Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

46
LAPORAN PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAAN KEHILANGAN ATAU BERDUKA KEPERAWATAN JIWA I OLEH: 2.2 REGULER I MADE SATRIA WIBAWA P07120011038 NI WAYAN DESI APSARI P07120011039 I MADE RESTU DIARSA P07120011056 NI KETUT KRISTINAWATI DEWI P07120011057 I KADEK RENDRA NUGRAHA P07120011058 LUH PUTU WIJAYANTI P07120011059

description

esay

Transcript of Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Page 1: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAAN

KEHILANGAN ATAU BERDUKA

KEPERAWATAN JIWA I

OLEH:

2.2 REGULER

I MADE SATRIA WIBAWA P07120011038

NI WAYAN DESI APSARI P07120011039

I MADE RESTU DIARSA P07120011056

NI KETUT KRISTINAWATI DEWI P07120011057

I KADEK RENDRA NUGRAHA P07120011058

LUH PUTU WIJAYANTI P07120011059

I KADEK RIKA SUMANDA PUTRA P07120011060

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

2013

Page 2: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

KAJIAN TEORI KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. PENGERTIAN

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert

dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap

individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan

cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama

rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan

mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu

keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan

yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).

Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap

situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan

sebelumnya.

Grieving Adalah Reaksi Emosional Dari Kehilangan Dan Terjadi Bersamaan Dengan

Kehilangan Baik Karena Perpisahan, Perceraian Maupun Kematian.

Bereavement Adalah Keadaan Berduka Yang Ditunjukan Selama Individu Melewati

Rekasi

Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase,

yaitu :pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

1. Rentang Respon Kehilangan

Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase Menerima

Page 3: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

1) Fase Pengingkaran

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau

mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak,

saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga

yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan

pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini

dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.

2) Fase Marah

Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan

Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain

atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar,

menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering

terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

3) Fase Tawar-menawar

Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase

tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan

kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses

ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak

saya”.

4) Fase Depresi

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat

penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan

bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih,

dorongan libido manurun.

5) Fase Penerimaan

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat

kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima

kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan

dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya

Page 4: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “

atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia

akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi

bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi

perasaan kehilangan selanjutnya.

B. Bentuk-Bentuk Kehilangan

1. Kehilangan orang yang berarti.

2. Kehilangan kesejahteraan.

3. Kehilangan milik pribadi.

C. Sifat Kehilangan

1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)

Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita

yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri

akan sulit diterima.

2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)

Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan

mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

D. Tipe Kehilangan

1. Actual Loss

Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu

yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota

keluarga.

2. Perceived Loss ( Psikologis )

Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat

dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja, lingkungan yang berharga.

3. Anticipatory Loss

Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan perilaku

kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada

keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

Page 5: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

E. Lima Kategori Kehilangan

1. Kehilangan objek eksternal.

Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang

berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan

seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap

nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.

2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal

mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau kepindahan secara

permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan diruma sakit.

3. Kehilangan orang terdekat

Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,

teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi

orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai

orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.

4. Kehilangan aspek diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau

psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat

mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.

5. Kehilangan hidup

Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan

meninggal.

F. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:

1. Denial ( Mengingkari )

a. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau

menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak

percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.

b. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus

mencari informasi tambahan.

Page 6: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,

gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat

apa.

2. Anger ( Marah )

a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan.

b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang

yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.

c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan , dan

menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.

d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah,

susah tidur, tangan mengepal.

3. Bergaining ( Tawar Menawar )

a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.

b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka

saya akan sering berdoa”.

c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai berikut

sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.

d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat warisan,

mengunjungi keluarga dsb.

4. Depression ( Bersedih yang mendalam)

a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di tolak.

b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mudah

bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau

dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga.

c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur, letih,

dorongan libido menurun.

5. Acceptance (menerima)

a. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

b. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan tenang,

serta menyiapkan dirinya menerima kematian.

Page 7: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang klien ingin

ditemani keluarga / perawat.

d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul

menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau “Sekarang saya

telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik”.

G. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan

Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu untuk mengatasi

kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri, menerima dan mengembalikannya pada

Tuhan.

Page 8: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

ASKEP TEORI KEHILANGAN ATAU BERDUKA

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien,

kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan

hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah:

1. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, no. rekam

medik.

