Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

download Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

of 32

Transcript of Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    1/32

    MATEMATIKA DAN KONSTRUKTIVISME

    TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

    Disusun Oleh Kelompok 12:

    Imama Sabilah (12030174038)

    Kartika Nur Rahmawati (12030174044)Novatama Adi Nugraha (12030174050)

    PENDIDIKAN MATEMATIKA 2012C 

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    2015

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    2/32

    i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... i 

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii 

    PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 

    A. 

    Latar Belakang ............................................................................................... 1 

    B.  Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 

    C. 

    Tujuan ............................................................................................................ 2 

    PEMBAHASAN ................................................................................................... 3 

    A.  Teori Konstruktivisme Vygotsky ................................................................... 3 

    B. 

    Hubungan Konstruktivisme dengan Beberapa Teori Belajar ........................ 6 

    C.  Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Belajar ..................................... 9 

    D.  Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Mengajar ............................... 14 

    E. 

    Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Persekolahan .................................... 22 

    F.  Perbandingan Antara Teori Behaviorisme dan Konstruktivisme ................ 25 

    KESIMPULAN ................................................................................................... 28 

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29 

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    3/32

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat

    dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah matematika dan

    konstruktivisme ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun bertujuan untuk

    melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Dengan

    menggunakan beberapa sumber, makalah ini telah disusun secara sistematis untuk

    mempermudah pemahaman terhadap isi.

    Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Tatag Yuli Eko

    Siswono selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, teman — 

    teman kelompok 12 dan bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam

     penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa manusia mempunyai

    keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat

    diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini. Maka dari

    itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga

    makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat berfungsi sebagaimana

    mestinya.

    Surabaya, Mei 2015

    Penulis

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    4/32

    1

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan

    terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah

    konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini dimaksudkan agar

     pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada

    sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Ilmu

    matematika sering dianggap sebagai sesuatu yang abstrak. Pembelajaran di

    kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

    sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi

    langsung kepada benda benda konkret. Seorang guru perlu

    memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak

    demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep

    yang benar, bahkan dapat memunculkan kesulitan belajar selanjutnya.

    Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasangagasan

     pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah

    konsepsikonsepsi siswa yang sudah ada dan dimana ada kemungkinan

    konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu

    siswa dalam membangun konsepsi tersebut agar lebih matang. Oleh karena

    itu, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana sebenarnya matematika dan

    konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam

    membangun pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang

    dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran matematika

    karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan

     pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya

    seharihari.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    5/32

    2

    B.  Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.

    1. 

    Apa teori konstruktivisme Vygotsky?

    2. 

    Bagaimana hubungan konstruktivisme dengan beberapa teori belajar?

    3.  Bagaimana implikasi konstruktivisme terhadap proses belajar?

    4. 

    Bagaimana implikasi konstruktivisme terhadap proses mengajar?

    5.  Bagaimana pengaruh konstruktivisme terhadap persekolahan?

    6.  Apa perbandingan antara teori behaviorisme dan konstruktivisme?

    C.  Tujuan

    Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.

    1.  Mendeskripsikan pandangan belajar teori konstruktivisme Vygotsky

    2.  Menggambarkan bagaimana hubungan konstruktivisme dengan

     beberapa teori belajar

    3. 

    Menggambarkan bagaimana implikasi konstruktivisme terhadap

     proses belajar

    4.  Menggambarkan bagaimana implikasi konstruktivisme terhadap

     proses mengajar

    5.  Menggambarkan bagaimana pengaruh konstruktivisme terhadap

     persekolahan

    6.  Mendeskripsikan perbandingan antara teori behaviorisme dan

    konstruktivisme

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    6/32

    3

    PEMBAHASAN

    A.  Teori Konstruktivisme Vygotsky

    Vygostsky adalah seorang sarjana Hukum, lulus dari Universitas

    Moskow pada tahun 1917, kemudian beliau melanjutkan studi dalam

     bidang filsafat, psikologi, dan sastra pada fakultas Psikologi Universitas

    Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun 1925 dengan judul

    disertasi “The Psychology of Art”. Dengan latar belakang ilmu yang

    demikian banyak, beliau memberikan inspirasi pada perkembangan

    teknologi pembelajaran, bahasa, psikologi pendidikan, dan berbagai teori

     pembelajaran. Vygotsky wafat pada tahun 1934. Vygotsky menekankan

     pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam  pembelajaran. Lingkungan

    sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan,  termasuk pengalaman

    dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan,

     perolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan

    kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi. Vygotsky

    menekankan pada pentingnya hubungan  antara individu dan lingkungan

    sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa

    interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan  orang lain

    merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan  kognitif

    seseorang.

    Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi  secara

    efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak  

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    7/32

    4

    lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung( supportive), dalam 

     bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Dengan

    hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pengamat dalam

    dunia pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran kooperatif,

    model pembelajaran  peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan

    model pembelajaran problem posing . Konstruktivisme menurut pandangan

    Vygotsky menekankan pada   pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat

    fungsi mental yang lebih tinggi bergerak   antara inter  psikologi

    (interpsychological) melalui interaksi sosial dan intra psikologi 

    (intrapsychological) dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai 

    transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu

    antara inter  psikologi(antar orang) dan intra psikologi(dalam diri

    individu).  Berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky

    mengemukakan dua ide; Pertama, bahwa perkembangan intelektual siswa

    dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman

    siswa(van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000), Kedua, Vygotsky

    mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem

    tanda( sign system) setiap individu yang selalu berkembang(Ratner dalam

    Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah simbolsimbol yang secara budaya

    diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan

    memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem tulisan, dan sistem

     perhitungan.

    Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, dimana

    keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika

    konsepsi — konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu

     proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi — informasi

     baru, adanya hakikat sosial dalam belajar, dan saran untuk menggunakan

    kelompok  — kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang

    heterogen. Menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi,

    termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengarahkan memori dan atensi

    untuk tujuan tertentu serta kemampuan untuk berfikir dalam simbol — 

    simbol adalah perilaku yang memerluka bantuan media. Dalam

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    8/32

    5

     pembelajaran dengan bantuan, atau assisted learning , guru adalah agen

     budaya yang memandu pengajaran sehingga siswa akan menguasai secara

    tuntas keterampilan  keterampilan yang memungkinkan fungsi kognitif

    yang lebih tinggi. Dalam penerapan seharihari,  scaffolding   termasuk

     pemberian kepada siswa bantuan yang lebih terstruktur pada awal

     pelajaran dan secara bertahap mengaktifkan tanggung jawab belajar

    kepada siswa untuk bekerja atas arahan diri mereka sendiri. Sebagai

    contoh siswa dapat diajarkan membuat pertanyaan sendiri tentang materi

    yang telah mereka baca.  Scaffolding   erat kaitannya dengan pemagangan

    kognitif; pekerja yang telah berpengalaman saat bekerja dengan pemagang

    lazim melibatkan mereka dengan tugas-tugas kompleks dan mengurangi

     pemberian saran dan bimbingan kepada mereka secara tahap demi tahap.

    Empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori Vigotsky

    Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat

     prinsip sesuai tertera dalam(Slavin, 2000: 256) yaitu:

    1.  Pembelajaran Sosial

    Terdapat penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran, yaitu

    siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman

    sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, hasil belajar serta

     proses berfikir siswa menjadi terbuka.

    2.  Zona Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development) 

    Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam

    zona perkembangan terdekat mereka. Misalnya, seorang anak

    dalam kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas untuk

    menemukan median dari suatu himpunan bilangan tetapi dapatmenemukannya dengan bantuan anggota kelompok yang lain. Ini

     berarti anggota kelompok yang lain itu berada pada tingkat kognitif

    sedikit lebih tinggi dan tugas tersebut tepat berada di dalam zona

     perkembangan anak itu.

    3.  Pemagangan Kognitif (Cognitive Apprenticeship) 

    Proses dimana seorang siswa yang sedang belajar secara tahap

    demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    9/32

    6

    seorang pakar, yang mana pakar tersebut bisa orang dewasa atau

    orang yang lebih tua atau teman sebaya yang lebih tinggi

     pengetahuannya. Misalnya, pada saat pembelajaran geometri di

    kelas, dibentuk kelompok pembelajaran kooperatif heterogen. Dari

    sini, siswa yang telah mahir mengkonstruksikan bangun geometri

    untuk membantu siswa lain dalam kelompoknya yang kurang

    mahir dalam menyelesaikan tugas — tugas kompleks.

    4.  Scaffolding (Mediated Learning) 

    Hal penting dalam pemikiran konstruktivis dimana seorang

    siswa seharusnya diberi tugas — tugas kompleks, sulit, dan realistik

    dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan

    tugas — tugas tersebut bukan diberikan informasi sepenuhnya

    terlebih dahulu. Tugas — tugas yang autentik biasanya dikenal

    dengan istilah  situated learning untuk mendeskripsikan

     pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Misalnya,

     Seorang mahasiswa yang diwajibkan untuk menulis proposal

    PKM, kemudian dosen pembimbing hanya memberi bantuan

    secukupnya. Setelah itu, karya tersebut dipresentasikan pada dewan

     juri yang menilai.

    Metode konstruktivis dan metode berpusat pada siswa yang baik

    salah satunya adalah pengajaran terbalik atau reciprocal teaching . Metode

    ini digunakan untuk membantu siswa yang rendah hasil belajarnya dalam

     belajar membaca pemahaman, melibatkan guru bekerja dengan kelompok

    kecil siswa. Pendekatan ini terutama dirancang dengan mula

    mula gurumemberi contoh pertanyaan pertanyaan yang dapat ditanyakan siswa pada

    saat mereka membaca, namun kemudian siswa segera diminta untuk

    dijawab sesama teman.

    B.  Hubungan Konstruktivisme dengan Beberapa Teori Belajar

    Secara umum, prinsip prinsip konstruktivisme yang dapat diambil

    diantaranya adalah (1)pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri,

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    10/32

    7

    (2)pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,(3)murid aktif

    mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep

    menuju ke konsep yang lebih rinci,(4)guru sekedar membantu

    menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan

    mulus. Inti teori ini berkaitan dengan dengan beberapa teori belajar seperti

    teori perubahan sikap, teori belajar bemakna Ausubel, dan teori skema.

    Teori Perubahan Konsep

    Dalam penelitiannya, Vygotsky membedakan dua macam konsep:

    konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh siswa dari

    kehidupan seharihari dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajran di

    sekolah. Kedua konsep itu saling berhubungan terus menerus. Apa yang

    dipelajari siswa dalam sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang

    diperoleh dalam kehidupan seharihari dan sebaliknya. Perbedaan yang

    mencolok dari kedua konsep itu adalah ada atau tidak adanya sistem.

    Konsep spontan didasarkan kejadian khusus dan tidak merupakan bagian

    yang bertalian secara logis dari suatu pemikiran, sedangkan konsep ilmiah

    disajikan sebagai suatu bagian dari sistem. Menurut Howe, konsep spontan

    itu, meski tidak cocok sebagai sebagai penjelasan atas persoalan yang

    lebih luas, kerap kali cocok untuk penalaran siswa dalam persoalan yang

    lebih sempit.

    Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori konstruktivis

    dalam arti bahwa dalam proses pengetahuan seseorang mengalami

     perubahan konsep. Pengetahuan seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan

    merupakan proses perkembangan yang terus menerus. Dalam

     perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubahkonsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan

    dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses

     perubahan terjadi bila se pelajar aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

    Dalam banyak penelitian, diungkapkan bahwa teori perubahan

    konsep ini dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme,

    yang menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang

     belajar, dan teori perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    11/32

    8

    mengalami perubahan yang terus menerus. Konstruktivisme membantu

    untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak

    tepat. Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan

    siswa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori

     perubahan konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar

    menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep

    yang kuat pada murid.

