LP stemi CVCU.docx

download LP stemi CVCU.docx

of 27

Transcript of LP stemi CVCU.docx

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    1/27

    LAPORAN PENDAHULUAN

    STEMI (ST ELEVATION MIOKARD INFARK)

    Oleh:

    Vieocta Apsari Paradise

    105070201111008

    JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    2/27

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ST ELEVATION INFARK MIOCARD (STEMI)

    A. Definisi

    Infark miocard akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang

    menyebabkan sel otot jantung mati.Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah

    terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh

    darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat

    aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan

    fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark (Guyton & Hall, 2007).

    IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-

    elevation infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark miocard (NSTEMI).

    STEMI merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark

    yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan

    adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi

    sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,

    sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.

    B. Etiologi dan Faktor Risiko

    Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya rupture

    vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa

    faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain aktivitas fisik

    yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat

    beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA pada

    individu.Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor

    resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.

    1. Faktor yang tidak dapat dirubah :

    a) Usia

    Walaupun akumulasi plak atheroscleroticmerupakan proses yang progresif,

    biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang

    kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun

    usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark

    miokard pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al., 2007).

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    3/27

    b) Jenis kelamin

    Infark miokard jarag ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika

    terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat.Setelah menopause,

    insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat

    bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan

    merupakan pengaruh dari hormon estrogen (Kumar, et al., 2007).

    c) Ras

    Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit

    putih.

    d) Riwayat keluarga

    Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara,

    orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan

    kemungkinan timbulnya IMA.

    2. Faktor resiko yang dapat dirubah :

    a) Hiperlipidemia merupakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum

    di atas batas normal. Peningkatan kadar kolesterol di atas 180 mg/dl akan

    meningkatkan resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini

    akan lebih cepat terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl. Peningkatan

    kolosterol LDL dihubungkan dengan meningkatnya resiko penyakit arteri

    koronaria, sedangkan kadar kolesterol HDL yang tinggi berperan sebagai

    faktor pelindung terhadap penyakit ini.

    b) Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah

    systole maupun diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat

    meningkatkan risiko ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan

    dengan individu normotensive. Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien

    hipertensi dapat meninggal karena IHD atau gagal jantung kongestif, dan

    sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke (Kumar, et al., 2007).

    c) Merokok merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok

    mungkin merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan

    atherosclerosis pada wanita. Penggunaan rokok dalam jangka waktu yang

    lama meningkatkan kematian karena IHD sekitar 200%. Berhenti merokok

    dapat menurunkan risiko secara substansial (Kumar, et al., 2007).

    d) Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia dan juga meningkatkan

    predisposisi atherosclerosis. Insiden infark miokard dua kali lebih tinggi pada

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    4/27

    seseorang yang menderita diabetes daripada tidak. Juga terdapat

    peningkatan risiko stroke pada seseorang yang menderita diabetes mellitus

    e) Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner.

    f) Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang bersifat

    aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.

    C. Manifestasi Klinis

    1. Nyeri

    Nyeri merupakan manifestasi yang paling umum ditemukan pada pasien

    dengan STEMI.Karakteristik nyeri yang dirasakan yaitu dalam dan visceral, yang

    biasa dideskripsikan dengan nyeri terasa berat dan seperti diremas, seperti

    ditusuk, atau seperti terbakar. Karakteristik nyeri pada STEMI hampir sama

    dengan pada angina pectoris, namun biasanya terjadi pada saat istirahat, lebih

    berat, dan berlangsung lebih lama. Nyeri biasa dirasakan pada bagian tengah

    dada dan/atau epigastrium, dan menyebar ke daerah lengan.Penyebaran nyeri

    juga dapat terjadi pada abdomen, punggung, rahang bawah, dan leher.Nyeri

    sering disertai dengan kelemahan, berkeringat, nausea, muntah, dan ansietas

    (Fauci, et al., 2007).

    2. Temuan fisik

    Sebagian besar pasien mengalami ansietas dan restless yang

    menunjukkan ketidakmampuan untuk mengurangi rasa nyeri.Pallor yang

    berhubungan dengan keluarnya keringat dan dingin pada ekstremitas juga sering

    ditemukan pada pasien dengan STEMI.Nyeri dada substernal yang berlangsung

    selama >30 menit dan diaphoresis menunjukkan terjadinya STEMI. Meskipun

    sebagian besar pasien menunjukkan tekanan darah dan frekuensi nadi yang

    normal selama satu jam pertama STEMI, sekitar 25% pasien dengan infark

    anterior memiliki manifestasi hiperaktivitas sistem saraf simpatik (takikardia

    dan/atau hipertensi), dan 50% pasien dengan infark inferior menunjukkan

    hiperaktivitas parasimpatis (bradikardi dan/atau hipotensi).

