makalah blok 3.doc

20
Dasar Biologi Sel dalam Pembelahan Sel Abstrak : dalam ilmu kedokteran, banyak dasar-dasar yang perlu dipelajari secara teoritis agar profesi tersebut bisa dijalankan dengan baik dan dengan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dari seorang dokter. Tanpa memiliki dasar-dasar yang kuat, tentunya tidak akan ada penjelasan atas suatu masalah klinis yang dihadapi pasien. Salah satu dari dasar biologi yang perlu dipahami seorang dokter adalah dasar biologi sel. Maka dari itu, perlu adanya penelitian yang didasarkan pada dasar-dasar biologi sel untuk menjelaskan suatu proses biologik dalam tubuh manusia baik yang normal maupun abnormal. Kata kunci : dasar-dasar biologi sel, normal, abnormal Abstract : in medical science, many of the basics that need to be studied theoretically so that the profession can be done properly and with the basics of a strong knowledge of a doctor. Without having strong fundamentals, of course, there would FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563- 1731 Vania Faustina / 102013277

Transcript of makalah blok 3.doc

Dasar Biologi Sel dalam Pembelahan Sel

Abstrak : dalam ilmu kedokteran, banyak dasar-dasar yang perlu dipelajari secara teoritis agar profesi tersebut bisa dijalankan dengan baik dan dengan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dari seorang dokter. Tanpa memiliki dasar-dasar yang kuat, tentunya tidak akan ada penjelasan atas suatu masalah klinis yang dihadapi pasien. Salah satu dari dasar biologi yang perlu dipahami seorang dokter adalah dasar biologi sel. Maka dari itu, perlu adanya penelitian yang didasarkan pada dasar-dasar biologi sel untuk menjelaskan suatu proses biologik dalam tubuh manusia baik yang normal maupun abnormal.

Kata kunci : dasar-dasar biologi sel, normal, abnormal

Abstract : in medical science, many of the basics that need to be studied theoretically so that the profession can be done properly and with the basics of a strong knowledge of a doctor. Without having strong fundamentals, of course, there would be no explanation for the clinical problems faced by patients. One of the basic biology that a doctor needs to be understood is the basic cell biology. Therefore, the need for research that is based on the fundamentals of cell biology to explain the biological processes in the human body, either normal or abnormal.Key words : The Fundamentals of Cell Biology, normal, abnormal

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam masa pertumbuhan, tubuh kita bertambah besar dan tinggi. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan. Hal ini dikarenakan sel-sel penyusun tubuh makhluk hidup mengalami pembelahan sehingga bertambah banyak. Pertambahan jumlah sel inilah yang menyebabkan tubuh bertambah besar dan tinggi.

Pembelahan sel juga tidak hanya terjadi pada saat pertumbuhan. Ketika sel-sel dalam jaringan tubuh kita rusak, misalnya ketika kulit kita terluka, sel-sel pada jaringan tersebut juga akan melakukan pembelahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Sel merupakan unit dasar semua makhluk hidup. Berbagai jenis aktivitas hidup yang berlangsung di dalam tubuh organisme pada dasarnya berlangsung di dalam sel dengan mekanisme sistem yang sangat harmonis.1Aktivitas satu sel menunjang aktivitas sel yang lain membentuk suatu sistem yang sangat harmonis untuk menunjang sebuah kehidupan yang fungsional. Pada saat sel membelah, kromosom umumnya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Kromosom berbentuk seperti untaian yang mengandung unit pewarisan sifat yangdisebut gen.Sel yang membelah disebut sebagai sel induk dan turunannya disebut sel anakan.

Sel induk memiliki sejumlah kromosom yang berisi informasi genetik. Pada pembelahan sel, sel induk memindahkan salinan informasi genetik yang terdapat di dalam kromosom kepada sel anakan yang menjadi sel generasi berikutnya. Dari pembelahan sel inilah kita memperoleh penurunan sifat-sifat dari kedua orang tua kita. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan.Sifat-sifat yang tampak merupakan penurunan dari sifat induknya. 1Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk membuat pembaca memahami tentang dasar biologi sel khususnya pembelahan sel. Pemahaman tentang pembelahan sel sangat penting, karena semua proses yang terjadi di tubuh manusia dimulai dari pembelahan sel, baik yang normal maupun tidak normal.

