makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

32
Pendahuluan Dementia adalah gangguan global fungsi kognitif dengan tingkat kesadaran normal, berbeda dengan acute confusional state di mana tingkat kesadarannya terganggu. Insidensinya 5% pada usia ≥ 65 tahun dan 20% pada usia ≥85 tahun. 1 Secara klinis, munculnya demensia pada seorang lanjut usia yang tidak disadari karena gejalanya tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun perlahan. Selain itu, pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia (biasanya ditandai dengan berkurangnya fungsi memori) merupakan suatu hal yang wajar pada orang lanjut usia. Akibatnya, penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai akhirnya mulai memengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya. Saat ini telah disadari bahwa diperlukan deteksi dini yang terhadap munculnya demensia, karena penelitian telah menunjukkan gejala-gejala penurunan fungsi kognitif dikenali sejak awal maka dapat dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh pada keadaan demensia. Dengan adanya terapi-terapi baru, penting untuk berusaha mencapai suatu diagnosis spesifik, namun hal itu tidak mudah karena peralatan klinik tidak dapat memberikan hasil yang akurat. Anamnesis Anamnesis yang dapat dilakukan pertama adalah menanyakan identitas penderita termasuk dalam bagian ini adalah anamnesis

description

makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Transcript of makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Page 1: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Pendahuluan

Dementia adalah gangguan global fungsi kognitif dengan tingkat kesadaran normal,

berbeda dengan acute confusional state di mana tingkat kesadarannya terganggu.

Insidensinya 5% pada usia ≥ 65 tahun dan 20% pada usia ≥85 tahun.1

Secara klinis, munculnya demensia pada seorang lanjut usia yang tidak disadari

karena gejalanya tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun perlahan.

Selain itu, pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif

yang terjadi pada awal demensia (biasanya ditandai dengan berkurangnya fungsi memori)

merupakan suatu hal yang wajar pada orang lanjut usia. Akibatnya, penurunan fungsi kognitif

terus akan berlanjut sampai akhirnya mulai memengaruhi status fungsional pasien dan pasien

akan jatuh pada ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya. Saat ini telah disadari bahwa

diperlukan deteksi dini yang terhadap munculnya demensia, karena penelitian telah

menunjukkan gejala-gejala penurunan fungsi kognitif dikenali sejak awal maka dapat

dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak mempertahankan fungsi kognitif agar

tidak jatuh pada keadaan demensia. Dengan adanya terapi-terapi baru, penting untuk

berusaha mencapai suatu diagnosis spesifik, namun hal itu tidak mudah karena peralatan

klinik tidak dapat memberikan hasil yang akurat.

Anamnesis

Anamnesis yang dapat dilakukan pertama adalah menanyakan identitas penderita

termasuk dalam bagian ini adalah anamnesis mengenai faktor resiko sakit, yaitu usia sangat

lanjut ( >70 tahun), duda hidup sendiri, kematian oramng terdekat, gangguan mental nyata,

dan lain-lain.2 Selanjutnya dapat dilakukan anamnesis tentang obat baik sebelum sakit atau

yang diminum dirumah, baik dari resep dokter atau yang dibeli bebas. Dan penilaian sistem

karena keluhan tidak selalu menggambarkan penyakit yang diderita, seringkali justru

memberikan keluhan yang tidak khas.

Anamnesis harus terfokus pada onset, lamanya dan bagaimana laju progresi dan

penurunan fungsi kognitif yang terjadi. Kebingungan (confusion) yang terjadi akut dan

subakut mungkin merupakan manifestasi delirium dan harus dicari kemungkinannya

penyebabnya seperti intiksikasi, infeksi atau perubahan metabolik. Seorang usia lanjut

dengan kehilangan memori yang berlangsung lambat selama beberapa tahun kemungkinan

menderita penyakit alzheimer. Hampir 75 % penderita penyakit ini di mulai dengan gejala

memori, tetapi gejala awal juga dapat meliputi kesulitan mengurus keuangan, berbelanja,

mengikuti perintah, menemukan kata atau mengemudi. Perubahan kepribadian, disinhibisi,

Page 2: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

peningkatan berat badan, atau obsesi terhadap makanan mengarah kepada fronto-temporal

dementia ( FTD), bukan penyakit alzheimer. Diagnosis demensia dengan Lewy Body (DLB)

dicurigai bila terdapat adanya gejala awal berupa halusinasi visual, parkinsonisme, delirium,

dan gangguan tidur. Riwayat keluarga juga harus diperhatikan menjadi suatu bahan evaluasi

karena terdapat kecendrungan familial.2

Riwayat adanya stroke dengan progresi bertahap dan tidak teratur mengarah pada

demensia multi-infark. Demensia multi infark pada umumnya terjadi pada pasien-pasien

dengan faktor resiko hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit vaskuler perifer, dan diabetes.

Riwayat keluarga juga harus selalu menjadi bagian dari evaluasi, mengingat bahwa

pada penyakit Alzeheimer, FTD, dan penyakit Huntington terdapat kecenderungan familial.

Gejala depresi seperti insomnia dan kehilangan berat badan sering tampak pada

pseudemensia akibat depresi, yang dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang baru

meninggal.2

Working Diagnosis3

Alzheimer’s disease adalah suatu bentuk deteriorasi mental yang progresif. Gangguan

ini mungkin penyebab dementia yang sangat umum di kalangan orang-orang yang sudah tua.

Alzheimer’s disease dialami oleh wanita tiga kali lebih banyak dibanding dengan pria. Orang

yang mengalami gangguan ini akan mengalami deteriorasi progresif dalam fungsi mental

yang meliputi ingatan, bahasa, dan pemecahan masalah. Hal yang menyangkut ingatan adalah

individu menjadi pelupa. Akan tetapi, sifat pelupa itu sendiri bukan merupakan indikasi

adanya Alzheimer’s disease. Kecurigaan akan Alzheimer’s disease muncul bila gangguan

kognitif mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi dalam pekerjaan sehari-hari

dalam peran-peran sosial.

Alzheimer’s disease pertama kali ditemukan oleh seorang neurolog Jerman, Alois

Alzheimer (1864-1915) ketika seorang wanita berusia 56 tahun yang menderita dementia

berat diautopsi dan dia mencatat dua abnormalitas yang sekarang dianggap sebagai tanda-

tanda penyakit itu, yakni; (1) neuron-neuron dalam selaput otak kelihatan kacau dan

berantakan, dan ini disebut neurofibrillaary tangling. Diduga neuron-neuron yang kacau itu

menimbulkan gangguan pada fungsi saraf yang kemudian menyebabkan gangguan kognitif

yang berkaitan dengan Alzheimer’s disease; dan (2) ujung-ujung saraf dalam otak wanita itu

memperlihatkan detoriorasi berat. Bintik-bintik kecil deteriorasi itu dsebut neuritic plaques.

