Lp Pneumonia Pada Anak

26
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011) Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013). B. Penyebab Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh : 1. Bakteri 2. Virus 3. Jamur 4. Aspirasi makanan 5. Pneumonia hipostatik 6. Sindrom Loefler. (Bradley et.al., 2011) Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H. influenzae. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini diantaranya adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, aspirasidan lain-lain.

description

Lp Pneumonia Pada Anak

Transcript of Lp Pneumonia Pada Anak

Page 1: Lp Pneumonia Pada Anak

BAB IPENDAHULUAN

A. Definisi

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang

disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh

penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan

gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy

distribution) (Bennete, 2013). 

B. Penyebab

Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh :

1. Bakteri

2. Virus

3. Jamur

4. Aspirasi makanan

5. Pneumonia hipostatik

6. Sindrom Loefler. (Bradley et.al., 2011) 

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

virus dan bakteri seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H.

influenzae. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini

diantaranya adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER,

aspirasidan lain-lain.

C. Patofisiologi

Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal

sampai unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan

beberapa mekanisme:

1. filtrasi partikel dari hidung.

2. pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.

3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.

Page 2: Lp Pneumonia Pada Anak

4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel

siliaris.

5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.

6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.

7. Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.

Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu

mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius

terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai

akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti

leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan

bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau

pleura viseral.

Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan

paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak

terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang

tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena

penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia. (Bennete, 2013)

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al.,

2011):

1.    Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan

yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai

dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat

infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator

peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera

jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk

melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas

kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam

ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus

meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida

maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

Page 3: Lp Pneumonia Pada Anak

2.    Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai

bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh

karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna

paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini

udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan

bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

jam.

3.    Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-

sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih

tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat

kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4.    Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

D. Manifestasi klinis

Pasien dengan bronkopneumoni dapat mengalami demam tinggi

dengan peningkata suhu secara mendadak sampai 40º. Anak sangat gelisah,

sesak nafas dan sianosis sekunder hidung dan mulut, pernafasan cuping

hidung merupakan trias gejala yang patognomotik. Kadang-kadang disertai

muntah dan diare, batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

Manifestasi yang lain yang sering adalah nyeri dada saat batuk

ataupun bernafas, batuk produktif disertai dahak purulen, sesak nafas, dyspnea

sampai terjadi sianosis, penurunan kesadaran pada keadaan yang buruk atau

parah, perubahan suara nafas ralews, ronchi, wezhing, hipotensi apabila

disertai dengan bakterimia atau hipoksia berat, tachipnea serta nadi cepat.

Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh

infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik

secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam

yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal

Page 4: Lp Pneumonia Pada Anak

disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.

Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk

setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian

menjadi produktif (Bennete, 2013).

Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya

bronkopneumonia ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):

1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,

interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.

Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah

retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping

hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan

intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi

tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah

terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan

fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal

yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin

positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan

ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.

Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan

fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat

dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini

terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak

beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital.

Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada “head bobbing”,

adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.

Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan

adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek

secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan

hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi

jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan

napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.    

2.    Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.

Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan

getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi

perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi

vibrasi akan berkurang.

Page 5: Lp Pneumonia Pada Anak

3.    Pada perkusi tidak terdapat kelainan

4.    Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek

dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa

bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi

yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi)

jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau

kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).

Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui

sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.

D. Pathway

Infeksi kuman patogen

( bakteri / virus )

terganggunya parenkhim paru brochiolitis gangguan interstisiil

PK : Infeksi

kerusakan epitel

pembentukan mukus muntah infiltrat ke duktus alveolus

penyumbatan bronkhus kerusakan alveolus

Gangguan pertukaran gas

brochietase gangguan fungsi paru

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Perubahan pola nafas

Page 6: Lp Pneumonia Pada Anak

F. Klasifikasi

Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai

penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain.

Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu

atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai

pneumonia bilateral atau “ganda”.

2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat

oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam

lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding

alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya,

virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia

jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan

jamur lain.

1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia

bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan

dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat

akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan,

batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk

parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal

penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.

2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi

terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat

dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau

berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang

lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti

dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya

batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai

mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area

paru.

