LP stemi CVCU.docx
-
Upload
cornelius-sistandria-mahesta -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of LP stemi CVCU.docx
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
1/27
LAPORAN PENDAHULUAN
STEMI (ST ELEVATION MIOKARD INFARK)
Oleh:
Vieocta Apsari Paradise
105070201111008
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
2/27
LAPORAN PENDAHULUAN
ST ELEVATION INFARK MIOCARD (STEMI)
A. Definisi
Infark miocard akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang
menyebabkan sel otot jantung mati.Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah
terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh
darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat
aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan
fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark (Guyton & Hall, 2007).
IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-
elevation infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark miocard (NSTEMI).
STEMI merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark
yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi
sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,
sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture
vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa
faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik
yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada
individu.Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor
resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
1. Faktor yang tidak dapat dirubah :
a) Usia
Walaupun akumulasi plak atheroscleroticmerupakan proses yang progresif,
biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang
kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun
usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark
miokard pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al., 2007).
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
3/27
b) Jenis kelamin
Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika
terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat.Setelah menopause,
insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat
bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan
merupakan pengaruh dari hormon estrogen (Kumar, et al., 2007).
c) Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit
putih.
d) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara,
orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya IMA.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah :
a) Hiperlipidemia merupakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum
di atas batas normal. Peningkatan kadar kolesterol di atas 180 mg/dl akan
meningkatkan resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini
akan lebih cepat terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan
kolosterol LDL dihubungkan dengan meningkatnya resiko penyakit arteri
koronaria, sedangkan kadar kolesterol HDL yang tinggi berperan sebagai
faktor pelindung terhadap penyakit ini.
b) Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah
systole maupun diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat
meningkatkan risiko ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan
dengan individu normotensive. Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien
hipertensi dapat meninggal karena IHD atau gagal jantung kongestif, dan
sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke (Kumar, et al., 2007).
c) Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok
mungkin merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan
atherosclerosis pada wanita. Penggunaan rokok dalam jangka waktu yang
lama meningkatkan kematian karena IHD sekitar 200%. Berhenti merokok
dapat menurunkan risiko secara substansial (Kumar, et al., 2007).
d) Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia dan juga meningkatkan
predisposisi atherosclerosis. Insiden infark miokard dua kali lebih tinggi pada
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
4/27
seseorang yang menderita diabetes daripada tidak. Juga terdapat
peningkatan risiko stroke pada seseorang yang menderita diabetes mellitus
e) Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner.
f) Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
Nyeri merupakan manifestasi yang paling umum ditemukan pada pasien
dengan STEMI.Karakteristik nyeri yang dirasakan yaitu dalam dan visceral, yang
biasa dideskripsikan dengan nyeri terasa berat dan seperti diremas, seperti
ditusuk, atau seperti terbakar. Karakteristik nyeri pada STEMI hampir sama
dengan pada angina pectoris, namun biasanya terjadi pada saat istirahat, lebih
berat, dan berlangsung lebih lama. Nyeri biasa dirasakan pada bagian tengah
dada dan/atau epigastrium, dan menyebar ke daerah lengan.Penyebaran nyeri
juga dapat terjadi pada abdomen, punggung, rahang bawah, dan leher.Nyeri
sering disertai dengan kelemahan, berkeringat, nausea, muntah, dan ansietas
(Fauci, et al., 2007).
2. Temuan fisik
Sebagian besar pasien mengalami ansietas dan restless yang
menunjukkan ketidakmampuan untuk mengurangi rasa nyeri.Pallor yang
berhubungan dengan keluarnya keringat dan dingin pada ekstremitas juga sering
ditemukan pada pasien dengan STEMI.Nyeri dada substernal yang berlangsung
selama >30 menit dan diaphoresis menunjukkan terjadinya STEMI. Meskipun
sebagian besar pasien menunjukkan tekanan darah dan frekuensi nadi yang
normal selama satu jam pertama STEMI, sekitar 25% pasien dengan infark
anterior memiliki manifestasi hiperaktivitas sistem saraf simpatik (takikardia
dan/atau hipertensi), dan 50% pasien dengan infark inferior menunjukkan
hiperaktivitas parasimpatis (bradikardi dan/atau hipotensi).
