lp asfiksia anyelir.docx
Transcript of lp asfiksia anyelir.docx
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATORUM
DIRUANG ANYELIR DI RSUD R.A KARTINI JEPARA
Disusun oleh :
MEITO ASMO S.
NIM : SK.109.112
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2013
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
ASFIKSIA NEONATORUM
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2
meningkat) dan asidosis.
Asfiksi neonatonum adalah suatu keaadan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Hutchison, 1967)
B. Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir
sebagian hasil asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin,
karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa
gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a) Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b) Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering
ditemukan pada :
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: tali
pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan
jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnea (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang
kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha
bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan
tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada
tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi
dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
D. Pathway Asfiksia
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
Eklampsia pada ibu
Asfiksi
Gangguan pertukaran gas
PO2 menurun PC O2 meningkat
Fungsi organ belum sempurna Otak Paru Jantung Hipoksia jaringan otak Atelektosis Perubahan sirkulasi
Cardiovaskuler Gangguan pusat pengaturan Hipoksemia Tekanan darah dan tubuh di hipotalamus nadi menurun
Aliran darah
ke paru kurang Reflek menghisap / menangis menurun
Nutrisi kurang Sesak nafas
Resti defisit Metabolik anaerob
Vol. cairan Asidosis metabolik
Apnea I
Apnea II
Penurunan kardiac out put
Gangguan pertukaran gas
Intoleransi aktivitas
Hipotermi
E. Tanda dan Gejala
1. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Kulit sianosis
4. Pucat
5. Tonus otot menurun
6. Tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
7. Hipoksia
8. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
9. Bradikardia
10. Perubahan Homeostatis
Asfesia bayi biasanya disertai : Asidosis respiratorik, Asiadosis metabocik,
Gangguan kardiovaskuler
F. Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1. Vigorous Baby
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
Mild-Moderate asphyxia/asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
2. Asphyxia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
G. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnosa
NILAI APGAR
KLINIS 0 1 2
Detak jantung tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan tidak ada tak teratur tangis kuat
Refleks saat jalan
nafas dibersihkan
tidak ada menyeringai batuk/bersin
Tonus otot Lunglai fleksi ekstrimitas
(lemah)
fleksi kuat gerak
aktif
Warna kulit biru pucat tubuh merah
ekstrimitas biru
merah seluruh
tubuh
Ket:
* nilai 0-3 : asfiksia berat
* nilai 4-6 : asfiksia sedang
* nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
APGAR 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai APGAR berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor APGAR)
Pemeriksaan Diagnosa
anamnesis : gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Asfiksia biasanya merupakan kelanjutan anoxia / hipoxia janin diagnosa anoxia
/ hipoxia janin akibat dilakukan selama persalinan dengan beberapa cara antara
lain.
Menilai DJJ Dengan Cara
Menghitung frekwensi dengan jantung atau mengawasi terus menerus EKG,
bila janin dalam keadaan anoksia / hipoksia, maka frekwensi jantungnya
mulai meningkat sampai 180x/mnt.
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
Memeriksa Air Ketuban
Adanya meconium dalam air ketuban pada bayi dengan letak kepala
merupakan tanda-tanda adanya depresi pada janin.
Pemeriksaan PH darah janin
Contoh dari kulit kepala janin dapat diambil apabila mulut rahim telah
membuka. Apakah Ph darah < 7,2 di anggap bayi dalam keadaan bahaya.
H. Manifestasi Klinis
1. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Tonus otot menurun,
4. Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,
5. Kejang
6. Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
I. Pemeriksaan Penunjang :
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha
napas, tonus otot dan reflek
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit garam, baby gram, USG, gula darah.
J. Pemeriksaan Diagnostik
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari hipoksia
janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu :
1.Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai di bawah 100 kali
permenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik elektrokardigraf janin
digunakan untuk terus-menerus menghadapi keadaan denyut jantung
dalam persalinan.
