Makalah Blok 16 Dispepsia

35
1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa bahwa penulis telah menyelesaikan tugas Problem Based Learning (PBL) dengan membahas mengenai Dispepsia Fungsional. Pembuatan makalah ini dimaksud untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Sistem Digestivus 2 pada blok 16.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ke arah perbaikan dikemudian hari.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua.Akhir kata semoga Tuhan Yesus selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

description

digestivus dispepsia

Transcript of Makalah Blok 16 Dispepsia

Page 1: Makalah Blok 16 Dispepsia

1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa bahwa

penulis telah menyelesaikan tugas Problem Based Learning (PBL) dengan membahas

mengenai Dispepsia Fungsional.

Pembuatan makalah ini dimaksud untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah

Sistem Digestivus 2 pada blok 16.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan

yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan

makalah ini tidak lain berkat bantuan,arahan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ke arah perbaikan

dikemudian hari.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan rekan-rekan semua.Akhir kata semoga Tuhan Yesus selalu memberikan yang terbaik

bagi kita semua.

Page 2: Makalah Blok 16 Dispepsia

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………………………………………………….…………………2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………..………………………………………………3

BAB II ISI

A. Anamnesis………………………………..…………………………………4

B. Pemeriksaaan Fisik dan Penunjang…………………………………………5

C. Diagnosis……….……………………………………………………...…..12

D. Etiologi….………………………………………………………..….…….18

E. Epidemiologi……………...………………………………………….....…19

F. Patofisiologi………………………………………………………...……..20

G. Gambaran Klinis…………………………………………………………..21

H. Penatalaksanaan………………………………………………………..….21

I. Komplikasi…………...………………………………………………….....24

J. Prognosis……………………………………………………………….......24

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………….……...25

Page 3: Makalah Blok 16 Dispepsia

3

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario 2

Ny.A berusia 30 tahun,berobat ke dokter dengan keluhan nyeri ulu hati dan kembung sejak 2

hari yang lalu.Dalam seminggu terkhir,Ny.A sangat sibuk dikantor karena harus menyelesaikan

banyak tugas.Ny.A merasa stres dan waktu makan menjadi tidak teratur.Keluhan di ulu hati

terasa bertambah bila Ny.A makan.Pada pemeriksaan ditemukan keadaan umum baik, TD :

110/80 mmHg, Nadi : 70x / menit,reguler.

Latar Belakang

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering di jumpai dalam praktek praktis

sehari-hari.Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% paraktek pada

gastroenterologist merupakan kasus dispepsia ini.Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan

sejak akhir tahun 80an,yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala(syndrom) yang

terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,mual,muntah,kembung,cepat

kenyang,rasa perut penuh,sendawa,regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada.Syndroma

atau keluhan ini dapat disebabakan atau didasari oleh berbagai penyakit,tentunya termasuk pula

penyakit pada lambung, yang diasumsikan oleh orang awam sebagai penyakit

maag/lambung.Penyakit hepato-pankreato-bilier (hepatitis,pankreatitis kronik,kolesistitis kronik)

merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan ganngguan patologi pada

esogafo-gastro-duodenal (tukak peptik,gastritis).3

Page 4: Makalah Blok 16 Dispepsia

4

BAB II

ISI

A. ANAMNESIS

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang

mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan

medisnya.1

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang

permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis

dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi

penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter

sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan

diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.

Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang

baku sehingga mudah diikuti.Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien

agar memudahkan siapa saja yang membacanya.

Sistematika tersebut terdiri dari :

1. Data umum pasien

2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat kebiasaan/sosial

7. Anamnesis system

Page 5: Makalah Blok 16 Dispepsia

5

B. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

Pemeriksaan Fisik Abdomen :

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan

perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan

agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi

terhadap abdomen.2

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk

menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal

melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan

bawah, dan kiri bawah.

2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua

garis vertikal.

3. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh

dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).

4. Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan

mid-line abdomen.

5. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri,

lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik,

dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat

terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal

dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di

daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di

kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam

keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus

gravid teraba di daerah suprapubik.2

Page 6: Makalah Blok 16 Dispepsia

6

Gambar : Pembagian topografi abdomen

1. Inspeksi

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan

seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:

Keadaan kulit : warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya

(menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan

adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan

parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran

pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi

portal).

Page 7: Makalah Blok 16 Dispepsia

7

Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

Simetrisitas : perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,

splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).

Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau

tumor apa.

Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada

dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).

Pulsasi : pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan

gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

2. Auskultasi

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan

bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.Mendengarkan suara

peristaltic usus.Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu

dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat

adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/

menit.Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit

(borborigmi).2

Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang,

peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-

sound).Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya

lambat, bahkan sampai hilang.Mendengarkan suara pembuluh darah.Bising dapat

terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada

aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,

terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

Page 8: Makalah Blok 16 Dispepsia

8

3. Palpasi

Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:

Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya

pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.

Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.

Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan

agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada

dinding abdomen.

Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah

yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.

Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta

untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan

menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika

muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot

kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.

Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan

kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di

bagian depan dinding abdomen.

Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.

Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen &

dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk

sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga

abdomen dapat teraba saat memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk

memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan

dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.Setiap ada perabaan massa, dicari

ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya,

fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya

digambarkan skematisnya.

Page 9: Makalah Blok 16 Dispepsia

9

Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan

atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line

& SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati

dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah

lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus.2

4. Perkusi

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara

keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa

padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam

lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara

perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara),

kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).

Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis

untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada

perforasi usus, pekak hati akan menghilang.Cairan bebas dalam rongga abdomen

Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara

perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness

dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien

dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah.2

Cara pemeriksaan asites yaitu :

Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan

pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan

diteruskan ke sisi yang lain.Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak

tangan kiri pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan

berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan

adanya tekanan gelombang.

Page 10: Makalah Blok 16 Dispepsia

10

Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien

tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada

kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi,

tandai tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya

peralihan suara redup.2

Pemeriksaan Penunjang :

1. Urea Breath Test

Urea Breath Test (UBT) merupakan uji saring untuk mendeteksi dan

mengidentifikasi adanya aktivitas urease yang secara tidak langsung

mengindikasikan adanya Helicobacter pylori (H.pylori).8

Helicobacter pylori adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk spiral yang

dapat mengakibatkan penyakit gastritis dan lesi inflamasi gastroduodenal.

Pemeriksaan 13C-UBT dilakukan pada semua pasien, baik dewasa maupun anak

anak, dengan protokol yang sama. Semua pasien diharuskan berpuasa minimal

selama 4 jam dan diberi asam sitrat untuk memperlama pengosongan lambung.

Tablet 13C dilarutkan dalam air kemudian diminum. Sampel nafas

dikumpulkan sebelum pemberian asam sitrat dan 30 menit setelah larutan urea

diberikan. Perbedaan 13CO2 antara kedua sampel nafas tersebut dianalisis dengan

menggunakan spektrometri massa atau spektrometer infra merah.

Persyaratan & Jenis Sampel (1) 500 mL (minimal 150 mL / ±1/3 volume

kantong), (2) udara pernapasan, (3) kirim : suhu kamar, (4) hindari paparan

langsung cahaya matahari.

Page 11: Makalah Blok 16 Dispepsia

11

Dikembangkan Graham dan Marshall. Prinsip pemeriksaan UBT adalah

berdasarkan reaksi antara urease yang dihasilkan oleh H.pylori pada mukosa

gastrik, dengan urea berlabel isotop yang diberikan secara oral sehingga

menghasilkan karbondioksia dan amonia. Konsentrasi yang tinggi pada nafas

pasien menunjukkan adanya infeksi H.pylori.Pemeriksan UBT telah menjadi gold

standard pemeriksan non invasif untuk diagnosis infeksi H.pylori. Terdapat 2

metode untuk melabel urea yang digunakan. Yang pertama dengan menggunakan

isotop 13C dan metode lain menggunakan isotop 14C. Maastricht III Consensus

Report telah merkomendasikan 13C-UBT sebagai pilihan terbaik.3

2. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)

Kriteria apakah seseorang menderita anemia dapat dilihat dari kadar

hemoglobin dan hematokritnya. Selain itu, indeks eritrosit dapat digunakan untuk

menilai abnormalitas ukuran eritrosit dan defek sintesa hemoglobin.5

Bila MCV < 80, maka disebut mikrositosis dan bila > 100 dapat disebut

sebagai makrositosis. Sedangkan MCH dan MCHC dapat menilai adanya defek

dalam sintesa hemoglobin (hipokromia).

