Makalah PBL B5

download Makalah PBL B5

of 14

description

B5

Transcript of Makalah PBL B5

Kejang Otot Sebagai Akibat Mekanisme Kerja Otot

Anggela Tiana

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731PendahuluanOtot sering dikenal juga sebagai daging tubuh yang beratnya dapat mencapai 50% dari berat tubuh. Otot ada tiga jenis yaitu: otot polos, otot jantung, dan otot rangka atau otot lurik. Dari ketiga otot tersebut, otot yang memiliki andil besar dalam pergerakan tubuh manusia adalah otot rangka. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh, mulai dari gerak yang sederhana hingga gerakan yang kompleks, dilakukan oleh otot rangka. Otot rangka yang bekerja secara sadar (dipengaruhi saraf) akan melakukan mekanisme gerak otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Untuk melakukan gerak otot dibutuhkan energi yang akan didapat dari proses metabolisme otot dengan melibatkan glukosa.Namun perlu selalu diingat bahwa otot rangka sangat mudah lelah. Kelelahan otot tersebut dapat terjadi dikarenakan penumpukan asam laktat akibat kurangnya pasokan oksigen untuk melakukan glikolisis. Banyak orang yang ketika melakukan pekerjaan yang terlalu berat, mengalami kelelahan atau kejang pada otot. Seperti pada kasus PBL kali ini, ada seorang perempuan yang tengah berlatih renang mengalami kejang pada betis kaki kanannya. Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat mengetahui jenis-jenis otot, bagaimana mekanisme kerja otot dan juga metabolisme otot, serta dapat mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot.

Sistem Muskular (Otot)Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Otot sering dikenal sebagai "daging" tubuh dan tersusun dari banyak dinding organ berongga dan pembuluh-pembuluh tubuh. Jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun dari sel-sel kontaktil yang disebut dengan serabut otot. Nantinya, melalui kontraksi, sel-sel otot akan menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.1Secara umum, otot memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: serabut mengandung banyak miofibril yang tersusun dari miofilamen -miofilamen kontraktil, nukleus sel-sel otot terbentuk dengan baik, sitoplasmanya disebut sarkoplasma, membran selnya disebut sarkolema, retikulum endoplasma halus disebut retikulum sarkoplasma, dan serabut otot dapat membesar.2

Fungsi Sistem MuskularTerdapat tiga fungsi utama dari otot, yaitu: pergerakan, penopang tubuh, dan produksi panas. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat, selain itu otot juga menopang rangka dan dapat mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi duduk maupun berdiri. Kontraksi otot secara metabolis akan menghasilkan panas yang dapat mempertahankan suhu normal tubuh.2

Ciri-ciri OtotOtot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot akan memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot dapat terjadi apabila otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa otot memiliki 4 ciri, yaitu: kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.Kontraktilitas adalah saat dimana serabut otot berkontraksi dan menegang, dalam kasus ini dapat melibatkan pemendekan otot atau juga tidak. Pemendekan yang dihasilkan akan sangat terbatas karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat. Pada eksitabilitas, serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf. Ekstensibilitas, serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks. Sementara, elastisitas, serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.2

Jenis-jenis OtotBerdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan atau digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu: otot polos, otot rangka, dan otot jantung.2 Proses dasar kontraksi pada ketiga jenis otot tersebut serupa namun terdapat perbedaan yang penting, perbedaan-perbedaan tersebut akan dibahas dibawah ini.

Otot PolosOtot polos adalah otot yang tidak berlurik dan kerjanya involunter (tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi dasar.2Otot polos memiliki ciri-ciri: serabut ototnya berbentuk spindel dengan panjang yang bervariasi, satu sel otot polos mengandung satu nukleus yang terletak di tengan (sentral), bekerja secara tidak sadar, kontraksinya kuat dan lamban, serta tidak mudah lelah.2 Jenis otot ini dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan saraf (meskipun dibeberapa tempat di bawah pengendalian saraf otonimik/tak sadar).- Secara fisiologi, otot polos sangat berbeda dengan otot rangka. Kontraksinya lambat namun tahan lama, otot polos juga dapat memendek sampai seperempat panjangnya dan dapat membangkitkan kekuatan.3

