Makalah Konstruktivisme

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam interaksi tersebut, proses perubahan perilaku terjadi akibat dari pengalaman dan latihan. Tentu saja hal tersebut tak lepas dari peran seorang guru. Guru merupakan elemen penting dalam setiap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Maksud dari kata efektif disini yakni, guru diharapkan menerapkan teori, metode, media, maupun teknik komunikasi yang sesuai dan tepat kepada peserta didik. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika 1

description

Makalah Konstruktivisme

Transcript of Makalah Konstruktivisme

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangPembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam interaksi tersebut, proses perubahan perilaku terjadi akibat dari pengalaman dan latihan. Tentu saja hal tersebut tak lepas dari peran seorang guru.

Guru merupakan elemen penting dalam setiap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. Maksud dari kata efektif disini yakni, guru diharapkan menerapkan teori, metode, media, maupun teknik komunikasi yang sesuai dan tepat kepada peserta didik.

Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.

Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.Berdasarkan uraian di atas, nampaknya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat membuat peserta didik belajar aktif dan mandiri. Peserta didik akan membagun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan yang kompleks. Dan dengan bantuan guru, peserta didik bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah konsep konstruktivisme?

2. Teori apa saja yang menjelaskan tentang konstruktivisme?3. Bagaimanakah penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran?

C. TujuanAdapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.1. Untuk mengetahui konsep konstruktivisme.2. Untuk mengetahui teori konstruktivisme.

3. Untuk mengetahui penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran.BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep KonstruktivismeKontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukan hal yang statis, tetapi suatu proses menjadi tahu. Misalnya, pengetahuan mengenai kucing, tidak sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses. Pada pertama kali melihat kucing kita memperoleh pengetahuan dengan melihat dan menjamah. Pada kesempatan lain, kita bertemu dengan kucing lain. Interaksi dengan macam-macam kucing akan menjadikan pengetahuan kita tentang kucing menjadi lebih lengkap dan rinci. Hal ini terjadi secara terus menerus.

Konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.

Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Siswa perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha siswa itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk siswa.

Gagasan Konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan siswa (Mind as inner individual representation)

2. Siswa mengkonstruksi sendiri skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap individu akan memiliki, skema kognitif, kategori, kosep, dan struktur yang berbeda. Dalam hal ini proses abstraksi dan refleksi seseorang akan sangat berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan (Reflection/Abstraction as primary)

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individu siswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, apabila konsep yang baru diterima itu dapat dikaitkan atau dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Dengan demikian maka penegtahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap siswa (Knowledge as residing in the mind).

4. Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaannya itu merupakan interpretasi individual mahasiswa terhadap pengalaman yang telah dialaminya (Meaning as intenally constructed). Perampatan (abstraksi) makna merupakan proses negosiasi di dalam individu mahasiswa dengan pengalamannya melalui interaksi dalam proses belajar mengajar (menjadi tahu) (Learning and teaching as negotiated construction of meaning).Menurut prinsip konstruktivisme, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator, dapat menerima dan menghormati upaya-upaya siswa untuk membentuk suatu pengertian baru, sehingga dapat menciptakan berbagai kemungkinan untuk siswa berkreasi :

1. Membebaskan siswa dari beban ikatan beban kurikulum dan membolehkan siswa untuk berfokus pada ide-ide yang menyeluruh (big concepts)

2. Memberikan kewenangan dan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minatnya, mecari keterkaitan, mereformulasikan ide, dan mencapai kesimpulan yang unik.

3. Berbagi informasi dengan siswa tentang kompleksitas kehidupan di mana terdapat berbagai perspektif, dan kebenaran merupakan interpretasi orang per orang.

4. Mengakui bahwa belajar dan proses penilaian terhadap belajar merupakan hal yang tidak mudah untuk dikelola, karena banyak hal yang tidak kasat mata, tetapi lebih kepada rasionalitas individu..