    Teori Belajar Bermakna Ausubel

    Menurut Ausabel, Novak, dan Hanesian(1978), ada dua jenis

     belajar: (1) belajar bermakna (meaningful learning ) dan (2) belajar

    menghafal (rote learning ). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar

    dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang

    sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi

     bila pelajar mencoba menghubungkan fenomen baru ke dlam struktur

     pengetahuan mereka. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang

    memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali

    tidak berhubungan dengan apa yang telah ia ketahui.

    Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok

    konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar

    mengasosiasikan pengalaman, fenomen, dan fakta-fakta baru ke dalam

    sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya

    asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah

    dipunyai siswa.

    Teori Skema

    Menurut teori skema, pengetahuan itu disimpan dalam suatu paketinformasi yang terdiri dari konstruksi gagasan kita. Skema suatu objek

    atau kejadian memuat atribut yang menjelaskan objek tersebut. Setiap

    orang harus mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar

    dapat membentuk kerangka pemikiran yang benar. Dalam belajar,

    seseorang dapat menambah atau mengganti skema yang ada sehingga

    dapat menjadi lebih luas dan berkembang. Ini mirip dengan

    konstruktivisme Piaget yang menggunakan asimilasi dan akomodasi.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    12/32

    9

     Namun, teori skema tidak menjelaskan proses pengetahuan, tetapi lebih

     bagaimana pengetahuan manusia itu tersimpan dan tersusun.

    Konstruktivisme Versus Behaviorisme Dan Maturasionisme

    Behaviorisme adalah suatu teori yang mejelaskan bahwa belajar

    sebagai suatu respon tingkah laku terhadap rangsangan fisik. Pendidik

    yang menggunakan teori behaviorisme, menganggap bahwa

    mendengarkan dengan baik penjelasan guru atau terlibat dalam suatu

    kegiatan akan berefek dalam belajar. Juga menganggap bahwa

    keterampilan yang baik akan menghasilkan konsep yang lebih menyeluruh

    dan lengkap.

    Maturasionisme adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa

     pengetahuan konseptual tergantung pada tingkat perkembangan biologis

    seseorang. Karena itu, umur menjadi norma yang penting bagi

     perkembangan pengetahuan seseorang.

    Konstruktivisme berbeda dengan behaviorisme dan

    maturasionisme. Bila behaviorisme menekankan keterampilan sebagai

    suatu tujuan pengajaran, konstruktivisme lebih menekankan

     perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila

    maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai

    dengan langkah-langkah perkembangan kedewasaan, konstruktivisme

    lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif si pelajar(Fosnot,

    1996). Dalam pengertian maturasionisme bila sesorang mengikuti langkah-

    langkah perkembangan yang ada, dengan sendirinya ia akan menemukan

     pengetahuan yang makin lengkap. Menurut konstruktivisme, bila

    seseorang tidak mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri secara aktif,meskipun ia berumur tua, akan tetap tidak berkembang pengetahuannya.

    C.  Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Belajar

    Makna Belajar

    Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar

    mengkonstruksi apa itu teks, dialog, pengalaman, dan lainlain. Belajar

     juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    13/32

    10

     pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah

    dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut

    antara lain bercirikan sebagai berikut:

    a. 

    Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa

    dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi

     pengetahuan baru tersebut dipengaruhi oleh pengertian yang telah

    ia punyai.

     b.  Kostruksi pengetahuan baru adalah proses yang terus menerus.

    Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru,

    diadakan rekonstruksi baik secara kuat maupun lemah.

    c. 

    Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih

    suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang

     baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan

     perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut

     penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

    d.  Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

    seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih

    lanjut. Situasi ketidak seimbangan (diequilibrium) adalah situasi

    yang baik untuk memacu belajar.

    e.  Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia

    fisik dan lingkungan.

    f.  Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si

     pelajar, konsepkonsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi

    interaksi dengan bahan yang dipelajari.

    Peran PelajarBerbeda dengan behaviorisme, konstruktivisme memfokuskan pada

     proses proses pembelajaran bukannya pada perilaku belajar. Sejak

     pertengahan tahun 1980-an, para peneliti telah berusaha untuk

    mengidentifikasi bagaimana siswa mengkonstruksi atau membentuk

     pemahaman mereka terhadap bahan yang mereka pelajari. Para siswa

    menciptakan atau membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui

    tingkatan atau interaksi dengan dunia. Pendekatan konstruktivis sosial juga

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    14/32

    11

    memepertimbangkan konteks sosial yang didalamnya pembelajaran

    muncul dan menekankan pentingnya interaksi sosial dan negosiasi dalam

     pembelajaran. Berkenaan dengan praktik kelas, pendekatan konstruktivis

    mendukung kurikulum dan pengajaran student center bukannya teacher

    center. Siswa adalah kunci pembelajaran.

    Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi.

    Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh

    gurunya. Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima

     pengatahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar

    guru. Guru bukan satusatunya pusat informasi dan yang paling tahu.

    Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan

    sumber belajar yang lain bisa teman sebaya.  Siswa diberikan kebebasan

    untuk mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Ini merupakan

     proses menyesuaikan konsep dan ideide baru dengan kerangka berpikir

    yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas

    hasil belajarnya. Mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi

     belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang

    dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa

    yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang

     baru.

    Model pembelajaran konstruktivis biasanya paling tepat bila

    diterapkan pada pelajaran sains, salah satunya adalah matematika. Ambil

    contoh yang paling mudah, yaitu dengan adanya matematika dikenal

    sebagai teorema Pythagoras. Mungkin teorema Pythagoras tidak asing bagi

    kita, dan bahkan mungkin sudah sering menerapkannya dalam kehidupansehari-hari. Di antara teorema ada banyak matematika, teorema ini

    merupakan salah satu teorema yang cukup terkenal. Bahan ini sudah

    dikenal sejak siswa SMP mereka sekolah tinggi bahkan mungkin SD.