Impuls apical pada pasien dengan STEMI mungkin sulit untuk dipalpasi.
Tanda fisik dari disfungsi ventrikel lain antara adanya S3 dan S4, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama, dan paradoxical splitting dari S2. Selain itu juga
sering terjadi penurunan volume pulsasi carotis, yang menunjukkan adanya
penurunan stroke volume. Peningkatan temperature tubuh di atas 380C mungkin
ditemukan selama satu minggu post STEMI.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
5/27
D. PATOFISIOLOGI
Meningkatnyapermeabilitas terhadap
lipid
Merokok, alcohol,hipertensi, lipid, congenital
LDL teroksidasi
Timbul bercak lemak
Plak halus
Aktivasi faktor VII dan X
ProtrombinthrombinFibrinogenfibrin
Rupture plak
Thrombus
Oklusi arteri koroner
Aliran darah koroner
menurun
Deficit perawatan diri
Motivasi personal hygiene
Intoleransi aktivitas
Kelemahan
Hipoksia
Penurunan aliran darah
Supply O2ke jaringanberkurang
Kebutuhan O2 tidaktercukupi
Takipneu
Penurunan CO2
HipotensiSyok
Penurunan kesadaran
Resiko injury
Kematian jaringan
NekrosisStimulasi saraf
Melepas mediator nyeri:
Metabolism anaerob
Gagal pompa ventrikel kiri
Penurunan cardiacoutput
Reflux ke paru-paru
Alveoli edema
Gagal pompa ventrikelkanan
Tekanan diastole
meningkat
Ketidakefektifan
Pola Napas
Resiko Injury
Penurunan CardiacOutput
Gangguan
Pertukaran Gas
Intoleransi Aktivitas
Defisit Perawatan Diri
Nyeri akut
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
6/27
Informasi tidak adekuat
Salah terapi, salahpersepsi
Kurang pengetahuan
Gagal pompa ventrikel kiri
Asam laktat meningkat
Nyeri terus menerus
Ansietas
Terjadi malam hari
Gangguan pola tidur
Bendungan atrium kanan
Bendungan vena sistemik
Hepar
Hepatomegali
Mendesak diafragma
Sesak nafas
Ketidakefektifan polanafas
Forward failure
Suplai darahjaringan
Metabolism
anaerob
Asidosis metabolic
Penimbunan asamlaktat dan ATP
Fatigue
Intoleransiaktivitas
Suplai O2 otak
Sinkop
Gangguanperfusi
jaringan
Renal flow
RAA
Aldosteron
ADH
Retensi Na +H2O
Kelebihanvolume c
Edema
Backward failure
LVED naik
Tek.vena pulmonalis
Tek.kapiler paru
Edema paru
Ronchi basah
Iritasi mukosa paru
Reflek batuk
Penumpukan secret
Menghambat pertukaranO2 dan CO2
Beban ventrikel kanan
Hipertrovi ventrikel kanan
Penyempitan lumenventrikel kanan
Ketidakefektifanbersihan jalan na
Mendesak organ GIT
Mual muntah
Gangguan Pola tidurAnsietas
Kurang Pengetahuan
Ketidakefektifan
Pola Napas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelebihan
Volume Cairan
Gangguan
Perfusi
Jaringan
Serebral
Intoleransi
AktivitasKetidakefektifan
Bersihan Jalan Napas
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
7/27
Bed rest
Tidak dapatberibadah seperti
biasa
Perubahanbentuk tubuh
GangguanCitra Tubuh
Gangguan pertukaran
gasSuplai O2 di sirkulasi
berkurang Fungsi Hepar terganggu
Fungsi detoksikasiberkurang
Kesepian
Mobilisasi berkurangSirkulasi O2terganggu
Dekubitus
Kerusakan intergitas
kulit
Informasi dan dukungan
tidak adekuatNafsu makan
Intake kurang
Nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
Albumin
Kerusakan integritas
jaringan
Kurang pengetahuan
Imunitas tubuh
Leukosit kurang
Resiko
Invasimikroorganisme
(mudah masuk)
Infeksi
Tidak mau menerima
keadaan tubuh
Tidak patuh dalampengobatan