    Impuls apical pada pasien dengan STEMI mungkin sulit untuk dipalpasi.

    Tanda fisik dari disfungsi ventrikel lain antara adanya S3 dan S4, penurunan

    intensitas bunyi jantung pertama, dan paradoxical splitting dari S2. Selain itu juga

    sering terjadi penurunan volume pulsasi carotis, yang menunjukkan adanya

    penurunan stroke volume. Peningkatan temperature tubuh di atas 380C mungkin

    ditemukan selama satu minggu post STEMI.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    5/27

    D. PATOFISIOLOGI

    Meningkatnyapermeabilitas terhadap

    lipid

    Merokok, alcohol,hipertensi, lipid, congenital

    LDL teroksidasi

    Timbul bercak lemak

    Plak halus

    Aktivasi faktor VII dan X

    ProtrombinthrombinFibrinogenfibrin

    Rupture plak

    Thrombus

    Oklusi arteri koroner

    Aliran darah koroner

    menurun

    Deficit perawatan diri

    Motivasi personal hygiene

    Intoleransi aktivitas

    Kelemahan

    Hipoksia

    Penurunan aliran darah

    Supply O2ke jaringanberkurang

    Kebutuhan O2 tidaktercukupi

    Takipneu

    Penurunan CO2

    HipotensiSyok

    Penurunan kesadaran

    Resiko injury

    Kematian jaringan

    NekrosisStimulasi saraf

    Melepas mediator nyeri:

    Metabolism anaerob

    Gagal pompa ventrikel kiri

    Penurunan cardiacoutput

    Reflux ke paru-paru

    Alveoli edema

    Gagal pompa ventrikelkanan

    Tekanan diastole

    meningkat

    Ketidakefektifan

    Pola Napas

    Resiko Injury

    Penurunan CardiacOutput

    Gangguan

    Pertukaran Gas

    Intoleransi Aktivitas

    Defisit Perawatan Diri

    Nyeri akut

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    6/27

    Informasi tidak adekuat

    Salah terapi, salahpersepsi

    Kurang pengetahuan

    Gagal pompa ventrikel kiri

    Asam laktat meningkat

    Nyeri terus menerus

    Ansietas

    Terjadi malam hari

    Gangguan pola tidur

    Bendungan atrium kanan

    Bendungan vena sistemik

    Hepar

    Hepatomegali

    Mendesak diafragma

    Sesak nafas

    Ketidakefektifan polanafas

    Forward failure

    Suplai darahjaringan

    Metabolism

    anaerob

    Asidosis metabolic

    Penimbunan asamlaktat dan ATP

    Fatigue

    Intoleransiaktivitas

    Suplai O2 otak

    Sinkop

    Gangguanperfusi

    jaringan

    Renal flow

    RAA

    Aldosteron

    ADH

    Retensi Na +H2O

    Kelebihanvolume c

    Edema

    Backward failure

    LVED naik

    Tek.vena pulmonalis

    Tek.kapiler paru

    Edema paru

    Ronchi basah

    Iritasi mukosa paru

    Reflek batuk

    Penumpukan secret

    Menghambat pertukaranO2 dan CO2

    Beban ventrikel kanan

    Hipertrovi ventrikel kanan

    Penyempitan lumenventrikel kanan

    Ketidakefektifanbersihan jalan na

    Mendesak organ GIT

    Mual muntah

    Gangguan Pola tidurAnsietas

    Kurang Pengetahuan

    Ketidakefektifan

    Pola Napas

    Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Kelebihan

    Volume Cairan

    Gangguan

    Perfusi

    Jaringan

    Serebral

    Intoleransi

    AktivitasKetidakefektifan

    Bersihan Jalan Napas

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    7/27

    Bed rest

    Tidak dapatberibadah seperti

    biasa

    Perubahanbentuk tubuh

    GangguanCitra Tubuh

    Gangguan pertukaran

    gasSuplai O2 di sirkulasi

    berkurang Fungsi Hepar terganggu

    Fungsi detoksikasiberkurang

    Kesepian

    Mobilisasi berkurangSirkulasi O2terganggu

    Dekubitus

    Kerusakan intergitas

    kulit

    Informasi dan dukungan

    tidak adekuatNafsu makan

    Intake kurang

    Nutrisi kurang darikebutuhan tubuh

    Albumin

    Kerusakan integritas

    jaringan

    Kurang pengetahuan

    Imunitas tubuh

    Leukosit kurang

    Resiko

    Invasimikroorganisme

    (mudah masuk)