Mungkin karena pasien lebih muda dari 65 tahun, banyak orang menyimpulkan bahwa

Alzheimer’s disease adalah dementia presenil yang hanya diderita oleh orang-orang di bawah

Page 3: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

usia 65 tahun. Oleh karena itu, gangguan itu kadang-kadang disebut “presenile psychosis”

atau juga “presenile dementia”. Kita sekarang mengetahui bahwa Alzheimer’s disease

diderita oleh orang-orang yang lebih muda dan lebih tua meskipun resiko Alzheimer’s

disease meningkat secara drastis di kalangan oranf-orang yang berusia lanjut (berusia lebih

dari 65 tahun ). Ada perubahan mental dan terjadi kerusakan-kerusakan dari tingkat yang

rendah sampai tingkat yang berat. Alzheimer’s disease diduga akan menimpa juga keturunan

dari orang yang menderita gangguan ini. Semakin cepat timbulnya Alzheimer’s disease,

maka semakin besar juga kemungkinan keturunan orang tersebut mengembangkan gangguan

ini.

Dementia Alzheimer adalah suatu penyakit bukan hanya degenerasi otak dari orang-

orang yang sudah lanjut usia. Kerusakan otak pertama-tama terjadi pada selaput otak dan

hipocampus-daerah-daerah otak yang sangat penting untuk fungsi-fungsi kognitif dan

ingatan. Pada tahap-tahap awal, penderita biasanya mnejadi pelupa. Masalah utamanya

adalah ingatan jangka pendek, dan dalam beberapa kasus, masalah dengan ingatan jangka

pendek ini begitu hebat sehingga individu tidak mampu mempertahankan ingatan cukup lama

untuk melakukan tindakan yang memiliki tujuan. Masalah ini disebut dengan abulia kognitif.

Misalnya, seorang individu memasuki suatu ruangan untuk melakukakn sesuatu, tetapi begitu

sudah berada di ruangan itu, ia mungkin sama sekali lupa mengapa ia pergi ke ruangan itu.

Hal ini, kadang-kadang dapat terjadi dengan orang normal, tetapi pada pasien Alzheimer’s

disease masalah tersebut selalu terjadi.

Ciri-ciri Alzheimer’s disease

Penyakit ini adalah progresif, fungsi kognitif pada umumnya menurun sebanding

dengan lamanya penyakit itu. Pada tahap-tahap awal, pada umumnya pengaruh-prngaruh

hanya terbatas pada kesulitan-kesulitan ingatan dan perubahan-perubahan kepribadian yang

hampir ridak kelihatan. Kesulitan-kesulitan yang menyangkut ingatan pada umumnya adalah

ingatan jangka pendek. Misalnya, individu sulit sekali mengingat peristiwa-peristiwa yang

baru saja terjadi atau hal-hal penting seperti nomor telepon, kode wilayah, kode daerah pos,

dan semua nama dari cucu-cucunya, serta menghitung angka-angka. Ada kemungkinan

terjadi perubahan-perubahan kepribadian yang hampir tidak kelihatan, misalnya tanda-tanda

penrikan diri pada orang-orang yang berwatak ramah atau sifat lekas marah pada orang-orang

yang lemah lembut. Tetapi pada awal tahap ini (menurut DSM-III-R) orang-orang yang

mengalami Alzheimer’s disease pada umumnya kelihatan rapi dan biasanya kooperatif serta

dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Page 4: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Ketika Alzheimer’s disease berkembang ke tingkat sedang, maka orang-orang yang

mengalami gangguan-gangguan ini sulit untuk menangani tugas sehari-hari, bahkan

membutuhkan bantuan. Mereka mungkin tidak sanggup memilih pakaian-pakaian yang tapat

untuk musim tertentu atatu untuk upacara tertentu. Pada tahap sedang ini, masalah ingatan

masih menyangkut ingatan jangka pendek. Misalnya, pada waktu dilakukan wawancara,

mereka mungkin tidak mampu mengingat alamat-alamat d=kediaman mereka atau nama dari

pada anggota keluarga mereka. Pada waktu mengemudikan kendaraan, mereka mulai

melakuakan kesalahan-kesalahan seperti tidak dapat menghentikan kendaraan pada tanda-

tanda untuk berhenti atau mempercepat laju kendaraan di mana seharusnya mereka

mengerem kendaraan, bahkan kadang-kadang mengalami kecelakaan. Beberapa pasien

Alzheimer’s disease tidak menyadri kekurangan-kekurangan ini, sedangkakn orang-orang

lain menyangkal masalah-masalah yang dialami itu dan menghubungkan masalah-masalah itu

dengan penyebab lain.

Penyangkalan dapat melindungi para pasien Alzheimer’s disease pada tahap awal dan

pada tahap ringan dari prngakuan bahwa mereka secara berangsur-angsur kehilangan

kemampuan intelektual mereka. Penyangkalan diketahui bila terdapat ketidakcocokan antara

kanyataan dari kondisi yang dialami para pasien dan persepsi-persepsi yang dilaporkan

mengenai kondisi-kondisi mereka. Sebaliknya, mereka yang mengakui masalah-masalah

mereka mungkin mengalami depresi oleh masalah-masalah tersebut.

Ketika Alzheimer’s disease itu berkembang, maka orang-orang akan menjadi semakin

terganggu. Pada tingkat yang cukup berat, mereka mengalami kesulitan dalam bermacam-

macam fungsi pribadi, seperti pergi ke toilrt dan mandi sendiri. Terjadi celah-celah yang

besar dalam ingatan mereka terhadap peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang

baru saja terjadi. Para pasien tidak dapat mengingat alamat-alamat mereka yang lengkap,

tetapi mungkin hanya mengingat bagian-bagian dari alamat-alamat tersebut. Atau, mereka

mungkin lupa akan nama dari anggota pasangan hidup mereka meskipun sebenarnya mereka

sangat bergantung pada mereka. Meskupun demikian, mereka mengakui bahwa mereka akrab

dengan anggota pasangan hidupnya. Mereka juga tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa

yang jauh (ingatan jangka panjang). Mereka pada umumnya tidak mampu mengingat nama-

nama sekolah, orangtua, dan tempat kelahiran mereka. Mereka mungkin tidak dapat berbicara

dalam kalimat-kalimat yang lengkap dan respon-respon verbal mungkin hanya terbatas pada

beberapa kata.

