LP Konsep Hipertensi asuhan keperawatan

38
1 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Dasar Hipertensi 1.1.1 Definisi Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000:144). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2002). 1.1.2 Etiologi

description

nurse

Transcript of LP Konsep Hipertensi asuhan keperawatan

23

BAB 1TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Hipertensi1.1.1 DefinisiHipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000:144).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2002).1.1.2 EtiologiHipertensi menurut Lany Gunawan (2005) penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

1Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.c. Stress Lingkungan.d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah1.1.3PatofisiologiDidalam jantung, meningkatkan resistensi dikopensasikan dengan meningkatnya tekanan dari kontraksi myocardial, dan kelebihan waktu hipertropi ventrikel kiri mengakumulasi meningkatnya beban kerja. Meningkatnya volume darah sesudah meningkatnya masing-masing tekanan systole di jantung sampai aliran darah kembali ke vena pulmonary dan pembuluh kapiler paru-paru.Dalam keadaan normal jantung memiliki kemampuan untuk memompa lebih dari daya pompanya dalam keadaan istirahat. Kalau jantung menderita beban volume atau tekanan berlebihan secara terus-menerus, maka ventrikel dapat melebar untuk meningkatkan daya kontraksi sesuai dengan hukum starling yaitu hipertrophi untuk meningkatkan jumlah otot dan kekuatan memompa sebagai kompensator alamiah.Jika mekanisme pengkompensasian tidak dapat menopang perfusi perifer yang memadai, maka aliran harus dibagi sesuai kebutuhan. Darah akan dipindahkan dari daerah-daerah yang tidak vital seperti kulit dan ginjal sehingga perfusi darah ke otak dan jantung dapat dipertahankan. Akibatnya tanda permulaan dari syok atau perfusi jaringan yang tidak adekuat adalah berkurangnya pengeluaran air seni, kulit dingin. Perubahan bermakna pada aliran darah yang menuju organ vital terjadi.Tekanan arteri sistemik ditimbulkan oleh cardiac output dan tahanan perifer total. Cardiac output ditentukan oleh isi sekuncup (stroke volume) dan denyut jantung. Sedang tahan perifer dipelihara oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Setiap perubahan pada tahanan perifer, denyut jantung dan stroke volume akan merubah tekanan arteri sistemik.Terdapat empat sistem kontrol yang mempertahankan tekanan darah yaitu sistem baroreseptor arteri, regulasi volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.Stimulasi baroreseptor di sinus karotikus dan arkus aorta akan merangsang sistem saraf simpatik sehingga menimbulkan peningkatan epinefrin dan norepinefrin. Keadaan ini menimbulkan peningkatan cardiac output dan resistensi vaskuler sistemik.Perubahan volume cairan akan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Jika di dalam tubuh terdapat air dan garam yang berlebihan, maka akan meningkatkan aliran balik vena, cardiac output dan tekanan.Autoregulasi pembuluh darah adalah proses yang mempertahankan perfusi ke suatu jaringan tetap konstan. Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan menurunkan resistensi vaskuler sehingga mengakibatkan penurunan atau peningkatan aliran.Meskipun jelas bahwa aterosklerosis dan hipertensi ada hubungannya, hal ini tidak tentu mana penyebab dan mana akibat. Dalam beberapa kasus aterosklerosis, meningkatnya tekanan arteri dan resistensi perifer terhadap aliran darah, memberikan dampak terhadap aliran darah yang meningkat.Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh sel jukstaglumerulus ginjal dan terikat dengan aldeosteron dalam lingkungan umpan balik negatif. Produk akhir kerja renin pada subtratnya adalah pembentukan angiotensin peptida II, mempengaruhi aldosteron untuk terjadi pengikatan natrium dan air ke interstitial sehingga volume pembuluh darah meningkat. Ketidakcocokan sekresi renin meningkatkan perlawanan periphenal, mitral eskemi arteri ginjal akan membebaskan renin yang menyebabkan kontraksi arteri dan meningkatkan tekanan darah.Dalam rokok terdapat nikotin yang dapat mengendap di dalam pembuluh darah yang mengakibatkan arteriosklerosis sehingga kerja dalam pembuluh darah tidak dapat sempurna yang berakibat timbulnya peningkatan tekanan darah.Nyeri (Sakit kepala) keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Yang di tandai dengan peningkatan pembuluh darah ke otak.Intoleransi aktifitas terjadi karena penurunan aktifitas seseorang untuk mempertahankan aktifitas sampai ketingkat yang di inginkan.di karenakan suplai O2 menurun sehingga terjadi kelemahan fisik.Kurang informasi yang tidak adekuat yang menyebabkan individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan sehingga terjadi kurang pengetahuan.Penurunan curah jantung adalah keadaan di mana seseeorang individu mengalami penurunan jumlah darah yang di pompakan di karenakan beban kerja jantung meningkat dan suplai O2 ke otak menurun.Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997.KategoriSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)Rekomendasi