1.2 Rumusan Masalah

Seorang laki-laki usia 45 tahun memiliki luka yang tidak sembuh-sembuh.

Pembahasan

2.1 Skenario

Seorang laki-laki 45 tahun, datang ke poliklinik karena daerah pipi kiri di samping cuping hidung ada luka yang tidak sembuh-sembuh lebih dari 2 bulan. Luka makin lama makin melebar dan dalam. Sudah diobati dengan obat luka tapi tidak ada perbaikan.

2.2 Identifikasi Istilah yang tidak diketahui

Cuping hidung : Bagian hidung pada kanan-kiri lubang hidung

2.3 Hipotesis

Luka tidak sembuh-sembuh karena terjadi penghambatan dalam proses pembelahan sel dalam tubuh.

2.4 Sasaran Pembelajaran

Memahami proses pembelahan sel mitosis dan meiosis.

Memahami pembelahan sel secara normal dan abnormal.

Memahami tentang komunikasi sel.

Memahami penyebab kematian suatu sel.

3.1 Pembelahan Sel1

Pembelahan sel adalah suatu proses dimana material seluler dibagi kedalam dua sel anak. Pada organisme tersebut, yang umumnya dimulai dari satu sel tunggal. Pembelahan sel juga merupakan suatu proses dimana jaringan-jaringan yang telah rusak diganti dan diperbaiki. Sel mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dengan melakukan pembelahan.

Pada hewan uniseluler cara ini digunakan sebagai alat reproduksi, sedangkan pada hewan multi seluler cara ini digunakan dalam memperbanyak sel somatis untuk pertumbuhan dan pada sel gamet untuk proses pewarisan keturunan hingga akhirnya membantu membentuk individu baru.Ada dua macam pembelahan sel, yaitu pembelahan secara langsung amitosis dan pembelahan secara tidak langsung yaitu mitosis dan meiosis.

A. Pembelahan sel pada prokariotik

Pada sel prokariotik, materi genetik tersebar didalam suatu badan serupa inti yang tidak dikelilingi oleh membran. Mikroorganisme yang prokariotik, misalnya bakteri dan alga hijau-biru. Proses pembelahan sel pada sel prokariotik berbeda dengan pembelahan sel pada eukariotik.

Pada prokariotik pembelahan sel berlangsung secara sederhana yang meliputi proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetik, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma yang didahului dengan pembentukkan dinding sel baru. Proses pembelahan yang demikian dinamakan amitosis. Amitosis adalah pembelahan sel secara langsung tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.

Ciri-ciri sel prokariotik adalah bahan genetik (DNA) tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, DNA terdapat pada nukleolit yang tidak terselubungi oleh membran. Secara umum sel prokariotik memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sel eukariotik. Setiap prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan sering terlihat dalam tipe rantai, agregat, atau kelompok sel yang jumlahnya ratusan.

B. Pembelahan sel pada eukariotik

Pada sel-sel eukariotik, hal pembagian material genetik secara persis sama adalah lebih kompleks. Sebuah sel eukariotik mengandung kira-kira 1000 kali lebih banyak DNA dibanding sebuah sel prokariotik. Disamping itu, DNA ini berbentuk linear, membentuk sejumlah kromosom yang jelas berbeda. Sebagai contoh, sel-sel somatik (tubuh) manusia mempunyai 46 kromosom, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Pada saat sel-sel ini membelah, setiap sel anak harus menerima satu duplikat dan hanya satu dari setiap 46 kromosom.

Disamping itu, sel-sel eukariotik mengandung berbagai macam organela dan ini juga harus dibagi secara merata diantara sel-sel anak. Pada sel eukariotik, inti sel sangat kompleks dan diselubungi inti yang terdiri dari dua membran. Sel-sel pada tubuh hewan dan tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik. Mikroorganisme yang eukariotik, misalnya protozoa, protista, dan semua jamur.

3.2 Mitosis dan Meiosis2Mitosis

Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatik (sel penyusun tubuh). Sel sel tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam melakukan pembelahannya.

Ada sel sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekali setelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel sel germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk menggantikan sel sel kulit yang rusak atau mati. Akan tetapi sel sel yang ada pada organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel sel saraf pada jaringan saraf yang sama sekali tidak tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia tertentu.

Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga haya dalam waktu beberapa jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan sel bakteri. Sama dengan bakteri, protozoa bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya dalam waktu singkat, misalkan amoeba, paramecium, didinium, dan euglena.

