Makalah Blok 16 Yesica
-
Upload
yesicaichaa -
Category
Documents
-
view
221 -
download
3
description
Transcript of Makalah Blok 16 Yesica
Appendicitis Akut dan Penatalaksanaan yang Tepat
Yesica
NIM : 102013185
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
e-mail: [email protected]
Abstrak
Appendix ini merupakan suatu saluran buntu yang masih belum diketahui secara pasti fungsinya.
Akan tetapi tidak jarang juga terjadi kelainan pada bagian ini yang dapat mengakibatkan
kematian. Salah satunya adalah appendicitis, penyakit ini merupakan penyakit bedah mayor yang
paling sering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak diperlukan pada appendicitis akut
untuk menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya. Komplikasi yang paling sering
ditemukan pada appendicitis adalah perforasi. Penanganan yang cepat serta diagnosis yang tepat
dapat meminimalisasikan terjadinya komplikasi sehingga tingkat mortalitas dan morbiditas
sangat kecil.
Kata kunci: Appendix, Appendicitis, Perforasi
Abstract
This appendix is a dead-end channel which is still not known for certain functions. But not
infrequently also occur abnormalities in this section can result in death . One of them is the
appendicitis , this disease is a major surgical disease is most common and immediate surgery is
absolutely necessary in order to avoid the complications of acute appendicitis are generally
harmless . Complications are most often found in appendicitis is perforation . Handling the rapid
and precise diagnosis can minimize the occurrence of complications that mortality and morbidity
rates are very small .
Keywords : Appendix , Appendicitis , Perforation
1
Pendahuluan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran panjang yaitu saluran cerna. Fungsi utama sistem
pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air dan elektrolit dari makanan yang
kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Walaupun sistem pencernaan mempunyai
manfaat yang sangat besar dalam kehidupan kita, akan tetapi tidak jarang juga kelainan pada
sistem ini juga dapat mengakibatkan kematian. Salah satunya adalah appendicitis, penyakit ini
merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak
diperlukan pada apendisitis akut untuk menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya.
Appendicitis adalah peradangan dari appendix vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Appendix vermiformis merupakan saluran kecil dengan
panjang 2-6 inci. Appendicitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada lapisan dalam umbai
cacing yang dapat menyebar ke bagian lain nya. Kondisi ini adalah penyakit bedah umum dan
mendesakdan harus segera dilakukan, dan gejala yang timbul sering kali tumpang tindih dengan
sindrom klinis lain. Bahkan, meskipun sudah ada kemajuan dalam diagnostik dan terapeutik
dalam pengobatan, usus buntu tetap merupakan salah satu darurat klinis dan merupakan salah
satu penyebab umum dari sakit perut akut. Lokasi appendix pada daerah illiaka kanan, di bawah
katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney. Penyakit ini
merupakan peradangan dimulai oleh obstruksi dari fekalit (suatu masa seperti batu yang
terbentuk dari feces) atau infeksi bacterial supuratif. Sebagian kecil appendixs dapat menjadi
membengkak atau nekrosis mengenai seluruh appendix. Mendiagnosa appendicitis merupakan
suatu tantangan tersendiri karena biasanya gejala-gejala appendicitis meniru gejala-gejala akut
abdomen yang lain. Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan
pengertian tentang sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan mengenai
appendicitis.
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal yang penting dalam pemeriksaan untuk mengetahui
riwayat penyakit dan juga menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan lengkap
dan teratur. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dilakukan secara auto-anamnesis. Pasien adalah seorang
wanita berusia 35 tahun dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam
2
yang lalu dan sejak 3 hari yang lalu mengeluh nyeri pada ulu hati disertai mual serta tak kunjung
membaik setelah minum obat maag. Penanganan dari pasien ini harus dimulai dengan riwayat
secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosis.
Dengan dilakukannya suatu anamnesis yang baik dan lengkap, seorang dokter diharapkan dapat
mendiagnosa suatu penyakit yang dialami oleh pasien yang datang, sehingga dapat diambil
langkah selanjutnya.
Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Biasanya pada inspeksi pasien sudah terlihat kesakitan, datang dengan membungkuk dan
memegang bagian perut yang terasa nyeri. Tanda-tanda kembung juga sering terlihat pada pasien
yang sudah mengalami perforasi.1
B. Palpasi
1. Mc. Burney : Palpasi dapat dilakukan pada titik Mc. Burney untuk memastikan
diagnosa appendicitis. Titik Mc. Burney diambil dari garis sepertiga distal antara
umbilikus dan spina iliaca anterior superior (SIAS) kanan. Apabila pasien merasa
nyeri hal ini menyatakan pemeriksaan titik Mc. Burney positif.1
2. Nyeri lepas : Nyeri lepas atau biasa disebut sebagai rebound tenderness adalah
rasa nyeri yang sangat hebat saat penekanan yang dilakukan pada titik Mc. Burney
dilepas.1
3. Defense Muscular : Merupakan nyeri tekan yang dirasakan pada seluruh dinding
abdomen dan dinding abdomen dirasakan keras karena adanya kontraksi pada
ototnya, hal ini dikarenakan pertahanan dari tubuh untuk melindungi bagian abdomen
yang meradang.1
4. Rovsing Sign : Nyeri pada kuadran kanan bawah apabila kita melakukan
penekanan pada kuadran kiri bawah hal ini diakibatkan oleh adanya tekanan yang
merangsang peristaltik dan udara usus, sehingga menggerakan peritoneum sekitar
appendix yang meradang sehingga nyeri dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi
yang berlawanan (somatik pain).1
3
5. Psoas Sign : Nyeri yang terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas
oleh peradangan yang terjadi pada appendix, dapat dilakukan dengan 2 cara. Secara
aktif, pasien terlentang tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, pasien memfleksikan
articulatio coxae kanan, maka akan terjadi nyeri pada bagian perut kanan bawah.
Sedangkan secara pasif, pasien miring ke kiri, paha kanan dihiperekstensikan
pemeriksa, nyeri perut kanan bawah.
Gambar 1. Psoas Sign
6. Obturator Sign : Obturator sign adalah rasa nyeri apabila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif.
Gambar 2. Obturator Sign
C. Perkusi
Pada pemeriksaan perkusi didapatkan hasil normal dengan bunyi timpani.1
D. Auskultasi
Pada appendicitis auskultasi bising usus didapatkan normal, kecuali apabila terjadi
appendicitis perforata maka pristaltik usus dapat menghilang.1
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah : leukositosis ringan (10.000-20.000/uL) dengan peningkatan jumlah
4
neutrofil. Leukositosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila sudah terjadi perforasi dan
gangren.
Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit atau bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Pada
appendicitis akut didapatkan ketonuria. Pada perempuan perlu diperiksa tes kehamilan, bila
dicurigai kehamilan ektopik sebagai diagnosa banding.
B. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada appendicitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.1
C. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.1
D. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada
wanita karena dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.1
E. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan
sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.1
F. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.1
G. Laparoscopy
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen,
appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Bila pada saat melakukan tindakan ini
didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix karena tindakan ini dilakukan dibawah anestesi umum.1
5
Working Diagnosis
Appendicitis
Appendicitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada appendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Appendixs disebut juga
umbai cacing. Appendicitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum. Appendicitis dicetuskan oleh berbagai factor, diantaranya adalah
hyperplasia jaringan limfe, fecalith, tumor appendix dan cacing ascaris. Appendixs atau umbai
cacing adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak pada proximal colon.2
Gejala klinis umum pada peradangan usus buntu meliputi perasaan nyeri disekitar pusar, yang
kemudian berpindah ke bagian kanan bawah dari perut, nyeri di bagian belakang bawah, betis,
dan lubang anus, demam, mual dan muntah, diare atau konstipasi, dan disertai rasa tidak napsu
makan.3
Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi beberapa
tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu :3,4
Appendicitis Akut Sederhana
Gejala diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati atau daerah pusat, mungkin disertai
kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan .Pada fase ini appendix
dapat terlihat masih dalam keadaan normal, hiperemia atau udem. Pada fase ini terjadi
peningkatan leukosit.