Normal < 130< 85Periksa ulang dalam 2 tahun

Perbatasan 130-13985-89Periksa ulang dalam 1 tahun

Hipertensi tingkat 1140-15990-99Konfirmasi dalam 1 atau 2 bulanAnjurkan modifikasi gaya hidup

Hipertensi tingkat 2160-179100-109Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan

Hipertensi tingkat 3>180> 110Evaluasi atau rujuk segera dalam 1 minggu berdasarkan kondisi klinis

1.1.4Tanda Dan GejalaMenurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:1. Mengeluh sakit kepala, pusing2. Lemas, kelelahan3. Sesak nafas4. Gelisah5. Mual6. Muntah7. Epistaksis8. Kesadaran menurun1.1.5PenatalaksanaanDeteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat di capai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat anti hipertensi.1.1.6Terapi tanpa Obat a) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:1. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh3. Penurunan berat badan4. Penurunan asupan etanolb) Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.1. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.2. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan.3. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.4. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5 kali/minggu.c) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.1.1.7Terapi dengan ObatTujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut:1. Hipertensi tanpa komplikasi: diuretic, beta blocker.2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu: inhibitor ACE, penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker, beta blocker, antagonis Ca dan diuretic3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan inhibitor ACE.4. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.5. Hipertensi sistolik terisolasi: diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.6. Penderita dengan infark miokard: beta blocker (non ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).1.1.8Pemeriksaan Penunjang1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.2. Pemeriksaan retina.3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. 7. Foto dada dan CT scan.

1.1.9Pencegahana) Pencegahan PrimerFaktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.4. Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan. b) Pencegahan sekunderPencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.4. Batasi aktivitas

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan1.2.1 Pengkajian Keperawatan2.1.1.1 Identitas PasienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.2.1.1.2 Keluhan UtamaKeluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan hipertensi didapatkan keluhan berupasakit kepala atau pusing.2.1.1.3 Riwayat Penyakit SekarangBiasanya pada pasien dengan hipertensi didapatkan keluhan pusing,tengkuk bagian belakang terasa berat, mata berkunang-kunang. Adanya riwayat merokok dan alkohol.2.1.1.4 Riwayat Penyakit DahuluPerlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti hipertensi, jantung, dan penyakit ginjal. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.2.1.1.5 Riwayat Penyakit KeluargaPerlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-hipertensi.2.1.1.6 Pemeriksaan Fisik B1-B61. B1 (Breathing)Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan kesadaran (koma).Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tida ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Dipnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea. 2. B2 (Blood)Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 200 mmHg.Kulit pucat, sianosis, diforesis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan tekanan darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat), takikardi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri. Murmur stenosis valvurar. Desiran vascular terdengar diatas diatas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena jugularis).3. B3 (Brain)Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), epitaksis, status mental mengalami perubahan, respons motorik terjadi penurunan kekuatan genggaman tangan atau refleks tendon dalam, sklerosis atau penyempitan arteri ringan sampai berat.4. B4 (Blader)Adanya infeksi pada gangguan gijal, adanya riwayat gangguan (susah BAK, sering berkemih pada malam hari).5. B5 (Bowel)Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, sulit menelan, mual, muntah pada fase akut. Pola degekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neorologis usus.6. B6 (Bone)Kelemahan, letih, keterbatasan melakukan aktivitas.

