LP Hipertensi
-
Upload
ajunkscream -
Category
Documents
-
view
38 -
download
0
description
Transcript of LP Hipertensi
MAKALAH
KEPERAWATAN DEWASA
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
Dosen Pengampu : Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.
Disusun Oleh :
1. Ahmad Syarif H. (010109a003)
2. Anik Dwi Laningtyas (010109a008)
3. Ayuni (010109a013)
4. Bayu Priyangga (010109a015)
5. I Kadek Eva Yogi P. (010109a043)
6. Ida Bagus Gde Eka Y. (010109a050)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia hipertensi merupakan suatu penyakit yang belum pasti
diketahui tanda dan gejala terjadinya. Oleh karena itu kami membuat makalah
yang berjudul Hipertensi. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Biasanya hipertensi disebabkan oleh gangguan Emosi, Obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi yang berlebihan kopi, tembakau,
dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi faktor keturunan. Tingginya tekanan darah yang lama yang dapat
merusak pembuluh darah diseluruh tubuh yang paling jelas pada mata, jantung,
ginjal dan otak. Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola
adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tahanan
tersebut belum banyak diketahui. Untuk itu kami ingin menjelaskan tentang
hipertensi.
B. Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi dari Hipertensi
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostik,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan.
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan untuk penyakit Hipertensi.
C. Manfaat
Manfaat kami membuat makalah ini adalah untuk dapat :
1. Memahami definisi dari Hipertensi
4. Memahami etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostik,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan.
2. Memahami Asuhan Keperawatan untuk penyakit Hipertensi.
BAB II
ISI
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut juga “penyakit
diam – diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala.
Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya, (Brunner &Suddarth,2001).
Hipertensi didefinisikan juga oleh Joint National Commitee on Detective,
Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure (JNC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari
semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang
dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki, (Marilynn dkk, 1999). Hipertensi
adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg, (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG, (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih, (Barbara Hearrison, 1997).
B. Etiologi
1. Gangguan Emosi, Obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan dan rangsangan kopi yang berlebihan kopi, tembakau, dan obat-
obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi faktor keturunan.
2. Tingginya tekanan darah yang lama yang dapat merusak
pembuluh darah diseluruh tubuh yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal
dan otak.
3. Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat
arteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya
tahanan tersebut belum banyak diketahui (Brunner &Suddarth,2001).
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistem renin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll
(http://www.jurug.com/artikel-pendidikan/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
hipertensi.html).
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari situ bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di thorax dan abdomen. Rangsangan dari
pusat vasomotor dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Kemudian neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga merangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan Angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi Angiotensin II , suatu vasokostriktor yang kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi Na dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Dan akhirnya menyebabkan hipertensi
(Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare,2001).
D. Manifestasi klinis
1. Penyakit arteri korener dengan angina paling sering menyertai hipertensi.
2. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat, apabila jantung tidak mampu lagi menahan beban kerja maka
dapat terjadi gagal jantung kiri.
3. Nokturia : peningkatan urinasi pada malam hari.
4. Azotemia : peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin.
5. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke atau serangan
iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke dan
hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%,
(Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare,2001).
E. Evaluasi Diagnostik
1. Retina harus diperiksadan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ seperti ginjal atau jantung.
2. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan EKG, protein dalam urin dapat
dikaji dengan urinalisa, (Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare,2001).
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laborat
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal danada DM.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
e. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung, (Brunner & Suddarth,2002).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
DietPembatasan atau pengurangan
konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
Mempunyai efektivitas yang tinggi.
Mempunyai toksitas dan efek samping
yang ringan atau minimal.
Memungkinkan penggunaan obat secara
oral.
Tidak menimbulakn intoleransi.
Harga obat relative murah sehingga
terjangkau oleh klien.
Memungkinkan penggunaan jangka
panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretik, golongan beta bloker, golongan antagonis kalsium,golongan
penghambat konversi renin angiotensin,
(http://www.jurug.com/artikel-pendidikan/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
hipertensi.html).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
o Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
o Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
o Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
o Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
o Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
o Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
o Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakitkepala.
o Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
o Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
o Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
o Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
o Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi
dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung ,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan
norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan air. Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan
parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis
pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan
kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian
padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada
istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba
pada kerja jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah
kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral. Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi. Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria Hasil : Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
Ambulasi sesuai kemampuan : hindari kelelahan, (Doengoes, 1999).
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut juga “penyakit
diam – diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala.
Gangguan Emosi, Obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan
kopi yang berlebihan kopi, tembakau, dan obat-obatan yang merangsang dapat
berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
Tingginya tekanan darah yang lama yang dapat merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh. Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat
arteriola. Penyebab tingginya tahanan tersebut belum banyak diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta :Penerbit Kanisius.
http://www.jurug.com/artikel-pendidikan/asuhan-keperawatan-pada-pasien-hipertensi.html.
Sobel, Barry J, et all. 1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Penerbit Hipokrates.