Seminar Waham

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah gangguan jiwa (Pieter, dkk, 2011). Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara (Suliswati, 2005). Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Indonesia masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riskesdas, 2013).

description

Seminar Waham

Transcript of Seminar Waham

Page 1: Seminar Waham

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia memiliki indikasi untuk

mengalami gangguan jiwa. Manusia mampu mengatasi gangguan jiwa dengan

kapasitas mental yang dimiliki. Namun, pada sebagian orang terkadang tidak

mampu menggunakan kapasitas mental secara maksimal sehingga timbullah

gangguan jiwa (Pieter, dkk, 2011).

Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang

kesehatan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi

kejiwaan adalah proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk

bicara (Suliswati, 2005).

Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Indonesia

masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan

dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15

tahun ke atas  atau  sekitar 14 juta orang.  Sedangkan, prevalensi gangguan

jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang (Riskesdas, 2013).

Skizofrenia ditandai dengan dua kategori gejala utama yaitu gejala

positif dan gejala negatif. Gejala positif berfokus pada distorsi fungsi

normal.Sedangkan gejala negatif mengidentifikasi hilangnya fungsi normal.

Gejala negatif yang didapat klien berupa waham dan halusinasi (Copel, 2007

dalam Pieter, dkk, 2011).

Waham merupakan salah satu gejala negatif yang umum terjadi pada

klien dengan skizoprenia. Waham merupakan gangguan proses pikir yaitu

keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak

diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Ada beberapa

jenis waham yaitu waham kebesaran, waham somatik,waham curiga, waham

keagamaan dan waham nihilistik (Stuart & Laraia, 2005).

Page 2: Seminar Waham

Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki

kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart &

Laraia, 2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu

mencoba berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan

mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan

klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak

segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri

dari hubungan sosial (Pieter, dkk, 2011).

Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025

sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset

dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut

penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu

sampai tiga permil penduduk (Sartorius & Jablonsky, 1974 dalam Davison &

Neale, 2006).

Di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan

Juni 2011 tercatat tidak kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak

dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa /

jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang

mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau sekitar 2,8% dan jumlah pasien

laki-laki sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557

jiwa (Arfian, 2010).

Data yang didapat di Ruang PICU Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didapatkan bahwa prevalensi kejadian penyakit

waham selama 3 bulan terakhir pada tahun 2016 yaitu, Januari terdapat 2

orang (1,1%), Februari terdapat 3 orang (1,6%), dan pada bulan Maret

terdapat 5 orang (3,8%).

Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri

dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa terhadap klien yang mengalami

gangguan isi pikir : waham yaitu memenuhi dan berupaya seoptimal mungkin

mengorientasikan klien ke dalam realita, dengan cara menciptakan lingkungan

teraupetik, melibatkan keluarga, menjelaskan pola perilaku klien (untuk

Page 3: Seminar Waham

diskusi membagi pengalaman, mengatasi masalah klien), menganjurkan

kunjungan keluarga secara teratur. Berdasarkan latar belakang diatas,

kelompok tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan utama yaitu

dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi

pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto

Heerdjan”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. IH

dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-Laki Elang 1

Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan

2. Tujuan khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada Tn. IH dengan gangguan isi

pikir : waham

b) Mampu merumuskan masalah dengan diagnosa keperawatan pada

Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham

c) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. IH dengan

gangguan isi pikir : waham

d) Mampu melakukan evaluasi pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir

: waham

e) Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara kasus

dengan terori pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham

f) Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat, serta

dapat mencari solusinya.

g) Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam

bentuk narasi.

C. Proses Pembuatan makalah

Kelompok berjumlah 5 (lima) orang, praktek di ruang Picu Laki-

Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan selama 4 minggu dari

Page 4: Seminar Waham

tanggal 18 April 2016, mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan

keperawatan semua pasien yang dirawat di ruang tersebut.

Gangguan sensori persepsi : halusinasi merupakan masalah

terbanyak yang terdapat di ruang Picu Laki-Laki Elang 1. Tetapi

kelompok lebih tertarik untuk mengangkat kasus gangguan isi pikir :

waham pada Tn. IH, dan menjadi tanggung jawab perawat membantu Tn.

IH untuk mengatasinya. Tugas perawat yaitu memenuhi dan berupaya

seoptimal mungkin mengorientasikan klien ke dalam realita karena

penyembuhan klien tidak saja dengan obat, tetapi lebih penting adalah

bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang

teraupetik. Untuk itu perawat di tuntut memiliki keterampilan khusus agar

dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal dengan menitik

beratkan pada keadaan psikososial tanpa mengabaikan fisiknya.

Berdasarkan hal tersebut, kelompok tertarik untuk mengangkat

masalah keperawatan utama yaitu dengan judul “Asuhan Keperawatan

Jiwa Pada Tn. IH dengan gangguan isi pikir : waham di Ruang Picu Laki-

Laki Elang 1 Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan”

Asuhan keperawatan pada Tn.IH di awali oleh satu orang

mahasiswa yang melakukan pendekatan secara itensif sebagai klien

kelolaan. Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian

dengan pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang

dilakukan kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota

kelompok melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang

ditemukan pada pasien. Pada tahap evaluasi mahasiswa melakukan

koordinasi antar mahasiswa terutama dalam rencana yang akan datang

sehingga kesinambungan antar anggota kelompok satu dengan yang lain.