3. Pemeriksaan laboratorium

Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah

dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis

berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir

atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.5

Pemeriksaan Radiologi :

Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau

usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan

lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk

mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.4

Page 12: Makalah Blok 16 Dispepsia

12

Gambar : Pemeriksaan endoskopi pasien dispepsia (laki-laki, 56 tahun) yang

menunjukkan adanya ulkus/luka (anak panah) pada dinding lambung

C. DIAGNOSIS

Working Diagnosis

Dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak   nyaman di

ulu hati, mual, muntah, rasa cepat kenyang, rasa penuh di lambung, kembung, atau

sendawa ditemukan pada gastritis (radang lambung).3

Dispepsia fungsional ini memang sangat berhubungan erat dengan fator psikis.

Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional

dengan faktor stress yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas).

Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan

pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan

usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan

irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.3

Page 13: Makalah Blok 16 Dispepsia

13

Differensial Diagnosis

1. GASTRO ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

GERD atau yang kita kenal dengan gastro esophageal reflux disease

merupakan kelainan patologis sebagai akibat reflux kandungan lambung kedalam

esofagus dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring

dan saluran nafas.7

Gejala - gejala :

Heart burn : dada terasa terbakar,sensasi ketidaknyamanan seperti rasa

terbakar didaerah retrosternal, menjalar ke leher ( kebanyakan post pandrial).

Regurgitasi : kembalinya kandungan gaster kedalam faring tanpa mual,

muntah, atau kontraksi abdomen.

Gejala extra esofageal : nyeri dada non kardial,suara serak,laringitis, batuk,

sampai asma.

Akibat komplikasi : dysfagia, odinofagi, perdarahan, striktura.

Pemeriksaan :

Endoskopi : dapat menilai perubahan makroskopis dan mikroskopis mukosa

esofagus.

Esofagografi.

pHmeter.

Histologi.

Page 14: Makalah Blok 16 Dispepsia

14

2. ULCUS PEPTICUM

Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam

dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum

disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada

lokasinya.7

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang

meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke

bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”

(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak

pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu

esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.7

Gejala – gejala :

Nyeri

Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau

sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa

nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat

menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain

menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks

local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.

Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau

dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak

digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan

dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah

kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local

pada epigastrium.

Page 15: Makalah Blok 16 Dispepsia

15

Pirosis (nyeri uluhati)

Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,

yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa

umum terjadi bila lambung pasien kosong.

Muntah

Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat

menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan

jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami

inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului

oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi

kandungan asam lambung.

Konstipasi dan perdarahan :

Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari

diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal

sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak

mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang :

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau

distensi abdominal.

Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus

dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy

didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak

terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya.

Page 16: Makalah Blok 16 Dispepsia

16

Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,

meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap

antibody pada antigen H. Pylori.

Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam

mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung)

dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida,

dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.11

3. ULKUS DUODENUM

U l k us duo den um a t au tuk ak duo den um (TD ) s eca ra

ana tomis d ide f i n i s i kan sebagai suatu defek mukosa/ submukosa yang

berbatas tegas dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan

serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Secaraklinis, suatu tukak adalah

hilangnya epitel superficial atau lapisan lebih dalam dengandiameter ≥ 5mm

yang dapat diamati secara endoskopi atau radiologis. 7

TD yang telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak

pertagananmukkosa adalah Helicobacter pylori,obat anti inflamasi non-

steroid, asam lambung/pepsin dan faktor-faktor lingkungan serta kelainan satu

atau beberapa faktor pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.C.