Appendicitis Supurativa Akut
Adanya nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney, adanya defense muskuler yang
dapat terjadi pada seluruh otot perut dan nyeri pada gerak aktif dan pasif, disertai dengan
tanda-tanda peritonitis umum seperti demam tinggi. Sekresi mukus yang terus berlanjut
dan tekanan yang terus meningkat menyebabkan obstruksi vena, edema, dan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan radang. Bila perforasi telah terjadi, Leukosit
akan ke jaringan-jaringan yang meradang, maka terlihat kadar leukosit di dalam darah
6
dapat turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan leukosit yang tiba-tiba
meninggi.
Appendicitis Akut Gangrenosa
Pada tipe ini, tampak apenddix udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu,
dinding appendix berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman, hal ini
dikarenakan aliran arteri yang terganggu. Bila pecah dan rapuh kemudian akan menjadi
appendicitis perforasi.
Appendicitis Akut Perforasi
Pada dinding apenddix telah terjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi oleh
jaringan nekrotik.
Differential Diagnosis
Adneksitis
Adneksitis adalah infeksi atau radang pada adnexsa rahim. Adneksa adalah jaringan
yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopii dan ovarium alias indung telur, tempat
dimana sel telur diproduksi. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut Adneksitis
adalah PID (Pelvic Inflammatory Disease) atau Salpingitis. Dari pengertian tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa adneksitis hanya menyerang kaum wanita, karena merekalah yang
memiliki rahim, sedangkan pria tidak.6
Penyebab adneksitis antara lain adalah akibat infeksi kemudian dapat juga disebabkan
oleh tindakan medis seperti laparatomi, kuretase, dan lain-lain, dapat juga disebabkan perluasan
radang dari yang letaknya tidak jauh, seperti appendix. Radang tersebut kebanyakan akibat
infeksi, ini juga bisa datang dari tempat ekstravaginal lewat jalan darah atau menjalar dari
jaringan disekitarnya. Gejala umum yang terlihat pada adneksitis adalah demam, sakit perut
pada bagian bawah baik kiri maupun kanan, nyeri saat berhubungan dan berkemih, serta keluar
cairan yang berbau dari vagina. Karena penyebabnya infeksi bakteri, maka penanganan yang
dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotic dengan spectrum luas. Biasanya diberikan
suntikan antibiotic yang diikuti dengan obat oral selama 10 – 14 hari. Penyakit ini dapat
7
membawa dampak yang serius jika tidak segera ditangani, seperti kemandulan, kehamilan
diluar rahim, keluarnya nanah dari vagina, dan nyeri panggul kronis.6
Limfadenitis Mesenterika
Limfadenitis Mesenterika merupakan peradangan pada kelenjar getah bening mesenteric
di abdomen. Proses ini bisa akut maupun kronik, tergantung agen penyebabnya. Penyakit ini
sering menimbulkan gejala klinis yang susah dibedakan dengan appendicitis. Ditandai dengan
rasa nyeri perut terutama kanan, disertai mual dan nyeri tekan perut yang samar. Pada anamnesa
akan ditemukan mual dan muntah yang mendahului rasa sakit (pada apendicitis akut mual dan
muntah timbul setelah rasa sakit).5
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh,
dan berkembang diluar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan itu mengalami proses
pengakhiran (abortus) maka disebut dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET). Yang
terbanyak dijumpai adalah kehamilan pada tuba fallopii. KET bisa disebabkan oleh Penyakit
Menular Seks (PMS) dan adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti appendicitis atau
endometriosis sehingga tuba dapat tertekuk atau lumen menyempit. Gejala yang paling sering
terlihat pada penderita KET adalah nyeri perut, kemudian diikuti dengan amenore, shock
hipovolemik, dan lain – lain.6
Nyeri perut pada KET bersifat unilateral ataupun bilateral di abdomen bawah dan
terkadang terasa sampai di abdomen bagian atas, serta terdapat juga nyeri tekan. Untuk
membedakan dengan appendicitis, pada KET ditemukan massa yang batasnya tidak jelas,
sedangkan pada appendicitis terlihat massa yang lebih jelas. Nyeri pada appendicitis sering
lokasinya lebih tinggi, yaitu pada titik McBurney. Untuk membantu diagnosis, dapat dilakukan
tes kehamilan. Tes kehamilan positif berarti mengarah kepada KET.