Mahasiswa melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya

dengan pembimbing dan kemudian mahasiswa dapat melakukan seminar

akhir.

Page 5: Seminar Waham

BAB II

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tn. I berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah utama Waham.

Dari hasil pengkajian tanggal 19 April 2016. Klien mengatakan sedang

berjalan-jalan bersama temannya, kemudian ditinggal di RSJ. Klien pernah

mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan selanjutnya tidak berhasil.

Saat ini klien dirawat di PSBL Cengkareng. Pada status yang terdapat dibuku

rekam medis klien, tertera klien belum menikah.. Keterangan klien berubah-

ubah, saat dilakukan pengkajian akhir klien mengaku memiliki seorang istri

dan tiga orang anak. Klien tidak memiliki keluhan pada fisiknya. Klien

mengatakan masih memiliki orang tua lengkap. Klien mengatakan berasal dari

Cirebon. Klien mengatakan dirinya seorang presiden, saat ditanya kembali

klien mengaku dirinya dokter spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan

Universitas luar negeri. Istrinya berada di Amerika serikat, memiliki anak 3

atau empat. Klien mengatakan tinggal disebuah rumah elit dikawasan Permata

Hijau. Klien mengaku dirinya seorang presiden yang setiap hari membawa

uang miliaran. Klien mengatakan serinng pergi keluar negeri menggunakan

pesawat pribadi. Saat dilakukan pengkajian kontak mata kurang, klien banyak

menunduk, sesekali tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, bicara kurang

fokus tetapi masih bisa diarahkan pembicaraan lambat, kafdang-kadang tidak

menjawab pertanyaan perawat, klien hanya bereaksi jika ada stimulus, terlihat

lesu karena klien mengatakan bosan dan ngantuk, klien yakin akan apa yang

dibicarakannya tidak mau dikoreksi perawat dan diucapkan berulang-ulang

secara berlebihan.

B. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah yang ditemui pada Tn. I:

Gangguan Isi Pikiran: Waham Kebesaran (18 April 2016)

Page 6: Seminar Waham

Data Subjektif: Klien mengatakan berasal dari Cirebon. Istrinya berada di

Amerika serikat, memiliki anak 3 atau empat. Klien mengatakan tinggal

disebuah rumah elit dikawasan Permata Hijau. Klien mengaku dirinya seorang

presiden yang setiap hari membawa uang miliaran. Klien mengatakan serinng

pergi keluar negeri menggunakan pesawat pribadi

Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien

tampak sendiri dipojok, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien tampak

sering diam dan menunduk, klien berbicara berulang-ulang secara berlebihan,

pernyataan klien tidak sesuai dengan kondisi nyata dimana klien belum

menikah, klien kiriman dari dinas sosial.

Isolasi Sosial (18 April 2016)

Data Subjektif: Klien mengatakan sudah mengenal teman-teman disekitarnya,

tetapi saat ditanya keteman yang lain tidak tahu. Klien mengatakan tidak

pernah mengobrol dengan teman lain. Klien menagatakan lebih senang

sendiri. Klien mengatakan bingung saat hendak berbincang-bincang dengan

orang lain.

Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien

tampak sendiri dipojok ruang kumpul, Klien terlihat duduk merangkul kaki,

Klien tampak sering diam dan menunduk.

Halusinasi (18 April 2016)

Data subjektif : Klien mengatakan sering mendengar bisikan “sabar..sabar..”

saat pagi hari diwaktu mandi. Klien merasa biasa saja saat ada suara-suara.

Klien mengatakan belum pernah belajar menghardik

Data objektif : Klien sering terlihat komat-kamit sendiri, klien tampak

senyum-senyum sendiri, kontak mata kurang sering menunduk.

Defisit Perawatan Diri (20 April 2016)

Data subjektif : Klien mengatakan dirinya sudah mandi sejak subuh memakai

sabun dan sikat gigi, sudah menggunting kuku setiap hari

Page 7: Seminar Waham

Data objektif : Klien sering terlihat lusuh, bau badan, gigi kotor, kuku tangan

pendek tetapi kuku kakinya panjang.

C. POHON MASALAH

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan isi pikiran: Waham

2. Isolasi Sosial

3. Halusinasi

4. Defisit Perawatan Diri

Perubahan Isi Pikir : Waham

Isolasi Sosial DPD

Halusinasi

HDR Kronis

RPK

Page 8: Seminar Waham

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai

dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah

nabi yang menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya

sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya

kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan

bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).

Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang

tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah

secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang

sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses

stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa

waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan

dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat

intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan

alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali

(Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan

berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan

menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan

psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada

isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi

kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam

hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan

perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan

alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

Page 9: Seminar Waham

B. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang

dijelaskan oleh Direja, 2011 yaitu :

1) Teori Biologis

Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas

otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru

mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :

a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan

otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada

area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan

perilaku psikotik.

b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil

penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :

Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain

Masalah-masalah pada sistem respon dopamin

c) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak

yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan

penyebab genetik pada skizofrenia.

d) Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara

terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia

dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian

genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam

keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.