Dalam tahapan yang sangat berat (tahap terakhir) dari gangguan tersebut, fungsi-

fungsi kognitif menurun sampai pada titik tidak berdaya. Fungsi ingatan jangka pendek dan

Page 5: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

jangka lam hilang. Individu tidak hanya tidak mampu mengingat apa yang terjadi beberapa

menit sebelumya, tetapi ia juga tidak mampu mengenal para anggota keluarganya, seperti

anak-anaknya sendiri. Dalam tahap ini, orang yang menderita Azheimer’s disease mengalami

disorientasi dan mungkin juga tidak mampu memelihara atau merawat dirinya sendiri.

Masalah dengan sistem-sistem lain juga berkembang. Misalnya, individu kehilangan kontrol

motorik, yang berarti ia tidak dapat mengendalikan proses-proses eliminasi. Selain

mengalami hal-hal tersebut diatas, orang yang mengalami Alzheimer’s disease juga

mengalami simtom-simtom, seperti apati, pasivitas, kehilangan energi, minat, antusiame,

afeksi, dan kadang-kadang egosentrik, tidak peka dan tidak bisa dikendalikan. Individu dapat

berjalan jauh dari rumahnya, tetapi kehilangan arah dan tidak bisa kembali. Banyak juga

orang yang menderita gangguan inin mengalami ledakan amarah dan menyerang orang yang

merawatnya. Kira-kira 30-40% para penderta Alzheimer’s disease mengalami depresi. Tetapi,

tidak jelas apakah depresi itu merupakan tanda klinis awal dari Alzheimer’s disease atau

depresi itu mempengaruhi proses perkembangannyaa. Halusinasi hanya sedikit dialami ileh

para penderita Alzheimer’s disease, tetapi delusi sering terjadi dan kira-kira 30-50%

mengalami delusi paranoid, seperti berpikir bahwa anggota keluarganya berkomplot untuk

melawannya, delusi dikerjar-kejar, delusi bahwa anggota pasangan hidupnya tidak setia dan

sebagainya. Kita tidak mengetahui apaka pola tersebut berkembang. Ada kemungkinan

bahwa individu mulai mengalami suatu kebingungan kognitif dan tidak bisa mengintrol

sumber-sumber eksternal. Dengan kata lain, bukanya berkata “Aku tidak dapat menukan

sesuatu karena sudah tua dan ingatanku hilang” melainkan individu mungkin berkata “Aku

tidak dapat menemukan sesuatu karena orang lain mengambilnya atau menyembunyikannya”.

Bilah hal itu terjadi, perubahan-perubahan kepribadian merupakan simtom-simtom sekunder

bukan simtom-simtom primer detriorasi neurologis. Pada umumnya orang menerima orang

menerima bahwa kematian aka terjadi sesudah 5-19 tahu sesudah mngalami gangguan

tersebut.

Kesulitan individu untuk mengingat peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi

mungkin disebabkan oleh gangguan prose-proses biologis yang dibutuhkan untuk

mengonsolidasikan ingatan-ingatan. Meskipun fungsi intelektual individu yang menderita

Alzheimer’s disease menurun secara progresif, tetapi fungsi-fungsi kognitif tertentu kelihatan

tetap utuh. Ia pada umumnya dapat mengikuti perintah-perintah tertulis yang menunjukkan

bahwa catatan-catatan tertulis mungkin membantu individu mengimbangi kekuangan-

kekurangan ingatan dan untuk mengatur tingkah lakunya dengan lebih baik. Akan tetapi,

pasien Alzheimer’s disease merasa sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas yang lebih rumit,

Page 6: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

seperti mengeja kata-kata terbalik atau menyalin gambar-gambar atau desain-desain yang

rumit.

Global deterioretion scale/GDS memeperlihatkan besarnya atau “tahap” kemumduran

kognitif yang ada hubungannya dengan usia lanjut yang normal dan dengan bermacam-

macam tingkat kehebatan Azheimer’s disease.Tabel 1. Global Deterioration (GDS) untuk Penaksiran Alzheimer’s Disease3

Global Deterioration (GDS) untuk Penaksiran Alzheimer's Disease

Tingkat

GDS

Tingkat

KlinisKarakteristik-karakteristik Klinis Diagnosis

1 = tidak ada

kemunduran

kognitif

normal

tidak ada keluhan-keluhan subjektif terhadap

kekurangan ingatan. Tidak ada kekuranga ingatan yang

jelas pada saat wawancara klinis

normal

2 =

kemunduran

kognitif yang

sangat ringan

pelupa/

kelalaian

keluhan-keluhan subjektif terhadap kekurangan-

kekeurangan ingatan, tidak ada kekurangan-kekurangan

objektif dalam pekerjaan dan situasi-situasi sosial.

Keprihatinan yang tepat mengenai sistem tomatologi

orang

lanjut usia

yang

normal

3 =

kemunduran

kognitif yang

ringan

kebingungan

awal

kekurangan-kekurangan yang jelas paling awal.

Performasi berkurang dalam pekerjaan dan situasi-

situasi sosial yang banyak persyaratannya. Bukti objektif

tentang kekurangan ingatan yang diperoleh hanya

dengan wawancara intensif. Kecemasan yang ringan

sampai sedang menyertai simtom-simtom.

cocok

dengan

Alzheime

r's disease

yang baru

mulai

4 =

kemunduran

kognitif yang

sedang

kebingungan

akhir

kekurangan jelas pada wawancara yang dilakukan

dengan teliti. Tidak mampu melakukan tugas-tugas yang

sulit penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang

dominan. Terjadi penumpukan afek dan penarikan diri

dari situasi-situasi yang menantang

Alzheime

r's disease

ringan

Page 7: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

5 =

kemunduran

kognitif yang

agak berat

dementia

awal

pasien-pasien tidak dapat lagi bertahan hidup tanpa

bantuan orang lain. Selama wawancara, pasien-pasien

tidak mampu mengigat askpek utama dan relevan dari

kehidupan mereak sekarang. Orang-orang dalam tahap

ini tetap memiliki pengetahuan mengenai banyak fakta

yang penting mengenai diri mereka sendiri dan orang-

orang lain. mereka tetap mengetahui nama-nama mereka

sendiri dan pada umumnya mengetahui anggota

pasangan dan nama anak-anak mereka. mereka tidak

memerlukan bantuan untuk pergi ke toilet dan makan,

tetapi mungkin sulit memilih pakaian yang tepat untuk

dipakai.

