LP dan SP WAHAM

download LP dan SP WAHAM

of 15

description

LP dan SP WAHAM

Transcript of LP dan SP WAHAM

  • LP dan SP WAHAM

    1

    LAPORAN PENDAHULUAN

    WAHAM

    A. MASALAH UTAMA

    Gangguan persepsi pikir waham kebesaran.

    B. PROSES TERJADINYA MASALAH

    1. Pengertian

    Waham adalah suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi atau

    dipertemukan dengan informasi yang nyata atau realitas. (Judith Haber,

    M.S.Schudy, B.F Siddan, Comprehensive psychiatric nursing, 1982 ).

    Waham atau delusi adalah suatu keyakinan atau pikiran dan dipertahan betul

    oleh individu meskipun tidak berdasarkan logika sehat dan meskipun terbukti

    kebalikannya yang benar, dan juga meskipun terbukti mengganggu

    kehidupannya dalam menyesuaikan dengan lingkungannya (Dr.Nusyirwan

    yusuf,DSJ,1997).

    2. Tanda dan Gejala

    a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

    kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

    kenyataan

    b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

    c. Curiga

    d. Bermusuhan

    e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

    f. Takut, sangat waspada

    g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

    h. Ekspresi wajah tegang

    i. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

    3. Rentang respon

    Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga

    perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif.

  • LP dan SP WAHAM

    2

    Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif :

    a. Delusi

    a) waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )

    b) berwujud sipat kemegahan diri

    c) pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan

    d) gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil

    b. Halusinasi

    a) pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan

    b) perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya penglihatan

    c) rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi

    d) mengalami dunia seperti dalam mimpi

    c. Kerusakan proses emosi

    a) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat

    b) keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan

    c) marah, amuk, depresi, tidak berespon

    d. Perilaku yang tidak terorganisir

    a) tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak

    teratur

    b) kehilangan kendali terhadap impuls

    e. Isolasi sosial

    a) menarik diri secara sosial

    b) menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok

    4. Penyebab

    Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan bahwa etiologi waham

    dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;

    a. Teori Psikodinamika

    Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang menyebabkan

    kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya dengan orang

    lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan harga diri,

    kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap orang lain dan sikap umum

    yang digunakan yaitu proyeksi.

    b. Teori dinamika keluarga

    Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang tua

  • LP dan SP WAHAM

    3

    yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin segalanya sempurna,

    sering marah, mengutamakan kepertingan pribadi, mencurigai individu, sehingga

    pengalaman yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.

    c. Teori Biologi

    Muncuk karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa

    penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,

    contohnya : pad anak kemabar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka 58 %

    kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.

    Faktor Predisposisi

    a. Klien

    1) Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,

    keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada pendengaran.

    2) Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas, misalnya

    rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam mengungkapkan

    perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang berkepanjangan.

    b. Lingkungan yang tidak terapeutik

    Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan,

    support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak

    mempunyai orang dipercaya.

    c. Interaksi

    1) Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,

    tidak toleran terhadap klien.

    2) Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi pikir.

    3) Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan

    pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu

    permasalahan.

    Faktor Presipitasi

    a. Internal

    Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,

    ketakutan karena adanya penyakit fisik.

    b. Eksternal

    Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang

    lain , adanya kritikan dari orang lain.

  • LP dan SP WAHAM

    4

    5. Jenis Waham

    Ada beberapa jenis waham menurut W.F.Maramis :

    1) Waham Kejadian

    Klien percaya bahwa ada orang lain atau komplotan yang sedang

    mengganggu bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang

    diancam oleh orang lain.

    2) Waham kebesaran

    Klien merasa bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau

    kekerasan yang luar biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca

    pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.

    3) Waham Keagamaan

    Klien terlalu mengagungkan agama, misalnya : dia mengaku sebagai nabi.

    4) Waham Somatik

    Klien merasa bahwa bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan

    berulang kali mengatakannya, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

    5) Waham Curiga

    Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan

    atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan

    kenyataan.

    6) Waham Nihilistik

    Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia / meninggal, diucapkan

    berulang kali teetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

    6. Manifestasi klinis

    Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

    kecurigaan, dan keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

    kenyataan. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,

    orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai

    lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

    7. Akibat

    Klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran

    tidak realistis, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang di dengar

    dan kontak mata yang kurang. Akibat lain yang ditimbulkan nya adalah beresiko

    mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

  • LP dan SP WAHAM

    5

    C. POHON MASALAH

    Kerusakan komunikasi verbal Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan

    lingkungan

    Core Problem : Perubahan isi pikir waham

    Etiologi : Gg. Konsep diri : Harga diri rendah

    D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG HARUS DIKAJI

    1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

    a. Data subjektif :

    Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

    kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai

    kenyataan.

    b. Data objektif :

    Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang

    lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai

    lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

    E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.

    b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

    F. INTERVENSI KEPERAWATAN

    1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan

    waham.

    a. Tujuan umum :

    Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

    b. Tujuan khusus :

    1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional :

  • LP dan SP WAHAM

    6

    Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan

    interaksinya.