2) Psikologi

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang

maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik

terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini

sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap

tenaga kesehatan jiwa profesional).

Page 10: Seminar Waham

3) Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia

dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama

gangguan. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat

menyebabkan timbulnya waham.

Pada Tn. I tidak ditemukan adanya factor biologis yang mempengaruhi

pada Tn. I dikarenakan saat dilakukan pengkajian tentang keluarga Tn. I,

Tn. I selalu menghindari pertanyaan perawat dan tidak pernah menjawab

pertanyaan pasien. Tn. I sudah dilakukan rontgen thoraks dengan hasil cor,

pulmo dalam batas normal. Hasil pemeriksaan lab ditemukan Hb : 10.6

g/dl (N : 11.3 – 16.0 g/dl) & Uric Acid : 8.1 (N : 3.4 – 7 mg/dl).

b. Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi menurut Direja, 2011 yaitu sebagai berikut :

1) Biologi

Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang

maladaptif termasuk:

Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses

informasi

Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi

rangsangan.

2) Stres lingkungan

Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan perilaku.

3) Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering

menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat

pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan

kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu.

Page 11: Seminar Waham

Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya selalu menganggap Tn. I adalah

orang yang kaya, punya uang yang banyak, pesawat pribadi, dan suka

bepergian keluar negeri. Tn. I mengatakan tinggal di Amerika Serikat

bersama istri dan ketiga anaknya. Tn. I mengaku dirinya seorang presiden,

kemudian saat ditanya kembali klien mengaku dirinya seorang dokter

spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan Uneversitas luar negeri.

Hal ini disebabkan karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh

klien dan untuk menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.

c. Mekanisme Koping

Menurut Direja (2011), perilaku yang mewakili upaya untuk

melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon

neurobioligi :

1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya

untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang

tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari

2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3. Menarik diri

Pada Tn. I mekanisme koping yang dilakukan adalah menarik diri dari

sekitar, menjadi pendiam, menyendiri dan tidak mau berkenalan serta tidak

mau mengobrol dengan orang lain.

Page 12: Seminar Waham

d. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

• Pikiran logis

• Persepsi akurat

• Emosi konsisten

dengan pengalaman

• Perilaku sosial

• Hubungan sosial

• Pikiran kadang

menyimpang illusi

• Reaksi emosional

berlebihan dan kurang

• Perilaku tidak

sesuai

• Menarik diri

• Gangguan

proses pikir:

Waham

• Halusinasi

• Kerusakan

emosi

• Perilaku tidak

sesuai

• Ketidakteratu

ran isolasi sosial

Skema 1 Rentang respons neurobiologis Waham (Keliat, 2009)

Tn. I berada pada rentang respon maladatif dimana gejala waham sangat

terlihat sekali yaitu Tn. I menjadi berhalusinasi pendengaran yaitu

mendengar bisikan “Sabar..sabar” dan menjadi isolasi social yaitu Tn. I

menjadi pendiam, menyendiri dan tidak mau berkenalan serta tidak mau

mengobrol dengan orang lain.

e. Fase-Fase Waham

1. Lack of Selfesteen

Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan

antara kenyataan dan harapan. Ex : perceraian berumah tangga tidak

diterima oleh lingkungannya.

2. Control Internal Eksternal

Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai

dengan kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan

3. Environment support

Page 13: Seminar Waham

Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak

merasa bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya

adalah guru tari. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien

dalam lingkungan, klien merasa didukung, klien menganggap hal yang

dikatakan sebagai kebenaran, kerusakan control diri dan tidak

berfungsi normal (super ego)

4. Fisik Comforting

Klien merasa nyaman dengan kebohongannya

5. Fase Improving

Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah

akan meningkat.

f. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut

Direja (2011) yaitu :

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien

Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahawa

dirinya memiliki kekuatan khusus

atau kelebihan yang berbeda dengan

orang lain, diucapkan berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

“Saya ini pejabat di

Kementrian Semarang!”

“Saya punya perusahaan

paling besar lho “.

Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama

secara berlebihan, diucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan.

“Saya adalah tuhan yang

bisa menguasai dan

mengendalikan semua

makhluk”.

Waham curiga Keyakinan seseorang atau

sekelompok orang yang mau

merugikan atau mencederai dirinya,

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak

“Saya tahu mereka mau

menghancurkan saya,

karena iri dengan

kesuksesan saya”.

Page 14: Seminar Waham

sesuai dengan kenyataan.

Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh

atau sebagian tubuhnya terserang

penyakit, diucapkan berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

“Saya menderita kanker”.

Padahal hasil

pemeriksaan lab tidak

ada sel kanker pada

tubuhnya.

Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya

sudah meninggal dunia, diucapkan

berulangulang tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan.