3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan

pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia

lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang

berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus,

Page 7: Lp Pneumonia Pada Anak

toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan

cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas

dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,

pneumonia dapat diklasifikasikan:

1. Usia 2 bulan – 5 tahun

a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang

dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu

pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,

dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.

c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa

dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada

bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.

2. Usia 0 – 2 bulan

a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah

atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian

bawah dan tidak ada nafas cepat.

G. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari pneumonia antara lain:

1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling

sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 –

40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang

atau terkadang eoforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara

dengan kecepatan yang tidak biasa.

2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.

Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit

kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda

kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.

3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit

masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.

Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap

demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.

Page 8: Lp Pneumonia Pada Anak

4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangssung

singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.

5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.

6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa

dibedakan dari nyeri apendiksitis.

7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh

pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan

dan menyusu pada bayi.

8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan

sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pad tipe dan atau

tahap infeksi.

9. Batuk, merupakan gambarab umum dari penyakit pernafasan. Dapat

menjadi bukti hanya selama faase akut.

10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar

mengi, krekels.

11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak

yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan

makan per oral.

H. Faktor risiko pneumonia pada anak

Faktor risiko pneumonia yang menyertai pada anak antara lain:

1. Status gizi buruk, menempati urutan pertamam pada risiko pneumonia

pada anak balita, dengan tiga kriteria antopometri yaitu BB/U, TB/U,

BB/TB. Status gizi yang buruk dapat menurunkan pertahanan tubuh baik

sistemik maupun lokal juga dapat mengurangi efektifitas barier dari epitel

serta respon imun dan reflek batuk.

2. Status ASI buruk, anak yang tidak mendapat ASI yang cukup sejak lahir (

kurang 4 bulan) mempunyai risiko lebih besar terkena pneumonia. ASI

merupakan makanan paling penting bagi bayi karena ASI mengandung

protein, kalori, dan vitamin untuk pertumbuhan bayi. ASI mengandung

kekebalan penyakit infeksi terutama pneumonia.

3. Status vitamin A, pemberian vitamin A pada anak berpengaruh pada

sistem imun dengan cara meningkatkan imunitas nonspesifik,

pertahanan integritas fisik, biologik, dan jaringan epitel. Vitamin A

Page 9: Lp Pneumonia Pada Anak

diperlukan dalam peningkatan daya tahan tubuh, disamping untuk

kesehatan mata, produksi sekresi mukosa, dan mempertahankan sel-sel

epitel.

4. Riwayat imunisasi buruk atau tidak lengkap, khususnya imunisasi

campak dan DPT. Pemberian imunisasi campak menurunkan kasusu

pneumonia, karena sebagian besar penyakit campak menyebabkan

komplikasi dengan pneumonia. Demikian pula imunisasi DPT dapat

menurunkan kasus pneumonia karena Difteri dan Pertusis dapat

menimbulkan komplikasi pneumonia.

5. Riwayat wheezing berulang, anak dengan wheezing berulang akan sulit

mengeluarkan nafas. Wheezing terjadi karena penyempitan saluran

nafas (bronkus), dan penyempitan ini disebabkan karena adanya infeksi.

Secara biologis dan kejadian infeksi berulang ini menyebabkan

terjadinya destruksi paru, keadaan ini memudahkan pneumonia pada

anak.

6. Riwayat BBLR, anak dengan riwayat BBLR mudah terserang penyakit

infeksi karena daya tahan tubuh rendah, sehingga anak rentan terhadap

penyakit infeksi termasuk pneumonia.

7. Kepadatan penghuni rumah, rumah dengan penghuni yang padat

meningkatkan risiko pneumonia dibanding dengan penghuni sedikit.

Rumah dengan penghuni banyak memudahkan terjadinya penularan

penyakit dsaluran pernafasan.

8. Status sosial ekonomi, ada hubungan bermakna antara tingkat

penghasilan keluarg dengan pendidikan orang tua terhadap kejadian

pneumonia anak.

I. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis

dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan

prognosis yang buruk.

b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear

300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih

rendah dari glukosa darah.

c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan

dapat menyokong diagnosa.

Page 10: Lp Pneumonia Pada Anak

d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.