Alzheime

r's disease

sedang

6 =

kemunduran

kognitif yang

berat

dementia

menengah

mungkin kadang-kadang kupa akan nama dari anggota

pasangan dan tempat mereka sama sekali tergantugn

kepada orang lain untuk bisa bertahan hidup. Sebagian

besar pasien tidak akan menyadari semua peristiwa dan

pengalama yang baru saja terjadi dalam kehidupan

mereka akan memerlukan bantuan terhadap aktivitas-

aktivitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. terjadi

perubahan-perubahan kepribadian dan emosi.

Alzheime

r's disease

yang agak

berat

7 =

kemunduran

kognitif yang

sangat berat

dementia

akhir

semua kemampuan verbal hilang. Sering kali pasien

sama sekali tidak dapat berbicara dan hanya

menggerutu. Pasien tidak dapat menahan kencing.

Membutuhkan bantuan orang lain untuk pergi ke toilet

dan makan. Keterampilan-keterampilan psikomotorik

dasar hidup hilang (misalnya kemampuan untuk

berjalan)

Alzheime

r's disease

yang

berat

Diagnosis Banding

1. Mudah lupa wajar/ normal/ Benign Senescent Forgetfulness (BSF), merupakan sebuah

kemunduran memori (mudah lupa) yang masih wajar (normal aging) dapat juga disebut

sebagai Age-Associated Memory Impairment/ AAMI, gangguan memori terkait tua.

Tidak dapat disangkal bahwa seseorang yang mulai menginjak usia baya 50-an, apalagi

yang suda usia sering mengalami gejala lupa atau mudah lupa seperti lupa menaruh

benda, tidak ingat nama orang, lupa janji, dsb. Gejala yang khas disebut sebagai gejala

Page 8: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

“lupa sekejap”. Suatu saat lupa nama atau peristiwa, tapi tidak dapat menjabarkan nama

atau peristiwa tersebut , beberapa saat kemudian dapat menemukan kata yang dilupakan

tadi. Keluhan ini tidak mempengaruhi aktivitas fisik sehari-hari. Penyebab mudah lupa

ini pada umumnya adalah kelambanan bepikir, kurang perhatian dan konsentrasi yang

merupakan kekurangan pada usia lanjut.

2. Gangguan kognitif ringan/ pre-dementia, merupakan gejala perantara antara gejala

mudah lupa wajar dan dementia. Seseorang dengan keluhan mudah lupa dan dikenali

oleh teman dekatnya (informan) atau dapat jga seseorang tidak mengeluh secara

subyektif tetapi keluhan mudah lupa ini dikenal oleh informan secara obyektif, maka

gejala ini disebut sebagai gangguan kognitif. Aktifitas sehari-hari yang sederhana sudah

mulai terganggu. Pasien menyadari adanya defisit memori dan mencoba

mengimbanginya, namun hal ini tetap menyebabkan rasa harga dirinya menurun. Apalagi

kalau kekeurangannya sudah mempengaruhi aktifitas hidup sehari-hari.

3. Dementia

Alzheimer bermula paling banyak dengan gangguan bertahap pada memori episodik,

namun lamakelamaan menyebabkan penurunan kognitif secara umum, pada awalnya

hanya memori memori baru yang tidak dapat diingat sedangkan memori masa kecil

masih baik. Lama kelaamaan tidak ada memori sama sekali dapat diingat.1

Dementia fronto temporal terdapat perubahan kepribadian yang nyata dan

berkembang sindrom diseksekutif, yaitu penderita tidak memiliki kemauan untuk

memulai kegiatan apapun atau juga bisa sebaliknya dimana mereka mengalami

disinhibisi nyata.1

Demensia vaskular menunjukkan perkembangan bertahap dari gangguan kognitif

dan tanda neurologis fokal pada seseorang dengan faktor resiko yang sesuai. Cara

berjalan dengan langkah kecil dan kaki yang diangkat merupakan tanda khasnya. Adanya

infark multipel dan abnormalitas substansia alba. Riwayat adanya stroke dengan progresi

bertahap dan tidak teratur mengarah pada demensia multi-infark. Demensia multi infark

umunya terjadi pada pasien-pasien dengan faktor hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit

vaskular perifer, dan diabetes.

Dementia Lewy body, menyebabkan parkinsonisme. Gambaran khasnya kognisi

yang fluktuatif, halusinasi visual pada malam hari dan gangguan tidur fase rapid eye

movement (REM). 1

Pemeriksaan fisik dan neurologis

Page 9: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien dengan demensia dilakukan untuk

mencari keterlibatan sistem saraf dan penyakit sistemik yang mungkin dapat dihubungkan

dengan gangguan kognitifnya. Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda vital. Pemeriksaan

tekanan darah, harus dalam keadaan tidur, duduk atau berdiri, masing-masing dengan selang

1-2 menit. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem ; pemeriksaan syaraf kepala, pemeriksaan

panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut, pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri

karotis, pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan seterusnya samapai pemeriksaan

ektremitas, refleks-refleks, kulit integumen.4

Pemeriksaan neuropsikologik

Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi penurunan fungsi

kognitif adalah the mini mental status examination (MMSE), yang dapat pula digunakan

untuk memantau perjalanan penyakit. Test psikologis bertujuan untuk menilai fungsi yang

ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti uji orientasi, gangguan

memori, kompherensi bahasa, menyebutkan kata, dan mengulang kata. Defisit pada

kemampuan verbal dan memori episodik visual sering merupakan abnormalitas

neuropsikologis awal yang terlihat pada penyakit Alzheimer, pada fronto-temporal demensia

defisit awal sering melibatkan fungsi eksekutif frontal atau bahasa.5

Tabel 2. Formulir Pemeriksaan Mmse (Mini Mental State Examination)

No Daftar Pernyataan Penilaian

1 Tanggal berapakah hari ini? (bulan, tahun) 0-2 kesalahan = baik

2Hari apakah hari ini? 3-4 kesalahan = gangguan intelek ringan

3 Apakah nama tempat ini? 5-7 kesalahan = gangguan intelek sedang

4

Berapa nomor telepon Bapak/Ibu (bila tidak ada

telepon, dijalan apakah rumah Bapak/Ibu?)8-10 kesalahan = gangguan intelek berat

5 Berapa umur Bapak/Ibu

bila penderita tak pernah sekolah, nilai

kesalahan diperbolehkan +1 dari nilai di

atas

6 kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, bulan, tahun)

7

Siapakah nama Gubernur kita?