“Ini saya berada di alam

kubur ya, semua yang ada

disini adalah roh-roh

nya”

Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya mengalami waham kebesaran yaitu

keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kelebihan yang

berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan. Tn. I selalu menganggap ia adalah orang yang kaya,

punya uang yang banyak, pesawat pribadi, dan suka bepergian keluar

negeri. Tn. I mengatakan tinggal di Amerika Serikat bersama istri dan

ketiga anaknya. Tn. I mengaku dirinya seorang presiden, kemudian saat

ditanya kembali klien mengaku dirinya seorang dokter spesialis bedah dan

dokter spesialis jiwa lulusan Uneversitas luar negeri. Hal ini disebabkan

karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh klien dan untuk

menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.

g. Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan isi pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri

rendah

Core problem

Page 15: Seminar Waham

h. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

1) Masalah keperawatan :

a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b) Kerusakan komunikasi : verbal

c) Perubahan isi pikir : waham

d) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2) Data yang perlu dikaji :

a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal

pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang

yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai /

merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri

Data objektif

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras,

bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak

dan melempar barang-barang.

b) Kerusakan komunikasi : verbal

Data subjektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik

Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang

didengar dan kontak mata kurang

c) Perubahan isi pikir : waham

Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang

agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali

secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :

Page 16: Seminar Waham

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,

merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas,

ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

d) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan

malu terhadap diri sendiri

Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri

hidup

i. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2) Kerusakan komunikasi : verbal

3) Perubahan isi pikir : waham

4) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

j. Rencana Tindakan Keperawatan

Page 17: Seminar Waham

BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

Pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. I. dilakukan sejak

tanggal 20 s/d 25 April 2016. Kelompok melakukan tindakan keperawatan pada

Tn. I untuk diagnosis gangguan isi pikiran : waham kebesaran, halusinasi dengar,

isolasi sosial, defisit perawatan diri, tetapi keempat masalah keperawatan yang

kita temukan hanya tiga masalah yang di implementasikan.

A. Gangguan Isi Pikiran : Waham Kebesaran,

Pada hari Rabu, 20 April 2016, pukul : 10.00 WIB kelompok

melakukan tindakan keperawatan dengan masalah Gangguan Isi Pikiran :

Waham Kebesaran dengan tujuan khusus : klien dapat membina hubungan

saling percaya dengan perawat. Tindakan keperawatan : membina hubungan

saling percaya dengan klien, membantu klien mengekspresikan perasaan dan

pikirannya, memberikan reinforcement. Evaluasi subjektif : Tn. I

mengatakan senang setelah ngobrol-ngobrol, Tn. I mengatakan tinggal di New

York bersama istri dan ketiga anaknya, klien mengatakan ia tak tahu sekarang

berada dimana dan ingin pulang, klien mengatakan senang mengingat dahulu

menjadi dokter spresialis di RSJ ini”. Evaluasi objektif : Tn. I tampak tenang,

kontak mata kurang, lebih sering menunduk, Tn. I senyum senyum sendiri dan

tampak mengantuk Analisis : waham kebesaran positif. Rencana tindak

lanjut perawat : melakukan orientasi realita.

Kemudian pada hari/tanggal : Kamis, 21 April 2016, pukul : 10.00

WIB dengan tujuan umum : Tn. I dapat melakukan orientasi realita Tindakan

keperawatan : mengevaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, mendiskusikan

dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk dengan orang

yang berarti, lingkungan kerja, dan sekolah.membantu klien untuk

mengidentifikasi hal-hal yang menjadi faktor pencetus wahamnya. Evaluasi

subjektif : Tn. I mengatakan senang berbicara dengan perawat, klien

mengatakan ingin pulang kerumah. Klien mengatakan tinggal di di perumahan

Page 18: Seminar Waham

permata hijau kebayoran lama, klien mengatakan tinggal di rumah berwarna

putih sangat besar beserta istri dan ketiga anaknya. Evaluasi Objektif : Tn. I

tampak gelisah, posisi duduk berpindah-pindah, klien kooperatif dalam tanya

jawab dengan perawat, klien terkadang senyum-senyum sendiri. Rencana

tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, berikan pendidikan

kesehatan kembali tentang penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna

obat, bentuk obat, dosis obat, fungsi dan efek samping obat), masukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

Kemudian pada hari/tanggal : Jumat, 22 April 2016, pukul : 10.00

WIB dengan tujuan khusus : Tn. I dapat memahami tentang manfaat serta

kegunaan mengkonsumsi obat. Tindakan keperawatan : mengevaluasi

jadwal kegiatan harian Tn. I, memberikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat, dosis

obat, fungsi dan efek samping obat), memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian. Evaluasi Subjektif : Tn. I mengatakan obat yang diminum ada 3 jenis

Risperidol, heximer, meroplam serta klien mengatakan mau ninum obat

teratur. Evaluasi Objektif : Tn. I dapat menyebutkan 3 warna obat dengan

benar, Tn. I belum dapat menyebutkan nama obat dengan lancar, Tn. I belum

tepat menyebutkan dosis obat, Tn. I belum dapat menyebutkan fungsi dan efek

samping obat dengan benar. Analisis : Gangguan proses pikir : waham positif.