Gangguan Pertukaran
Gas
Kerusakan Integritas
Jaringan
Distres
Spiritual
Kerusakan
Integritas Kulit
Resiko Infeksi
Kurang
Pengetahuan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan Citra
Tubuh
Resiko Infeksi
Disfungsi Seksual
Stress Berlebihan
Ansietas
Ketidakefektifan
Pemeliharaan
Kesehatan
Hipertermi
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
8/27
STEMI biasa terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara tiba-tiba setelah
oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya mengalami atherosclerosis.STEMI
terjadi ketika thrombus pada arteri koroner berkembang secara cepat pada tempat
terjadinya kerusakan vascular.Kerusakan ini difasilitasi oleh beberapa faktor, seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.Pada sebagian besar kasus, STEMI terjadi ketika
permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur sehingga komponen plak tersebut
terekspos dalam darah dan kondisi yang mendukung trombogenesis (terbentuknya
thrombus).Mural thrombus (thrombus yang menempel pada pembuluh darah) terbentuk
pada tempat rupturnyaplak, dan terjadi oklusi pada arteri koroner.Setelah platelet
monolayer terbentuk pada tempat terjadinyaruptur plak, beberapa agonis (kolagen, ADP,
epinefrin, serotonin) menyebabkan aktivasi platelet.Setelah stimulasi agonis platelet,
thromboxane A2(vasokonstriktor local yang kuat) dilepas dan terjadi aktivasi platelet lebih
lanjut.
Selain pembentukan thromboxane A2, aktivasi platelet oleh agonis meningkatkan
perubahan konformasi pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Ketika reseptor ini dikonversi
menjadi bentuk fungsionalnya, reseptor ini akan membentuk protein adhesive seperti
fibrinogen. Fibrinogen adalah molekul multivalent yang dapat berikatan dengan dua
plateet secara simultan, menghasilkan ikatan silang patelet dan agregasi.Kaskade
koagulasi mengalami aktivasi karena paparan faktor jaringan pada sel endotel yang
rusak, tepatnya pada area rupturnya plak.Aktivasi faktor VII dan X menyebabkan konversi
protrombin menjadi thrombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin.Arteri koroner seringkali mengalami oklusi karena thrombus yang terdiri dari agregat
platelet dan benang-benang fibrin.
Pada sebagian kecil kasus, STEMI dapat terjadi karena emboli arteri koroner,
abnormalitas congenital, spasme koroner, dan berbagai penyakit sistemik, terutama
inflamasi. Besarnya kerusakan myocardial yang disebabkan oklusi koroner tergantung
pada
a) daerah yang disuplai oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi
b) apakah pembuluh darah mengalami oklusi total atau tidak
c) durasi oklusi koroner
d) kuantitas darah yang disuplai oleh pembuluh darah kolateral pada jaringan yang
terkena
e) kebutuhan oksigen pada miokardium yang suplai darahnya menurun secara tiba-tiba
f) faktor lain yang dapat melisiskan thrombus secara dini dan spontan
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
9/27
g) keadekuatan perfusi miokard pada zona infark ketika aliran pada arteri koroner
epikardial yang mengalami oklusi telah dikembalikan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dapat
dibagi menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks
nonspesifik nekrosis jaringan dan inflamasi.