(walikota/lurah/camat)

8

Siapakah nama Gubernur sebelumnya?

(walikota/lurah/camat)

9 Siapakah nama gadis Ibu anda? bila penderita sekolah lebih dari SMA,

kesalahan yang diperbolehkan -1 dari atas10 Hitung mundur 3-3, mulai dari 20!

Page 10: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Dapat pula dinilai melalui kuisioner untuk penderita Alzheimer jika skor yang

didapatkan 0-4 : tidak ada penyebab atau hal yang perlu dikhawatirkan.

Jika skor yang didapatkan 5-14 : memori yang hilang mungkin bisa menjadi gejala awal dari

alzheimer. Jika skor yang didapatkan lebih dari 15 : alzheimer kemungkinan sudah

berkembang

Tabel 3. Pertanyaan utuk tahu resiko Alzheimer6

N

opertanyaan

ya

(1)

tidak

(0)

1 Apakah orang terdekat Anda mengalami kehilangan memori?    

2 Jika iya, apakah gangguan ini memburuk dalam beberapa tahun terakhir?    

3Apakah mereka pernah mengulang pertanyaan, pernyataan atau cerita yang sama dalam 1

hari?   

4 Apakah mereka mengambil alih janji, atau pasien justru melupakan janjinya?    

5 Apakah mereka salah meletakkan barang lebih dari sekali dalam sebulan?    

6Apakah mereka menyalahkan orang lain karena menyembunyikan atau mencuri barang

yang tidak bisa ditemukannya?   

7Apakah mereka sering bermasalah dalam mengetahui hari, tanggal, bulan, tahun dan

waktu, atau sering mengecek tanggal lebih dari 1 kali dalam sehari?   

8 Apakah mereka menjadi bingung saat berada di tempat-tempat yang asing untuknya    

9Apakah mereka menjadi lebih sering bingung ketika tidak berada di rumah atau saat

sedang berjalan-jalan?    

10Diluar keterbatasan fisik, apakah mereka memiliki masalah dalam mengatur uang,

misalnya ketika memberikan tips atau menghitung sesuatu?    

11Apakah mereka memiliki masalah ketika membayar atau melakukan sesuatu yang

berhubungan dengan keuangan?    

12Apakah mereka memiliki masalah dalam mengingat waktu minum obat atau lupa

mengonsumsi obat yang biasa dikonsumsi?    

13Apakah mereka menjadi sulit saat mengemudi atau Anda khawatir jika pasien yang

mengemudi?    

14Apakah mereka memiliki masalah saat menggunakan barang seperti telepon, pisau, remote

atau microwave?    

15 Diluar keterbatasan fisik, apakah mereka sulit mengejarkan pekerjaan rumah tangga?    

16 Diluar keterbatasan fisik, apakah mereka berhenti atau menyerah melakukan hobinya    

Page 11: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

seperti golf, menari, olahraga atau kerajinan tangan?

17 Apakah mereka jadi lupa dengan keluarga atau orang disekitarnya seperti tetangga sendiri?    

18 Apakah mereka gagal atau sulit menentukan arah?    

19 Apakah mereka sulit menemukan kata-kata selain nama?    

20 Apakah mereka bingung dengan nama keluarga atau teman?    

21 Apakah mereka kesulitan mengenal anggota keluarganya sendiri?    

Pemeriksaan lainnya ialah menggunakan indeks barthel yang menilai 10 aktivitas sehari hari sertas

mobilitas hidup . Panduan barthel index:7

1. Barthel index harus diisi berdasarkan apa yang telah dilakukan klien, bukan apa yang dirasa mampu dilakukan oleh klien

2. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan pasien akan bantuan dalam beraktivitas, baik itu bantuan secara fisik maupun verbal, sekecilapapun itu

3. Jika dalam melakukan pasien masih membutuhkan pengawasan, berarti pasienmasih belum independen

4. Observasi langsung adalah cara terbaik untuk mengisi cheklist, meskipun dapatpula dengan menanyakan keluarga terkait kemampuan pasien. Pengujian bukanlah hal yang diperlukan untuk mengisi cheklist

5. Pengamatan sebenarnya cukup dilakukan selama 24-48 jam, akan tetapi jangka waktu pengamatan yang lebih lama akan meningkatkan validitas hasilpengamatan.

6. Skala menengah berarti pasien mampu melakukan 50 persen atau lebih dariaktivitas7. Pasien dianggap Mandiri jika mampu melakukan sendiri meskipun menggunakan alat

bantu

Tabel 4. Indeks Barthel 7

aktivitas skor

Makan  

0 = tidak mampu  

5 = memerlukan bantuan, seperti memotong makanan, mengoleskan mentega, atau

memerlukan bentuk diet khusus 

10 = mandiri/tanpa bantuan  

Mandi  

0 = tergantung  

5 = mandiri  

Kerapian/penampilan  

0 = memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri  

Page 12: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

5 = mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menatarambut, dan

bercukur 

Berpakaian  

0 = tergantung/tidak mampu  

5 = perlu dibantu tapi dapat melakukan sebagian  

10 = mandiri (mampu mengancingkan baju, menutup resleting,merapikan)  

Buang air besar  

0 = inkontinensia, atau tergantung pada enema  

5 = kadang mengalami kesulitan  

10 = normal  

Buang air kecil  

0 = inkontinensia, harus dipasang kateter, atau tidak mampu mengontrol BAK

secara mandiri 

5 = kadang mengalami kesulitan  

10 = normal  

Penggunaan kamar mandi/toilet  

0 = tergantung  

5 = perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh  

10 = mandiri  

Berpindah tempat (dari tempat tidur ke tempat duduk, atau sebaliknya)  

0 = tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan  

5 = memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang) untuk bisaduduk  

10 = memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara verbal)  

15 = mandiri  

Mobilitas (berjalan pada permukaan yang rata)  

0 = tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard  

5 = hanya bisa bergerak dengan kursi roda, lebih dari 50 yard  

10 = berjalan dengan bantuan lebih dari 50 yard  

15 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu)  

Menaiki /menuruni tangga  

0 = tidak mampu  

5 = memerlukan bantuan  

10 = mandiri  

Page 13: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Pemeriksaan Penunjang

Test Laboratorium

Test laboratorium pada pasien demensia tidak dilakukan dengan serta merta pada

semua kasus. Pemeriksaan fungsi tyroid, kadar vitamin B12, darah lengkap, elektrolit dan

VDRL direkomendasikan untuk diperiksa secara rutin. Pemeriksaan tambahan yang perlu

dipertimbangkan adalah pungsi lumbal, fungsi hati, fungsi ginjal, pemeriksaan toksin diurin

atau darah, dan apolipoprotein E.4

Radiologi

CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI scan) umumnya dilakukan untuk

mengidentifikasi tumor primer atau sekunder, lokasi area infark, hematoma subdural, dan

memperkirakan adanya hidrosefalus bertekanan normal atau penyakit white matter yang luas.