Gambar no 1. Gambaran Mikroskopik dari Otot Polos4

Otot JantungSeperti namanya, otot jantung hanya ditemukan pada jantung. Otot ini bergaris atau memiliki lurik seperti pada otot lurik. Perbedaannya adalah bahwa serabutnya bercabang dan saling bersambung satu sama lain. Otot jantung memiliki kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa tergantung pada ada atau tidaknya rangsangan saraf.4 Ciri lain dari otot jantung adalah nukleusnya yang terletak di tengah dan panjangnya yang berkisar antara 85 mikron sampai 10 mikron dan diameternya sekitar 15 mikron, serta bekerja secara tak sadar.2

Gambar no 2. Gambaran Mikroskopik dari Otot Jantung4

Otot Lurik/ Otot RangkaOtot Lurik atau otot rangka merupakan otot volunter (bekerja secara sadar). Otot rangka melekat pada rangka tubuh dan bertanggung jawab untuk pergerakan. Satu serabut panjangnya berkisar antara 10mm sampai 40mm. Jumlah nukleus banyak dan dapat ditemukan di bawah sarkolema pada bagian perifer sel (bagian tepi sel). Kontraksi otot rangka lebih cepat dan kuat namun mudah lelah.2Lurik yang terdapat pada otot rangka disebabkan oleh struktur protein yang membentuk otot. Protein ini disebut aktin dan miosin. Nantinya, apabila otot berkontraksi, gambaran lurik akan menyempit dan ini diperkirakan karena gerakan relatif satu protein terhadap protein yang lainnya (teori pergeseran filamen - sliding filament).5Otot lurik dikendalikan oleh otak yang sangat cepat reaksinya terhadap berbagai jenis rangsangan seperti dingin, panas, angin, arus listrik, dll. Tiap otot mempunyai dua atau lebih tendon yang melekat di tulang. Tendon yang melekat di tulang yang tidak bergerak disebut tendon origo, sementara tendon yang melekat di tulang yang akan digerakkan disebut tendon insertio.6

Gambar no 3. Gambaran Mikroskopik dari Otot Rangka4

Otot-otot Ekstremitas InferiorOtot-otot yang ada di tubuh bagian bawah dibagi menjadi 4 yaitu:Otot-otot pangkal pahaOtot pangkal paha disusun oleh otot yang sama dengan otot pelvis dan otot yang melekat pada os femoris dan gelang panggul, diantaranya: otot-otot pangkal paha bagian dalam (M.psoas major, M.psoas minor, M.liacus), otot-otot pangkal paha bagian luar (M.gluteus maximus, M.gluteus minimus, M.gluteus medius, M.piriformis, M.obturator internus, Mm.gemelli superior et inferior, M.quadratus femoris)Otot-otot tungkai atas (M.tensor fasciae latae, tractus iliotibialis, M.vastus lateralis, M.biceps femoris)Otot-otot tungkai atas dibagi atas: Mm.extensor sendi lutut/paha ventral (M.sartorius, M.quadriceps femoris, M.articularis genus), Mm.adductor femoris/paha medial (M.pectineus, M.adductor longus, M.gracilis, M.adductor brevis, M.adductor magnus, M.adductor minimus), Mm.flexor sendi lutut/paha dorsal (M.biceps femoris, M.semitendinosus, M.semimembranous).Otot-otot tungkai bawah Otot-otot tungkai bawah dibagi atas: otot-otot flexor (lapisan dangkal: M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, lapisan dalam: M.popliteus, M.flexor digitorum longus, M.tibialis posterior, M.flexor hallucis longus), otot-otot extensor (M.tibialis anterior, M.extensor digitorum longus, M.extensor hallucis longus, M.peroneus tertius).Otot-otot kakiOtot-otot kaki dibagi atas: otot-otot dorsum pedis (M.extensor digitorum brevis, M.extensor hallucis brevis), otot-otot planta pedis (otot-otot jari kaki I: M.abductor hallucis, M.flexor hallucis brevis, M.adductor hallucis, otot-otot jari kaki V: M.abductor digiti quinti, M.flexor digiti quinti brevis, M.opponens digiti quinti, otot-otot ruang tengah kaki: M.flexor digitorum brevis, M.quadratus plantae, M.lumbricales, Mm.interossei plantares, Mm.interossei dorsales).Saat melakukan aktivitas olahraga renang, otot-otot yang bekerja adalah otot-otot diseluruh tubuh. Namun secara khusus, kegiatan renang lebih banyak disokong oleh otot-otot yang berada didaerah ekstremitas bawah. Saat terjadi kejang, otot yang berkontraksi adalah otot gastrocnemius.7

