LP Dan SP Halusinasi 2

51
MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa Dosen pengampu : RENI CIPTO PAMUNGKAS, S.Kep, Ns. Di susun Oleh : Kelompok 1 1. ADITYA NUGROHO 2. ALVI NURUL HIDAYAH 3. CENDEKIA ISRA TESTIANA 4. CHEPTIANA WULAN 5. DHIMAS MAYLIANA P. 6. M. MAHFUD 7. WINDA LISTIANI 8. YUDHI REZA SATRIA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA

description

KEP. JIWA

Transcript of LP Dan SP Halusinasi 2

Page 1: LP Dan SP Halusinasi 2

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu : RENI CIPTO PAMUNGKAS, S.Kep, Ns.

Di susun Oleh :

Kelompok 1

1. ADITYA NUGROHO

2. ALVI NURUL HIDAYAH

3. CENDEKIA ISRA TESTIANA

4. CHEPTIANA WULAN

5. DHIMAS MAYLIANA P.

6. M. MAHFUD

7. WINDA LISTIANI

8. YUDHI REZA SATRIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA

(STIKES BHAMADA )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Jalan. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi

2013/2014

KATA PENGANTAR

Page 2: LP Dan SP Halusinasi 2

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Inayah

kepada semua hambaNya. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir jaman.

Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat menyelesaikan penulisan

makalah ini yang berkaitan dengan “ Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Pada

Pasien Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

” sebagai tugas berstruktur mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Ibu Reni Cipto Pamungkas, S.Kep., Ns. ,

selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkan

kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Dan semua pihak yang telah ikut andil dan terlibat baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam membantu penulisan makalah ini, yang mana tidak bisa kami sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini. Akhirnya kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan.

Slawi, 9 Desember 2013

Penulis

BAB I

2

Page 3: LP Dan SP Halusinasi 2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari

seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain

juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif dan delirium.

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu

yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan

dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca ondera tanpa

stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya

stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang

nyata ada oleh klien ( Stuart, 2009 ).

Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam

membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti

pikiran,perasaan, dan sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external. Manusia

pada dassarnya masih mempunyai kemampuan dan membandingkan dan mengenal

mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang

sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan. Mereka dalam menggunakan

proses fikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan memvalidassikan serta

mengevaluasisecara akurat ( Nasution, 2003)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang

pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi

c. Mampu membuat diagnose keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi

d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi

BAB II

3

Page 4: LP Dan SP Halusinasi 2

TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI

SENSORI : HALUSINASI

A. Masalah utama

Perubahan sensori perseptual : halusinasi.

B. Proses terjadinya masalah

1. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan

stimulus yang sebenarnya tidak ada ( Keliat & Akemat, 2010 ).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien

memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata (Farida, 2010).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,

2005).

Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal

terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya

kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah

(Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi

adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada

stimulus atau rangsangan yang nyata.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa

ada rangsangan dari luar ekternal.

Tanda dan Gejala:

4

Page 5: LP Dan SP Halusinasi 2

a. Bicara, senyum, tertawa sendiri

b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup

(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.

c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata

e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.

g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.

h. Menarik diri menghindar dari orang lain.

i. Sulit membuat keputusan.

j. Ketakutan.

k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti

pakaian, berhias yang rapi.

l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.

m. Menyalahkan diri atau orang lain.

n. Muka marah kadang pucat.

o. Ekspresi wajah tegang.

p. Tekanan darah meningkat.

q. Nafas terengah-engah.

r. Nadi cepat

s. Banyak keringat.

2. Jenis Halusinasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara

orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan

apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran

cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang

luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang

menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu

bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan

dementia.

5

Page 6: LP Dan SP Halusinasi 2

d. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa

stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan

menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah

mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan

urine.

g. Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan

keparahan (Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin

berat fase halusinasinya).Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin

dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.

Tabel 1 Fasetingkat Halusinasi (Stuart &Laraira, 2005)

Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien

FASE 1

Comforting

Ansietas sebagai

halusinasi

menyenangkan

Klien mengalami perasaan

seperti ansietas, kesepian,

rasa bersalah dan takut

mencoba untuk befokus

pada pikiran menyengkan

untuk meredakan ansietas

individu mengenal bahwa

pikiran-pikiran dan

pengalaman sensor berada

dalam kondisi kesadaran

jika ansietas dapat ditangani

psikotik.