Planning : minum obat 2 kali sehari sesuai jadwal. Rencana tindak lanjut :

evaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, berikan pendidikan kesehatan kembali

tentang penggunaan obat secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat,

dosis obat, fungsi dan efek samping obat), masukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

Selanjutnya pada hari/tanggal : Sabtu, 23 April 2016, Pukul : 10.00

WIB dengan tujuan khusus : Tn. I dapat memahami tentang manfaat serta

kegunaan mengkonsumsi obat. Tindakan keperawatan : mengevaluasi

jadwal kegiatan harian Tn. I, mengevaluasi validasi tentang penggunaan obat

secara teratur, memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat

secara teratur (nama obat, warna obat, bentuk obat, dosis obat, fungsi dan efek

samping obat), memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi

Page 19: Seminar Waham

Subjektif : Tn. I mengatakan obat yang diminum ada 3 jenis, yang pertama

Risperidon, heximer, meroplam, Tn. I mengatakan risperidon warnanya

orange, bentuknya bulat kecil, minumnya 2x1, fungsinya supaya pikiran lebih

tenang, efeknya kebadan seperti kaku. Yang kedua Heximer warna kuning

bulat kecil, diminum 2x1, fungsinya menetralisir dari obat risperidon. Obat

yang ketiga merlopam warna pink bulat kecil, diminum 1x1 fungsinya

penenang dan efek sampingnya menjadi megatuk. Tn. I mengatakan mau

minum obat secara teratur. Objektif : Tn. I dapat menyebutkan nama obat,

warna, dosis, bentuk, fungsi nya meskipun masih terbatah-batah. Analisa :

gangguan proses pikir : waham positif. Planning : minum obat 2 kali sehari

sesuai jadwal. Rencana tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, latih mengendalikan harian bersama pasien.

Pada hari/tanggal : Senin, 24 April 2016, pukul : 10.00 WIB dengan

tujuan khusus : Tn. I dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara

menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya. Tindakan keperawatan

: mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, membuatkan kegiatan

tambahan dalam jadwal kegiatan hariannya dengan berolah raga secara teratur

jam 9.00 serta jam 16.00, olah raga yang bisa dilakukan yaitu push up dan shit

up, masukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi subjektif : Tn. I

mengatakan senang setelah melakukan kegiatan berolah raga, Tn. I

mengatakan mau melakukan kegiatan berolah raga 2 kali sehari sebelum

makan siang dan sore. Objektif : Tn. I dapat melakukan kegiatan olah raga

push up dan shit up, Tn. I tampak antusias dalam melakukan kegiatan olah

raga. Analisa : gangguan isi pikir : waham positif. Planning : minum obat 2

kali sehari sesuai jadwal, berolah raga 2 kali sehari sesuai jadwal. Rencana

tindak lanjut : evaluasi jadwal kegiatan harian pasien, latih pasien

mengendalikan halusinasinya.

B. Isolasi Sosial

Pada hari/tanggal : Kamis, 21 April 2016, pukul : 11.00 WIB dengan

tujuan umum : Tn. I dapat menyebutkan penyebab menarik diri, manfaat

berinteraksi dengan orang lain serta kerugiannya, mampu melakukan

Page 20: Seminar Waham

berkenalan dengan satu orang. Tindakan keperawatan : mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan

berinteraksi dengan orang lain serta kerugiannya, mengajarkan pada pasien

cara berkenalan dengan satu orang. Evaluasi subjektif : Tn. I mengatakan

senang berbicara dengan perawat, klien mengatakan ingin pulang kerumah.

Klien mengatakan senang bisa berbicara dengan teman satu kamarnya.

Evaluasi Objektif : Tn. I tampak malu dan suara klien terdengar sangat pelan

ketika berbicara dengan temannya.. Rencana tindak lanjut : evaluasi jadwal

kegiatan harian Tn. I, latihan utuk berkenalan dengan dua orang atau lebih,

berbincang bincang dengan orang lain serta masukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

Kemudian pada hari/tanggal : Jumat, 22 April 2016, pukul : 11.00

WIB dengan tujuan : Tn. I dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan dua

orang atau lebih serta mau berbincang-bincang dengan orang lain. Tindakan

keperawatan : mengevaluasi jadwal kegiatan harian Tn. I, memberikan

kesempatan kepada klien untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih,

membantu klien untuk berbincang-bincang dengan pasien yang lain,

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi Subjektif : Tn. I

mengatakan senang ketika sudah mengobrol dengan temannya tetapi klien

mengatakan masih malu, klien mengatakan akan berusaha untuk mengenal

semua teman sekamarnya saat ini. Evaluasi Objektif : Tn. I dapat

mempraktekkan cara berkenalan serta Tn. I mampu untuk melakukan

perbincangan dengan teman-temannya. Analisis : Isolasi Sosial positif.

Planning : praktekkan cara berkenalan dengan pasien lainnya serta

berbincang-bincang dengan pasien lainya. Rencana tindak lanjut : evaluasi

jadwal kegiatan harian Tn. I latihan berkenalan dua kali sehari dan

berbincang-bincang dengan pasien lainnya serta masukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

C. Gangguan Pesepsi Sensori: Halusinasi Dengar

Pada hari Selasa, 25 April 2016, pukul : 10.00 WIB kelompok

melakukan tindakan keperawatan dengan masalah Gangguan Pesepsi

Page 21: Seminar Waham

Sensori: Halusinasi Dengar dengan tujuan umum : Tn. I dapat Mengontrol

Halusinasi yang dialami. Tindakan keperawatan: mendiskusikan 4 cara

mengontol halusinasi, menjelaskan cara pertama mengontol halusinasi dengan

menghardik, mencontohkan cara menghardik, memotivasi klien untuk

melakukan cara menghardik secara mandiri, memberikan reinforcement,

memasukkan latihan menghardik dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi

subjektif : Tn. I mengatakan senang setelah ngobrol-ngobrol, Tn. I

mengatakan tutup telinga dan bilang “pergi-pergi kamu suara palsu jangan

ganggu saya”. Evaluasi objektif : kontak mata kurang, lebih sering

menunduk, Tn. I dapat melakukan cara menghardik. Planning : menghardik

bila ada suara-suara dan latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal

kegiatan harian. Analisis : halusinasi positif. Rencana tindak lanjut perawat

: evaluasi jadwal kegiatan harian pasien, ikut sertakan dalam kegiatan TAK

mengontrol halusinasi.