    Dengan model pembelajaran konstruktivistik, siswa diharapkan dapat

    membangun pemahaman baru tentang pemahaman yang sebelumnya telah

    dimiliki. Misalnya, dengan mencari asal-usul formula ini didapat. Dalam

     pendekatan konstruktivis siswa juga dituntut mampu menciptakan sub-sub

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    15/32

    12

     pertanyaan baru sebagai langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah

    yang berhubungan dengan subjek teorema Pythagoras, sehingga siswa

    tidak akan bingung dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.

    Jika pendekatan konstruktivis dapat dikuasai studi luar negeri siswa hasil

    siswa dalam matematika dapat ditingkatkan.

    Perhatikan dialog antara guru dan siswa dalam penelitian yang telah

    dilakukan oleh Fitz Simons (1992:79):

    Guru : berapa 10 pangkat 3?

    Siswa : 1000

    Guru : dan 10 pangkat 2?

    Siswa : 100

    Guru : jadi 10 pangkat 1 menjadi berapa?

    Siswa : 10

    Siswa : berapa 10 pangkat 0? (siswa bertanya kepada guru )

    Guru : mari kita cari berapa 10 pangkat 0? kamu

    tahu bahwa pangkat 10 menurun satu persatu. Apa yang terjadi jika

    10 pangkat 0?

    Siswa : satu

    Guru : berapa 10 pangkat 1?

    Siswa : 0,1 atau 1/10

    Dari dialog guru dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa

    dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme guru mengajak siswa

    untuk mengemukakan pendapat, mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga siswa diharapkan dapat

    mengaplikasikan pemahaman dan mengkonstruksi sendiri tentang konsep

     bilangan pangkat n yaitu 10 pangkat 3 atau 103 = 1000 dimana nilai n = 3.

    Jadi 10n  = … 

    Keuntungan belajar matematika dengan pendekatan

    konstruktivisme adalah siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri

    sehingga siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya, menciptakan

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    16/32

    13

    suasana belajar yang menyenangkan karena menggunakan realitas

    kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika,

    siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap siswa ada nilai

    atas usahanya, memupuk kerja sama dalam kelompok dan melatih siswa

    untuk terbiasa berpikir serta mengemukakan pendapat. Sedangkan

    kelemahannya adalah siswa sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu

    maka siswa masih kesulitan dalam menemukan jawabannya sendiri,

    membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah

     pemikirannya. Setiap pelajar mempunyai cara yang cocok untuk

    mengkonstruksi pengetahuannya yang kadang sangat berbeda dengan

    teman-teman yang lain. Oleh karena itu penting bagi pelajar untuk mencari

    cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri.

    Belajar Dalam Kelompok

    Von Glasersfeld(1989) menjelaskan bagaimana pengaruh

    konstruktivisme terhadap belajar kelompok. Menurut dia, dalam kelompok

     belajar, siswa harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan

    apa yang akan dibuatnya dengan persoalan itu. Usaha menjelaskan sesuatu

    kepada kawan-kawan justru membantunya untuk melihat sesuatu dengan

    lebih jelas dari pandangan mereka sendiri. Mengerti bahwa teman lainnya

     belum memiliki jawaban yang siap, akan meningkatkan keberanian siswa

    untuk mencoba dan mencari jalan. Sekaligus jika ia menemukan jawaban,

    itu akan mendorong yang lain untuk menemukannya juga.

    Ketidakkonsistenan dan kesalahan yang ditunjukkan oleh teman dianggap

    kurang meyakinkan dibandingkan bila ditunjukkan oleh guru. Ini akan

    meningkatkan harga diri mereka.Menurut Driver dkk.(1994), konstruktivisme sosial menekankan

     bahwa belajar berarti dimasukkannya seseorang ke dalam suatu dunia

    simbolik. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat

    secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan

     pengalaman. Oleh sebab itu, guru berperan penting karena mereka

    menyediakan kesempatan yang cocok dan prasarana masyarakat ilmiah

     bagi siswa. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan yang memungkinkan

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    17/32

    14

    siswa berdialog dan berinteraksi dengan para ahli, dengan lembaga-

    lembaga penelitian, dengan masyarakat pengguna hasil ilmiah akan sangat

    membantu dan merangsang mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan

    mereka.

    D.  Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Mengajar

    Makna Mengajar

    Mengajar bagi kaum konstruktivis bukanlah kegiatan memindahkan

     pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang

    memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar

     berarti ikut berperan serta dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan,

    membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan

     justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri(Bettencourt,

    1989). Dalam hal ini, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk

    membangun pemahamannya sendiri namun masih dalam batasan —  batasan

    tertentu sehingga tidak keluar dari topik yang diinginkan.

    Sebenarnya berpikir yang baik adalah hal yang lebih penting

    daripada mempunyai jawaban benar atas suatu persoalan. Seseorang yang

    mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya

    dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru akan dapat

    menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain.

    Sementara itu, seorang pelajar yang sekedar menemukan jawaban benar

     belum pasti dapat memecahkan persoalan baru karena mungkin dia tidak

    mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Bila cara berpikir itu

     berdasarkan pengandaian yang salah atau tidak dapat diterima pada saatitu, ia masih dapat mengembangkannya. Dalam hal ini, mengajar adalah

    membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya

     berpikir sendiri(Von Glasersfeld, 1989).

    Fungsi Dan Peran Pengajar/Guru

    Pengajar sebagai mediator dan fasilitator

    Menurut prinsip konstruktivis, seorang pengajar atau guru berperan

    sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    18/32

    15

     berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan

     pada disiplin atau pun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator

    dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut.

    1. 

    Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid

     bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan

     penelitian. Karena itu, jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah

    tugas utama seorang guru.

    2.  Menyediakan atau memberikan kegiatan — kegiatan yang

    merangsang keingintahuan murid dan membantu mereka untuk

    mengekspresikan gagasan — gagasannya dan mengkomunikasikan

    ide ilmiah mereka(Watts & Pope, 1989). Menyediakan sarana yang

    merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan

    kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar

    siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan

     pengalaman konflik(Tobin, Tippins, & Gallard. 1994).

    3.  Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si

    murid jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan

    apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan

     baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan

    kesimpulan murid.

    Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan

     beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran

    yang perlu disadari oleh pengajar.

    1.  Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti

    apa yang sudah mereka ketahui dan mereka pikirkan.2.  Tujuan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama

    sehingga siswa sungguh terlibat.

    3.  Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai

    dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi

    sebagai pelajar juga ditengah pelajar.

    4.  Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan

    kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    19/32

    16

    5.  Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat

    mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang — kadang

    siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

    Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka,

    seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih

    kosong atau tabula rasa. Bahkan, anak kelas 1 SD pun telah hidup

     beberapa tahun dan menemukan suatu cara yang berlaku dalam

     berhadapan dengan lingkungan hidup mereka. Mereka sudah membawa

    “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punyai adalah dasar untuk

    membangun pengetahuan selanjutnya. Karena itu, guru perlu mengerti

     pada taraf manakah pengetahuan mereka(von Glasersfeld, 1989).

    Apapun yang dikatakan seorang murid dalam menjawab suatu

     persoalan adalah jawaban yang masuk akal bagi mereka pada saat itu. Ini

     perlu ditanggapi serius, apa pun “salah” mereka seperti yang dilihat guru.

    Bagi murid, dinilai salah merupakan suatu yang mengecewakan dan

    mengganggu. Berikan jalan kepada mereka untuk menginterpretasikan

     pertanyaan. Dengan demikian,diharapkan jawabannya akan lebih baik(von

    Glasersfeld, 1989).

    Suatu hal yang tidak baik jika mengandaikan bahwa cara berpikir

    murid itu sederhana atau jelas. Guru perlu belajar mengerti cara berpikir

    mereka sehingga dapat membantu memodifikasinya. Baik dilihat

     bagaimana jalan berpikir mereka itu mengenai persoalan yang ada.

    Tanyakan kepada mereka bagaimana mereka mendapatkan jawaban itu. Ini

    cara yang baik untuk menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan

    untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak berlaku untuk keadaantertentu(von Glasersfeld, 1989).

    Guru konstruktivis tidak pernah akan membenarkan ajarannya

    dengan mengklaim bahwa “ini satu—satunya yang benar”. Di dalam

    matematika mereka dapat menunjukkan bahwa cara tertentu diturunkan

    dari operasi tertentu. Di dalam sains mereka tidak dapat berkata lebih

    daripada “ini adalah jalan terbaik untuk situasi ini, ini adalah jalan yang

    terefektif untuk soal ini sekarang”(von Glasersfeld, 1989). 

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    20/32

    17

    Perlu diciptakan suasana yang membuat murid antusias terhadap

     persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan

     persoalannya. Guru perlu membantu mengaktifkan murid untuk berpikir.

    Hal ini dilakukan dengan membiarkan mereka berjuang dengan persoalan

    yang ada dan membantu mereka hanya sejauh mereka bertanya dan minta

    tolong. Guru dapat memberikan orientasi dan arah tetapi tidak boleh

    memaksakan arah itu. Tentu ini akan memakan waktu lama tetapi murid

    yang menemukan sendiri suatu pemecahan dan pemikiran akan siap untuk

    menghadapi persoalan —  persoalan yang baru(von Glasersfeld, 1989).

    Pengajar perlu membiarkan murid menemukan cara yang paling

    menyenangkan dalam pemecahan persoalan. Tidaklah menarik bila setiap

    kali guru menyuruh murid memakai jalan tertentu. Murid kadang suka

    mengambil jalan yang tidak disangka atau konvensional untuk

    memecahkan suatu soal. Bila seorang guru tidak menghargai cara

     penemuan mereka, ini berarti menyalahi sejarah perkembangan sains yang

     juga dimulai dari kesalahan — kesalahan(von Glasersfeld, 1989).

    Sangat penting bahwa guru tidak mengajukan jawaban satu — 

    satunya sebagai yang benar, terlebih dalam persoalan yang berdasarkan

    suatu pengalaman. Dalam sejarah sains kita melihat bahwa teori — teori

    yang lama tidaklah  salah dalam perkembangannya, tetapi lebih dikatakan

    sebagai tidak dapat menjawab persoalan —  persoalan baru. Teori — teori itu

    tetap dapat menjawab persoalan lama yang dihadapinya pada waktu

    menemukannya. Teori Newton tentang gerak tidaklah salah tetapi tidak

    mencukupi lagi untuk menjawab gerak dalam dimensi mikro. Lalu

    ditemukan teori baru yang dapat menjawabnya. Namun, sampai sekarang pun teori Newton tetap dapat digunakan untuk menjawab persoalan — 

     persoalan dalam dunia makro.

    Guru perlu mengerti sifat — sifat kesalahan murid. Perkembangan

    intelektual dan matematis penuh dengan kesalahan dan kekeliruan. Ini

    adalah bagian dari konstruksi semua bidang yang tidak bisa dihindarkan.

    Guru perlu melihat kesalahan sebagai suatu sumber informasi tentang

     penalaran dan sifat skemata anak.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    21/32

    18

    Julyan dan Duckworth(1996) merangkum hal — hal yang penting

    dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut.

      Guru perlu mendengarkan secara sungguh — sungguh

    interpretasi murid terhadap data yang ditemukan sambil

    menaruh perhatian khusus kepada keraguan, kesulitan, dan

    kebingungan setiap murid.

      Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas,

    memberikan penghargaan kepada setiap murid. Dengan

    memfokuskan diri pada hal — hal kontradiktif dan

    membingungkan murid, guru akan menemukan bahwa

    konsep yang dipelajari itu mungkin sulit dan membutuhkan

    waktu lebih banyak untuk mengkonstruksinya.

      Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang

     penting untuk menekuninya. Ketidaktahuan murid bukanlah

    suatu tanda yang jelek dalam proses belajar, melainkan

    merupakan langkah awal untuk mulai.

    Penguasaan bahan

    Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan

    mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai

     pengetahuan tentang bahan yang akan diajarkan. Pengetahuan yang luas

    dan mendalam memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan

    gagasan yang berbeda dari murid dan juga memungkinkan untuk

    menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau tidak. Penguasaan

    memungkinkan seorang guru mengerti macam — macam jalan dan model

    untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satumodel.