1. Electrocardiograf (ECG)
Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
a) Lead II, III, aVF : Infark inferior
b) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
c) Lead V2-V4 : Infark anterior
d) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
e) Lead I, aVL : Infark high lateral
f) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
g) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
h) Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu
2. Serum Cardiac Biomarker
Beberapa protein tertentu, yang disebut biomarker kardiak, dilepas dari otot
jantung yang mengalami nekrosis setelah STEMI.Kecepatan pelepasan protein spesifik
ini berbeda-beda, tergantung pada lokasi intraseluler, berat molekul, dan aliran darah
dan limfatik local.Biomarker kardiak dapat dideteksi pada darah perifer ketika kapasitas
limfatik kardiak untuk membersihkan bagian interstisium dari zona infark berlebihan
sehingga ikut beredar bersama sirkulasi.
a) cTnT dan cTnI
Cardiac-specific troponin T (cTnT) dan cardiac-specific troponin I (cTnI) memiliki
sekuens asam amino yang berbeda dari protein ini yang ada dalam otot
skeletal.Perbedaan tersebut memungkinkan dilakukannya quantitative assay untuk
cTnT dan cTnI dengan antibody monoclonal yang sangat spesifik.Karena cTnT dan
cTnI secara normal tidak terdeteksi dalam darah individu normal tetapi meningkat
setelah STEMI menjadi >20 kali lebih tinggi dari nilai normal, pengukuran cTnT dan
cTnI dapat dijadikan sebagai pemeriksaan diagnostic.Kadar cTnT dan cTnI mungkin
tetap meningkat selama 7-10 hari setelah STEMI.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
10/27
b) CKMB
Creatinine phosphokinase (CK) meningkat dalam 4-8 jam dan umumnya kembali
normal setelah 48-72 jam.Pengukuran penurunan total CK pada STEMI memiliki
spesifisitas yang rendah, karena CK juga mungkin meningkat pada penyakit otot
skeletal, termasuk infark intramuscular.Pengukuran isoenzim MB dari CK dinilai lebih
spesifik untuk STEMI karena isoenzim MB tidak terdapat dalam jumlah yang signifikan
pada jaringan ekstrakardiak. Namun pada miokarditis, pembedahan kardiak mungkin
didapatkan peningkatan kadar isoenzim MB dalam serum.
3. Cardiac Imaging
a) echocardiography
Abnormalitas pergerakan dinding pada two-dimentional echocardiography hampir
selalu ditemukan pada pasien STEMI. Walaupun STEMI akut tidak dapat dibedakan
dari scar miokardial sebelumnya atau dari iskemia berat akut dengan
echocardiography, prosedur ini masih digunakan karena keamanannya. Ketika tidak
terdapat ECG untuk metode diagnostic STEMI, deteksi awal aka nada atau tidaknya
abnormalitas pergerakan dinding dengan echocardiography dapat digunakan untuk
mengambil keputusan, seperti apakah pasien harus mendapatkan terapi
reperfusi.Estimasi echocardiographic untuk fungsi ventrikel kiri sangat berguna dalam
segi prognosis, deteksi penurunan fungsi ventrikel kiri menunjukkan indikasi terapi
dengan inhibitor RAAS.Echocardiography juga dapat mengidentifikasi infark pada
ventrikel kanan, aneurisma ventrikuler, efusi pericardial, dan thrombus pada ventrikel
kiri.Selain itu, Doppler echocardiography juga dapat mendeteksi dan kuantifikasi VSD
dan regurgitasi mitral, dua komplikasi STEMI.
b) High resolution MRI
Infark miokard dapat dideteksi secara akurat dengan high resolution cardiac MRI.
c) Angiografi
Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang
memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan pengukuran
langsung terhadap ventrikel kiri.
4. Indeks Nonspesifik Nekrosis Jaringan dan Inflamasi
Reaksi nonspesifik terhadap injuri myocardial berhubungan dengan leukositosis
polimorfonuklear, yang muncul dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap
selama 3-7 hari.Hitung sel darah putih seringkali mencapai 12.000-15.000/L.