Pada sel sel organisme multiseluler, proses pembelahan sel memiliki tahap tahap tertentu yang disebut siklus sel. Sel sel tubuh yang aktif melakukan pembelahan memiliki siklus sel yang lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua fase(tahap ) utama, yaitu interfase dan mitosis. Interfase terdiri atas 3 fase yaitu fase G, ( growth atau gap), fase S (synthesis), fase G2(growth atau Gap2).

Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu Profase, Metafase, dan Telofase. Sedangkan sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak hasil pembelahan.

- Kariokinesis

Kariokinesis selama mitosis menunjukkan cirri yang berbeda beda pada tiap fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi inti berlangsung adalah berubah ubah pada struktur kromosom,membran inti, mikro tubulus dan sentriol. Ciri dari tiap fase pada kariokinesis adalah:

a) Profase : Benang benang kromatin berubah menjadi kromosom. Kemudian setiap kromosom membelah menjadi kromatid dengan satu sentromer.

Dinding inti (nukleus) dan anak inti (nukleolus) menghilang.

Pasangan sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju kutub yang berlawanan.

Serat serat gelendong atau benang benang spindle terbentuk diantara kedua kutub pembelahan.

b) Metafase

Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatida menuju ketengah sel dan berkumpul pada bidang pembelahan (bidang ekuator), dan menggantung pada serat gelendong melalui sentromer atau kinetokor.

c) AnaphaseSentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing masing satu kromatida. Kemudian setiap kromatida berpisah dengan pasangannya dan menuju kekutub yang berlawanan. Pada akhir nanfase, semua kroatida sampai pada kutub masing masing.

d) Telofase

Pada telofase, kromatida yang berada pada kutub berubah menjasadi benang benang kromatin kembali. Terbentuk kembali dinding inti dan nukleolus membentuk dua inti baru. Serat serat gelendong menghilang. Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk membrane sel pemisah ditengah bidang pembelahan.

Akhirnya , terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induknya. Hasil mitosis adalah satu sel induk yang diploid (2n) menjadi 2 sel anakan yang masing masing diploid. Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induknya.

- Sitokinesis

Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui terbentuknya cincin kontraktil yang terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua sel anak. Masing masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel organel selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah tengah sel. Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukkan dalam tahap telofase.

Meiosis

Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan secara meiosis adalah tempat terjadi di sel kelamin, jumlah sel anaknya 4. jumlah kromosen setengah dari induknya, dan pembelahan terjadi 2 kali.

Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II).

- Meiosis I

Interfase : Pada interfase, sel berada pada tahap persiapan untuk mengadakan pembelahan. Persiapannya adalah berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (sama seperti pada interfase mitosis). Tahap akhir interfase adalah adanya dua salinan DNA yang telah siap dikemas menjadi kromosom.

Profase I : DNA dikemas dalam kromosom. Pada akhir profase I terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad.

Tahap-tahap profase I :

- Leptoten : Benang-benang kromatin memendek dan menebal ,serta mudah menyerap zat warna dan membentuk kromosom mengalami kondensasi.

- Zigoten : Sentromer membelah menjadi dua dan bergerak kearah kutub yang berlawanan,sementara itu kromosom homolog saling berpasangan (sinapsis).

-Pakiten: Terjadi duplikasi kromosom.

-Diploten: Kromosom homolog saling menjauhi, terjadi perlekatan berbentuk X yang disebut kiasma dan merupakan tempat terjadinya Crossing Over.

-Diakinesis : Terbentuk benang-benang spindel, dua sentriol sampai pada kutub yang berlawanan, membran inti dan nukleus menghilang.

c) metafase I : Pasangan kromosom homolog berderet di daerah ekuator. Sentromer menuju kutub dan mengeluarkan benang2 spindel.

d) anafase I : Pada anafase I tiap kromosom homolog (yang berisi dua kromatid kembarannya) masing-masing mulai ditarik oleh benang spindel nenuju ke kutub pembelahan yang berlawanan arah. Tujuan anafase I adalah membagi isi kromosom diploid menjadi haploid.

e) telofase I : Pada telofase I tiap kromosom homolog kini telah mencapai kutub pembelahan.

f) sitokinesis I : Pada sitokinesis I tiap kromosom homolog dipisahkan oleh sekat sehingga sitokinesis menghasilkan dua sel, masing-masing berisi kromosom dengan kromatid kembarnya.