    Infeksi

    Tidak mau menerima

    keadaan tubuh

    Tidak patuh dalampengobatan

    Gangguan Pertukaran

    Gas

    Kerusakan Integritas

    Jaringan

    Distres

    Spiritual

    Kerusakan

    Integritas Kulit

    Resiko Infeksi

    Kurang

    Pengetahuan

    Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Gangguan Citra

    Tubuh

    Resiko Infeksi

    Disfungsi Seksual

    Stress Berlebihan

    Ansietas

    Ketidakefektifan

    Pemeliharaan

    Kesehatan

    Hipertermi

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    8/27

    STEMI biasa terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara tiba-tiba setelah

    oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya mengalami atherosclerosis.STEMI

    terjadi ketika thrombus pada arteri koroner berkembang secara cepat pada tempat

    terjadinya kerusakan vascular.Kerusakan ini difasilitasi oleh beberapa faktor, seperti

    merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.Pada sebagian besar kasus, STEMI terjadi ketika

    permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur sehingga komponen plak tersebut

    terekspos dalam darah dan kondisi yang mendukung trombogenesis (terbentuknya

    thrombus).Mural thrombus (thrombus yang menempel pada pembuluh darah) terbentuk

    pada tempat rupturnyaplak, dan terjadi oklusi pada arteri koroner.Setelah platelet

    monolayer terbentuk pada tempat terjadinyaruptur plak, beberapa agonis (kolagen, ADP,

    epinefrin, serotonin) menyebabkan aktivasi platelet.Setelah stimulasi agonis platelet,

    thromboxane A2(vasokonstriktor local yang kuat) dilepas dan terjadi aktivasi platelet lebih

    lanjut.

    Selain pembentukan thromboxane A2, aktivasi platelet oleh agonis meningkatkan

    perubahan konformasi pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Ketika reseptor ini dikonversi

    menjadi bentuk fungsionalnya, reseptor ini akan membentuk protein adhesive seperti

    fibrinogen. Fibrinogen adalah molekul multivalent yang dapat berikatan dengan dua

    plateet secara simultan, menghasilkan ikatan silang patelet dan agregasi.Kaskade

    koagulasi mengalami aktivasi karena paparan faktor jaringan pada sel endotel yang

    rusak, tepatnya pada area rupturnya plak.Aktivasi faktor VII dan X menyebabkan konversi

    protrombin menjadi thrombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi

    fibrin.Arteri koroner seringkali mengalami oklusi karena thrombus yang terdiri dari agregat

    platelet dan benang-benang fibrin.

    Pada sebagian kecil kasus, STEMI dapat terjadi karena emboli arteri koroner,

    abnormalitas congenital, spasme koroner, dan berbagai penyakit sistemik, terutama

    inflamasi. Besarnya kerusakan myocardial yang disebabkan oklusi koroner tergantung

    pada

    a) daerah yang disuplai oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi

    b) apakah pembuluh darah mengalami oklusi total atau tidak

    c) durasi oklusi koroner

    d) kuantitas darah yang disuplai oleh pembuluh darah kolateral pada jaringan yang

    terkena

    e) kebutuhan oksigen pada miokardium yang suplai darahnya menurun secara tiba-tiba

    f) faktor lain yang dapat melisiskan thrombus secara dini dan spontan

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    9/27

    g) keadekuatan perfusi miokard pada zona infark ketika aliran pada arteri koroner

    epikardial yang mengalami oklusi telah dikembalikan.

    E. Pemeriksaan Penunjang

    Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI dapat

    dibagi menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks

    nonspesifik nekrosis jaringan dan inflamasi.

    1. Electrocardiograf (ECG)

    Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu

    a) Lead II, III, aVF : Infark inferior

    b) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal

    c) Lead V2-V4 : Infark anterior

    d) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral

    e) Lead I, aVL : Infark high lateral

    f) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas

    g) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral

    h) Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu

    2. Serum Cardiac Biomarker

    Beberapa protein tertentu, yang disebut biomarker kardiak, dilepas dari otot

    jantung yang mengalami nekrosis setelah STEMI.Kecepatan pelepasan protein spesifik

    ini berbeda-beda, tergantung pada lokasi intraseluler, berat molekul, dan aliran darah

    dan limfatik local.Biomarker kardiak dapat dideteksi pada darah perifer ketika kapasitas

    limfatik kardiak untuk membersihkan bagian interstisium dari zona infark berlebihan

    sehingga ikut beredar bersama sirkulasi.