2. Alasan Masuk

3. Faktor Presdiposisi

4. Keadaan Fisik

5. Keadaan Psikososial

6. Status Mental

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

8. Mekanisme Koping

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

10. Pengetahuan

11. Aspek Medik

Data Fokus yang didapat:

Data subjektif:

- Merasa sedih

- Merasa putus asa dan kesepian

- Kesulitan mengekspresikan perasaan

- Konsentrasi menurun

Data objektif:

- Menangis

- Mengingkari kehilangan

- Tidak berminat dalam berinteraksi

Page 9: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

dengan orang lain

- Merenungkan perasaan bersalah secara

berlebihan

- Adanya perubahan dalam kebiasaan

makan, pola tidur, tingkat aktivitas

B. Diagnosa

Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan disusun menjadi

diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan

potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:

1. Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon

kehilangan pasangan

2. Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan

pasangan

3. Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan dengan kehilangan dan berduka

4. Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan keperawatan.

Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien

dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk

membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan.

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

umum

Tujuan Khusus Intervensi Rasional

1. Isolasi sosial

berhubungan

dengan koping

individu tidak

Klien

tidak

menceder

ai diri

TUK 1 : Klien

dapat membina

hubungan saling

percaya

1.Sapa klien

dengan

ramah, baik

secara verbal

1.Membina

hubungan

saling percaya

hubungan

Page 10: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

efektif

terhadap

respon

kehilangan

pasangan

sendiri

TUK 2 : Klien

dapat

menyebutkan

penyebab menarik

diri

maupun non

verbal

2.Perkenalkan

diri dengan

sopan

3.Tanyakan

nama lengkap

klien dan

nama

panggilan

yang disukai

klien

4.Jelaskan

tujuan

pertemuan

5.Jujur dan

menepati janji

6.Tunjukkan

sikap empati

dan menerima

klien apa

adanya

1.Kaji

pengetahuan

klien tentang

perilaku

menarik diri

dan tanda-

tandanya

saling percaya

antara perawat

dan klien

merupakan

dasar

terbinanya

hubungan

terapeutik

2. motivas

i akan

membuat

klien lebih

terbuka

mengenai

pikiran dan

Page 11: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

TUK 3 : Klien

dapat

menyebutkan

keuntungan

2.Berikan

kesempatan

kepada klien

untuk

mengungkapk

an perasaan,

penyebab

menarik diri

atau tidak

mau bergaul.

3.Diskusikan

bersama klien

tentang

perilaku

menarik diri,

tanda-tanda

dan penyebab

muncul.

4.Berikan

pujian

terhadap

kemampuan

klien dalam

mengungkapk

an

perasaannya.

1.Kaji

pengetahuan

klien tentang

menfaat dan

perasaannya

3. hal ini

menunjukkan

rasa peduli

terhadap

Page 12: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

berhubungan

dengan orang lain

dan kerugian tidak

berhubungan

dengan orang lain.

keuntungan

berhubungan

dengan orang

lain

2.Beri

kesempatan

kepada klien

untuk

mengungkapk

an perasaan

tentang

keuntungan

berhubungan

dengan orang

lain.

3.Diskusikan

bersama klien

tentang

keuntungan

berhubungan

dengan orang

lain

4.Beri

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

klien

mengungkapk

an perasaan

tentang

perawatan

klien, tetapi

tidak terlibat

secara emosi.

Klien akan

merasa aman

dan nyaman

saat bercerita

kepada

perawat

Page 13: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

keuntungan

berhubungan

dengan orang

lain

5.Kaji

pengetahuan

klien tentang

kerugian bila

tidak

berhubungan

dengan orang

lain

6.Beri

kesempatan

kepada klien

untuk

mengungkapk

an perasaan

tentang

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang

lain.

7.Diskusikan

bersama klien

tentang

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang

lain

8.Beri

Page 14: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

TUK 4 : Klien

dapat

melaksanakan

hubungan social

secara bertahap

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

klien

mengungkapk

an perasaan

tentang

kerugian tidak

berhubungan

dengan orang

lain

1.Kaji

kemampuan

klien

membina

hubungan

dengan orang

lain

2.Dorong dan

bantu klien

untuk

berhubungan

dengan orang

lain melalui

tahap :

Klien – Perawat

Klien –

Perawat –

Klien lain

4.Aktivitas

fisik

memberikan

suatu metode

yang aman

dan efektif

untuk

mengeluarka

n emosi dan

kemarahan

yang

terpendam.