CT atau MRI juga dapat mendukung diagnosis penyakit Alzheimer, terutama bila terdapat

atrofi hipokampus selain adanya atrofi kortikal yang difus. SPECT dan PET scanning dapat

menunjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme temporal parietalpada penyakit Alzheimer

dan hipoperfusi atau hipometabolisme frontotemporal pada FTD.4

Epidemiologi

Insidens demensia meningkat secara bermakna seiring meningkatnya usia. Setelah

usia 65 tahun, prevalensi demensia meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 5 tahun.

Secara keseluruhan prevalensi demensia pada populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah

5,6%. Penyebab tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit

Alzheimer, sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering

demensia.

Sebuah penelitian pada populasi usia lanjut di AS mendapatkan lebih dari 45%

mereka yang berusia 85 tahun atau lebih menderita penyakit Alzheimer. Hasil ini

dikonfirmasi oleh penelitian di Swedia yang menyebutkan 44% dari usia lanjut yang berusia

lebih dari 85 tahun mengalami penyakit Alzheimer. Di Jepang dari seluruh penduduk

sentenarian ( usia 100 tahun atau lebih ), 70% mengalami demensia dengan 76% nya

menderita penyakit Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan laju insidens penyakit

Alzheimer meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya umur, walaupun terjadi

penurunan insidens pada usia 95 tahun yang diduga karena terbatasnya jumlah subyek diatas

90 tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa frekuensi penyakit Alzheimer meningkat

seiring usia, dan mencapai 20-40% populasi berusia 85 tahun atau lebih.

Page 14: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Proporsi perempuan yang mengalami penyakit Alzheimer lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah perempuan), hal ini disebabkan perempuan

memiliki harapan hidup lebih baik dan bukan karena perempuan lebih mudah menderita

penyakit ini. Faktor risiko lain yang dari berbagai penelitian diketahui berhubungan dengan

penyakit Alzheimer adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, serta berbagai faktor

risiko timbulnya arterosklerosis dan gangguan sirkulasi pembuluh darah otak. Faktor

pendidikan dan genetik juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.8

Etiologi

Demensia memiliki banyak penyebab, namun demensia tipe Alzheimer dan demensia

vaskular secara bersama-sama mencangkup hingga 75% kasus. Pada demensia yaang penting

adalah adalah identifikasi sindrom dan penangan klinis kausa. Gangguan ini dapat bersifat

progresif atau statis, permanen, atau reversibel. Adanya kausa yang mendasari harus selalu

dipikirkan meski pada kasus yang jarang tampaknya mustahil untuk menemukan suatu kausa

spesifik. Potensi reversibilitas demensia berhubungan dengan kondisi patologis yang

mendasari dan ketersediaan serta penerapan terapi yang efektif. Sekitar 15% pasien demensia

akan mengalami penyakit yang reversibel jika terapi dimulai sebelum terjadinya kerusakan

yang ireversibel.

Defisit neurotransmitter yang paling sering disangkutpautkan dalam patofisiologi

penyakit Alzheimer adalah asetilkolin dan norepinefrin, yang keduanya dihipotesiskan

menjadi hipoaktif pada penyakit Alzheimer. Sejumlah studi telah melaporkan data yang yang

konsisten dengan hipotesis bahwa terjadi degenerasi spesifik neuron kolinergik di nukleus

basalis Meynert pada penderita penyakit Alzheimer. Data lain yang mendukung adalah

menurunnya konsentrasi asetilkolin dan kolin asetiltransferase di otak. Penurunan aktivitas

norepinefrin pada penyakit Alzheimer ini diusulkan berdasarkan berkurangnya neuron yang

mengandung norepinefrin di lokus sereleus yang ditemukan pada sejumlah pemeriksaan

patologi otak penederita penyakit Alzheimer. Tiga neurotransmitter lain yang dikaitkan

dengan patofisiologi Alzheimer adalah glutamat dan peptida neuroaktif somatostatin dan

kortikotropin; penurunan konsentrasi masing-masing neurotransmitter tersebut dilaporkan

terjadi pada penderita penyakit Alzheimer.9

Sejumlah teori kausatif lain telah diajukan untuk menjelaskan munculnya penyakit

Alzheimer, yaitu abnormalitas regulasi metabolisme membran fosfolipid menyebabkan

membran menjadi kurang cair yaitu lebih kaku daripada normal, beberapa peneliti

Page 15: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

menggunakan spektroskopik resonasi molekular untuk mengkaji hipotesis secara langsung

pada pasien Alzheimer.9

Patofisiologi 10

Temuan autopsi yang nyata dari pasien penyakit Azheimer adalah pembentukan

kekusutan neuron yang luas, aksonnya bergabung membentuk plak, yang disebut plak senil.

Lak senil terdiri atas sisa terminal saraf yang mati, endapan alumunium, dan fragmen protein

abnormal. Fragmen protein selalu mnegandung bagian protein yang dikenal sebagai peptida

beta amiloid (Abeta). Abeta adalah fragmen peptida dari protein yang menjangkau membran

dan lebih besar yang disebut protein prekursor amiloid (amyloid precursor protein, APP).

Selain itu, perubahan morfologis utama adalah atrofi yang nyata dengan penyempitan girus

dan pelebaran sulkus. Gambaran ini paling nyata pada lobus frontalis dan lobus temporalis

Teori Perkembangan

Satu teori mengenai perkembangan penyakit Alzheimer mencakup akumulasi Abeta

di area otak tertentu. Degradasi APP biasanya juga mencakup pembelahan fragmen Abeta,

dengan hasil bahwa Abeta hilang dari area tersebut. Pada pasien yang mengalami penyakit

Alzheimer, APP tampak membelah dengan tidak benar, seperti fragmen Abeta tetap utuh dan

berakumulasi di plak sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemprosesan abnormal APP

yang lebih besar menyebabkan bagian Abeta menonjol keluar dari membran saraf, dengan

berbagai cara mencetuskan kekusutan dan mneyebabkan kematian sel. Dukungan untuk teori

ini berasal dari temuan bahwa coding gen untuk APP terletak di kromosom 21, yang apabila

ada dalam bentuk triplicate (bertiga, dan bukan berpasangan), menyebabkan sindrom Down.