- Meiosis II

Profase II : Pada profase II kromatid kembaran masih melekat pada tiap sentromer kromosom. Tahap ini kadang terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

b) Metafase II : Pada metafase II tiap kromosom (yang berisi dua kromatid) merentang pada bidang ekuator. Terbentuk benang-benang spindel, satu ujung melekat pada sentromer, dan ujung lain membentang menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan arah.

c) Anafase II : Pada anafase II benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan tersebut. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya dan bergerak menuju kutub yang berbeda. Kromatid yang terpisah kini dinamakan kromosom.

d) telofase II : Pada telofase II, kromatid (atau kini disebut kromosom) telah mencapai kutub pembelahan. Hasil total dari tahap ini adalah terbentuk empat inti. Tiap inti mengandung setengah pasang kromosom (haploid) dan satu salinan DNA (1n,1c).

e) sitokinesis II : Pada sitokinesis II tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel dan akhirnya menghasilkan empat sel kembar haploid.

3.3 Pembelahan sel secara abnormal3Pembelahan sel secara abnormal adalah pembelahan sel yang berlangsung dengan tidak normal, terkadang tidak terkontrol karena adanya gangguan sistem tubuh manusia maupun karena faktor lainnya. Salah satu pembelahan sel abnormal yang sesuai dengan konteks skenario yang dibahas yaitu luka yang tidak sembuh-sembuh memungkinkan adanya displasia atau anaplasia.

Displasia atau anaplasia adalah perubahan sel dewasa suatu jaringan, baik dalam ukuran maupun susunannya. Keadaan ini disebut juga prakanker, yang dalam beberapa tahun, bahkan bulan berubah menjadi ganas.

Kematian Sel4

Kerusakan sel ada yang terjadi secara terus menerus, irreversible dan akhirnya sel tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan sehingga menyebabkan sel mati. Ada dua macam kematian sel yang dibedakan dari morfologi, mekanisme dan perubahan fisiologis dan penyakit yaitu appoptosis dan nekrosis.

Apopptosis adalah kematian sel oleh sel itu sendiri yang disebabkan oleh growth factor atau DNA sel atau protein yang dihancurkan dengna maksud perbaikan. Memiliki karakteristik sel dimana inti sel mengalami pemadatan dan tidak terjadi kerusakan membran sel. Appoptosis memerlukan sintersis aktif RNA dan protein dan merupakan suatu proses yang memerlukan energi. Secara morfologis, proses ini ditandai oleh pemadatan kromatin di sepanjang membran inti.

Nekrosis adalah kejadian dimana terjadi kerusakan membran, lisosom mengeluarkan enzim ke sitoplasma dan menghancurkan sel, isi keluar dikarenakan kerusakan membran plasma dan mengakibatkan reaksi inflamatori. Nekrosis adalah pathway yang secara umum terjadi pada kematian sel yang diakibatkan oleh ischemia, keracunan, infeksi dan trauma.

5.1 Komunikasi Sel1Untuk melakukan aktivitas di dalam tubuh sel-sel di dalam tubuh melakukan komunikasi satu sama lain agar setiap organ di dalam tubuh dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga keberlangsungan hidup dapat berjalan sistematis. Sel biasanya melakukan komunikasi dengan cara mengeluarkan sinyal-sinyal kepada sel target yang disebut persinyalan lokal,dan dengan cara kontak langsung ataupun dengan cara menyampaikan sinyal melalui hormon-hormon yang disebut persinyalan jarak jauh.

Sel yang berkomunikasi dengan cara kontak langsung baik sel hewan maupun sel tumbuhan memiliki sambungan langsung yang bila memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal ini, bahan pesinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel yang berdekatan. Disamping itu, sel hewan mungkin melakukan kontak langsung diantara molekul-molekul di dalam permukaannya, komunikasi ini terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke cairan ektrasel (intersisial), untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan.

Sel yang berkomunikasi dengan cara mengirimkan molekul-molekul sinyal atau komunikasi se persinyalan lokal, melakukan komunikasi dengan cara mengirimkan molekul-molekul sinyal secara difusi menuju sel target yang berada dekat dengannya, ataupun dengan cara menyampaikan neurotransmiter seperti adrenalin, asetil, kolin, dll. Melewati celah sinapsis(celah atau ruang kecil antar sel).