    Dari pengalaman mengajar cukup jelas bahwa ada beberapa guru

    menjadi “diktator” dengan mengklaim bahwa jalan yang ia berikan adalah

    satu — satunya benar. Akiatnya, mereka menganggap salah semua

     pemikiran dan jalan yang digunakan murid bila tidak cocok dengan

     pemecahan guru. Cara tersebut akan mematikan kreativitas dan pemikiran

    murid dan ini tentu berlawanan dengan prinsip konstruktivisme.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    22/32

    19

    Sangat perlu bahwa seorang guru, selain menguasai bahan, juga

    mengerti konteks bahan itu. Seorang guru, misalnya guru matematika,

     perlu mengerti bagaimana suatu teori matematika berkembang dalam

    sejarah. Pemahaman historis ini akan meletakkan suatu pengetahuan dalam

    konteks yang lebih mudah dipahami daripada bila terlepas begitu saja.

    Guru konstruktivis diharapkan juga mengerti proses belajar yang

     baik. Mereka perlu mengerti proses asimilasi dan akomodasi yang

    diperlukan oleh siswa dalam mengembangkan pengetahuan mereka.

    Strategi Mengajar

    Tugas guru adalah membantu agar siswa mampu mengkonstruksi

     pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret maka strategi

    mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Oleh

    karena itu, tidak ada suatu strategi mengajar yang satu — satunya yang

    dapat digunakan dimanapun dan dalam situasi apapun. Strategi yang

    disusun selalu hanya menjadi tawaran dan saran, bukan suatu menu yang

    sudah jadi. Setiap guru yang baik akan mengembangkan caranya sendiri.

    Mengajar adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan

    teknik, melainkan juga intuisi.

    Driver dan Oldham dalam Matthews(1994) menjalankan beberapa

    ciri mengajar konstruktivis sebagai berikut.

    1.  Orientasi.Murid diberi kesempatan untuk mengemangkan motivasi

    dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk

    mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.

    2.   Elicitasi.Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas

    dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain — lain. Muriddiberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan,

    dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.

    3.   Restrukturasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal.

    a) 

    Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide — ide orang lain

    atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide.

    Berhadapan dengan ide — ide lain, seseorang dapat terangsang

    untuk merekonstruksi gagasannya cocok.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    23/32

    20

     b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu

    idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat

    menjawab pertanyaan —  pertanyaan yang diajukan teman — 

    teman.

    c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau

    dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk

    itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.

    4.   Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang

    telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada berbagai

    macam — macam

    5. 

     Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam

    aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari — hari,

    seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan

    suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi

    lebih lengkap.

    De Vries dan Kohlberg mengikhtisarkan beberapa prinsip

    konstruktivisme Piaget yang perlu diperhatikan dalam mengajar

    matematika. 

    1.  Struktur psikologis harus dikembangkan dulu sebelum persoalan

     bilangan diperkenalkan. Bila murid mencoba menalarkan bilangan

    sebelum mereka menerima struktur logika matematis yang cocok

    dengan persoalannya, tidak akan jalan(DeVries dan Kohlberg

    dalam Wadsworth(1989)).

    2.  Struktur psikologis(skemata) harus dikembangkan dulu sebelum

    simbol formal diajarkan. Simbol adalah bahasa matematis, suatu bilangan tertulis yang merupakan representasi suatu konsep, tapi

     bukan konsepnya sendiri.

    3.  Murid harus mendapat kesempatan untuk menemukan(membentuk)

    relasi matematis sendiri, jangan hanya selalu dihadapkan kepada

     pemikiran orang dewasa yang sudah jadi.

    4.  Suasana berpikir harus diciptakan. Sering pengajaran matematika

    hanya mentransfer yang dipunyai guru kepada murid dalam wujud

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    24/32

    21

     pelimpahan fakta matematis dan prosedur perhitungan kepada

    murid. Murid menjadi pasif. Banyak guru menekankan perhitungan

    dan bukan penalaran sehingga banyak murid menghafal belaka.

    Bagaimana mengevaluasi proses belajar murid

    Menurut von Glasersfeld, sebenarnya seorang guru tidak dapat

    mengevaluasi apa yang sedang dibuat murid atau apa yang mereka

    katakan. Sesuatu yang harus dikerjakan guru adalah menunjukkan kepada

    murid bahwa yang mereka pikirkan itu tidak cocok atau tidak sesuai untuk

     persoalan yang dihadapi. Guru konstruktivis tidak menekankan kebenaran,

    tetapi berhasilnya suatu operasi(viable). Tidak ada gunanya mengatakan

    murid itu salah karena hanya merendahkan motivasi belajar.

    Perlu ditentukan apakah kita ingin agar murid mengembangkan

    kemampuan berpikirnya atau sekedar dapat menangani prosedur standar

    dan memberikan jawaan standar yang terbatas. Berikan kepada murid

    suatu persoalan yang belum pernah ditemui sebelumnya, amati bagaimana

    mereka mengkonseptualisasinya, dan teliti bagaimana mereka

    menyelesaikan persoalan itu. Pendekatan murid terhadap persoalan itu

    lebih penting daripada jawaban akhir yang diberikannya. Dengan

    mengamati cara konseptual yang murid gunakan, kita dapat menangkap

     bagaimana jalannya konsep mereka. Berikan kepada murid suatu persoalan

    yang belum ada pemecahannya yang baku(von Glasrfeld, 1989).