Hampir semua individu yang mengalami sindrom Down yang bertahap hidup sampai usia 40-

an akan mengalami pernyakit Alzheimer. Akan tetapi, pada kelompok pasien yang berbeda,

minimal dua kromosom lain juga berkaitan dengan penyakit Alzheimer, yang menunjukkna

bahwa mungkin terdapat lebih dari satu penyebab genetik untuk panyakit ini.

Teori kedua mengenai penyebab penyakit Alzheimer adalah penemuan bahwa risiko

mengalami penyakit Alzheimer meningkat dengan pewarisan coding gen tertentu untuk

protein pengangkut kolesterol jenis spesifik, yang disebut apolipoprotein E (APO-E4).

Pewarisan gen untuk APO-E4, yang berbeda dengan salah satu varietas lain protein ini, APO-

E2 atau APO-E3, dengan beberapa cara dapat menyebabkan destabilitas membran sel saraf

sehingga terjadi kekusutan dan kematian sel neuron. Homozigot untuk APO-E4 berisiko

tinggi mengalami penyakit Alzheimer dibandingkan dengena heterozigot/

Page 16: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

Area lain penelitian mengenai penyakit Alzheimer adalah glutamat, neurotransmiter

eksitasi yang ada di seluruh otak. Glutamat berperan penting dalam belajar dan memori; akan

tetapi, beberapa penilitian menunjukkan bahwa glutamat yang berlebihan atau sensitivitas sel

abnormal terhadap glutamat dapat menyebabkan terlalu banyak kalsium yang masuk ke sel

saraf sehingga menyebabkan kematian sel neuron. Hipokampis, area otak yang terlibat dalam

memori, terbukti sangat sensitif terhadap glutamat.

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien dengan demensia adalah

mengobati penyakit demensia yang dapat dikoreksi dan menyediakan situasi yang nyaman

dan mendukung bagi pasien dan pramuwerdhanya.

a. Medika Mentosa 10

Tersedia obat (cognex) untuk memperlambat atau mengatasi gejala wal penyakit

Alzheimer dan dapat memeperlambat perkembangan gejala beberapa pasien.

Inhibitor kolinesterase (denopezil, rivastigmin, dan galantamin) yang memperlama

waktu paruh asetilkolin yang efektif adalah terapi oba yang direkomendasikan untuk

demensia ringan sampai sedang.

Memantin, suatu antagonis reseptor-N-metil-D-aspartat (NMDA), desetujui untuk

terapi penyakit Alzheimer yang sedang sampai berat. Memantin bekerja dengan

menyekat reseptor glutamin dengan cukup di otak, yang memungkinkan beberapa,

namun bukan stimlasi glutamat yang berlebihan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E dapat

memperlambat perkembangan kemaian, instusionalisasi dan semensia berat pada

beberapa pasien. Manfaat jangka panjang semua obat tidak dapat ditentukan.

b. Non Medika Mentosa

Dalam mengelola pasien demensia, perlu diperhatiakan upaya-upaya

mempertahankan kondisi fisis atau kesehatan pasien. Seorang dokter harus

mengusahakan berbagai aktivitas dalam rangka mempertahankan status kesehatan

pasien, seperti melakukan latihan (olahraga), mengendalikan hipertensi, dan berbagai

penyakit lain, imunisasi peneumokok dan influenza, memperhatian higiene mulut dan

gigi, serta mengupayakan kaca mata dan alat bantu dengar bila terdapat gangguan

penglihatan atau pendengaran. Pada fase lanjut demensia, sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi, hidrasi, mobilisasi, dan perwatan kulit

Page 17: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

untuk mencegah ulkus dekubitus. Pada beberapa keadaan mungkin dapat dilakukan

tindakan gastronomi, pemeberian nutrisi, dan cairan intravena, serta pemberian

antibiotika dalam upaya memperpanjang hidup yang tentunya perlu pertimbangan

bersama dengan keluarga pasien Selain itu, juga penting kerja sama yang baik antara

dokter dan pramuwerdha. Pramuwerdha pasien merupakan orang yang sangat mengerti

kondisi pasien dari hari ke hari dan bertanggung jawab terhadap terhadap berbagai hal,

seperti pemberian obat dan makanan, mengimplementasikan terapi non farmakologis

kepada pasien, meningkatkan status kesehatan pasien, serta mampu memberikan waktu

yang sangat berarti sebagai upaya peningkatan kualitas kualitas hidup pasien demensia.

Walaupun demikian, perlu pula diperhatikan kondisi fisik dan mental pramuwerdha,

mengingat apa yang mereka kalukan sangat menguras tenaga, pikiran, bhakan emosi

yang kadang menimbulkan morbiditas sendiri.

Dapat juga dilakukan rekreasi terapeutik, prinsip dasar aktivitas ini adalah aktivitas

yang mengandung beberapa unsur seperti sosialisasi, komunikasi, dalam kelompok

dengan suasana rekreatif, imaginatif, emosional, spiritual, dan seni. Agar mudah

diingat KISS ME (Komunikasi, Imaginasi, Sosiliasasi, Spritual, Musik, dan Seni).4

- Aktivitas reminisme

Aktivitas ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan daya ingat dengan prinsip

yang mengandung unsur bercerita peristiwa episode masa lalu seseorang dan

komunikasi dalam kelompok. Kegiatan ini disebut juga recollective memory.

Kegiatan dalam kelompok berupa reuni, dimana mereka harus mengingat,

mengenang, membayangkan, dan saling menceritakan kembali serta menggunakan

emosi.

- Aktivitas orientasi nyata

Aktivitas orientasi nyata merupakan aktivitas untuk stimulasi orientasi temoat,

waktu, dan orang. Prinsip stimulasi ini adalah stimulasi visuo pasial. Biasanya

digunakan gambar-gambar masa lampau yang pernah dialami, baik gambar tempat

atau anggota keluarga dan teman-teman. Hal ini untu mengingat kapan peristiwa

kejadian dan tempat kejadian.