Sel yang berkomunikas jarak jauh berkomunikasi melalui sinyal listrik yang dihantarkan dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) ynag dialirkan melalui darah, hormon dapat mencapai hampir seluruh sel tubuh, tetapi jika dengan persinyalan lokal hanya untuk sel target tertentu yang memiliki jarak berdekatan dan mengenali serta merespon sinyal kimiawi yang diberikan.

5.2 Macam-macam komunikasi sel1,5Dalam penyampaian molekul sinyal terdapat empat tipe, yaitu:

Endokrin: sel target jauh, menggunakan mediator hormon. Hormon dibawa melalui pembuluh darah.

Parakrin: mediator lokal. Mempengaruhi sel target tetangga, dirusak oleh suatu enzim ekstraselular atau dimobilisasi oleh Ekstra Cellular Matriks

Autokrin: Sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu sendiri

Sinaptik: Penyampaian sinyal dapat dilakukan dengan cara protein dari suatu sel berikatan langsung dengan protein lain pada sel lain.

a) Komunikasi Langsung : komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.

b) Komunikasi Lokal : Pensinyalan lokal yakni pensinyalan antar sel yang terjadi antar sel yang berdekatan, ada 2 macam tipe pensinyalan lokal yakni parakrin dan sinaptik. Pada pensinyalan lokal sel akan mengeluarkan pesan pesan atau sinyal sinyal molekul kepada sel lain hanya pada jarak lokal tidak menjangkau jarak yang jauh seperti hormonal.

Persinyalan Parakrin : Parakrin merupakan tipe komunikasi sel jarak lokal yang tidak memerlukan kontak langsung dengan sel target, dan molekul-molekul pesan mencapai sel target dengan cepat melalui proses difusi.

Mekanisme persinyalan parakrin : Reception (penerimaan) merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. Transduksi, diawali dengan pengikatan molekul sinyal yang nantinya akan mengubah protein reseptor. Tahap transduksi ini akan mengubahn sinyal kedalam suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon seluler spesifik. Respon, pada tahap ketiga persinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon seluler spesifik. Persinyalan Sinaptik : Sinaptik merupakan tipe komunikasi sel jarak lokal yang terspesialisasi pada sel saraf. Sel saraf akan melepas molekul neurotransmitter ke dalam sinapsis antar sel lain.

Mekanisme persinyalan sinaptik : reception (penerimaan) sinyal listrik di sepanjang sel memicu sekresi sinyal kimiawi yang dibawa oleh molekul neurotransmiter. Transduksi, molekul berdifusi melintasi sinapsis (ruang sempit antar sel saraf dan sel targetnya). Responnya, neurotransmiter akan merangsang sel target. c) Komunikasi Jarak Jauh : komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.

Penutup

Melalui pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam memecahkan sebuah masalah klinis, kita harus lebih dulu menguasai teori dasar biologi sel. Dalam kasus ini, dengan mempelajari tentang kematian sel, pembelahan sel normal dan abnormal, serta komunikasi sel, kita dapat menyimpulkan bahwa luka yang tidak sembuh dikarenakan sel mengalami hambatan pembelahan yang menyebabkan sel rusak atau mengalami kematian dan tidak dapat beregenerasi lagi.

Penguasaan teori dasar biologi sel terbukti sangat diperlukan dalam memecahkan masalah klinis dan untuk mengetahui gangguan yang ada didalam tubuh seseorang agar segera mendapatkan pelayanan khusus bila abnormal, dan untuk mengetahui apakah mekanisme pembelahan sel didalam tubuh kita sudah normal sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Anthony JF Jeffrey H , David T, Richard C ,William M. An Introduction to Genetic Analyisis. New York: W.H Freeman; 2000. h 103-18, 171-9.

Azhar, Tauhid. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung: Widya Padjajaran; 2008. H 321-40.

Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang W. Biologi SMA dan MA. Jakarta: ESES; 2004. h 70-9, 105-8.

Campbell N.A, J. Reece, Mitchell L. Biologi. Jakarta: Erlangga; 1999. h 121-9.

Priadi, Arif. Biologi 3. Bogor: Penerbit Yudhistira; 2002. h 90-9, 112-9.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Vania Faustina / 102013277

[email protected]