Kecepatan sedimentasi eritrosit meningkat secara lebih lambat dibandingkan dengan
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
11/27
hitung sel darah putih, memuncak selama minggu pertama dan kadang tetap
meningkat selama 1 atau 2 minggu.
F. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Tatalaksana pra-rumah sakit.Prognosis STEMI sebagian besar tergantung
adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu komplikasi elektrikal (aritmia) dan
komplikasi mekanik (pump failure). Sebagian besar kematian di luar RS pada
STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar
terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada
jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra-RS pada pasien yang
dicurigai STEMI :
Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan
resusitasi
Transportasi pasien ke RS yang memiliki fasilitas ICCU/ICU serta staf medis
dokter dan perawat yang terlatih
Terapi REPERFUSI
Tatalaksana di IGD. Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai
STEMI mencakup mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien
yang merupakan kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke
ruangan yang tepat di RS dan menghindari pemulangan cepat pasien dengan
STEMI.
2. Hospital
a) Aktivitas
Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa awal infark
dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI
harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika
tidak terdapat komplikasi, pasien harus didukung untuk untuk melanjutkan
postur tegak dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk
di kursi dalam 24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis dan
biasanya menurunkan tekanan kapiler paru. Jika tidak terdapat hipotensi dan
komplikasi lain, pasien dapat berjalan-jalan di ruangan dengan durasi dan
frekuensi yang ditingkatkan secara bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada
hari ketiga, pasien harus sudah dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
12/27
b) Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien hanya
diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam
pertama.Asupan nutrisi yang diberikan harus mengandung kolesterol 300
mg/hari.Kompleks karbohidrat harus mencapai 50-55% dari kalori total.Diet
yang diberikan harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah
natrium.
c) Bowel
Bedrest dan efek narkotik yang digunakan untuk menghilangkan nyeri
seringkali menyebabkan konstipasi. Laksatif dapat diberikan jika pasien
mengalami konstipasi
3. Farmakoterapi
a) Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan
dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi
nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh darah
kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung, dapat diberikan NTG
intravena.NTG IV juga dapat diberikan untuk mengendalikan hipertensi dan
edema paru.Terapi nitrat harus dihindarkan pada pasien dengan tensi sistolik
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
13/27
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin
bukkal dengan dosis 160-325 mg di UGD. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
d) Beta-adrenoreceptor blocker
Pemberian beta blocker intravena secara akut dapat memperbaiki hubungan
supply-demand oksigen, menurunkan nyeri, menurunkan ukuran infark, dan
menurunkan insiden ventricular aritmia.
e) Terapi reperfusi
Terapi reperfusi yaitu menjamin aliran darah koroner kembali menjadi lancar.
Reperfusi ada 2 macam yaitu berupa tindakan kateterisasi (PCI) yang berupa
tindakan invasive (semi-bedah) dan terapi dengan obat melalui jalur infuse
(agen fibrinolitik).
G. Komplikasi
1. Disfungsi ventrikel
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan
ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan
remodeling ventricular.Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi
sel-sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona
nekrotik.Pembesaran yang terjadi berhubungan dengan ukuran dan lokasi infark.
2. Gagal pemompaan (pump failure)
Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada
STEMI.Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan
sesudahnya.Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop.Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Aritmia
Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala
awal.Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark meliputi
ketidakseimbangan sistem saraf otonom, ketidakseimbangan elektrolit, iskemia,
dan konduksi yang lambat pada zona iskemik.
4. Gagal jantung kongestif
Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium.Disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis,
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
14/27
sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan
kongesti vena sistemik.
5. Syok kardiogenik
Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang
massif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri.Timbul lingkaran setan
akibat perubahan hemodinamik progresif hebat yang ireversibel dengan
manifestasi seperti penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner,
peningkatan kongesti paru-paru, hipotensi, asidosis metabolic, dan hipoksemia
yang selanjutnya makin menekan fungsi miokardium.