Penanganan KET dengan tindakan pembedahan, selain itu juga diperlukan transfusi
darah, serta antibiotic untuk mencegah infeksi. Prognosis pada KET baik bila kita dapat
mendiagnosis secara dini. Keterlambatan diagnosis akan menyebabkan prognosis buruk karena
bila pendarahan arterial yang terjadi di intraabdomen tidak segera ditangani, akan menyebabkan
kematian karena shock hipovolemik.6
8
Divertikulitis
Divertikulum adalah suatu kantung keluar atau herniasi dari lapisan membran mukosa
usus. Divertikulum dapat terjadi disepanjang saluran gastrointestinal, namun paling sering terjadi
pada kolon. Divertikulitis terjadi jika makanan atau bakteri tertahan di dalam divertikulum dan
menyebabkan infeksi serta inflamasi yang dapat menganggu aliran dan mengarah pada perforasi
atau abses. Gejala yang dialami pasien sering kali adalah rasa nyeri pada kuadran kiri bawah,
demam, mual, diare atau sembelit. Tingkat keparahan bergantung pada sejauh mana infeksi
berlangsung. Pasien juga dapat merasakan nyeri pada bagian kuadran kanan bawah, namun hal
ini kurang umum. Beberapa laporan juga mengatakan adanya perdarahan dari dubur. Faktor
pendukung terjadinya divertikulitis yaitu kurangnya olahraga, kurang makan makanan berserat
dan memiiki riwayat konstipasi.5
Etiologi
Appendicitis disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendix. Beberapa penyebab
terjadinya obstruksi lumen adalah hyperplasia limfoid sekunder untuk penyakit radang usus
(Inflammatory Bowel Syndrome) atau infeksi (lebih umum selama masa kanak-kanan dan dewasa
muda), statis tinja dan fecalith (lebih banyak pada pasien lanjut usia), parasit (banyak di negara
Timur), atau benda asing.2
Fecalith terbentuk ketika garam kalsium dan puing-puing tinja masuk ke dalam appendix,
hyperplasia limfoid dikaitkan dengan berbagai gangguan inflamasi seperti penyakit Crohn,
gastroenteritis, amebiasis, infeksi pernapasan, campak, dan lain-lain.2
Epidemiologi
Apendicitis adalah salah satu keadaan darurat bedah dan salah satu penyebab paling
umum dari sakit perut. Di Amerika Serikat, 250.000 kasus apendicitis dilaporkan setiap tahun.
Insiden apendicitis akut telah menurun terus sejak akhir 1940-an, dan kejadian tahunan saat ini
adalah 10 kasus per 100.000 penduduk. Apendicitis terjadi pada 7% dari populasi Amerika
Serikat, dengan kejadian 1,1 kasus per 1.000 orang per tahun. Di negara Asia dan Afrika,
kejadian apendicitis akut mungkin lebih rendah karena kebiasaan makan penduduk wilayah
tersebut. Apendicitis akan lebih rendah kejadiannya dalam budaya yang mengkonsumsi asupan
9
tinggi serat makanan. Serat pangan dinilai akan menurunkan viskositas kotoran, mengurangi
waktu transit usus, dan mencegah pembentukan fecalith.2
Ada dominan laki-laki sedikit 3: 2 pada remaja dan dewasa muda; pada orang dewasa,
kejadian apendisitis adalah sekitar 1,4 kali lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita.