Pada hari/tanggal : Rabu, 26 April 2016, pukul : 10.00 WIB. Selain

klien mendapat tindakan keperawatan secara pribadi, klien juga di libatkan

dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) dengan tujuan umum : Tn. I dapat

mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasi dengan menghardik serta

membuat jadwal kegiatan harian pasien (TAK), Tindakan keperawatan :

Mengikuti TAK sesi 1 mengenal halusinasi (isi, waktu, situasi dan perasaan).

Mengikuti sesi II latihan menghardik dan memasukan ke dalam jadwal

kegiatan harian. Mengikuti sesi III membuat jadwal kegiatan harian pasien

Evaluasi subjektif : Tn. I mengatakan senang setelah mengikuti TAK sesi 1,

2, dan 3. Objektif : Tn. I dapat menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan

setelah mendengar suara-suara dan dapat menghardik di depan teman-

temannya dalam TAK serta klien mampu membuat jadwal kegiatan harian

pasien yang dibantu oleh perawat. Analisa : halusinasi positif. Planning :

latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal, menghardik kalau mendengar

suara-suara, Rencana tindak lanjut perawat : lanjut ikut TAK sesi IV dan V

(bercakap-cakap, mengenal jenis dan manfaat obat).

Hari/tanggal : Kamis, 27 April 2016, pukul : 11.00 WIB. Selain klien

mendapat tindakan keperawatan secara pribadi, klien juga di libatkan dalam

Page 22: Seminar Waham

TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) dengan tujuan umum : Tn. I dapat

mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang serta memahami tentang

obat. Tindakan keperawatan : Mengikuti TAK sesi IV mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan perawat. Mengikuti sesi V

mengontrol halusinasi dengan mengenal jenis dan manfaat obat. Evaluasi

subjektif : Tn. I senang setelah mengikuti TAK sesi IV dan V. Objektif : Tn.

I dapat melakukan cara bercakap-cakap dengan orang lain atau perawat.

Analisa : halusinasi berkurang. Planning : bila ada mendengar suara-suara

laporkan ke perawat dengan menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan.

Latihan menghardik sesuai jadwal dan saat mendengar suara-suara. Latihan

berbincang-bincang sesuai jadwal dan bila mendengar suara-suara. Rencana

tindak lanjut perawat : latihan menghardik 2 kali sehari sesuai jadwal,

menghardik kalau mendengar suara-suara, minum obat 2 kali sehari sesuai

jadwal, berbincang-bincang dengan orang lain sesuai jadwal dan ketika

mendengar suara-suara, mengelap meja 2 kali sehari sesuai jadwal dan ketika

mendengar suara-suara, menyapu 1 kali sehari pada pagi hari sesuai jadwal

dan ketika mendengar suara-suara, merapikan tempat tidur 1 kali habis bangun

tidur pagi sesuai jadwal dan apabila mendengar suara-suara, mandi 2 kali

sehari sesuai jadwal dan potong kuku 1 minggu sekali sesuai jadwal dan

apabila panjang. Bila mendengar suara-suara laporkan ke perawat dengan

menyebutkan isi, waktu, situasi dan perasaan.

Page 23: Seminar Waham

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membandingkan proses asuhan keperawatan

antara teori dengan kasus. Pembahasan ini untuk mengetahui sejauh mana

kesenjangan dan kesamaan, faktor pendukung dan penghambat dalam

memberikan asuhan keperawatan Tn. I dengan perubahan isi pikir : waham.

Pembahasan ini mencakup semua proses asuhan keperawatan, yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses awal dimana seorang perawat berusaha

mendapatkan data dengan pendekatan biopsikososial dan spiritual sehingga

didapat data dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan, data diperoleh dari

catatan rekam medik, wawancara, catatan keperawatan, observasi langsung dan

pemeriksaan fisik. Pada kasus Tn. I kelompok melakukan pengkajian dengan

melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta menggunakan

rekam medic dan catatan perkembangan Tn.I diruang perawatan.