6. Edema paru akut
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli.Edema paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat berat.Kongesti paru
terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri.Oleh karena
adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta
udara tidak dapat masuk, akibatnya terjadi hipoksia berat.
7. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi
katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama
sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograde dari ventrikel kiri ke
dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
8. Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan rupture dinding septum
sehingga terjadi defek septum ventrikel.
9. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan
infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut.
Dinding nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke dalam
kantong pericardium yang relative tidak elastic dapat berkembang.Kantong
pericardium yang terisi oleh darah menekan jantung, sehingga menimbulkan
tamponade jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi aliran balik vena dan
curah jantung.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
15/27
10. Aneurisma ventrikel
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan
teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
11. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar
yang merupakan predisposisi pembentukan thrombus. Pecahan thrombus mural
intrakardium dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik.
12. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dan menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan
menimbulkan reaksi peradangan.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
16/27
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
sumber informasi, nama keluarga dekat yang bias dihubungi, status, alamat,
no.telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
1) Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat.
2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien,
sifat keluhan nyeri seperti tertekan.
3) Region, radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
4) Severity (scale) of pain: klien bias ditanya dengan menggunakan rentang 0-5
dan klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya
pada saat angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).
5) Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama timbulnya
(durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark
miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan
berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium
meliputi dispnea, berkeringat, amsietas, dan pingsan.
Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia.Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko
utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
17/27
Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup menetap,
jadual olahraga tak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada istirahat/kerja.
Sirkulasi
Gejala: riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung koroner,
masalah TD, DM.
Tanda:
1) TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
2) Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
3) Bunyi jantung ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan
kontraktilitas atau komplian ventrikel.
4) Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
5) Friksi; dicurigai perikarditis.
6) Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
7) Edema, edema perifer, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
8) Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah
pada penyakit/perawatan yang tak perlu, khawatir tentang keluarga, pekerjaan
dan keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri/nyeri.
Eliminasi: bunyi usus normal atau menurun
Makanan/cairan
Gejala: mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.Tanda:penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, dan perubahan
berat badan
Hygiene: kesulitan melakukan perawatan diri
Neurosensori
Gejala: pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda: perubahan mental dan kelemahan
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
18/27
Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher
Kualitas nyeri crushing, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM,
hipertensi dan lansia.
Tanda:
Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata
Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan,
warna kulit/kelembaban, kesadaran.
Pernapasan
Gejala: dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk produktif/tidakproduktif, riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:peningkatan frekuensi pernapasan, pucat/sianosis, bunyi napas bersih atau
krekels, wheezing, sputum bersih, merah muda kental.
Interaksi social
Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan koping dengan
stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat, dan menarik
diri dari keluarga
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer, dan riwayat penggunaan tembakau
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
19/27
Pengkajian fisik
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut:
Tingkat kesadaran
Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)
Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya
oksigen ke dalam miokard
Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian
tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,
menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel
Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume
Warna dan suhu kulit
Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda
gagal ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)
Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri mesenterika merupakan
potensial komplikasi yang fatal
Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda
dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria
Pemeriksaan Diagnostik
EKG
Echocardiogram
LabCKMB, cTn, Mioglobin, CK, LDH
B. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru akut
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah, misalnya
vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan troboemboli
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
20/27
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung
6. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Nyeri dada hilang/terkontrol
Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
Klien tampak rileks,mudah bergerak
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keluhan pasien mengenai nyeri
dada, meliputi : PQRST
2. Berikan istirahat fisik dengan
punggung ditinggikan atau dalam
kursi kardia
3. Kaji ulang riwayat angina
sebelumnya, nyeri menyerupai
angina
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan
nyeri dengan segera
5. Berikan lingkungan yang tenang,
aktivitas perlahan, dan tindakan
1. Data tersebut membantu
menentukan penyebab dan efek
nyeri dada serta merupakan garis
dasar untuk membandingkan gejala
pasca terapi
2. Untuk mengurangi rasa tidak
nyaman serta dispnea dan istirahat
fisik juga dapat mengurangi
konsumsi oksigen jantung.