    Hubungan guru dan murid

    Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seseorang yang

    mahatahu dan murid bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi

    tahu. Dalam proses belajar murid aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan

     baik. Dalam banyak hal guru dan murid bersama — sama membangun

     pengetahuan. Dalam artian inilah hubungan guru dan murid lebih sebagai

    mitra yang bersama — sama membangun pengetahuan.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    25/32

    22

    E.  Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Persekolahan

    Peran Konstruktivisme secara Umum

    Secara umum prinsip-prinsip konstruktivisme berperan sebagai

    referensi dan alat refleksi kritis terhadap praktek, pembaruan, dan

     perencanaan pendidikan sains dan matematika.prinsip-prinsip yang sering

    diambil dari konstruktivisme antara lain : (1) pengetahuan yang diambil

    oleh siswa secara aktif, (2) tekanan pada proses belajarterletak pada siswa,

    (3) mengajar adalah membantu siswa belajar,(4) tekanan pada proses

     belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir,(5) kurikulum

    menekankan partisipasi siswa, dan (6)guru adalah fasilitator.

    Sebagai referensi, sekelompok guru mengambil prinsip

    konstruktivisme untuk menyusunn metode mengajar yang lebih

    menekankan keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri maupun bersama

    dalam kelompok. Guruguru mencari cara untuk lebih mengerti apa yang

    dipikirkan dan dialami siswa dalam proses belajar. Mereka memikirkan

     beberapa kegiatan dan aktivitas yang dapat merangsang murid berpikir.

    Interaksi antarsiswa di kelas dihidupkan, siswa diberi kebebasan

    mengungkapkan gagasan dan pemikiran mereka(Fosnot, 1988).

    Sebagai alat refleksi, konstruktivisme dapat digunakan untuk

    meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik dalam konsteks

    dengan teman dan mengapa siswa tertentu salah tangkap terhadap yang ia

     pelajari. Konstruktivisme juga dapat digunakan untuk menilai dan

    mengevaluasi apakah praktek belajar dan mengajar sudah sesuai dengan

     prinsip konstruktivisme atau belum.

    Konstruktivisme dan KurikulumPrinsip penting teori konstruktivis sebagai arah pembaharuan

    kurikulum pendidikan sains dan matematika adalah sebagai berikut.

    1)  Pendekatan dengan menganalisis pengalaman sehari-hari

    Menekankan pada pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam

    kehidupan seharihari. Sesungguhnya pengalaman seharihari penuh

    dengan prinsip yang menggunakan matematika dan sains. Jika pelajar

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    26/32

    23

    menggunakan pendekatan tersebut, akan memudahkan mereka untuk

    mengkonstruksikan pengetahuan mereka.

    2)  Meta pengetahuan

    Artinya, bukan hanya menekankan isi matematika dan sains,

    tetapi juga konsteks dan prinsip prinsipnya. Dalam hal ini penting

     bagi pengajar mengerti bagaimana latar belakang penemuan-penemuan

    dalam bidang sains dan matematika. Jika siswa mengerti latar

     belakangnya, maka mereka akan lebih mudah menangkap isi

     penemuan dan penegtahuannya. Jadi pengetahuan tidak dipelajari lepas

    dengan konteksnya.

    3) 

    Tekanan lebih pada konstruksi, interprestasi, koordinasi, dan juga

    multiple idea. 

    Tekanan proses belajar   mengajar lebih pada bagaimana bentuk

     pengetahuan, bagaimana menginterprestasikan yang dipelajari, dan

     bagaimana konstruksi yang bermacam-macam dapat terjadi dalam

    memperlajari suatu hal tertentu. Munculnya banyak ide dalam suatu

    kelas terhadap bahan yang sama, justru akan lebih merangsang siswa

    untuk mengkonstruksi pengetahuannya dengan lebih rinci dan lengkap,

     bahkan juga menyadari keterbatasannya.

    4)  Memperhatikan adanya perspektif alternative dalam kelas

    Kelas sebaiknya tidak diatur hanya dengan satu cara, tetapi

    dengan beraneka cara sehungga lebih cocok untuk lebih banyak siswa.

    Baik juga diadakan consensus  tentang bagaimana kelas akan diatur

    sehingga murid aktif dan berminat.

    Banyak guru dalam pendidikan sains dan matematika mempunyai

    gambaran kurikulum sebagai suatu set bahan yang tercetak yang dapat

    dibawa dan dipakai dimanapun, seperti sebuah menu telap yang dapat

    digunakan di mana pun dan kapan pun. Dalam pengertian ini, terpisan dari

    siswa dan lingkungannya. Kurikulum seperti ini sama sekali bertentangan

    dengan prinsip konstruktivis.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    27/32

    24

    Grundy(1987) menyatakan bahwa kurikulum adalah kumpulan

    semua pengalaman belajar, termasuk siswa, bahan, guru, prasarana,

    masyarakat, sistem sekola, dan lainlain. Ini lebih cocok dengan

    konstruktivisme yang memendang kurikulum tidak lepas dari siswa yang

     belajar dan lingkungan tempat dia belajar.

    Driver dan Oldham menyatakan bahwa perencana kurikulum

    konstruktivis tidak dapat begitu saja mengambil kurikulum standar yang

    menekankan siswa pasif dan guru aktif. Bukan juga sebagai tubuh

     pengetahuan atau kumpulan keterampilan, melainkan lebih sebagai

     program aktivitas dimana pengetahuan dan keterampilan dapat

    dikonstruksikan.

    Konstruktivisme dan Persiapan/Pendidikan Guru

    Pendidikan guru harus mengadakan pebaruan dengan mengevalusi

    konsepkonsep yang ada sampai sekarang; apakah sudah sesuai dengan

     prinsip konstruktivisme. Terutama para pengajar di institusi pendidikan

    guru perlu menyelesaikan konsep, sikap, dan fungsinya terhadap

    caloncalon guru menurut prinsip konstruktivisme. Ini berarti bahwa

    tekanan pendidikan calon guru harus terletak pada keaktifan para calon

    guru dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Para pengajar [erlu

    memberikan kesempatan kepada caloncalon guru untuk berperan aktif

    dalam penemuan dan pengembangan pikiran mereka.

    Untuk membantu karier pendidik, para calon guru perlu

    memperhatikan halhal berikut.

    1)  Belajar bagaimana mengajar secara konstruktivis. Dalam hal ini

     pengajar harus mengerti makna belajar dan mengajar secara

    konstruktivis. Pengajar perlu juga mengerti sifat-sifat dan halhal yang

    diperlukann bagi seorang guru konstruktivis dan murid konstruktivis.