2.Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
(sampel) darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia. (Prawirohardjo: 1991)
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
5. Berat bayi
6. USG ( Kepala )
7. Penilaian APGAR score
8. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
K. Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
1. otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan
paru, edema paru
3. gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. ginjal : tubular nekrosis akut, siadh
5. hematologi : dic
L. Penatalaksanaan
Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,
• A = memastikan saluran nafas terbuka
• B = memulai pernafasan
• C = mempertahankan sirkulasi (peredaran darah)
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
Pengawasan suhu
Pembersihan jalan nafas
Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2
tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai
asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan
pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi
obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan
positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini
diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi
atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan
nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu
30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti
gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker.
Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi
dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat
terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi
endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat
M. Manajemen Terapi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru
lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka (A = airway):
Meletakan bayi dalam posisi yang benar
Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan (B = breathing) :
Lakukan rangsangan taktil
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah (C = circulation):
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.
N. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
- Nama ibu
- Alamat
- Umur
b. Riwayat kehamilan ibu
- Apakah pernah menderita kel. Kehamilan
- Aklamsia, hipotensia
c. Riwayat persalinan ibu
- Apakah persalinan normal
- SC
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
- Forcep, dll
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum bayi
- Bayi kelihatan lemah, merintih, reflek gerak lambat.
- Pernafasan yang cepat
- Sianosis
- Nadi cepat
- Reflek lemah
- Warna kulit biru atau pucat
- Penilaian apgar skor menunjukkan adanya asfiksia, seperti asfiksia
ringan (7-10), sedang (4-6), dan berat (0-3)
Sistem kardiovaskuler
- Nafas sesak
- Frekwensi lebih dari 60x/menit
- Pernafasan cuping hidung
- Pernafasan dada dan perut
Sisrtem pencernaan
- Mulut : reflek menghisap lemak
- Perut : tidak kembung, tymponi pada auskultasi
- Anus : normal
Intergumen
- Lemak subcutan sedikit
- Extremitas / akrat dingin
- Bayi tampak pucat
- Rambut lanugo ada
Muskuluskeletal
- Tonus otot axt flexi
- Reflek gerakan sedikit
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
2. Diagnosis / masalah keperawatan
Gangguan pertukaran gas
Penurunan kardiac out put
Intoleransi aktifitas
Gangguan perfusi jaringan (renal)
Resiko tinggi terjadi infeksi
Kurangnya pengetahuan
3. Intervensi keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas :
- Monitoring gas darah
- kaji Vital Sign
- monitoring sistem jantung dan paru (resusitasi)
- kolaborasi pemberian oksigen yang adekuat.
- Berikan Posisi yang nyaman
b. Penurunan kardiac output :
- Monitoring jantung paru
- kaji tanda vital
- monitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam
- monitor denyut nadi
- memonitor intake dan output serta melakukan kolaborasi dalam
pemberian vasodilator.
c. Intoleransi aktifitas :
- Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal
- menyediakan monitoring jantung paru
- mengurangi sentuhan
- melakukan kolaborasi analgetik sesuai kondisi
- memberikan posisi yang nyaman.
- Bantu dalam aktivitas klien
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
d. Gangguan perfusi jaringan (renal)
- Pemberian diuretik sesuai dengan indikasi
- monitor laboratorium urine
- pemeriksaan darah rutin.
e. Resiko tinggi terjadi infeksi
- Memperhatikan teknik aseptic
- Kaji adanya tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
f. Kurangnya pengetahuan
- Beri informasi tentang penyakit
- Berikan pendidikan kesehatan tentang asfiksia
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asfiksia Pada Bayi. http://www.google.com/.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Edisi 1.
Jakarta : Salemba Medika.
Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, Indonesia.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta.
EGC.
Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta.
EGC.
Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Praktek Klinik Keperawatan Anak, PSIK STIKES KENDALRSUD R.A Kartini Jepara, 13 Mei – 8 Juni 2013