3. Untuk membandingkan nyeri yang
ada dari pola sebelumnya, sesuai
dengan identifikasi komplikasi
seperti meluasnya infark, emboli
paru, atau perikarditis
4. Untuk memberi intervensi secara
tepat sehingga mengurangi
kerusakan jaringan otot jantung
yang lebih lanjut
5. Menurunkan rangsang eksternal
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
21/27
nyaman
6. Bantu melakukan teknik relaksasi
(napas dalam/perlahan,perilaku
distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi
7. Periksa tanda vital sebelum dan
sesudah obat narkotik
8. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian:
1) Antiangina (NTG)
2) Penyekat (atenolol)
3) Preparat analgesik (Morfin
Sulfat)
4) Pemberian oksigen bersamaan
dengan analgesik
6. Membantu dalam menurunkan
persepsi/respon nyeri
7. Hipotensi /depresi pernapasan
dapat terjadi sebagai akibat
pemberian narkotik. Dimana
keadaan ini dapat meningkatkan
kerusakan miokardia pada adanya
kegagalan ventrikel
1) Untuk mengontrol nyeri dengan
efek vasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah
koroner dan perfusi miokardia
2) Untuk mengontrol nyeri melalui
efek hambatan rangsang
simpatis, sehingga menurunkan
fungsi jantung, TD sistolik dan
kebutuhan oksigen miokard
3) Untuk menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi dan
mengurangi kerja miokard
4) Untuk memulihkan otot jantung
dan untuk memastikan
peredaan maksimum nyeri
(inhalasi oksigen menurunkan
nyeri yang berkaitan dengan
rendahnya tingkat oksigen yang
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
22/27
bersirkulasi).
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam curah jantung
adekuat
Kriteria Hasil:
TD, curah jantung dalam batas normal
Haluaran urine adekuat
Tidak ada disritmia
Penurunan dispnea, angina
Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. frekuensi jantung, TD,nadi
2. Evaluasi adanya bunyi jantung
S3,S4
3. Auskultasi bunyi napas
4. Berikan makanan porsi makan
kecil dan mudah dikunyah,
batasi asupan kafein,kopi,
coklat, cola
1. Untuk mengetahui adanya perubahan
TD,nadi secara dini sehingga
memudahkan dalam melakukan
intervensi karena TD dapat
meningkatkan rangsangan simpatis,
kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi.
2. Untuk megetahui adanya komplikasi
pada GJK gagal mitral untuk S3,
sedangkan S4 karena iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel, danhipertensi pulmonal /sistemik
3. Untuk mengetahui adanya kongesti
paru akibat penurunan fungsi miokard
4. Untuk menghindari kerja miokardia,
bradikardi,peningkatan frekuensi
jantung
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
23/27
KOLABORASI:
1. Berikan oksigen sesuai indikasi
2. Pertahankan cairan IV
3. Kaji ulang seri EKG
4. Pantau laboratorium (enzim
jantung, GDA, elektrolit)
5. Berikan obat antidisritmia
KOLABORASI
1. Untuk memenuhi kebutuhan miokard,
menurunkan iskemia dan disritmia
lanjut
2. Jalur yang paten untuk pemberian obat
darurat pada disritmia/nyeri dada
3. Memberikan informasi sehubungan
dengan kemajuan/perbaikan infark,
fungsi ventrikel, keseimbangan
elektrolit, dan efek terapi obat
4. Untuk mengetahui perbaikan /
perluasan infark adanya hipoksia,
hipokalemia/hiperkalsemia
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah,
misalnya vasikonstriksi, hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan
efektif
Kirteria Hasil:
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer kuat
Tanda vital dalam batas normal
Kesadran compos mentis
Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
Tidak edema dan nyeriINTERVENSI RASIONAL
1. Observasi adanya perubahan
tingkat kesadaran secara tiba-tiba
2. Observasi adanya pucat, sianosis,
kulit dingin/lembab da raba
kekuatan nadi perifer
1. Untuk mengetahui adanya
penurunan curah jantung
2. Vasokontriksi sistemik diakibatkan
oleh penurunan curah jantung
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