    2)  Mendalami bahan dan bidang ilmu secara mendalam dan luas.

    Pemahaman bahan dan bidang ilmu sangat penting bagi guru

    konstruktivis, karena pengajar harus memahami macammacam

    interprestasi murid dalam membentuk pengetahuannya akan suatu hal.

    Pengajar perlu membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    28/32

    25

    dengan lebih baik. Kurangnya penguasaan bahan “ilmu”, akan

    membuat guru cenderung semakin “diktator” sehingga akan sulit

    membantu murid yang mengalami kesulitan dalam menangkap

     pengetahuannya.

    3)  Belajar tentang diri mereka sendiri sebagai jembatan untuk terjun

    menjadi guru.  Pengajar perlu belajar tentang fungsi, tugas, dan

     profesi sebagai guru, juga perlu mengerti kelebihan dan kelemahan

    dirinya sendiri dalam kaitanyya berprofesi sebagai guru.

    F.  Perbandingan Antara Teori Behaviorisme dan Konstruktivisme

    Agar dapat memahami teori belajar behaviorisme dan

    konstruktivisme dengan mudah, berikut ini adalah tabel perbedaan antara

    teori behaviorisme dan konstruktivisme:

    NO ASPEK BEHAVIORISME KONSTRUKTIVISME

    1 Sifat

    Pengetahuan

    Pengetahuan bersifat

    objektif, pasti, tetap,

    terstruktur, rapi

     Non objektif, temporer,

    selalu berubah

    2 Belajar Belajar adalah perolehan

     pengetahuan

    Pemaknaan pengetahuan

    3 Mengajar Mengajar adalah

    memindahkan

     pengetahuan kepada

    orang yang belajar

    Menggali makna

    4 Fungsi Mind Fungsi mind adalah

     penjiplak pengetahuan

    Menginterpretasi

    sehingga muncul maknayang unik

    5 Pembelajaran Pembelajaran diharapkan

    memiliki pemahaman

    yang sama dengan

     pengajar terhadap

     pengetahuan yang

    dipelajari

    Pembelajaran bisa

    memiliki pemahaman

     berbeda dengan

     pengetahuan yang

    dipelajari.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    29/32

    26

    NO ASPEK BEHAVIORISME KONSTRUKTIVISME

    6 Pengolahan

    Pembelajaran

    Pembelajaran

    dihadapkan pada aturan-

    aturan yang jelas, yang

    ditetapkan lebih dulu

    secara ketat, pemahaman

    disiplin secara esensial.

    Pembelajaran dihadapkan

     pada lingkungan belajar

    yang bebas, kebebasan

    merupakan system yang

    sangat esensial

    7 Kegagalan dan

    keberhasilan

     pembelajaran

    Kegagalan atau

    ketidakmampuan dalam

    menambah ilmu

     pengetahuan

    dikategorikan sebagai

    kesalahan, harus

    dihukum.

    Kegagalan dan

    keberhasilan, kemampuan

    atau ketidakmampuan

    dilihat sebagai

    interpretasi yang berbeda

    yang perlu dihargai.

    Keberhasilan atau

    ketidakmampuan

    dikategorikan sebagai

     bentuk perilaku yang

     pantas dipuji dan diberi

    hadiah.

    Ketaatan pada aturan

    dipandang sebagai

     penentuan keberhasilan.

    Kebebasan dipandang

    sebagai penentuan

    keberhasilan.

    8 TujuanPembelajaran

    Tujuan pembelajaranmenekankan pada

     pemahaman

     pengetahuan.

    Tujuan pembelajaranmenekankan pada

     penciptaan pemahaman,

    yang menuntut aktivitas

    kreatif-produktif dalam

    konteks nyata.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    30/32

    27

    NO ASPEK BEHAVIORISME KONSTRUKTIVISME

    Seseorang telah

    dikatakan telah belajar

    apabila mampu

    mengungkapkan kembali

    apa yang telah dipelajari.

    9 Strategi

    Pembelajaran

    Ketrampilan terisolasi

    mengikuti urutan

    kurikulum yang ketat.

    Aktivitas belajar

    mengkuti buku teks.

    Melaksanakan pada

    hasil.

    Penggunaan pengetahuan

    secara bermakna

    mengikuti pandangan

     pembelajaran.

    Aktivitas belajar dalam

    konteks nyata.

    Menekankan pada proses.

    10 Evaluasi Respon pasif menuntut

    satu jawaban benar.

    Evaluasi merupakan

     bagian terpisah dari

     belajar.

    Penyusunan makna

    secara aktif.

    Evaluasi merupakan

     bagian utuh dari belajar.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    31/32

    28

    KESIMPULAN

    Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, dimana keduanya

    menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi — konsepsi

    yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan.

    Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami

    hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa. Selain itu, beliau

    mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda( sign

     system) setiap individu yang selalu berkembang. Dalam prinsip konstruktivisme,

     pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri, pengetahuan tidak dapat

    dipindahkan dari guru ke murid, murid aktif mengkonstruksi terus menerus,

    sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, dan

    guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi

    siswa berjalan mulus. Berbeda dengan behaviorisme, konstruktivisme

    memfokuskan pada proses proses pembelajaran bukannya pada perilaku belajar.

    Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan

     pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan

    siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti ikut berperan serta

    dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari

    kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Guru konstruktivis

     bukanlah seorang diktator yang mengharuskan satu jalan pada siswanya,

    melainkan rekan belajar yang bersamasama membangun pengetahuan. Guru

    membiarkan siswa berpikir sendiri secara bebas namun tetap pada batasan topik

    sehingga tidak mematikan kreativitas siswa.

  • 8/17/2019 Makalah Konstruktivisme Kelompok 12

    32/32

    DAFTAR PUSTAKA

     Nur, Mohamad dan Wikandari, P. Retno. 1998. Pendekatan  pendekatan

     Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNIPRESS.

    Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology. Fifth Edition. Boston, Allyn and

    Bacon.

    Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

    Kanisius.