Tersenyum dan tertawa

tidak sesuai menggerekan

bibir tanpa suara

mengegerkan mata yang

cepat dan respon verbal

yang lambat jika

Sedang asik sendiri

meningkat tanda-tanda

sarat otonomi

FASE II

Complementing

Ansietas berat

halusinasi

memberatkan

Pengalaman sensasi

menjijikan dan

menakutkan,klien mulai

lepas kendali dan mungkin

mencoba untuk mengambil

Ansietas seperti

peningkatan denyut

jantung pernafasan dan

tekanan darah, rentang

perhatian menyempit asik

6

Page 7: LP Dan SP Halusinasi 2

jaraknya dengan sumber

yang dipersepsikan klien

mungkin mengalami

pengamalan sensori dan

menarik diri dari orang lain,

psikotik ringan

dengan penglaman sensori

dan kehilangan

kemampuan membedakan

halusinasi dan realita

FASE III

Controling

Ansietas berat

pengalamn

sensorsi menjadi

berkuasa

Klien berhenti

menghentikan perlawanan

terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusnasinya

menjadi menarik, klien

mengalami pengalaman

kesepian jika sensori

halusinasinya berhenti

psikotik

Kemampuan dikendalikan

halusinasi akan lebih

ditakuti, kerusakan

berhubungan

dengan orang lain, rentang

perhatian hanya beberapa

detik / menit adanya tanda-

tanda fisik ansietas berat

berkeringat, tremor, tidak

mampu memahami

peraturan.

FASE IV

Conquering

panik

Ansietas panik

pengalaman

sensori

menaklukan

Pengalaman sensori menjadi

mengancam jika klien

mengikuti perintah

halusinasi berakhir dari

beberapa jam / hari jika

intervensi terapeutif psikoti

berat.

Perilaku tremor akibat

panik, potensi kuat suicida

/ nomicide aktifitas

merefleksikan halusinasi

perilaku isi, seperti

kekerasan, agitas menarik

diri katafonici, tidak

mampu merespon terhadap

pemerintah, yang komplek

tidak mampu berespon

lebih dari satu orang

4. Penyebab

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara

lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya

keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.

Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal

menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan

kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus

eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

Tanda dan gejala :

7

Page 8: LP Dan SP Halusinasi 2

a. Aspek fisik :

Makan dan minum kurang

Tidur kurang atau terganggu

Penampilan diri kurang

Keberanian kurang

b. Aspek emosi :

Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

Merasa malu, bersalah

Mudah panik dan tiba-tiba marah

c. Aspek sosial

Duduk menyendiri

Selalu tunduk

Tampak melamun

Tidak peduli lingkungan

Menghindar dari orang lain

Tergantung dari orang lain

d. Aspek intelektual

Putus asa

Merasa sendiri, tidak ada sokongan

Kurang percaya diri

5. Akibat

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut

Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang

lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

Tanda dan gejala :

1) Muka merah

2) Pandangan tajam

3) Otot tegang

4) Nada suara tinggi

5) Berdebat

6) Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

C. Pohon Masalah

8

Page 9: LP Dan SP Halusinasi 2

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Core Problem

Menarik diri Penyebab

D. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jikasedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

Klien berbicara dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

9

Halusinasi

Page 10: LP Dan SP Halusinasi 2

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,

Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas

menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,

Kurang memperhatikan kebersihan

E. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

b. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Keperawatan

Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi seanjutnya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

10

Page 11: LP Dan SP Halusinasi 2

2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan

tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-

olah ada teman bicara

2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun

perawat sendiri tidak mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

2.4 Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,

malam)

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan

perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak

bicara sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara

bertahap

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan

rumah):

11

Page 12: LP Dan SP Halusinasi 2

a. Gejala halusinasi yang dialami klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi

kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian

bersama

d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat

bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri

atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan

manfaat minum obat

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping

minum obat yang dirasakan

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

1.2 Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

1.3 Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,

tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

12

Page 13: LP Dan SP Halusinasi 2

2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain

c. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap :

K – P

K – P – P lain

K – P – P lain – K lain

K – Kel/Klp/Masy

4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang

lain

Tindakan :

13

Page 14: LP Dan SP Halusinasi 2

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan

orang lain

5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan :

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

Salam, perkenalan diri

Jelaskan tujuan

Buat kontrak

Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

Perilaku menarik diri

Penyebab perilaku menarik diri

Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien

minimal satu kali seminggu

6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa

Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

14

Page 15: LP Dan SP Halusinasi 2

Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga

Universitas Press

Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.

Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA

Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to

Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

STRATEGI PELAKSANAAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN

HALUSINASI PADA PERTEMUAN I

A. Masalah Utama : Halusinasi

15

Page 16: LP Dan SP Halusinasi 2

Nama Pasien : Tn. D

Tanggal SP : 8 Desember 2013

Pertemuan : Pertama

Kondisi Pasien :

Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinyatidak

jelas serta melihat setan-setan.

B. Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

C. Tujuan

1. Tujuan umum : Pasien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan

2. Tujuan khusus :

a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

D. Strategi Pelaksanaan

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara

mengontrolhalusinasi, mengajarkan pasien mengontrol

halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi

1. Fase orientasi

1) Salam terapeutik

Selamat pagi Bapak perkenalkan nama saya Sinta Damayanti.

Saya biasa dipanggil Sinta, saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai siang

nanti jam 14.00. Kalau boleh kenalan nama Bapak siapa ? Suka dipanggil

apa ? Wah bagus sekali namanya.

2) Evaluasi / Validasi

Sudah berapa lama Bapak di sini ? Apakah Bapak masih ingat

siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak saat ini? Apa

keluhan Bapak saat ini ?

3) Kontrak

Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang

selama ini Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita

duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit ?

16

Page 17: LP Dan SP Halusinasi 2

2. Fase kerja

Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara

itu ? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling

sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa

suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?Apa yang bapak rasakan pada

saat mendengar suara itu?Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu?

Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar

cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?bapak , ada empat cara

untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara

tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,

melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat

dengan teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan

menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung

bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu

suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba

bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah

bisa”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif

Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ?

b. Evaluasi obyektif

Bapak tadi sudah melakukan latihan mengontrol halusinasi dengan

cara mengusir suara yang bapak dengar, sekarang coba Bapak lakukan

latihan lagi saya mau lihat.

c. Rencana tindak lanjut

Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebutyang

telah saya ajarkan tadi, atau jika dengan teknik tersebut tidak berkurang

Bapak bisa memanggil perawat yang ada di sini.

d. Kontrak

bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja

latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi

dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi

untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang

kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita

akan berlatih?Dimana tempatnya”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

keduabercakap-cakap dengan orang lain

17

Page 18: LP Dan SP Halusinasi 2

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

b. Evaluasi / validasi

Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara

yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya ? Bagus !

c. Kontrak

Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan

selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

2. Fase Kerja

Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah

dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar

suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk

ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-

suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya

istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-

suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.

Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”

3. Fese Terminasi

a. Evaluasi subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini?

b. Evaluasi obyektif

Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah

suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami

halusinasi lagi.

c. Rencana tindak lanjut

Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian

bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan

secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!

d. Kontrak

Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara

yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?

Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok

ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

18

Page 19: LP Dan SP Halusinasi 2

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

b. Evaluasi / validasi

Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua

cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus !

c. Kontrak

Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk

mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana

kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?

Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.

2. Fase Kerja

Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam

berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah

banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan

tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan

untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi

agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

3. Terminasi

a. Evaluasi subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang

ketiga untuk mencegah suara-suara?

b. Evaluasi obyetif

Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk

mencegah suara-suara.

c. Rencana tidak lanjut

Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian

bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas

yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari

pagi sampai malam)

d. Kontrak

Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas

cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana

kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.

19

Page 20: LP Dan SP Halusinasi 2

SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

1. Fase Orientasi

a. Salam teraupetik

Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

b. Evaluasi / validasi

Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga

cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah

dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?

c. Kontrak

Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang

bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu

makan siang. Di sini saja ya bapak?”

2. Fase Kerja:

Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-

suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang

bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam

obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna

orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya

untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya

sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu

(HLP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau

suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti

konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan

sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa

minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat

menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus

memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru

dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum

pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan

tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum,

dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang

obat?

b. Evaluasi obyektif

20

Page 21: LP Dan SP Halusinasi 2

Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?