- Aktivitas stimulasi kognitif

Aktivitas ini disebut juga pelatiha memori. Dengan stimulasi kognitif terjadi

reorganisasi otak berupa kemampuan aspek atensi, konsentrasi, memori verbal,

memberi alasan, keterampilan visuo-motor dan visuo-spasial. Program pelatihan

berupa tulisan tida dimensi dan komputer.

Page 18: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

- Aktivitas fisik

Program aktivitas fisik pada umumnya untuk meningkatkan kebugaran fisik,

sedangkan program rekreasi terapeutik bertujuan meningkatkan kemampuan fungsi

kognitif. Program ini berupa “Gerak Latih Otot, GLO” (brain movement dan

exercise) yang dirancang dan dikembangkan oleh asosiasi Alzheimer Indonesia

(Aazi). Gerakan berupa perpaduan antara gerakan merayap dan merangkak (crawling

and creeping), gerakan menyilang garis tengah (crossing the body mideline),

pengamatan dan pengikutan jejak (visual scanning and tracking), integrasi sensoris

(sensory inegration), dan pembelajaran keterampilan gerak (motor learning).

Pelatihan gerak ini disertai musik, menyenangkan, ringan, dilakukan dengan

santai,aman, waktu pendek, namaun memerlukan perhatian dan konsentrasi.

Manfaat GLO ini telah dibuktikan dengan penelitian pada 70 warga dengan rentang

umur 48 hingga 70 tahun. Perpaduan test ini untuk mengukur kemampuan ketepatan

kecepatan, pemusatan perhatian, daya ingat, dan fungsi kognitif seseorang. Hasil uji

test pada seluruh peserta menunjukkan adanya performa kognitif yang bermakna.

Kenaikan performa ini berguna bagi aktivitas hidup sehari-hari, terutama untuk

mempertahankan kualitas kehidupan lanjut.

Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit Alzheimer adalah disertai dengan

menderita pneumonia yang merupakan komplikasi terberat; kehilangan kemampuan untuk

kemampuan untuk menggerakkan persendian karena kehilangan fungsi otot), infeksi

(terutama infeksi saluran kencing dan radang paru-paru) dan komplikasi lain yang

berhubungan dengan ketidakmampuan bergerak tahap terakhir penyakit Alzheimer; patah

tulang; kehilangan kemampuan berinteraksi; kurang gizi dan dehidrasi; kegagalan sistem

tubuh; perilaku melukai dan membahayakan diri sendiri dan orang lain; tindak kekerasan dari

pemberi perawatan yang berada dalam kondisi sangat stres.8

Pencegahan

Pencegahan untuk penyakit Alzheimer dapat dilakukan dengan melakukan dengan baik

dan benar penatalaksaannya baik secara medika mentasa maupun non medika mentosa yang

sudah dijelaskan diatas, karena dengan penatalaksanaan yang baik maka pasien yang

Page 19: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

mengalami penyakit Alzheimer, keadaanya tidak semakin memburuk. Pencegahan lain yang

dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Alzheimer adalah konsumsi diet rendah

lemak; makan ikan air dingin (seperti tuna, salmon, dan makerel) yang kaya akan asam lemak

omega-3, paling tidak 2-3 kali perminggu; kurangi asam linoleat yang terdapat didalam

margarin, mentega, dan produk susu; tingkatkan antioksidan seperti karotenoid, vitamin E,

dan vitamin C dengan banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran; menjada tekanan

darah; menjaga fisik dan mental tetap aktif selama kehidupan.8

Prognosis

Prognosis pada penyakit Alzheimer adalah buruk karena sedikit penderita yang

sembuh dan lebih banyak menimggal pada penyakit ini. Seberapa cepat penyakir Alzhemimer

menjadi semakin parah berbeda-beda pada setiap orang. Jika penyakit Alzheimer

berkembang dengan cepat. Kemungkinan keadaan memburuk dengan cepat pula. Penyakit

Alzheimer cepat sering kali meninggal dunia lebih awal dari normal, meskipun seorang

pasien mungkin hidup selama 3 hingga 20 tahun setelah diagnosa. Fase terakhir dari penyakit

bisa bertahan dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Selama waktu tersebut, pasien jadi

tidak bisa bergerak dan semakin lumpuh. Kematian biasanya disebabkan infeksi atau

kegagalan sistem tubuh lainnya.

Kesimpulan

Munculnya demensia pada usia lanjut sering tidak disadari karena awitannya yang

tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun perlahan. Tujuan utama

penatalaksanaan pada seorang pasien dengan demensia adalah mengobati penyebab demensia

yang dapat dikoreksi dan menyediakan situasi yang nyaman dan mendukung bagi pasien dan

pramuwerdhanya ( caregivers ). Penanganan yang tepat dan cepat akan memperlambat proses

demensia ke arah yang lebih lanjut. Tatacara diagnosis pada penderita geriatrik berbeda

dengan tatacara diagnostik pada populasi lainnya. Penatalaksanan tidak hanya bersifat

farmakologis tetapi juga harus dengan non farmakologis dari berbagai aspek, sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan umum pasien, serta mampu memberikan waktu-waktu yang

sangat berarti sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan

demensia.

Daftar Pustaka

Page 20: makalah Dementia Alzheimer blok 12.doc

1. Patrick D. Medicine at glance. Penerbit Erlangga; jakarta: 2006.h. 356-7

2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga Medical

Series;2007.h.10-21.

3. Yustinus S. Kesehatan mental 3. Jakarta; Penerbit Kanisius: 2006. h. 198-206

4. Sadock BJ, Virginia AS. Kaplan & sadock buku ajar pskiatri klinis.Jakarta :

EGC;2010.h.57-65.

5. Litchtenberg, P.A., Murman, D. L., & Mellow, A.M. (2003). Handbook of dementia.

Psycological, neurological, and psychiatric perspectives. New Jersey.

6. Vera FB. Pertanyaan utuk tahu resiko Alzheimer. Diunduh pada tanggal 2 Januari

2014 dari http://health.detik.com/read/2012/02/07/105700/1836022/763/4/pertanyaan-

untuk-tahu-risiko-alzheimer.

7. Indeks barthel. Diunduh pada 2 Januari 2014 dari

http://www.dundee.ac.uk/medther/Stroke/Scales/barthel.htm

8. W.Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-lima Jilid I. Pusat

penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 131: 837-842.

9. Van de Flier WM, Scheltens P. Epidemiology and risk factors of dementia. J Neurol

Neurosurg Pschiatry; 2005 :762-7.

10. Elizabeth JC. Buku saku patofisiologis.ed.3. penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta;

2009. h.255-8.