Pada teori terjadinya perubahan isi pikir : waham disebabkan oleh factor

predisposisi dan persipitasi. Pada faktor predisposisi menurut teori biologi

dikatakan bahwa dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis

yang maladaptif yang baru mulai dipahami salah satunya yaitu keterlibatan otak

yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia contohnya lesi pada area frontal,

temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik, hal ini belum

dapat dibuktikannya teori biologi pada kasus Tn.I karena dikasus Tn.I tidak ada

pengguna narkoba, tetapi ketika ditanya ada keluarga yang mengalami gangguan

jiwa klien selalu menghindar selain itu pada pemeriksaan rontgen thoraks tidak

ada gejala yang signifikan dimana hasil dari pemeriksaan tersebut COR, Pulmo

dalam batas normal. Faktor predisposisi yang kedua yaitu faktor psikologis

pasien. Secara teori dikatakan bahwa teori psikodinamika untuk terjadinya respon

Page 24: Seminar Waham

neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian tetapi teori

psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini

sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya. Hal ini sesuai dengan Tn.I pada

hasil pengkajian di recam medic klien belum menikah dan tidak mempunyai

keluarga yang utuh karena klien berasal dari dinas sosial tetapi pada kenyataan

klien yang di ucap, klien mempunyai keluarga seorang istri dan tiga orang anak

hal ini jika ditanyakan masalah keluarga yang lebih dalam klien selalu

menghindar dan menutup diri. Faktor predisposisi yang ketiga yaitu factor sosial

budaya. Pada teori dikatakan kondisi sosial budaya mempengaruhi perubahan isi

pikir : waham dimana stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap

skizofrenia dan gangguan psikotik. Hal ini sesuai yang dikaitkan dengan kasus

Tn.I yang ujarnya menjadi seorang yang sukses dan kaya raya dikarenakan dimasa

lalu pernah terjadi kejadian yang tidak menyenangkan atau kemiskinan yang

terjadi pada Tn. I

Pada factor presipitasi secara teori dikatakan bahwa perubahan isi pikir :

waham yaitu berhubungan dengan stress biologi, stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku dan pemicu yang berhubungan dengan

kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu. Hal ini sesuai dengan kasus

Tn.I akibat stress yang tidak tercapainya seorang yang sukses dan kayaraya.

Pada tahap pengkajian kelompok menemukan hambatan yang berarti dalam

pengambilan data yaitu data diambil hanya dari klien saja belum ada data

tambahan yang mendukung dari keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada teori terdapat tiga diagnosa. Diagnosa utama

yaitu perubahan isi pikir : waham, sebagai penyebabnya yaitu gangguan konsep

diri : harga diri rendah dan yang menjadi diagnosa akibat yaitu resiko tinggi

mencederai orang lain. Pada kasus Tn.I ditemukan empat diagnosa keperawatan

yaitu perubahan isi pikir : waham kebesaran, , isolasi sosial, halusinasi dan defisit

perawatan diri. Pada tahap diagnosa terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,

hal ini terjadi karena diagnosa pada teori merupakan diagnosa standar yang

menjadi patokan dan acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, tetapi pada

Page 25: Seminar Waham

kondisi prakteknya diagnosa harus ditegakkan sesuai data yang ditemukan saat

pengkajian dilakukan. Pada teori sebagai penyebabnya yaitu gangguan konsep diri

: harga diri rendah, dimana didalam kasus tidak muncul diagnosa tersebut karena

pada halnya sudah menutupnya harga diri rendah menjadi harga diri yang tinggi

yang mengaku menjadi seorang yang sukses dan kaya raya serta mempunyai

keluarga. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan, kelompok tidak menemukan

hambatan, dan yang menjadi faktor pendukung yang memudahkan kelompok

dalam menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. I ini yaitu mendapatkan

bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta adanya kerja sama yang baik

antar anggota kelompok dalam pembagian tugas dan pengumpulan referensi-

referensi terkait.

C. Intervensi

Pada tahap intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan teori. Terdapat tiga

diagnosa keperawatan yang diintervensi pada kasus Tn.I yaitu diagnosa perubahan

isi pikir : waham, isolasi sosial : menarik diri dan halusinasi. Dalam menyusun

perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. I kelompok tidak

menemukan hambatan, faktor pendukung bagi kelompok dalam membuat

perencanaan tindakan keperawatan yang akan diberikan pada Tn. I yaitu

kelompok mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta

adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok dalam pembagian tugas dan

pengumpulan referensi-referensi terkait.

D.Implementasi

Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tahap perencanaan

tindakan keperawatan yang telah dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan

prioritas masalah, pencapaian tujuan tindakan keperawatan, dan

pendokumentasian tindakan keperawatan serta hasil yang dicapai. Pelaksanaan

intervensi yang telah dibuat pada Tn. I dilakukan dari tanggal 19 April 2016

sampai dengan tanggal 28 April 2016.

Pada diagnosa utama yaitu perubahan isi pikir : waham dilakukan

implementasi pada tanggal 20 - 25 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang

Page 26: Seminar Waham

sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi Pelaksanaan 1 yang berisi

membantu mengorientasi realita, Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi memberikan

pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur sampai dengan

Strategi Pelaksanaan 3 yang berisi tentang berdiskusi tentang kemampuan yang

dimiliki.

Pada diagnose kedua yaitu isolasi sosial : menarik diri dilakukan

implementasi pada tanggal 21 - 23 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang

sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi Pelaksanaan 1 yang berisi

mengajarkan berkenalan, Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi berkenalan dengan

satu orang sampai dengan Strategi Pelaksanaan 3 yang berisi tentang berkenalan

dengan 2 orang atau lebih.