Pembelajaran model konstruktivisme tentunya memiliki ciri khas tersendiri. Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu:

1. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa

2. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa

3. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa

4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa

5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari

6. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki

7. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi

8. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama

9. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa

10. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancer

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

7. Mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Pembelajaran menurut konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.

1. Berfikir

Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.

2. Faham

Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

3. Ingat Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4. Kemahiran sosial Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

5. Seronok Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.

B. Teori Konstruktivisme1. Jean Piaget

Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.2. Teori Vigosky

Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).Berdasarkan paparan mengenai kedua tokoh di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual ke interaksi sosial. Dalam pendekatan kontrukstivisme Piaget, peserta didik mengontruksi pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dan informasi sebelumnya. Vygotsky menekankan peserta didik mengontruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi pengetahuan dipengaruhi oleh kultur dimana peserta didik tinggal, seperti bahasa, keyakinan, dan keterampilan

C. Penerapan Konstruktivisme dalam PembelajaranProses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.1. Peranan siswa.

Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

2. Peranan guru.Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.

3. Sarana belajar.Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

4. Evaluasi.Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pebelajar. Pengusaaan berbagai metode mengajar, dapat diplikasikan oleh guru setiap kali guru tersebut melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru yang kaya akan metode mengajar, niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap pertemuannya. Konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon

Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi

Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yan sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya

Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi

Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif

Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama (Mohammad Asrori, 2008).Berbeda dengan Mohammad Asrori, Agus Suprijono (2013) menggambarkan penerapan teori kontruktivisme dalam pembelajaran, yaitu antara lain sebagai berikut.

1. Orientasi

Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada peserta didik memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.

2. Elicitasi

Elicitasi merupakan fase untuk membantu peserta didik menggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik.

3. Restrukturisasi ide

Pada fase ini, peserta didik melakukan klarifikasi ide kepada orang lain atau teman dalam diskusi. Jika ide yang disampaikan peserta didik bertentangan dengan ide dari teman diskusinya atau ide yang disampaikan tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-temannya, maka peserta didik tersebut akan membangun ide baru. Kemudian dilakukan evaluasi ide barunya tadi dengan eksperimen atau suatu percobaan atau persoalan yang baru.

4. Aplikasi ide

Ide yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi.

5. Review

Fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.

Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:

1. Pengenalan

Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, guru perlu mencermati melalui penilaian prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara benar.

2. Pembelajaran kompetensi

Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.

3. Pemulihan

Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan pengayaan.

4. Pendalaman

Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan guru. Strategi pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.

5. Pengayaan

Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya untuk meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanBelajar menurut pandangan kontruktivisme adalah, pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan kemandirian peserta didik untuk membagun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan yang kompleks, serta peserta didik mampu mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.

Teori kontruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad ke-20, yang kemudian dikenal dengan kontruktivisme kognitif. Kemudian dikembangkan lagi oleh Vigotsky yang dikenal dengan kontruktivisme sosial. Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual ke interaksi sosial. Dalam pendekatan kontrukstivisme Piaget, peserta didik mengontruksi pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dan informasi sebelumnya. Vygotsky menekankan peserta didik mengontruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi pengetahuan dipengaruhi oleh kultur dimana peserta didik tinggal, seperti bahasa, keyakinan, dan keterampilan.

Peran guru dalam pengembangan pembelajaran berbasis teori kontruktivisme adalah (1) memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah peserta didik mampu menyelesaikan masalah dari tugas yang dihadapi. (2) Memotivasi peserta didik, menganalisa performanya, dan memberikan umpan balik tentang kinerja mereka.

B. Saran Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.

Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.

Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif mengelola kelas.

Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didikDAFTAR PUSTAKA

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning; Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Anggai, Sajarwo. Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. http://sajarwo87.wordpress.com/2012/02/27/teori-belajar-konstruktivistik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/Wibawa, Wigih Adi. Teori Belajar Konstruktivisme. http://wiare.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html

1