    a) cTnT dan cTnI

    Cardiac-specific troponin T (cTnT) dan cardiac-specific troponin I (cTnI) memiliki

    sekuens asam amino yang berbeda dari protein ini yang ada dalam otot

    skeletal.Perbedaan tersebut memungkinkan dilakukannya quantitative assay untuk

    cTnT dan cTnI dengan antibody monoclonal yang sangat spesifik.Karena cTnT dan

    cTnI secara normal tidak terdeteksi dalam darah individu normal tetapi meningkat

    setelah STEMI menjadi >20 kali lebih tinggi dari nilai normal, pengukuran cTnT dan

    cTnI dapat dijadikan sebagai pemeriksaan diagnostic.Kadar cTnT dan cTnI mungkin

    tetap meningkat selama 7-10 hari setelah STEMI.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    10/27

    b) CKMB

    Creatinine phosphokinase (CK) meningkat dalam 4-8 jam dan umumnya kembali

    normal setelah 48-72 jam.Pengukuran penurunan total CK pada STEMI memiliki

    spesifisitas yang rendah, karena CK juga mungkin meningkat pada penyakit otot

    skeletal, termasuk infark intramuscular.Pengukuran isoenzim MB dari CK dinilai lebih

    spesifik untuk STEMI karena isoenzim MB tidak terdapat dalam jumlah yang signifikan

    pada jaringan ekstrakardiak. Namun pada miokarditis, pembedahan kardiak mungkin

    didapatkan peningkatan kadar isoenzim MB dalam serum.

    3. Cardiac Imaging

    a) echocardiography

    Abnormalitas pergerakan dinding pada two-dimentional echocardiography hampir

    selalu ditemukan pada pasien STEMI. Walaupun STEMI akut tidak dapat dibedakan

    dari scar miokardial sebelumnya atau dari iskemia berat akut dengan

    echocardiography, prosedur ini masih digunakan karena keamanannya. Ketika tidak

    terdapat ECG untuk metode diagnostic STEMI, deteksi awal aka nada atau tidaknya

    abnormalitas pergerakan dinding dengan echocardiography dapat digunakan untuk

    mengambil keputusan, seperti apakah pasien harus mendapatkan terapi

    reperfusi.Estimasi echocardiographic untuk fungsi ventrikel kiri sangat berguna dalam

    segi prognosis, deteksi penurunan fungsi ventrikel kiri menunjukkan indikasi terapi

    dengan inhibitor RAAS.Echocardiography juga dapat mengidentifikasi infark pada

    ventrikel kanan, aneurisma ventrikuler, efusi pericardial, dan thrombus pada ventrikel

    kiri.Selain itu, Doppler echocardiography juga dapat mendeteksi dan kuantifikasi VSD

    dan regurgitasi mitral, dua komplikasi STEMI.

    b) High resolution MRI

    Infark miokard dapat dideteksi secara akurat dengan high resolution cardiac MRI.

    c) Angiografi

    Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang

    memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan pengukuran

    langsung terhadap ventrikel kiri.

    4. Indeks Nonspesifik Nekrosis Jaringan dan Inflamasi

    Reaksi nonspesifik terhadap injuri myocardial berhubungan dengan leukositosis

    polimorfonuklear, yang muncul dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap

    selama 3-7 hari.Hitung sel darah putih seringkali mencapai 12.000-15.000/L.

    Kecepatan sedimentasi eritrosit meningkat secara lebih lambat dibandingkan dengan

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    11/27

    hitung sel darah putih, memuncak selama minggu pertama dan kadang tetap

    meningkat selama 1 atau 2 minggu.

    F. Penatalaksanaan

    1. Pre Hospital

    Tatalaksana pra-rumah sakit.Prognosis STEMI sebagian besar tergantung

    adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu komplikasi elektrikal (aritmia) dan

    komplikasi mekanik (pump failure). Sebagian besar kematian di luar RS pada

    STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar

    terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada

    jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra-RS pada pasien yang

    dicurigai STEMI :

    Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis

    Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan

    resusitasi

    Transportasi pasien ke RS yang memiliki fasilitas ICCU/ICU serta staf medis

    dokter dan perawat yang terlatih

    Terapi REPERFUSI

    Tatalaksana di IGD. Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai

    STEMI mencakup mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien

    yang merupakan kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke

    ruangan yang tepat di RS dan menghindari pemulangan cepat pasien dengan

    STEMI.

    2. Hospital

    a) Aktivitas

    Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa awal infark

    dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI

    harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika

    tidak terdapat komplikasi, pasien harus didukung untuk untuk melanjutkan

    postur tegak dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk

    di kursi dalam 24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis dan

    biasanya menurunkan tekanan kapiler paru. Jika tidak terdapat hipotensi dan

    komplikasi lain, pasien dapat berjalan-jalan di ruangan dengan durasi dan

    frekuensi yang ditingkatkan secara bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada

    hari ketiga, pasien harus sudah dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    12/27

    b) Diet

    Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien hanya

    diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam

    pertama.Asupan nutrisi yang diberikan harus mengandung kolesterol 300

    mg/hari.Kompleks karbohidrat harus mencapai 50-55% dari kalori total.Diet

    yang diberikan harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah

    natrium.

    c) Bowel

    Bedrest dan efek narkotik yang digunakan untuk menghilangkan nyeri

    seringkali menyebabkan konstipasi. Laksatif dapat diberikan jika pasien

    mengalami konstipasi

    3. Farmakoterapi

    a) Nitrogliserin (NTG)

    Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan

    dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi

    nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen dengan

    menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara

    dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh darah

    kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung, dapat diberikan NTG

    intravena.NTG IV juga dapat diberikan untuk mengendalikan hipertensi dan

    edema paru.Terapi nitrat harus dihindarkan pada pasien dengan tensi sistolik

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    13/27

    dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin

    bukkal dengan dosis 160-325 mg di UGD. Selanjutnya aspirin diberikan oral

    dengan dosis 75-162 mg.

    d) Beta-adrenoreceptor blocker

    Pemberian beta blocker intravena secara akut dapat memperbaiki hubungan

    supply-demand oksigen, menurunkan nyeri, menurunkan ukuran infark, dan

    menurunkan insiden ventricular aritmia.

    e) Terapi reperfusi

    Terapi reperfusi yaitu menjamin aliran darah koroner kembali menjadi lancar.

    Reperfusi ada 2 macam yaitu berupa tindakan kateterisasi (PCI) yang berupa

    tindakan invasive (semi-bedah) dan terapi dengan obat melalui jalur infuse

    (agen fibrinolitik).

    G. Komplikasi

    1. Disfungsi ventrikel

    Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan

    ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan

    remodeling ventricular.Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi

    sel-sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona

    nekrotik.Pembesaran yang terjadi berhubungan dengan ukuran dan lokasi infark.

    2. Gagal pemompaan (pump failure)

    Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada

    STEMI.Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat

    gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan

    sesudahnya.Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan

    bunyi jantung S3 dan S4 gallop.Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.

    3. Aritmia

    Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala

    awal.Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark meliputi

    ketidakseimbangan sistem saraf otonom, ketidakseimbangan elektrolit, iskemia,

    dan konduksi yang lambat pada zona iskemik.

    4. Gagal jantung kongestif

    Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium.Disfungsi

    ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis,

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    14/27

    sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan

    kongesti vena sistemik.

    5. Syok kardiogenik

    Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang

    massif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri.Timbul lingkaran setan

    akibat perubahan hemodinamik progresif hebat yang ireversibel dengan

    manifestasi seperti penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner,

    peningkatan kongesti paru-paru, hipotensi, asidosis metabolic, dan hipoksemia

    yang selanjutnya makin menekan fungsi miokardium.

    6. Edema paru akut

    Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga

    interstisial maupun dalam alveoli.Edema paru merupakan tanda adanya kongesti

    paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,

    merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat berat.Kongesti paru

    terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel

    kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri.Oleh karena

    adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta

    udara tidak dapat masuk, akibatnya terjadi hipoksia berat.

    7. Disfungsi otot papilaris

    Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi

    katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama

    sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograde dari ventrikel kiri ke

    dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke aorta dan

    peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.

    8. Defek septum ventrikel

    Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan rupture dinding septum

    sehingga terjadi defek septum ventrikel.

    9. Rupture jantung

    Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan

    infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut.

    Dinding nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke dalam

    kantong pericardium yang relative tidak elastic dapat berkembang.Kantong

    pericardium yang terisi oleh darah menekan jantung, sehingga menimbulkan

    tamponade jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi aliran balik vena dan

    curah jantung.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    15/27

    10. Aneurisma ventrikel

    Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.

    Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan

    teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.

    11. Tromboembolisme

    Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar

    yang merupakan predisposisi pembentukan thrombus. Pecahan thrombus mural

    intrakardium dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik.

    12. Perikarditis

    Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung

    berkontak dan menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan

    menimbulkan reaksi peradangan.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    16/27

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    Identitas Klien

    Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama, suku,

    pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

    sumber informasi, nama keluarga dekat yang bias dihubungi, status, alamat,

    no.telepon, pendidikan, dan pekerjaan.

    Status kesehatan saat ini

    Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.

    Riwayat penyakit sekarang (PQRST)

    1) Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan

    istirahat.

    2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien,

    sifat keluhan nyeri seperti tertekan.

    3) Region, radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas

    pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta

    ketidakmampuan bahu dan tangan.

    4) Severity (scale) of pain: klien bias ditanya dengan menggunakan rentang 0-5

    dan klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya

    pada saat angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).

    5) Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama timbulnya

    (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark

    miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan

    berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium

    meliputi dispnea, berkeringat, amsietas, dan pingsan.

    Riwayat kesehatan terdahulu

    Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan

    hiperlipidemia.Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa

    lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.

    Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.

    Riwayat keluarga

    Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota

    keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung

    iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko

    utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    17/27

    Aktivitas/istirahat

    Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup menetap,

    jadual olahraga tak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada istirahat/kerja.

    Sirkulasi

    Gejala: riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung koroner,

    masalah TD, DM.

    Tanda:

    1) TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai

    duduk/berdiri

    2) Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan

    pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.

    3) Bunyi jantung ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan

    kontraktilitas atau komplian ventrikel.

    4) Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar

    5) Friksi; dicurigai perikarditis.

    6) Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.

    7) Edema, edema perifer, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.

    8) Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.

    Integritas ego

    Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah

    pada penyakit/perawatan yang tak perlu, khawatir tentang keluarga, pekerjaan

    dan keuangan.

    Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,

    perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri/nyeri.

    Eliminasi: bunyi usus normal atau menurun

    Makanan/cairan

    Gejala: mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.Tanda:penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, dan perubahan

    berat badan

    Hygiene: kesulitan melakukan perawatan diri

    Neurosensori

    Gejala: pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)

    Tanda: perubahan mental dan kelemahan

    Nyeri/ketidaknyamanan

    Gejala:

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    18/27

    Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan

    aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

    Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat

    menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti

    epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher

    Kualitas nyeri crushing, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat

    dilihat.

    Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri

    paling buruk yang pernah dialami.

    Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM,

    hipertensi dan lansia.

    Tanda:

    Wajah meringis, perubahan postur tubuh.

    Menangis, merintih, meregang, menggeliat.

    Menarik diri, kehilangan kontak mata

    Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan,

    warna kulit/kelembaban, kesadaran.

    Pernapasan

    Gejala: dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk produktif/tidakproduktif, riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis

    Tanda:peningkatan frekuensi pernapasan, pucat/sianosis, bunyi napas bersih atau

    krekels, wheezing, sputum bersih, merah muda kental.

    Interaksi social

    Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan koping dengan

    stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)

    Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat, dan menarik

    diri dari keluarga

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala: riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, stroke, hipertensi, penyakit

    vaskuler perifer, dan riwayat penggunaan tembakau

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    19/27

    Pengkajian fisik

    Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut:

    Tingkat kesadaran

    Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)

    Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya

    oksigen ke dalam miokard

    Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung

    Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian

    tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,

    menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel

    Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume

    Warna dan suhu kulit

    Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda

    gagal ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)

    Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri mesenterika merupakan

    potensial komplikasi yang fatal

    Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda

    dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria

    Pemeriksaan Diagnostik

    EKG

    Echocardiogram

    LabCKMB, cTn, Mioglobin, CK, LDH

    B. DIAGNOSAKEPERAWATAN

    Diagnosa keperawatan yang sering terjadi antara lain:

    1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri

    koroner

    2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak

    optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru akut

    3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,

    konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot

    infark, kerusakan struktural

    4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah, misalnya

    vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan troboemboli

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    20/27

    5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

    miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat

    depresan jantung

    6. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian

    C. RENCANA KEPERAWATAN

    1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri

    koroner

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang

    Kriteria hasil:

    Nyeri dada hilang/terkontrol

    Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi

    Klien tampak rileks,mudah bergerak

    INTERVENSI RASIONAL

    1. Kaji keluhan pasien mengenai nyeri

    dada, meliputi : PQRST

    2. Berikan istirahat fisik dengan

    punggung ditinggikan atau dalam

    kursi kardia

    3. Kaji ulang riwayat angina

    sebelumnya, nyeri menyerupai

    angina

    4. Anjurkan pasien untuk melaporkan

    nyeri dengan segera

    5. Berikan lingkungan yang tenang,

    aktivitas perlahan, dan tindakan

    1. Data tersebut membantu

    menentukan penyebab dan efek

    nyeri dada serta merupakan garis

    dasar untuk membandingkan gejala

    pasca terapi

    2. Untuk mengurangi rasa tidak

    nyaman serta dispnea dan istirahat

    fisik juga dapat mengurangi

    konsumsi oksigen jantung.

    3. Untuk membandingkan nyeri yang

    ada dari pola sebelumnya, sesuai

    dengan identifikasi komplikasi

    seperti meluasnya infark, emboli

    paru, atau perikarditis

    4. Untuk memberi intervensi secara

    tepat sehingga mengurangi

    kerusakan jaringan otot jantung

    yang lebih lanjut

    5. Menurunkan rangsang eksternal

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    21/27

    nyaman

    6. Bantu melakukan teknik relaksasi

    (napas dalam/perlahan,perilaku

    distraksi, visualisasi, bimbingan

    imajinasi

    7. Periksa tanda vital sebelum dan

    sesudah obat narkotik

    8. Kolaborasi dengan tim medis

    pemberian:

    1) Antiangina (NTG)

    2) Penyekat (atenolol)

    3) Preparat analgesik (Morfin

    Sulfat)

    4) Pemberian oksigen bersamaan

    dengan analgesik

    6. Membantu dalam menurunkan

    persepsi/respon nyeri

    7. Hipotensi /depresi pernapasan

    dapat terjadi sebagai akibat

    pemberian narkotik. Dimana

    keadaan ini dapat meningkatkan

    kerusakan miokardia pada adanya

    kegagalan ventrikel

    1) Untuk mengontrol nyeri dengan

    efek vasodilatasi koroner, yang

    meningkatkan aliran darah

    koroner dan perfusi miokardia

    2) Untuk mengontrol nyeri melalui

    efek hambatan rangsang

    simpatis, sehingga menurunkan

    fungsi jantung, TD sistolik dan

    kebutuhan oksigen miokard

    3) Untuk menurunkan nyeri hebat,

    memberikan sedasi dan

    mengurangi kerja miokard

    4) Untuk memulihkan otot jantung

    dan untuk memastikan

    peredaan maksimum nyeri

    (inhalasi oksigen menurunkan

    nyeri yang berkaitan dengan

    rendahnya tingkat oksigen yang

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    22/27

    bersirkulasi).

    2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,

    konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot

    infark, kerusakan struktural

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam curah jantung

    adekuat

    Kriteria Hasil:

    TD, curah jantung dalam batas normal

    Haluaran urine adekuat

    Tidak ada disritmia

    Penurunan dispnea, angina

    Peningkatan toleransi terhadap aktivitas

    INTERVENSI RASIONAL

    1. frekuensi jantung, TD,nadi

    2. Evaluasi adanya bunyi jantung

    S3,S4

    3. Auskultasi bunyi napas

    4. Berikan makanan porsi makan

    kecil dan mudah dikunyah,

    batasi asupan kafein,kopi,

    coklat, cola

    1. Untuk mengetahui adanya perubahan

    TD,nadi secara dini sehingga

    memudahkan dalam melakukan

    intervensi karena TD dapat

    meningkatkan rangsangan simpatis,

    kemudian turun bila curah jantung

    dipengaruhi.

    2. Untuk megetahui adanya komplikasi

    pada GJK gagal mitral untuk S3,

    sedangkan S4 karena iskemia

    miokardia, kekakuan ventrikel, danhipertensi pulmonal /sistemik

    3. Untuk mengetahui adanya kongesti

    paru akibat penurunan fungsi miokard

    4. Untuk menghindari kerja miokardia,

    bradikardi,peningkatan frekuensi

    jantung

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    23/27

    KOLABORASI:

    1. Berikan oksigen sesuai indikasi

    2. Pertahankan cairan IV

    3. Kaji ulang seri EKG

    4. Pantau laboratorium (enzim

    jantung, GDA, elektrolit)

    5. Berikan obat antidisritmia

    KOLABORASI

    1. Untuk memenuhi kebutuhan miokard,

    menurunkan iskemia dan disritmia

    lanjut

    2. Jalur yang paten untuk pemberian obat

    darurat pada disritmia/nyeri dada

    3. Memberikan informasi sehubungan

    dengan kemajuan/perbaikan infark,

    fungsi ventrikel, keseimbangan

    elektrolit, dan efek terapi obat

    4. Untuk mengetahui perbaikan /

    perluasan infark adanya hipoksia,

    hipokalemia/hiperkalsemia

    3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah,

    misalnya vasikonstriksi, hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan

    efektif

    Kirteria Hasil:

    Kulit hangat dan kering

    Nadi perifer kuat

    Tanda vital dalam batas normal

    Kesadran compos mentis

    Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran

    Tidak edema dan nyeriINTERVENSI RASIONAL

    1. Observasi adanya perubahan

    tingkat kesadaran secara tiba-tiba

    2. Observasi adanya pucat, sianosis,

    kulit dingin/lembab da raba

    kekuatan nadi perifer

    1. Untuk mengetahui adanya

    penurunan curah jantung

    2. Vasokontriksi sistemik diakibatkan

    oleh penurunan curah jantung

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    24/27

    3. Observasi adanya tanda Homan,

    eritema, edema

    4. Anjurkan klien untuk latihan kaki

    aktif/pasif

    5. Pantau pemasukan dan perubahan

    keluaran urine

    6. Pantau laboratorium, kreatinin,

    elektrolit

    7. Beri obat sesuai indikasi

    3. Untuk mengetahui adanya

    trombosis vena dalam

    4. Menurunkan stasis vena,

    meningkatkan aliran balik vena dan

    menurunkan risiko tromboflebitis

    5. Penurunan/mual terus menerus

    dapat megakibatkan penurunan

    volume sirkulasi, yang berdampak

    negatif pada perfusi dan fungsi

    organ

    6. Indikator dari perfusi atau fungsi

    organ

    7. Heparin: Untuk menurunkan resiko

    tromboflebitis atau pembentukan

    trombus mural

    Cimetidine untuk menetralkan asam

    lambung dan iritasi gaster

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

    miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat

    depresan jantung

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien

    menunjukkan peningkatan aktivitas secara bertahap

    Kriteria Hasil:

    1) Klien dapat melakukan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

    dengan frekuensi jantung/irama jantung dan TD dalam batas normal

    2) Kulit teraba hangat, merah muda dan kering

    INTERVENSI RASIONAL

    1. Pantau frekuensi jantung, irama,

    dan perubahan TD sebelum,

    selama, dan sesudah beraktivitas

    sesuai indikasi \

    2. Tingkatkan istirahat, batasi

    aktivitas pada dasar nyeri/respon

    1. Untuk menentukan tingkat aktivitas

    klien yang tidak memberatkan curah

    jantung

    2. Menurunkan kerja miokard,

    sehingga menurunkan risiko

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    25/27

    hemodinamik, berikan aktivitas

    senggang yang tidak berat

    3. Tingkatkan istirahat, batasi

    aktivitas pada dasar nyeri/respon

    hemodinamik, berikan aktivitas

    senggang yang tidak berat

    4. Anjurkan pasien untuk tidak

    mengejan saat defekasi

    5. Jelaskan pola peningkatan

    bertahap dari tingkat akyivitas

    6. Observasi gejala yang

    menunjukkan tidak toleran

    terhadap aktivitas

    komplikasi

    3. Dengan mengejan dapat

    mengakibatkan manuver valsava

    sehingga terjadi bradikardi,

    menurunnya curah jantung, takikardi

    dan peningkatan TD

    4. Aktivitas yang maju memberikan

    kontrol jantung, meningkatkan

    regangan dan mencegah aktivitas

    berlebihan

    5. Aktivitas yang maju memberikan

    kontrol jantung, meningkatkan

    regangan dan mencegah aktivitas

    berlebihan

    6. Palpitasi, nadi tidak teratur, adanya

    nyeri dada atau dispnea dapat

    mengindikasikan kebutuhan

    perubahan program oalahraga atau

    diet

    5. Ansietas yang berhubungan dengan ketakutan akan kematian

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang

    INTERVENSI RASIONAL

    1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan

    keluarganya serta mekanisme

    koping

    2. Kaji kebutuhan bimbingan spiritual

    1. Data tersebut memberikan informasi

    mengenai perasaan sehat secara

    umum dan psikologis sehingga

    gejala pasca terapi dapat

    dibandingkan

    2. Jika pasien memerlukan dukungan

    keagamaan, konseling agama akan

    membantu mengurangi kecemasan

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    26/27

    3. Biarkan pasien dan keluarganya

    mengekspresikan kecemasan dan

    ketakutannya

    4. Manfaatkan waktu kunjungan yang

    fleksibel, yang memungkinkan

    kehadiran keluarga untuk

    membantu mengurangi

    kecemasan pasien

    5. Dukung partisipasi aktif dalam

    program rehabilitasi jantung

    dan rasa takut

    3. Kecemasan yang tidak dapat

    dihilangkan (respons stress)

    meningkatkan konsumsi oksigen

    jantung.

    4. Kehadiran dukungan anggota

    keluarga dapat mengurangi

    kecemasan pasien maupun

    keluarga.

    5. Rehabilitasi jantung yang

    diresepkan dapat membantu

    menghilangkan ketakutan akan

    kematian, dapat meningkatkan

    perasaan sehat

  • 8/11/2019 LP stemi CVCU.docx

    27/27

    Daftar Pustaka

    Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.

    Jakarta: EGC.

    Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2008. Harrisons

    Principles of Internal Medicine 17thedition. The McGraw-Hill Companies, Inc.

    Kumar, Abbas, Fausto, Mitchel. 2007. Robbins Basic Pathology. Elsevier Inc.

    Muttaqin, A. 2009.Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular

    dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

    Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Volume 2.Edisi 6. Jakarta: EGC.

    Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.Edisi

    8.Jakarta : EGC.