Page 15: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Klien –

Perawat –

Keluarga

Klien –

Perawat –

Kelompok/

masyarakat

3.Beri

reinforcement

terhadap

keberhasilan

yang telah

dicapai

4.Bantu klien

untuk

mengevaluasi

manfaat

berhubungan

5.Diskusikan

jadwal harian

yang dapat

dilakukan

bersama klien

dalam

mengisi

waktu

6.Motivasi

klien untuk

mengikuti

kegiatan

ruangan

Page 16: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

TUK 5 : Klien

dapat

mengungkapkan

perasaannya

setelah

berhubungan

dengan orang lain

TUK 6 : Klien

dapat

memberdayakan

system

1.Dorong klien

untuk

mengungkapk

an

perasaannya

bila

berhubungan

dengan orang

lain

2.Diskusikan

dengan klien

tentang

perasaan

manfaat

berhubungan

dengan orang

lain

3.Beri

reinforcement

positif atau

kemampuan

klien

mengungkapk

an perasaan

manfaat

berhubungan

dengan orang

lain

1.Bina

Page 17: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

pendukung atau

keluarga mampu

mengembangka

n kemampuan

klien untuk

berhubungan

dengan orang

lain.

hubungan

saling percaya

dengan

keluarga

Salam,

perkenalkan

diri,

sampaikan

tujuan, buat

kontrak, dan

eksplorasikan

perasaan

keluarga.

2.Diskusikan

dengan

anggota

keluarga

tentang

perilaku

penyebab

serta akibat

perilaku

menarik diri

3.Dorong

anggota

keluarga

untuk

member

dukungan

kepada klien

untuk

Page 18: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

TUK 7 : Klien

dapat

menggunakan obat

dengan benar dan

tepat

berkomunikas

i dengan

orang lain

4.Anjurkan

anggota

keluarga

secara rutin

dan

bergantian

menjenguk

klien

minimum 1

minggu sekali

1. Diskusikan

denga klien

tentang dosis,

frekuensi dan

manfaat obat

sertaefek

sampingnya

2. Anjurkan

klien untuk

minta sendiri

obat kepada

perawat dan

merasakan

manfaatnya

3. Anjurkan

klien untuk

7. Dengan

meminum

obat sesuai

anjuran, klien

akan merasa

lebih tenang

dan nyaman

untuk tidur.

Page 19: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

berbicara

dengan dokter

tentang

manfaat dan

efek samping

yang

dirasakan.

4. Diskusikan

akibat tidak

minum obat

tanpa

konsultasi

D. Implementasi

Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi keperawatan.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan

dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.

E. Evaluasi

Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada klien, dilakukan evaluasi pada pasien.

Evaluasi keperawatan adalah merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang

telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan ada dua jenis yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setelah melakukan tindakan saat

itu juga, dan evaluasi sumatif dilakukan setelah semua tindakan dalam satu diagnosa

tersebut telah selesai dilakukan.

Page 20: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 1)

Pertemuan : 1/TUK 1

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu,

Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah

tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan

pasangan

3. Tujuan Khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

4. Tindakan Keperawatan

a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang terapiutik,

kontrak yang jelas

b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati

d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya

Proses Pelaksanaan Tindakan

A. Orientasi

1. Salam terapiutik

“Selamat pagi Ibu.”

“Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini, nama saya Luhtu Eka, saya biasa di

panggil Eka, nama ibu siapa?”

“Ibu senang di panggil siapa?

2. Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?

Page 21: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

3. Kontrak

“Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu dari hari Kamis sampai Minggu mulai dari

jam 07.00 sampai dengan 14.00 WITA saya harap selama saya merawat bapak saya dapat

memberikan pelayanan yang terbaik bagi bapak. Ibu sekarang saya ingin berbincang-

bincang dengan Ibu untuk mengetahui keadaan Ibu saat ini, apakah bapak bersedia?

Bapak ingin kita bicara di mana? Hmm,, bagaimana kalau di taman ? baiklah Buk.

Berapa lama ingin bincang-bincangnya Buk? Bagaimana kalau kita berbincang selama 15

menit?

B. Kerja

1. Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu berapa umur Ibu

sekarang?

2. Ibu sudah berapa lama di rawat di sini?

3. Boleh saya tahu Ibu berasal dari mana?

4. Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa kesini?

5. Siapa yang membawa Ibu kesini?

6. Bagaimana perasaan Ibu saat di bawa kesini?

7. Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa?

8. Selama di rawat di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan?

9. Bagaimana perasaan Ibu saat melakukan kegiatan tersebut?

10. Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana kalau sekarang Ibu bercerita tentang hobi

Ibu?

11. Wah….ternyata bagus sekali hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum disini?

Bisa Ibu ceritakan tentang pekerjaan Ibu?

12. Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.

C. Terminasi

1. Evaluasi

(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?

(obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat perawat.

2. Tindak lanjut

Page 22: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu perbincangan kita. Sekarang

Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang ingin Ibu ceritakan atau tanyakan kepada saya,

Ibu bisa sampaikan saat pertemuan kita berikutnya.

3. Kontrak yang akan datang

Bagaimana kalau nanti siang sesudah makan siang kita ngobrol-ngobrol lagi sekitar pukul

14.00 wita? Dan bagaimana kalau nanti kita membicarakan tentang kondisi Ibu? Apakah

Ibu bersedia? Ibu nanti ingin mengobrol dimana? Apakah di tempat ini lagi? Baik bu

nanti kita berbincang-bincang lagi, kalau begitu saya permisi dulu Bu, terima kasih

karena Ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya.

Page 23: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 2)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

Pada pertemuan kedua, Ibu M belum menunjukkan rasa penerimaan terhadap kehilangan.

Ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia juga masih

melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan

pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat merasa

aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat

Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Klien merasa lebih tenang

4. Tindakan keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam

terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap

perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi

Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul sekali.

Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti

dan saya yang akan merawat Ibu.”

- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari

kemarin? Bagus kalau begitu”

- Evaluasi validasi: “Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”

Page 24: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

- Kontrak: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar? Saya rasa 30

menit cukup Bu. Ibu bersedia?”

“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

2. Tahap kerja

- “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”

- “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya

memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”

- “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang

ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah

meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima

kenyataan ini.”

- “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami

Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang

pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”

- “Ibu sudah bisa memahaminya?”

- “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang

bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara,

anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”

- “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya

lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian

hembuskan perlahan-lahan.”

- “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai

memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”

(objektif): “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari

perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”

Page 25: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

- RTL: “Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan

teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu

dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini.

- Kontrak yang akan datang: ”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini

sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan

tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.”

“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.”

Page 26: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 3)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap

kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia

juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak.

2. Diagnosa keperawatan

Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon

kehilangan pasangan

3. Tujuan khusus

Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik kembali dengan

lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya

4. Tindakan keperawatan

Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia sukai

Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul sekali.

Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti

dan saya yang akan merawat Ibu.”

- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari

kemarin? Bagus kalau begitu”

- Kontrak: “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk

membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit seperti kemarin cukup ya,

Bu.”

2. Tahap kerja

- “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”

Page 27: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

- “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu.”

- “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”

- “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan

sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”

- “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”

- “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya

bermain voli dalam seminggu?”

- “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih.”

- “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam

bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah

rumah Ibu.”

- “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk

bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu bisa

melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”

- “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-sama. Ibu M ini

jago bermain voli, lho.”

- “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli?”

- “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”

- “Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bisa

melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat

membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa

kesepian lagi.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik

dibandingkan kemarin?”

(objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu dapatkan

dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”

- RTL: “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa emosi.

Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali dalam seminggu.”

- Kontrak yang akan datang: “Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu. Besok jam

08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara

Page 28: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

meminum obat dengan benar. Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang

ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu.”

Page 29: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 4)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan keempat, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan mulai membuka

dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau membalas sapaan ataupun

senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang menyapanya ataupun tersenyum

padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur.

Hal tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan

pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat

Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak

4. Tindakan keperawatan

Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar

Awasi klien saat minum obat

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Selamat pagi Ibu M.”

- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur

dengan nyenyak?”

- Kontrak: “Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan janji kita

yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk

mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak. Saya rasa 15

menit saja cukup ya Bu, di kamar ini saja.”

Page 30: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

2. Tahap kerja

- “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan yang harus

Ibu minum.”

- “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ. Fungsi dari

obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bisa

tidur dengan nyenyak.”

- “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum agar

perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan.”

- “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan

jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga harus

diminum setelah Ibu makan.”

- “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”

- “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah Ibu minum

obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.”

- “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu bisa minum

banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”

- “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing, atau mual, Ibu

bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”

- “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai atau tidak.

Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat

waktu.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum

dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”

(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja obat yang

harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”

- RTL: “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat mulut Ibu

terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-gatal,

ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau perawat lain yang

sedang bertugas.”

Page 31: Lp, Sp, Kehilangan Klp Jiwa

- Kontrak yang akan datang: “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya

akan datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan

ini saja ya Bu.”

“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau tidak ada,

saya permisi dulu.”