2.1.1.7 Riwayat PsikososialMeliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.2.1.1.8 Personal HygienePada pasien dengan kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin dan penurunan kesadaran semua kebutuhan perawatan diri dibantu oleh petugas atau keluarga.

1.2.1Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan. Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan dari penyakit Hipertensi yaitu :1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi dan peningkatan afterload.2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, menurunnya oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik dan pola hidup yang menonton.5) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat dan keterbatasan informasi

1.2.2 Intervensi Keperawatan1.2.2.1 Diagnosa I: Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi dan peningkatan afterload.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung.Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau beban kerja jantung. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.Intervensi :1. Pantau tekanan darah. Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan atau bidang masalah vascular.2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengidentifikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisihan kapiler.Rasional:Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.5. Catat edema umum/ tertentu.Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah penunjung dan lamanya tinggal.Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis; meningkatkan relaksasi.7. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti, istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.8. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti; pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.9. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.10. Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.Rasional : Respons terhadap terapi obat stepped (yang terdiri atas diuretik, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.11. Kolaborasi.Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh : Diuretic tiazid misalnya klorotiazid.Rasional : Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal. Diuretic ini memperkuat agen-agen antihipertensif ,lain dengan membatasi retensi cairan.Diuretic loop mis furosemid.Rasional : Obat ini menghasilkan dieresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium dan klorida dan merupakan antihipertensif efektif, khususnya pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal.Inhibitor simpatis misalnya propanololRasional : Kerja khusus obat ini bervariasi, tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek kombinasi penurunan tahanan total perifer, menurunkan curah jantung, menghambat aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan renin.Vasodilator misalnya nifedipinRasional : Mungkin di perlukan untuk mengobati hipertensi berat bila kombinasi diuretik dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah koroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator.Inhibitor adrenergik yang kerja secara sentral : klonidinRasional : Obat ini meningkatkan rangsangan simpatis pusat vasomotor untuk menurunkan tahanan arteri perifer.12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.Rasional : Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respons hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.13. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.Rasional : Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromositoma, maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.1.2.2.2 Diagnosa II : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontral.Kriteria hasil :Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan berkurang atau terkontrolMengungkapkan metode yang memberikan penguranganMengikuti regimen farmakologi

Intervensi :1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis : mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakuakan untuk menghentikan perdarahan.Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa. 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgatik,diazepam.Rasional: Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan sistem saraf simpatis. Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.

1.2.2.3 Diagnosa III: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, menurunnya oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas.Kriteria hasil :1. Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.3. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.Intervensi :1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/m di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas(tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmHg), dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan.Rasional: Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis. menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

1.2.2.4 Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik dan pola hidup yang menonton.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi.Kriteria hasil : Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.Menunjukkan perubahan pola makan (mis : pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.Melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual.Intervensi :1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.Rasional : Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hiprtensi dan komplikasinya, misalnya stroke, penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskular dan dapat merusak ginjal, yang lebih memperburuk hipertensi.3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.4. Kaji ulang pemasukan kalori harian dan pilihan diet.Rasional : Mengidentivikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/penyuluhan.5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, mis: penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.Rasional : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori/hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, eskrim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

1.2.2.5 Diagnosa V : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat dan keterbatasan informasi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien sudah menyatakan pemahaman tentang proses penyakit.Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.Intervensi :1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis.2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang penin gkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.3. Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.Rasional : karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi. 4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular yang dapat diubah, mis: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup mononton, merokok dasn minum alkohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stres.Rasional : faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.5. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor diatas.Rasional : Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola perilaku yang biasa/memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini. 6. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.Rasional : Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.7. Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.Rasional : kurangnya kerja sama adalah alasan umum kegagalan terapi antihipertensif. Oleh karenanya, evaluasi yang berkelanjutan untuk kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasilan pengobatan. Terapi yang efektif menurunkan insiden stroke, gagal jantung, gangguan ginjal dan kemungkinan MI.8. Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan keterampilan manual serta koordinasi pasien.Rasional : Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat untuk memantau TD adalah meyakinkan untuk pasien, karena hasilnya memberikan penguatan visual/positif akan upaya pasien. 9. Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana, memudahkan untuk minum obat.Rasional : Dengan mengnidividualsisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien dapat memudahkan kerja sama dengan regimen jangka panjang. 10. Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan, dan idiosinkrasi.Rasional : Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan. 11. Sarankan untuk mengubah posisi, olah raga kaki saat berbaring.Rasional : Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu lama.12. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, dan penggunaan alkohol yang berlebihan.Rasional : Mencegah vasodilatasi yang tak perlu dengan bahaya efek samping yaitu pingsan dan hipotensi.13. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.Rasional : tindak kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obat yang mengandung stimulan saraf simpatis dapat meningkatkan TD atau dapat melawan efek antihipertensif.14. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalium, mis: jeruk, pisang, tomat, kentang, aprikot, kurma, buah ara, kismis, gatorade, sari buah jeruk, dan minum yang mengandung tinggi kalsium, mis: susu rendah lemak, yogurt atau tambahan kalsium sesuai indikasi.Rasional : Diuretik dapat menurunkan kadar kalium. Penggantian diet lebih baik dari pada obat dan semua ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi kalsium 400-200 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolik.memperbaiki kekurangan mineral dapat juga mempengaruhi TD.15. Jelaskan rasional regimen diet yang diharuskan (biasanya diet rendah natrium, lemak jenuh, dan kolesterol).Rasional : kelebihan lemak jenuh, kolesterol, natrium, alkohol, dan kalori telah didefinisikan sebagai resiko nutrisi dalam hipertensi. Diet rendah lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh menurunkan TD, kemungkinan melalui keseimbangan prostaglandin, pada orang-orang normotensif dan hipertensi. 16. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium, (mis; garam meja, makanan bergaram, daging dan keju olahan, saus, sup kaleng, dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG). Tekankan pentingnya membaca label kandungan makanan dan obat yang dijual bebas.Rasional : Diet rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan.17. Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein, mis: kopi, teh, cola, coklat.Rasional : kafein adalah stimulan jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung.18. Tekankan pentingnya perencanaan/penyelesaian periode istirahat harian.Rasional : Dengan menyelingi istirahat dan aktivitas akan meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas19. Anjurkan pasien untuk memantau respons fisiologis sendiri terhadap aktivitas (mis; frekuensi nadi, sesak napas) laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, sesak napas, pusing, keletihan berat, atau kelemahan.Rasional : Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.20. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan, berenang) yang pasien mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometrik.Rasional : Selain membantu menurunkan TD, aktivitas aerobik merupakan alat menguatkan sistem kardiovaskular. Latihan isometrik dapat meningkatkan kadar katekolamin serum, akan lebih meningkatkan TD.21. Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup.lakukan untuk rujukan bila ada indikasi.Rasional : Sumber-sumber dimasyarakat seperti Yayasan Jantung Indonesia, coronary club. Klinik berhenti merokok, rehabilitasi alkohol, program penurunan berat badan, kelas penanganan stres, dan pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.

1.2.4. ImplementasiImplementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. (Hidayat, 2004).

1.2.5 Evaluasi Evaluasi keperawatan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Di dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memilki pengetahuan dan kemempuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemempuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang di capai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2004).