24/27
3. Observasi adanya tanda Homan,
eritema, edema
4. Anjurkan klien untuk latihan kaki
aktif/pasif
5. Pantau pemasukan dan perubahan
keluaran urine
6. Pantau laboratorium, kreatinin,
elektrolit
7. Beri obat sesuai indikasi
3. Untuk mengetahui adanya
trombosis vena dalam
4. Menurunkan stasis vena,
meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan risiko tromboflebitis
5. Penurunan/mual terus menerus
dapat megakibatkan penurunan
volume sirkulasi, yang berdampak
negatif pada perfusi dan fungsi
organ
6. Indikator dari perfusi atau fungsi
organ
7. Heparin: Untuk menurunkan resiko
tromboflebitis atau pembentukan
trombus mural
Cimetidine untuk menetralkan asam
lambung dan iritasi gaster
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
menunjukkan peningkatan aktivitas secara bertahap
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat melakukan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
dengan frekuensi jantung/irama jantung dan TD dalam batas normal
2) Kulit teraba hangat, merah muda dan kering
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau frekuensi jantung, irama,
dan perubahan TD sebelum,
selama, dan sesudah beraktivitas
sesuai indikasi \
2. Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas pada dasar nyeri/respon
1. Untuk menentukan tingkat aktivitas
klien yang tidak memberatkan curah
jantung
2. Menurunkan kerja miokard,
sehingga menurunkan risiko
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
25/27
hemodinamik, berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
3. Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas pada dasar nyeri/respon
hemodinamik, berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
4. Anjurkan pasien untuk tidak
mengejan saat defekasi
5. Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat akyivitas
6. Observasi gejala yang
menunjukkan tidak toleran
terhadap aktivitas
komplikasi
3. Dengan mengejan dapat
mengakibatkan manuver valsava
sehingga terjadi bradikardi,
menurunnya curah jantung, takikardi
dan peningkatan TD
4. Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas
berlebihan
5. Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas
berlebihan
6. Palpitasi, nadi tidak teratur, adanya
nyeri dada atau dispnea dapat
mengindikasikan kebutuhan
perubahan program oalahraga atau
diet
5. Ansietas yang berhubungan dengan ketakutan akan kematian
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan
keluarganya serta mekanisme
koping
2. Kaji kebutuhan bimbingan spiritual
1. Data tersebut memberikan informasi
mengenai perasaan sehat secara
umum dan psikologis sehingga
gejala pasca terapi dapat
dibandingkan
2. Jika pasien memerlukan dukungan
keagamaan, konseling agama akan
membantu mengurangi kecemasan
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
26/27
3. Biarkan pasien dan keluarganya
mengekspresikan kecemasan dan
ketakutannya
4. Manfaatkan waktu kunjungan yang
fleksibel, yang memungkinkan
kehadiran keluarga untuk
membantu mengurangi
kecemasan pasien
5. Dukung partisipasi aktif dalam
program rehabilitasi jantung
dan rasa takut
3. Kecemasan yang tidak dapat
dihilangkan (respons stress)
meningkatkan konsumsi oksigen
jantung.
4. Kehadiran dukungan anggota
keluarga dapat mengurangi
kecemasan pasien maupun
keluarga.
5. Rehabilitasi jantung yang
diresepkan dapat membantu
menghilangkan ketakutan akan
kematian, dapat meningkatkan
perasaan sehat
-
8/11/2019 LP stemi CVCU.docx
27/27
Daftar Pustaka
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2008. Harrisons
Principles of Internal Medicine 17thedition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kumar, Abbas, Fausto, Mitchel. 2007. Robbins Basic Pathology. Elsevier Inc.
Muttaqin, A. 2009.Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2.Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.Edisi
8.Jakarta : EGC.