Gambar no 4. Otot-Otot Ekstremitas Bawah8Mekanisme Kerja OtotOtot rangka melakukan kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Akibat dari aktivitas kontraksi dan relaksasi ini, akan timbul pergerakan pada rangka tubuh. Otot tidak pernah bekerja sendiri, walaupun hanya untuk melakukan gerak paling sederhana. Misalnya saja saat mengambil pensil, memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan, siku, bahu dan mungkin juga batang tubuh ketika membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis harus rileks untuk menghasilkan gerakan yang halus. Kerja harmonis otot-otot disebut koordinasi otot.5Tentu saja, kerja otot tidak lepas dari peran saraf. Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek yaitu saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot menuju ke saraf pusat, sementara saraf motorik membawa impuls ke serat otot dari saraf pusat untuk memicu kontraksi otot. Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam komu anterior substansia grisea dalam medula spinalis.1

Kontraksi OtotKontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik, dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls sampai ke sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetilkolin yang kemudian akan dilepaskan ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika asetilkolin yang dilepaskan menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot.

Gambar no 5. Proses Kontraksi Otot5Proses ini kemudian diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ (kalsium) yang berada diantara sel otot. Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan merangsang kegiatan protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan membentuk aktomiosin. Aktin dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot memendek dan terjadilah peristiwa kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran filamen (sliding filamen) yang berujung pada peristiwa kontraksi.

Gambar no 6. Teori Pergeseran Filamen5

Relaksasi OtotApabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila pemberian rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi pada sel otot mirip dengan proses repolarisasi pada sel saraf.Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin telah habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion kalsium kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi berikatan dengan troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah, terjadilah relaksasi.2

Mekanisme Penyediaan Energi pada Kerja Berat dan RinganKontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah satu tiga sumber, yaitu: Kreatinin fosfat (creatinine phosphate, CP) yang disimpan di ototFosforilasi oksidatif bahan makanan yang disimpan di atau dikirimkan ke ototGlikolisis aerob maupun anaerobCP + ADP = C + ATPKeletihan otot terjadi apabila penggunaan ATP di otot menjadi berlebihan. Ketika otot pertama kali mulai berkontraksi, otot mulai menggunakan simpanan CP-nya untuk mendorong kontraksi. CP mengandung molekul fosfat energi tinggi yang dipindahkan ke ADP untuk menghasilkan ATP.9Sumber ATP ini cepat diakses, tetapi dibatasi oleh jumlah CP yang terdapat di sel pada permulaan kontraksi. Setelah beberapa detik, otot mulai mengandalkan sebagian besar fosforilasi oksidatif. Sumber energi untuk fosforilasi oksidatif adalah glikogen yang disimpan di otot dalam suplai darah. Sumber energi ini tersedia selama 30 menit lebih, bergantung pada intensitas kontraksi. Apabila intensitas olahraga sangat tinggi, atau durasinya sangat lama sehingga pasokan oksigen tidak mencukupi, maka otot mulai semakin mengandalkan glikolisis anaerob (tanpa oksigen). Akan tetapi, apabila kerja yang dilakukan otot tidak terlalu berat, serabut otot dapat memenuhi energinya dengan proses aerob (dengan oksigen).Proses aerob dialami saat otot sedang berelaksasi. Pada proses ini, karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. Glukosa yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikonversi menjadi glikogen dan disimpan di hati serta otot. Selama oksidasi, glikogen akan menjadi karbondioksida dan air, serta terbentuk 36 adenosin trifosfat (ATP). Nantinya, apabila otot hendak melakukan kontraksi, ATP akan diubah menjadi adenosin difosfat (ADP). Hasil sampingan dari proses ini adalah asam laktat.5Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, apabila kerja otot terlalu keras, akan menyebabkan pasokan oksigen berkurang sehingga penghasilan energi harus melewati proses anaerob (tanpa oksigen). Pada proses ini, selain ATP yang dihasilkan 18x lebih sedikit (2 ATP), proses anaerob menghasilkan lebih banyak asam laktat. Karena oksigen tidak mencukupi, asam laktat akan menumpuk dan berdifusi ke dalam cairan darah. Otot yang menggunakan glikolisis anaerob sebagian besar produksi ATP-nya dengan cepat mengalami keletihan. Keletihan otot dapat diperkirakan secara eksperimental akibat deplesi glikogen yang disimpan di otot. Asam laktat adalah produk sampingan glikolisis anaerob dan dapat ditimbun di otot.5Keberadaan asam laktat didalam cairan darah akan merangsang pusat pernapasan sehinggan frekuensi dan kedalaman napas meningkat. Hal ini akan terus berlangsung, sampai jumlah oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna dengan mengubahnya glikogen. Oksigen ekstra yang dibutuhkan untuk membuang tumpukan asam laktat disebut oxygen debt.2