Pada diagnose ketiga yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi dilakukan

implementasi pada tanggal 26 - 28 April 2016 sesuai Strategi Pelaksanaan yang

sudah dibuat pada tahap intervensi.

Faktor pendukung pada tahap implementasi adalah perawat ruangan

memberikan respon positif sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan

implementasi baik yang sifatnya tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan

keperawatan kolaboratif. Solusinya bagi kelompok dalam tahap implementasi

yaitu dengan menggunakan waktu dinas yang seefektif mungkin dan

berkolaborasi serta menjalin komunikasi yang efektif dengan perawat ruangan dan

melaksanakan tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan, serta tidak segan

bertanya dan meminta bantuan pada perawat ruang.

E. Evaluasi

Pada tahap evaluasi penulis menilai keberhasilan dan pencapaian tujuan

tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.I, dengan cara wawancara,

observasi langsung, pemeriksaan fisik, memeriksa laporan atau record. Evaluasi

akhir seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. F pada

tanggal 28 April 2016.

Pada Tn.I ditemukan empat diagnosa keperawatan yaitu yaitu perubahan isi

pikir : waham kebesaran, isolasi sosial, halusinasi, , dan defisit perawatan diri.

Dari empat diagnosa keperawatan, tiga diagnosa keperawatan yang diintervensi

Page 27: Seminar Waham

pada kasus kelolaan Tn. I kelompok ini yaitu: Perubahan isi pikir : waham, isolasi

sosial dan Gangguan sensori persepsi: Halusinasi. Saat evaluasi dilakukan

diagnose perubahan isi pikir waham masih menetap karena masih terjadi dikala

pembicaraan dan pembicaraan yang diulang terus menerus. Untuk menanggulangi

hal ini kelompok berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk terus

mengorientasikan realita.

Diagnosa Isolasi Sosial : Menarik Diri ini muncul keberhasilan yang

signifikan dimana awal yang menutup diri kepada semua orang bahkan pada

perawat lalu mulai cerita dengan mahasiswa UPN dan pada evaluasi akhir klien

sering mengajak ngobrol temannya terlebih dahulu.

Diagnosa Gangguan sensori persepsi: Halusinasi saat dilakukan evaluasi

teratasi karena pada Tn.I halusinasi jarang terjadi dan pada evaluasi akhir

halusinasi berkurang dimana klien tidak pernah senyum-senyum sendiri dan

komat kamit. Untuk menanggulangi hal ini kelompok berkolaborasi dengan

perawat ruangan.

Kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melakukan

evalusai akhir, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat penulis dalam

melakukan evaluasi adalah ketidak lengkapan data akibat kurang baiknya

pendokumentasian proses keperawatan. Ketidak lengkapan data terutama pada

intervensi/implementasi yang tidak dilakukan sendiri oleh kelompok. Namun

sikap asertif dan respon positif perawat ruangan terhadap penulis memudahkan

penulis mengkonfirmasi data yang tidak lengkap. Untuk mengatasi masalah ini

kelompok perlu menjalin komunikasi yang baik dengan perawat ruang dan juga

dengan pasien serta keluarganya.

Page 28: Seminar Waham

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan

fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang

menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak

mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya kemanapun saya

pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang

jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).

Waham kebesaran yang merupakan kepercayaan seseorang memiliki

kehebatan atau kekuatan luar biasa padahal kenyataannya tidak (Stuart & Laraia,

2005). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku waham, individu mencoba

berprilaku sesuai dengan jenis waham yang diyakininya dengan mengaku bahwa

dia memiliki kekuatan yang lebih, terkenal, berkuasa dan klien cendrung

membesar-besarkan dirinya. Apabila waham tersebut tidak segera ditanggulangi,

dapat menyebabkan individu mengalami penarikan diri dari hubungan sosial

(Pieter, dkk, 2011).

Pada Tn. I ditemukan bahwa dirinya mengalami waham kebesaran yaitu

keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kelebihan yang berbeda

dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan. Tn. I selalu menganggap ia adalah orang yang kaya, punya uang yang

banyak, pesawat pribadi, dan suka bepergian keluar negeri. Tn. I mengatakan

tinggal di Amerika Serikat bersama istri dan ketiga anaknya. Tn. I mengaku

dirinya seorang presiden, kemudian saat ditanya kembali klien mengaku dirinya

seorang dokter spesialis bedah dan dokter spesialis jiwa lulusan Universitas luar

negeri. Hal ini disebabkan karena untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh

klien dan untuk menutupi kejadian masa lalu yang tidak menyenangkan.

Page 29: Seminar Waham

B. Saran

Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat maupun

mahasiswa keperawatan memahami konsep asuhan keperawatan pada Tn. I

dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran.

Page 30: Seminar Waham

DAFTAR PUSTAKA

Davison, G.C & Neale J.M 2006, Psikologi Abnormal, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

Direja, S.A.H 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogjakarta, Nuha Medika

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Keliat, B. A 2005, Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Jakarta, EGC

Kusumawati & Hartono 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika

Pieter, H.Z., Janiwarti, B., Saragih, NS.M 2011, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, Jakarta, Kencana

Purba, dkk 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa, Medan, USU Pres

Stuart & Laraia 2005, Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan), Jakarta, EGC

Suliswati 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta, EGC