PatogenesisHelicobacter pylori ditularkan secara feko-oral atau oral-

oral. Didalam terutamaterkonsentrasi dalam antrum, bakteri ini berada

pada lapisan mukus dan sewaktu-waktu dapat menembus sel-sel epitel/ antar

epitel.Bila terjagi infeksa H.pylori maka bakteri ini akan melekat pada

permukaan epiteldangan bantuanadhesinse h ingga akan t e r j ad i

ga s t r i t i s aku t ya ng akan be r l an ju t maenjadi gastritis kronik aktif atau

duodenitis kronik aktif.11

Page 17: Makalah Blok 16 Dispepsia

17

B i l a t e r j ad i i n f eks i H .py lo r i , hos t akan mem ber i r e s pon

un tuk  mengeliminasi/memusnahkan bakteri ini melalui mobilitas sel-sel

PMN/limfosit yangmenginfiltrasi mukosa secara intensif dengan mengeluarkan

bermacam-macammediator inflamasi atau sitokinin, yang bersama-sama dengan

reaksi imun yang timbuljustru akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel

gastroduodenal yang lebih parahanmun tidak berhasil mengeliminasi bakteri

dan infeksi menjadi konik.7

Gambaran klinis :

Gambaran klinik TD sebagai salah satu bentuk dispepsia organik adalah

sindromdispepsia berupa nyeri atau rasa tidak nyaman pada

epigastrium.

Nyeri seperti rasat e rba ka r , nye r i r a a s a l apa r , r sa

sa k i t / t i da k nyam an ya ng m engganggu dan

t i da k   terlokalisasi, biasanya terjadi setelah 90 menit sampai 3

jam post prandial dan nyeridapat berkurang semaentara sesudah

makan, minum susu atau minum antasida.

Nyeri yang spesifik pada 75% pasien adalah nyeri tengah malam

yangmembangunkan pasien.

Nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke punggung

perludiwaspadai adanya penetrasi tukak ke pankreas, sedangkan

nyeri yang muncul danmenetap mengenai seluruh perut dicurigai

ssuatu perforasi.

Pemeriksaan :

Di agnos i s pa s t i T D d i l a kukan de ngan pe mer i k sa an

endos kop i sa l u r an ce rna bagian atas dan sekaligus dilakukan biopsi

lambung untuk detiksi H.pylori atau denganpemeriksaan foto barium

kontras ganda.

Page 18: Makalah Blok 16 Dispepsia

18

Tabel : Perbandingan gejala yang tampak pada dispepsia fungsional,ulcus

pepticum,ulcus duodenum dan GERD

Pasien DISPEPSIA

FUNGSIONAL

ULCUS

PEPTICUM

ULCUS

DUODENUM

GERD

Nyeri ulu hati + + + +

Kembung + + + _

Nyeri ulu hati

saat makan

+ + _ _

Makan tidak

teratur

+ + + _

Stress + + -

KU Baik + + + _

Endoskopi _ + _ _

D. ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika

anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus

(saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini

menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat

menyebabkan dispepsia. Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang

tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,

pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan

lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding

lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan

merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla

oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun

cairan.8

Page 19: Makalah Blok 16 Dispepsia

19

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)

b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

c. Iritasi lambung (gastritis)

d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

e. Kanker lambung

f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

h. Kelainan gerakan usus

i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

j. Infeksi Helicobacter pylory

E. EPIDEMIOLOGI

Dispepsia terdapat pada semua golongan umur dan yang paling beresiko adalah diatas umur 45 tahun.

Penelitian yang dilakukan di Inggris ditemukan frekuensianti Helicobacter pylori pada anak-anak di

bawah 15 tahun kira-kira 5% dan meningkat bertahap antara 50%-75%.DiIndonesia prevalensi

Helicobacter pylori pada orang dewasa antara lain diJakarta 40-57% dan di Mataram 51%-66%.8

Faktor Resiko dispepsia

Faktor resiko adalah beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang mudah terkena

penyakit gastritis.

Faktor resiko dispepsia adalah : 

Infeksi H. pylori

Pecandu alkohol

Perokok

Usia tua

Kelainan genetik

Faktor Resiko dispepsia fungsional : stress, cemas dan makanan.

