dan justice (seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk semua pasiennya).Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan pasien. Ia mengutamakan kepentingan pasien. Kemudian sesuai prinsip non maleficence, dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi, dokter Bagus mengutamakan hak-hak pasien dalam mengambil keputusan tentang penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam menentukan nasibnya sendiri.Namun pada kasus terakhir Dokter Bagus tidak menerapkan prinsip kaidah dasar bioetik, ia justru melangar seluruh prinsip-prinsip dalam bioetik seperti melakukan pembatasan ''goal based'', memandang pasien hanya untuk menguntungkan dokter atau diri sendiri, dan tidak mengutamakan altruisme/ tidak rela berkorban untuk kepentingan orang lain atau pasien. Diharapkan seorang dokter dapat melaksanakan seluruh prinsip bioetik dan seluruh kasus yang dihadapinya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam bioetik, akan tercipta situasi dan hubungan yang baik antara dokter dengan pasien bahkan dengan pihak keluarga pasien.Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi pasien, sehingga terciptanya situasi yang baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Budiman & Salim, Darminto. 2013. Bahan Kuliah Blok I Modul I: WHO AM I ? Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta Barat