2. Pemeriksaan mikrobiologik

a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau

sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.

b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura

atau aspirasi paru.

3. Pemeriksaan imunologis

a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat

b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman

penyebab.

c. Spesimen: darah atau urin.

d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA,

latex agglutination, atau latex coagulation.

4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap

mikroorganisme penyebab pneumonia.

a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari

infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata

(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada

satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran

konsolidasi lobus jarang ditemukan.

b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan

bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai

efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.

c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada

permulaan penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak,

kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau

hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya penekanan (65%),

< 20% mengenai kedua paru.

J. Terapi

1. Perhatikan hidrasi.

2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.

3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi

ADH juga akan berlebihan.

4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.

Page 11: Lp Pneumonia Pada Anak

5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan

keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.

6. Pengobatan antibiotik:

a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari

atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000

mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi

komplikasi.

b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten

terhadap ampisillin.

c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi

ketiga, misal sefatoksim.

d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P.

Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya.

Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.

e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk

pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi

jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan

dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan

compliance dan efficacy.

f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C.

pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.

K. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan

pola makan, kelemahan, Penyakit respirasi sebelumnya,perawatan

dirumah, penyakit lain yangdiderita anggota keluarga di rumah

b. Pemeriksaan Fisik: Demam, dispneu, takipneu, sianosis,

penggunaan otot pernapasn tambahan, suara nafas tambahan,

rales, menaikan sel darah putih (bakteri pneumonia), arterial blood

gas, X-Ray dada

c. Psikososial dan faktor perkembangan: Usia, tingkat

perkembangan, kemampuan memahami rasionalisasi intervensi,

pengalaman berpisah denganm orang tua, mekanisme koping yang

diapkai sebelumnya, kebiasaan (pengalaman yang tidak

Page 12: Lp Pneumonia Pada Anak

menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek

favorit)

d. Pengetahuan pasien dan keluarga: Pengalaman dengan

penyakit pernafasan, pemahaman akan kebutuhan intervensi pada

distress pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan

untuk belajar.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis,

inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.

c. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

d. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.

e. Nyeri b.d proses inflamasi

f. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang

tidak dikenal (rumah sakit).

g. Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi

anak.

3. Rencana asuhan keperawatan

No

Dx

Tujuan Intervensi Rasional

1 Klien menunjukkan

fungsi pernafasan

normal.

Kriteria hasil:

pernafasan tetap

dalam batas normal,

pernafasan tidak sulit,

anak istirahat dan

tidur dengan tenang.

NOC: Perpiratory:

airways patency,

respiratory status:

ventilasi. Status vital

sign.

NIC: Mechanical

Beri posisi yang

nyaman

Posisikan untuk

ventilasi yang

maksimum

(pertahankan

peninggian kepala

sedikitnya 30 derajat)

Periksa posisi anak

dengan sering, untuk

memastikan bahwa

anak tidak merosot.

Hindari pakaian atau

gedong yang terlalu

ketat.

Mengurangi stres

pada anak dan anak

dapat beristirahat

Untuk

mempertahankan

terbuka jalan nafas.

Untuk menghindari

penekanan

diafragma.

Pakaian yang ketat

menghambat

perkembangan nafas.

Untuk meningkatkan

keadekuatan oksigen.

Relaksasi dapat

Page 13: Lp Pneumonia Pada Anak

ventilatory weaning. Tingkatkan istirahat

dan tidur dengan

penjadualan yang

tepat.

Dorong teknik

relaksasi.

Ajarkan pada anak

dan keluarga tentang

tindakan yang

mempermudah

upaya pernafasan

(misal: pemberian

posisi yang tepat).

mengurangi

kecemasan.

Pendidikan kesehatan

dapat meningkatkan

pengetahuan tentang

teknik meningkatkan

kepatenan jalan

nafas.

2 Klien dapar

mempertahankan

jalan nafas paten.

Kriteria hasil: jalan

nafas tetap bersih,

anak bernafas dengan

mudah, pernafasan

dalam batas normal.

NOC: Status respirasi:

kepatenan jalan nafas.

NIC: airways

suctioning

Posisikan anak pada

kesejajaran tubuh

yang tepat.