Mekanisme Fatigue (Kelelahan Otot)Kontraksi merupakan fungsi terpenting dari otot. Hal ini berkaitan dengan penggunaan adenosin triphosphate (ATP) sebagai energi kontraksi. Mekanisme kontraksi otot berlangsung melalui daur reaksi yang kompleks. Secara singkat terjadinya kontraksi otot juga dapat dijelaskan melalui teori pergeseran filamen (sliding filament theory). Pada saat otot secara aktif memendek, aktin dan miosin akan mengalami interaksi. Jumlah filamen aktin dan miosin akan mempengaruhi panjang sarkomer dan juga panjang otot secara total. Tiap serabut aktin mempunyai molekul permukaan yang disebut tropomiosin dan troponin. Molekul tersebut terdapat pada filamen aktin yang merupakan bagian yang aktif. Jika otot tidak berkontraksi, bagian aktif ini diselubungi oleh tropomiosin.Jika mendapatkan stimulus akibat impuls saraf motorik melalui motor endplate (neuromuscular junction) dan melalui proses depolarisasi dan pelepasan asetilkolin, akan keluar ion kalsium dari retikulum sarkoplasma, yang menyebabkan terjadinya cross bridge aktin dan miosin dalam jumlah yang banyak untuk menimbulkan kontraksi.Keseluruhan proses ini membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang disimpan dalam kepala miosin. Secara jelasnya dapat diterangkan tahapan kontraksi otot hingga relaksasi sebagai berikut:Pada neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju reseptor dalam sarkolema.Hasil perubahan potensial transmembran dari serabut otot akan menghasilkan potensial aksi yang menyebar melintasi seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T.Retikulum sarkoplasma melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer.Ion kalsium berikatan dengan troponin dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponin-tropomiosin yang terlihat pada bagian yang aktif dari aktin. Myosin cross bridge terbentuk pada saat kepala miosin berikatan dengan bagian aktif.Kontraksi otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari cross bridge binding. Siklus ini terjadi dengan adanya hidrolisa ATP. Proses ini menimbulkan pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot.Potensial aksi dibangkitkan dengan pemecahan asetilkolin oleh asetilkolinesterase.Retikulum sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga konsentrasi ion kalsium dalam sarkoplasma menurun.Saat konsentrasi ion kalsium mendekati fase istirahat (normal), kompleks troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi awal. Perubahan ini menyebabkan kembalinya bagian aktif dan mencegah interaksi cross bridge lebih lanjut.Tanpa interaksi cross bridge, maka pergeseran filamen lebih lanjut tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti.Relaksasi otot akan terjadi dan otot akan kembali secara pasif pada resting-length.Selama ATP tersedia, daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keadaan kontraksi, ATP yang tersedia di dalam otot akan habis terpakai dalam waktu kurang dari 1 detik. Oleh karena itu ada jalur metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP dengan bantuan kreatin kinase akan segera menjadi kreatin fosfat. Persedian kreatin fosfat ini hanya cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP diperoleh dari fosforilasi oksidatif. Meskipun otot-otot mampu berkontraksi secara cepat, tetapi karena ATP yang dihasilkan dari glikolisis terbatas, maka kerja otot hanya mampu berlangsung dalam waktu yang singkat dan selanjutnyanterjadi fatigue.Jadi fatigue merupakan keadaan otot yang mengalami penurunan kemampuan berkontraksi, karena suplai oksigen dalam sel otot menurun. Penurunan suplai oksigen akan menyebabkan ATP yang dibutuhkan untuk tenaga kontraksi tidak dapat disintesa. Demikian pula karena terbentuknya asam laktat dan sisa metabolik lainnya menghalangi fungsi neuromuskular. Selanjutnya waktu untuk pemulihan dengan cara meningkatkan konsumsi oksigen. Keadaan ini berlangsung sampai dicapai jumlah ATP yang cukup untuk kontraksi lagi, dan sisa metabolik kembali berada pada tingkat yang normal.5