    Tindakan :

    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,

    jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

    kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).

    Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat

    menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai

    ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai

    ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

    Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan

    perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,

    gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

    Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan

    perawatan diri.

    2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan

    mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan

    perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada

    hanya memikirkannya.

    Tindakan :

    Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

    Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu

    dan saat ini yang realistis.

    Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

    melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan

    perawatan diri).

    Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai

    kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien

    sangat penting.

  • LP dan SP WAHAM

    7

    3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional :

    Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat

    merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien

    tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.

    Tindakan :

    Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

    Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di

    rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

    Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

    Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

    memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

    Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan

    wahamnya.

    4) Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas

    dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang

    dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.

    Tindakan :

    Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,

    tempat dan waktu).

    Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

    Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

    5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat

    yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan

    memberikan efek dan efek samping obat.

    Tindakan :

    Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek

    dan efek samping minum obat.

  • LP dan SP WAHAM

    8

    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,

    obat, dosis, cara dan waktu).

    Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang

    dirasakan.

    Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

    6) Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian

    keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.

    Tindakan:

    Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang :

    gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow

    up obat.

    Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

    2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

    a. Tujuan umum :

    Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat

    harga dirinya.

    b. Tujuan khusus :

    1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

    Tindakan :

    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,

    jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

    kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

    Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

    Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga

    dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

    2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

  • LP dan SP WAHAM

    9

    Tindakan :

    Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan

    dan aspek positif yang dimiliki

    Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

    memberi pujian yang realistis

    Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

    3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

    Tindakan :

    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

    Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang

    ke rumah

    4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan

    yang dimiliki

    Tindakan :

    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

    sesuai kemampuan

    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

    Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

    5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

    Tindakan :

    Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

    Beri pujian atas keberhasilan klien

    Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

    6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

  • LP dan SP WAHAM

    10

    Tindakan :

    Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

    Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

    Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

    G. INTERVENSI

    1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham

    2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini

    3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham

    4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien

    5. Klien menggunakan obat sesuai program

  • LP dan SP WAHAM

    11

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis

    Mosby Year Book, 1995

    2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

    3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

    4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

    Gonohutomo, 2003

    5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

    Bandung, 2000

  • LP dan SP WAHAM

    12

    STRATEGI PELAKSANAAN DAN TIDAKAN

    WAHAM

    KLIEN DENGAN : PERUBAHAN ISI PIKIR WAHAM KEBESARAN

    A. PROSES KEPERAWATAN

    1. Kondisi klien

    Klien tampak curiga

    Ekspresi wajah tegang

    Klien mengatakan hal yang diyakininya

    Klien tampak memandang perawat dengan serius

    2. Diagnosa Keperawatan

    Perubahan isi pikir : waham b.d harga diri rendah

    3. Tujuan Khusus

    TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.

    4. Tindakan Keperawatan

    Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik perkenalan diri, jelaskan

    tujuan interaksi, ciptakan lingkungna yang tenang, buat kontrak yang jelas.

    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkap perasaannya.

    Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

    Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan

    bertanggung jawab serta mampu menoong dirinya sendiri.

    B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

    KEPERAWATAN

    1. SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak

    terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan

    yang tidak terpenuhi.

    a. ORIENTASI :

    Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi

    ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00-14.00, saya yang akan

    membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil

  • LP dan SP WAHAM

    13

    apa?

    Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?

    Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15

    menit?

    Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?

    b. KERJA :

    Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi

    saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia

    ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?

    Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak

    R rasakan?

    Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya

    hak untuk mengatur diri pak R sendiri?

    Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?

    Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang

    lain? Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?

    Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri. Coba

    kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.

    Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah

    sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?

    c. TERMINASI :

    Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya? Apa saja

    tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.

    Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?

    Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi. Saya

    akan datang kembali dua jam lagi.

    Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?

    Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak

    R?

    2. SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu

    mempraktekannya.

  • LP dan SP WAHAM

    14

    a. ORIENTASI :

    Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus

    Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?

    Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?

    Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?

    Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

    b. KERJA :

    Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi? Wah, rupanya pak R

    pandai main suling ya.

    Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa

    yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?

    Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.

    Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan

    pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?

    Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?

    Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?

    c. TERMINASI :

    Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan

    kemampuan pak R?

    Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal

    yang telah kita buat ya?

    Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.

    Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman

    saja, setuju pak?

    Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum,

    setuju?

    3. SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

    a. ORIENTASI :

    Assalamualaikum pak R.

  • LP dan SP WAHAM

    15

    Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.

    Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus

    pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?

    Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30

    menit saja?

    b. KERJA:

    Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang

    diminum?

    Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.

    Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya

    agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah

    jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini

    diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.

    Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu

    mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.

    Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar

    nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam

    berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!

    Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus

    diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R

    tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi

    dengan dokter.

    c. TERMINASI :

    Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R

    minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?

    Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan

    nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!

    Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!

    Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah

    dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?

    Sampai besok ya pak.