Coba sebutkan!

c. Rencana tindak lanjut

Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum

obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta

obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan

sudah datang.

d. Kontrak

Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara

yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.

sampai jumpa.”

Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

1.) Tujuan : 1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah

sakit maupun di rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk

pasien.

2) Tindakan Keperawatan

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di

rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.

Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di

rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien

mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika

keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk

memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung

yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di

rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi

yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,

dan cara merawat pasien halusinasi.

c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat

pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

d. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien

21

Page 22: LP Dan SP Halusinasi 2

Strategi pelaksanaan pada klien dengan halusinasi keluarga

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis

halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi

dan cara-cara merawat pasien halusinasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam teraupetik

“Selamat pagi Bapak/Ibu!. Saya yudi perawat yang merawat Bapak”

b. Evaluasi / validasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”

c. Kontrak

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan

bantuan apa yang Ibu bisa berikan.”

“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa

lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

2. Fase Kerja

“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu

lakukan?”

“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu

mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.

”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”

“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya

suara itu tidak ada.”

“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan

itu tidak ada.”

”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada

beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-

cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah

halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut

memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak

mendengar atau melihatnya”.

”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun

halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap

dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-

sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal

kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian

jika dia lakukan!”

”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat

tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk

22

Page 23: LP Dan SP Halusinasi 2

minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada

3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-

suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan

jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam

minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya

menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu

selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”

”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi

Bapak dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak

menghardik suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik

halusinasi”.

”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk

punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang

diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup

telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan

berulang-ulang, pak”

”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”

”Bagus Bu”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan

halusinasi Bapak?”

b. Evaluasi obyektif

“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”

c. Rencana tindak lanjut

”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk

mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”

d. Kontrak

”Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung

dihadapan pasien

1. Fase Orientasi

a. Salam teraupetik

“Selamat pagi. Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”

b. Evaluasi / validasi

”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak

yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”

23

Page 24: LP Dan SP Halusinasi 2

c. Kontrak

” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan

mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.

”mari kita datangi bapak”

2. Fase Kerja

”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak

mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri

bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak

dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-

senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu

peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang

sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak

mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”

(saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus

sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat

jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga

memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat

dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi

dengan keluarga

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif

“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus

halusinasi langsung dihadapan Bapak?”

b. Evaluasi obyektif

”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu

bila Bapak mengalami halusinasi”.

c. Rencana tindak lanjut

“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan

tentang jadwal kegiatan harian Bapak.

d. Kontrak

Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

1. Fase Orientasi

a. Salam teraupetik

“Selamat pagi Bu

b. Evaluasi / validasi

24

Page 25: LP Dan SP Halusinasi 2

Sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk

membicarakan jadual bapak selama dirumah”

c. Kontrak

“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk

di ruang tamu. Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

2. Fase Kerja

“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan.

Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi

dan mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik

jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan

oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar

suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan

perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan

orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan

pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”

3. TERMINASI

“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara

merawat bapak.

Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya.

Sampai jumpa”

STRATEGI PELAKSANAAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN

MENARIK DIRI PADA PERTEMUAN I

A. Masalah utama : Menarik diri

Nama Pasien : Tn. D

Tanggal SP : 9 Desember 2013

Pertemuan : Pertama

Kondisi Pasien :

25

Page 26: LP Dan SP Halusinasi 2

a.) Data obyektif:

Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak

diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang

lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.

b.) Data subyektif:

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan

singkat, ya atau tidak.

B. Diagnosa keperawatan : Isolisasi sosial menarik diri

C. Tujuan

Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus :

1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya

isolasi sosial

2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi

3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang

lain

4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

D. Strategi Pelaksanaan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal

keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan

ORIENTASI (PERKENALAN):

“Selamat pagi ”

“Saya dandy hestia , Saya senang dipanggil dandy, Saya mahasiswa UNDIP yang akan

merawat Ibu.”

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan

teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?

Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit”

KERJA:

(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa yang jarang

bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

26

Page 27: LP Dan SP Halusinasi 2

”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja

yang ibu kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?”

“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang

lain?”

”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada

teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau

kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien

dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau

begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?

«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan

nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil

T. Asal saya dari Flores, hobi memancing”

“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:

Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang

hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang

keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”

” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.

Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien

lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman

saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan

dengan orang pertama -seorang perawat-)

ORIENTASI :

“Selamat pagi bu! ”

“Bagaimana perasaan ibu hari ini?

« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil

bersalaman dengan perawat ! »

27

Page 28: LP Dan SP Halusinasi 2

« Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak ibu mencoba

berkenalan dengan teman saya perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

« Ayo kita temui perawat T disana »

KERJA :

( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N)

« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »

« Baiklah bu, ibu bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita praktekkan

kemarin « 

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam,

menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat T . coba tanyakan tentang keluarga

perawat T »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa

buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat T, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke

ruangan ibu. Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi

dengan klien di tempat lain)

TERMINASI:

“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan perawat T”

” ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”

”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik

lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan

sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada

jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri.

Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan

dengan orang kedua-seorang pasien)

ORIENTASI:

“Selamat pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini?

”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang”

(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin siang”

”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”

28

Page 29: LP Dan SP Halusinasi 2

”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”

”seperti biasa kira-kira 10 menit”

”Mari kita temui dia di ruang makan”

KERJA:

( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )

« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »

« Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu lakukan

sebelumnya. » (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan

nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »

« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O»

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa

buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »

(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

« Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke ruangan

ibu. Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi

dengan S di tempat lain)

TERMINASI:

“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O”

”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”

”pertahankan apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan

O jam 4 sore nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain

kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan

orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu

dengan T, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan

dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam yang

sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

Tujuan : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi

sosial

Tindakan :

1. Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial

2. Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat

membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang

selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.

29

Page 30: LP Dan SP Halusinasi 2

3. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah

meliputi:

1.) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2.) Menjelaskan tentang:

Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.

Penyebab isolasi sosial.

Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:

- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan

cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.

- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk

bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain

yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan

pujian yang wajar.

- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.

- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.

3.) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

4.) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,

mendiskusikan yang dihadapi.

5.) Menjelaskan perawatan lanjutan

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah

isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat

pasien dengan isolasi sosial

ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak”

”Perkenalkan saya perawat Y....., saya yang merawat, anak bapak”

”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”

” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara

perawatannya”

”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah

jam?”

KERJA:

”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala

penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.

” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,

kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”

30

Page 31: LP Dan SP Halusinasi 2

”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat

berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan

orang–orang terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami

halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus

sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan

beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak

bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji.

Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa

melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan

jangan mencela kondisi pasien.”

« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan

anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan

kegiatan rumah tangga bersama.” 

”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”

” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa

bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang

sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara

yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah

sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga

atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?”

”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”

”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

TERMINASI:

“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang

yang mengalami isolasi sosial »

« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang

mengalami masalah isolasi sosial »

« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »

«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga

agar mereka juga melakukan hal yang sama. »

«  Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »

« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »

31

Page 32: LP Dan SP Halusinasi 2

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien

dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:

“Selamat pagi Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”

”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari

yang lalu?”

“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30

menit.”

”Sekarang mari kita temui anak bapak”

Kerja:

”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?”

”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal

kegiatannya!”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari

lalu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah

dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?”

”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”

(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”

« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak »

« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan

cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak »

« Sampai jumpa »

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak/Bu”

”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di

rumah.”

”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”

”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA:

32

Page 33: LP Dan SP Halusinasi 2

”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan?

Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal

kegiatan maupun jadwal minum obatnya”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak

Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul

dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan

orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah

sakit”

TERMINASI:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak.

Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.

Silakan selesaikan administrasinya!”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan

yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses

panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi

dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007).

33

Page 34: LP Dan SP Halusinasi 2

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinsi itu sendiri terbagi menjadi

halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

B. Saran

1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada

halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan

sebagai upaya untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dengan

klien.

2. Perawat sangat diharapkan selalu memberikan semangat dan dorongan kepada

klien dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat

mempercepat penyembuhan klien.

3. Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada

pemulihan klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena

itu peran sangat penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari

kambuhnya kembali gangguan jiwa pada klien.

4. Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa menciptakan

lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa

Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya : Airlangga

Universitas Press

Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.

Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA

34

Page 35: LP Dan SP Halusinasi 2

Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to

Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

35