Insiden usus buntu utama adalah kira-kira sama pada kedua jenis kelamin. Insiden apendicitis
secara bertahap naik dari lahir, dan berada pada puncak di masa remaja akhir, lalu secara
bertahap menurun di tahun-tahun geriatri. Hiperplasia limfoid diamati lebih sering pada bayi dan
orang dewasa. Anak-anak muda memiliki tingkat yang lebih tinggi untuk kejadian perforasi,
dengan tingkat dilaporkan 50-85%. Apabila di rata-rata, usia rata-rata yang mengalami usus
buntu adalah 22 tahun. Meskipun jarang, neonatal dan bahkan prenatal usus buntu telah
dilaporkan sehingga dokter harus mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi pada semua
kelompok umur.2
Patogenesis
Garis besar dalam permasalahan appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen
appendix yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam lumen appendix. Seperti peningkatan
terkait dengan sekresi terus menerus cairan dan lendir dari mukosa dan stagnasi bahan ini. Pada
saat yang sama, bakteri usus dalam usus buntu menjadi bertambah banyak, yang mengarah ke
perekrutan sel darah putih sehingga terjadi pembentukan nanah serta diikuti peningkatan tekanan
intraluminal.4
Jika obstruksi appendix berlanjut dan tekanan intraluminal meningkat akhirnya akan
menekan vena appendix, yang mengarah ke obstruksi aliran vena. Akibatnya, appendix mulai
mengalami iskemia, mengakibatkan hilangnya integritas epitel dan memungkinkan invasi bakteri
dari dinding appendix. Dalam beberapa jam, kondisi lokal ini dapat memperburuk karena
trombosis arteri dan vena apendikularis, menyebabkan perforasi dan gangren usus buntu. Karena
proses ini terus berlanjut, abses periappendicular atau peritonitis dapat terjadi.4
Penatalaksanaan
Appendectomy ialah satu-satunya pengobatan kuratif appendicitis. Operasi dijalankan
dengan melakukan operasi terbuka dimulai dengan membuat satu sayatan perut sekitar 2 sampai
4 inci (5 sampai 10 cm), tindakan ini biasa disebut sebagai laparatomi. Atau operasi dapat
10
dilakukan melalui beberapa sayatan perut kecil (disebut bedah laparoskopi), setelah itu dokter
bedah memasukkan alat-alat bedah khusus dan kamera video ke dalam perut untuk melakukan
appendectomy. Secara umum, laparoskopi memungkinkan pasien pulih lebih cepat dengan
sedikit rasa sakit dan jaringan parut, sehingga operasi ini di indikasikan atau lebih baik bagi
orang-orang yang sudah lanjut usia atau obesitas. Namun apabila telah terjadi perforasi, pasien
mungkin perlu operasi usus buntu yang terbuka, yang memungkinkan ahli bedah untuk
membersihkan rongga perut.7
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada appendicitis adalah perforasi. Baik
berupa perforasi bebas maupun perforasi pada appendix yang telah mengalami perdindingan
sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan appendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis generalisata.
Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :8
1. Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen menyeluruh
2. Suhu tubuh naik tinggi sekali.
3. Nadi semakin cepat.
4. Defance muskular yang menyeluruh
5. Bising usus berkurang
6. Perut distended
Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya :8
1. Pelvic Abscess
2. Subphrenic absess
11
3. Intra peritoneal abses lokal.
Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk kerongga abdomen, dapat
menyebabkan kegagalan organ dan kematian.8
Prognosis
Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan.
Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara 0,2-0,8% dan disebabkan oleh komplikasi
penyakit daripada intervensi bedah. Pada anak, angka ini berkisar antara 0,1-1%, sedangkan pada
pasien diatas 70 tahun angka ini meningkat hingga diatas 20% terutama karena keterlambatan
diagnosis dan terapi.9
Kesimpulan
Appendicitis merupakan peradangan dimulai oleh obstruksi dari fekalit (suatu masa
seperti batu yang terbentuk dari feces) atau infeksi bacterial supuratif. Appendicitis dapat
menyerang semua kalangan usia. Penanganan yang cepat dapat meminimalisasikan terjadinya
komplikasi sehingga penanganan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis adalah
dilakukan tindakan bedah yaitu appendectomy.
Daftar Pustaka
1. Sabiston D. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2009.h.491-8.
2. Anderson PD. Anantomi dan fisiologi tubuh manusia. Jakarta : EGC;2012.h.37-9.
3. Bowen. Appendicitis. UK: Univeristy of Cambridge; 2015.h.135-47.
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2004.h.639-646.
5. Borley N, Grace P.At a glance ilmu bedah.Jakarta: Erlangga; 2009.h.108-9.
6. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obstetric patologi : ilmu
kesehatan reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta : EGC;2003.h.16-23.
7. Mackay T. Diagnosis dan terapi. Jakarta:EGC;2007.h.154-6.
8. Grace PA, Borley NR. At a Glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EMS; 2007. h.105-7.
12
13