Faktor yang Berperan pada Proses Kelelahan OtotKelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus; meningkat; atau berlangsung dalam waktu lama, asam laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi) berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka otot dapat kehabisan energi (ATP). Otot tidak memiliki waktu yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus berlangsung hal demikian, maka produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob. Produksi dengan cara anaerob akan membuat penimbunan asam laktat semakin banyak. Asam laktat yang merupakan hasil sampingan peristiwa dari pemecahan glikogen dapat menyebabkan pegal linu dalam otot ataupun dapat menyebabkan kecapaian otot. Kecapaian atau kelelahan otot biasanya ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas dan juga lelah.Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang ada di hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah kembali menjadi glukosa oleh enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi penimbunan asam laktat adalah dengan menambah pasokan oksigen ke dalam darah. Kebutuhan oksigen yang tinggi akan mengakibatkan seseorang bernapas dengan terengah-engah.2

Pembahasan SkenarioDidalam skenario G, seorang anak perempuan berusia 16 tahun tengah berlatih renang untuk perlombaan. Tiba-tiba ia menjerit minta tolong. Seorang penjaga kolam renang datang dan segera menolong anak tersebut dan membawanya ke tepi kolam. Ternyata ia mengalami kejang pada betis kanannya. Dengan sigap penjaga kolam memegang kaki kanan si anak dan mendorong telapak kaki kanannya kearah dorsal selama 2 menit. Dari skenario tersebut, dapat kita ketahui bahwa pokok permasalahannya adalah anak perempuan berusia 16 tahun mengalami kejang pada betis kanan saat berenang.Berdasarkan materi yang telah disampaikan diatas, kejang pada betis kanan anak tersebut, dikarenakan terjadinya kelelahan otot. Kelelahan otot yang dialami oleh anak perempuan ini dikarenakan kontraksi yang terus-menerus. Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi) berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka otot dapat kehabisan energi (ATP).Kerja yang terlalu berat pada otot, membuat otot tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan ATPnya dengan cara aerob. Maka untuk menghasilkan ATP, otot akan melakukannya dengan jalan anaerob yang justru memberikan lebih banyak hasil sampingan asam laktat, yang kemudian menjadi penyebab kelelahan otot.Serangan kram akan menyebabkan kontraksi yang membuat otot memendek, terapi ke arah berlawanan dengan serangan kram akan membantu membuat otot kembali memanjang, namun harus dilakukan dengan perlahan karena gesekan secara paksa/terlalu keras dan tiba-tiba dapat berisiko merobek serabut otot itu.

Kesimpulan Kejang yang terjadi pada kasus, dikarenakan terjadinya kelelahan otot. Kelelahan otot yang dialami perempuan ini dikarenakan kontraksi yang terjadi secara terus menerus yang tidak diikuti dengan proses relaksasi atau kembali kekeadaan semula. Kelelahan otot juga terjadi karena tidak ada cukup waktu istirahat dan kerja otot yang terlampau berat. Dengan demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa kejang otot terjadi karena kontraksi yang terjadi secara terus menerus yang dialami perempuan dalam kasus, diakibatkan karena kelelahan otot dapat dibenarkan.

Daftar Pustaka1. Cambrigde Communication Limited. Anatomi fisiologi: sistem lokomotor dan penginderaan. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.13.2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.3. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Ed 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.236-7.4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006. h.15-7.5. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.6. Handoko P. Pengobatan Alternatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008.h.118.7. Pangkalan Ide. Seri diet korektif: diet atkins. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007.h.201.8. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia: sobotta (jilid 2). Ed 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.308-9.9. Cowin JE. Buku saku patofisiologi. Ed 3 (rev). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.320-1.1