LP Hipertensi.

21
LAPORAN PENDAHULUAN ‘HIPERTENSI’ PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smith Tom, 1995) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. ( Kodim Nasrin, 2003 ). Klasifikasi hipertensi ( JNC-VI,1997) Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg) Normal Normal tinggi Hipertensi : Stage 1 ( ringan ) Stage 2 ( sedang ) Stage 3 ( berat ) < 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179 180 – 209 < 85 85 – 89 90 – 99 100 – 109 110 < I. ETIOLOGI

description

Hipertensi

Transcript of LP Hipertensi.

LAPORAN PENDAHULUANHIPERTENSI

PENGERTIANHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smith Tom, 1995) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. ( Kodim Nasrin, 2003 ). Klasifikasi hipertensi ( JNC-VI,1997)KategoriTekanan sistolik (mmHg)Tekanan Diastolik (mmHg)

NormalNormal tinggiHipertensi :Stage 1 ( ringan )Stage 2 ( sedang )Stage 3 ( berat )< 130130 139

140 159160 179180 209< 8585 89

90 99100 109110 140/90 mmHg2.Kelelahan , letih3.Nafas pendek4.Sakit kepala, pusing5.Mual, muntah6.Gemetar7.Nadi cepat setelah aktivitas8.Sulit bernafas saat aktivitas9.Gangguan penglihatan10.Sering marah11.Mimisan12.Kaku pada leher atau bahu

II. PATOFISIOLOGIMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup, mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

E.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :1.Pemeriksaan yang segera seperti :a.Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.b.Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.c.Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).d.Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.e.Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensif.Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )g.Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.h.Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)i.Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.j.Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensik.Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalismel.Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.m.EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)

2.Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :a.IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.b.CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.c.IUP:mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,perbaikan ginjal.d.Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.e.(USG) untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.

III. TANDA DAN GEJALATanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:(Edward K Chung, 1995 )1. Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.2. Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

PENATALAKSANAANPengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa ObatTerapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :1. DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hrb). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuhc). Penurunan berat badand). Penurunan asupan etanole). Menghentikan merokokf). Diet tinggi kalium1. Latihan FisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lainb). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 umurc). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihand). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu1. Edukasi PsikologisPemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :a). Tehnik BiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.b). Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

1. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

0. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagaiobat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.Pengobatannya meliputi :a. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan1) Dosis obat pertama dinaikkan2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilatorc. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh1) Obat ke-2 diganti2) Ditambah obat ke-3 jenis laind. Step 4: Alternatif pemberian obatnya1) Ditambah obat ke-3 dan ke-42) Re-evaluasi dan konsultasi0. Follow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :3. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya3. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitase. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeterf. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulug. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderitah. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapii. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumahj. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x seharik. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadil. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimalm. Usahakan biaya terapi seminimal mungkinn. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih seringo. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

IV. PENGKAJIAN1. Aktivitas / istirahatGejala: Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monotonTanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea2. SirkulasiGejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskulerTanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin3. Integritas EgoGejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress multipelTanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara4. EliminasiGejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu5. Makanan / CairanGejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterolTanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. NeurosensoriGejala:Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksisTanda :Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik7. Nyeri/ketidaknyamananGejala:Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen 8. PernapasanGejala :Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokokTanda :Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis9. Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural10. Pembelajaran / PenyuluhanGejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjalFaktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral2.Intoleransi aktivitasberhubungan dengankelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.3.Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien4.Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantungberhubungan denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard5.Kurangpengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

C.PERENCANAAN1.Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.Tujuan : Menghilangkan rasa nyeriKriteria hasil :a)Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.b)Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

IntervensiRasional

1.Pertahankan tirah baring selama fase akut2.Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.3.Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.4.Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.5.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.1.Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.2.Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.3.Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.4.Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.5.Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

2.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuatTujuan:kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :a)Klien menunjukkan peningkatan berat badan.b)Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan idealIntervensiRasional

1.Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.2.Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.3.Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.4.Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).5.Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.1.Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.2.Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.3.Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.4.Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.5.Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

3.Intoleransi aktivitasberhubungan dengankelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.Kriteria Hasil :a)Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.b)Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diuku

IntervensiRasional

1.Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea,atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.2.Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.3.Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.4.Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.5.Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.1.Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.2.Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.3.Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.4.Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.5.Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998 Moore. Mary Courtney. Buku Pedoman tarapi diet dan nutrisi, jakarta : Hipocrates, 1997Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999.