Hisap sekresi jalan

nafas sesuai

kebutuhan.

Bantu anak dalam

mengeluarkan

sputum.

Beri ekspektoran

sesuai ketentuan.

Lakukan fisioterapi

dada.

Puasakan anak.

Berikan

penatalaksanaan

nyeri yang tepat.

Bantu anak dalam

menahan atau

membebat area insisi

atau cedera

Memungkinkan

ekspansi paru yang

lebih baik dan

perbaikan pertukaran

gas, serta mencegah

aspirasi sekresi.

Untuk membersihkan

jalan nafas akibat

hipersekresi.

Sputum yang keluar

akan mengurangi efek

hambatan jalan nafas.

Ekspektoran obat

untuk mengencerkan

dahak sehingga

sputum dapat

dikeluarkan.

Fisioterapi dada

membantu

mengeluarkan sputum

Untuk mencegah

aspirasi cairan (pada

dengan takipnea

hebat).

Page 14: Lp Pneumonia Pada Anak

Pengurangan nyeri

mengurangi

kebutuhan oksigen.

Untuk memaksimalkan

efek batuk dan

fisioterapi dada.

3 Klien

mempertahankan

tingkat energi yang

adekuat.

Kriteria hasil: anak

mentoleransi

peningkatan aktivitas.

NOC: endurance

NIC: Menejemen

energi.

Kaji tingkat toleransi

anak.

Bantu anak dalam

aktivitas hidup

sehari-hari yang

mungkin melebihi

toleransi.

Berikan aktivitas

pengalihan yang

sesuai dengan usia,

kondisi, kemampuan,

dan minat anak.

Beri periode istirahat

dan tidur yang sesuai

dengan usia dan

kondisi.

Instruksikan anak

untuk beristirahat jika

lelah.

Tujuannya agar

aktivitas anak sesuai

dengan

kemampuannya.

Agar tidak terjadi

penggunaan energi

yang berlebihan.

Untuk mencegah anak

dari rasa bosan, dan

untuk stimulasi

tumbuh kembang.

Untuk menjaga

keseimbangan

oksigenasi dan

mengurangi konsumsi

oksigen yang

berlebihan.

Untuk mencegah

penggunaan oksigen

yang berlebihan.

4 Klien tidak

menunjukkan tanda-

tanda infeksi

sekunder.

Kriteria hasil: anak

menunjukkan bukti

penurunan gejala

infeksi.

NOC: Risk contol dan

status imun.

NIC: Kontrol infeksi

Pertahankan

lingkungan aseptik,

dengan

menggunakan

kateter penghisap

steril dan teknik

mencuci tangan

yang baik.

Isolasi anak sesuai

indikasi.

Beri antibiotik

Mencegah terjadi

potensial komplikasi

infeksi nosokomial.

Untuk mencegah

penyebaran infeksi

nosokomial.

Untuk mencegah atau

mengatasi infeksi.

Untuk mendukung

pertahanan tubuh

alami.

Page 15: Lp Pneumonia Pada Anak

dan perlindungan

infeksi.

sesuai ketentuan.

Berikan diit bergizi

sesuai kesukaan

anak dan kemauan

untuk

mengkonsumsi

nutrisi.

Ajarkan fisioterapi

dada yang baik.

Membantu

mengurangi sputum

yang ada di dalam

dada.

5 Klien tidak mengalami

nyeri atau penurunan

nyeri/ketidaknyamana

n sampai tingkat yang

dapat diterima oleh

anak.

Kriteria hasil: anak

tidak mengalami nyeri

atau tingkat nyeri

dapat diterima dengan

baik.

NOC: Level

kenyamanan.

NIC: Conscious

sedation.

Lakukan strategi

nonfarmakologis

untuk membantu

anak mengatasi

nyeri.

Rencanakan untuk

memberikan

analgesik yang

ditentukan sebelum

prosedur.

Berikan analgesik

dengan rute

traumatik yang

paling kecil jika

mungkin.

Gunakan strategi

yang dikenal anak

atau gambarkan

beberapa strategi

dan biarkan anak

memilih salah

satunya.

Libatkan rang tua

dalam pemilihan

strategi.

Ajarkan anak untuk

menggunakan

strategi

Teknik-teknik seperti

relaksasi, nafas

dalam, dan distraksi

dapat membuat nyeri

dapat lebih ditoleransi.