Page 20: Makalah Blok 16 Dispepsia

20

F. PATOFISIOLOGI

1. Sekresi Asam Lambung

Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat sekresiasam lambung

baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin dapatdijumpai kadarnya meninggi,

normal atau hiposekresi.

2. Dismotilitas Gastrointestinal

Yaitu perlambatan dari masa pengosongan lambung dan gangguan motilitaslain. Pada

berbagai studi dilaporkan dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan

hipomotilitas antrum hingga 50% kasus.

3. Diet dan Faktor Lingkungan

Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsiafungsional. Dengan

melihat, mencium bau atau membayangkan sesuatu makanan sajasudah terbentuk asam

lambung yang banyak mengandung HCL dan pepsin. Hal initerjadi karena faktor nervus vagus,

dimana ada hubungannya dengan faal salurancerna pada proses pencernaan. Nervus vagus tidak

hanya merangsang sel parietalsecara langsung tetapi efek dari antral gastrin dan rangsangan lain

sel parietal.9

4. Agent yang dapat menimbulkan dispepsia adalah Helicobacter pylori

Helicobacter pyloridapat menginfeksi dan merusak mukosa lambung. Kerusakan

inidisebabkan ammonia, cytotosin dan zat lain yang dihasilkan oleh bakteri ini danbersifat

merusak mukosa lambung.

5. Psikologik 

Stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskankeluhan pada orang

sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yangmendahului keluhan mual

setelah stimulus stress sentral.9

Page 21: Makalah Blok 16 Dispepsia

21

G. GAMBARAN KLINIS

Nyeri perut (abdominal discomfort)

Rasa perih di ulu hati

Mual, kadang-kadang sampai muntah

Nafsu makan berkurang

Rasa lekas kenyang

Perut kembung

Rasa panas di dada dan perut

Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)3

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,

Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya

hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam

waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,

namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

MgCl2.10

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat

menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

sitoprotektif.10

3. Antagonis reseptor H2

Page 22: Makalah Blok 16 Dispepsia

22

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2

antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah

omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang

selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus

6. Golongan Prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

lambung (acid clearance).10

I. PENCEGAHAN

Makan secara benar.

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,

gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang

tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang

cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.8

Hindari alkohol.

Page 23: Makalah Blok 16 Dispepsia

23

Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung

dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.

Jangan merokok.

Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih

rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,

sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya

kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi

perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu

untuk berhenti merokok.8

Lakukan olah raga secara teratur.

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat

menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari

usus secara lebih cepat.

Kendalikan stress.

Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem

kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga

meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena

stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah

mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup,

olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

Ganti obat penghilang nyeri.

Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan

menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada

menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.

Page 24: Makalah Blok 16 Dispepsia

24

J. KOMPLIKASI

Jika dibiarkan tidak terawat, dispepsia akan dapat menyebabkan ulkus peptik

Perdarahan saluran cerna bagian atas.

Meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus

menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

K. PROGNOSIS

Dispepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang

akurat,mempunyai prognosis yang baik.3

Page 25: Makalah Blok 16 Dispepsia

25

BAB III

PENUTUP

Dispepsia merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi.Terdiri atas dispepsia organik

dan dispepsiafungsinal.Dispepsia bisa dicegah supaya tidak timbulatau supaya tidak bertambah beratApabila

terjadi keluhan dalam jangka waktulama atau terdapat alarm signs.

Banyak tes dalam penelitian fungsi dari sistem pencernaan tetap harus melihat aspek lain

dalam sistem pencernaan tersebut, terutama sistem 'delivery'nya. Intragastric dan oesophageal

pH-metry, serta analisa cairan lambung juga dilakukan untuk membantu terapi penyakit yang

berhubungan dengan meningkatnya produksi asam lambung sehingga naik ke atas atau

gastrooesophageal reflux disease.

Penelitian tambahan pada penyakit yang berhubungan dengan pengosongan lambung,

mungkin berguna tidak hanya dalam pengembangan obat-obatan untuk mengobati gastroparesis,

tetapi juga dokumen pengaruh kekuatan lambung pada obat-obatan yang di konsumsi.