Maksudnya agar efek

puncaknya tepat

dengan kejadian

nyeri.

Untuk menghindari

nyeri tambahan.

Hindari injeksi i.m

atau i.sc.

Untuk memudahkan

pembelajaran anak

dan penggunaan

strategi toleransi

nyeri.

Karena orang tua

adalah orang yang

paling mengetahui

anaknya.

Karena pendekatan ini

tampak paling efektif

pada nyeri ringan.

Karena pelatihan

mungkin diperlukan

untuk membantu anak

Page 16: Lp Pneumonia Pada Anak

nonfarmakologis

khusus sebelum

terjadi nyeri atau

sebelum nyeri

menjadi lebih berat.

Bantu atau minta

orangtua membantu

anak dengan

menggunakan

stratei selama nyeri

aktual.

berfokus pada

tindakan yang

diperlukan.

6 Klien mengalami

penurunan rasa

cemas. Kriteria hasil:

Anak tidak

menunjukkan tanda-

tanda disstres

pernafasan atau

ketidaknyamanan

fisik.

NOC: Kontrol

kecemasan dan

koping.

NIC: Penurunan

kecemasan.

Jelaskan prosedur

dan peralatan yang

tidak dikenal pada

anak dengan istilah

yang sesuai dengan

tahap

perkembangan.

Ciptakan hubungan

anak dan orangtua.

Tetap bersama anak

selama prosedur.

Gunakan cara yang

tenang dan

meyakinkan.

Beri kehadiran yang

sering selama fase

akut penyakit.

Beri tindakan

kenyamanan yang

diinginkan anak

(misal: mengayun,

membelai, musik).

Berikan objek

kedekatan (misak:

mainan keluarga,

selimut, boneka).

Dengan pendidikan

kesehatan , klien akan

berkurang kecemasan

dan disstres

emosional, dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping.

Memberi rasa aman

pada anak karena

orangtua adalah

orang yang dikenal

oleh anak.

Menjadi suportif dan

pendekatan untuk

mendukung

komunikasi.

Memberi rasa percaya

kepada anak dan

menurunkan

kecemasan.

Dukungan dapat

membantu anak

mengurangi

kecemasan.

Dapat meningkatkan

kenyamanan anak.

Page 17: Lp Pneumonia Pada Anak

Anjurkan perawatan

yang berpusat pada

keluarga dengan

peningkatan

kehadiran orangtua

dan bila mungkin,

keterlibatan

orangtua

Objek kedekatan

memberikan rasa

aman pada anak.

Khadiran orangtua

memberikan rasa

aman pada anak dan

dapat menurunkan

kecemasan anak.

7 Klien (keluarga)

mengalami

pengurangan

kecemasan dan

peningkatan

kemampuan untuk

melakukan koping.

Kriteria hasil:

Orangtua mengajukan

pertanyaan yang

tepat, mendiskusikan

kondisi dan perawatan

anak dengan tenang

serta terlibat secara

positif dalam

perawatan anak.

NOC: Family

functioning.

NIC: family support,

teaching: disease

process

Kenali kekuatiran

dan kebutuhan

orangtua untuk

informasi dan

dukungan.

Gali perasaan

orangtua dan

“masalah” sekitar

hospitalisasi dan

penyakit anak.

Jelaskan tentang

terapi dan perilaku

anak.

Beri dukungan

sesuai kebutuhan.

Anjurkan

perawatan yang

berpusat pada

keluarga dan

anjurkan anggota

keluarga agar

terlibat dalam

perawatan anak.

Untuk membuat

rencana pendidikan

kesehatan yang tepat

bagi orangtua.

Untuk mengetahui

kecemasan orangtua.

Untuk mengurangi

kecemasan orangtua

dan meningkatkan

kemampuan koping

orangtua.

Dukungan dapat

mendorong

pembentukan koping

yang positif.

Memberi rasa aman

pada orangtua dan

membantu orangtua

membuat keputusan

tentang terapi

anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/ 967822-overview. (29 September 2014 pukul 15.50 WIB)

Page 18: Lp Pneumonia Pada Anak

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630

Dahlan, Zul. 2007. Pneumonia : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI