LAPSUS ADB + analisis
-
Upload
arasy-al-adnin -
Category
Documents
-
view
254 -
download
6
description
Transcript of LAPSUS ADB + analisis
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin atau hematokrit kurang dari
batas normal sesuai usia (bayi dan anak) atau jenis kelamin (dewasa). Akibatnya,
berkurangnya kemampuan menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh yang optimal. Anemia dapat disebabkan oleh satu atau lebih
dari tiga mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah,
meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia
disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya
hipovolemia.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk proses eritropoiesis karena cadangannya yang kosong yang
pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin yang berkurang. Anemia
ini berdasarkan penyebabkanya dapat dikelompokkan oleh gizi dan non gizi. Pada
pemeriksaan laboratorium, Anemia defisiensi besi ditandai oleh anemia
hiprokromik mikrositer dan menunjukkan cadangan besi kosong. 1
Perdarahan gastrointestinal kronis dapat menyebabkan anemia defisiensi
Fe tanpa menunjukan kehilangan darah yang jelas. Kehilangan darah akibat
perdarahan merupakan penyebab penting terjadinya anemia defisiensi Fe.
Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg. Perdarahan
bisa terjadi karena ulkus peptikum, infeksi cacing, obat-obatan (kortikosteroid,
AINS, indometasin).
Di Indonesia, Gastropati NSAID merupakan penyebab kedua gastropati
setelah Helicobacter pylori dan penyebab kedua perdarahan saluran cerna setelah
ruptur varises esofagus. Menurut data dari Moscow Ilmiah Lembaga Penelitian
Gastroenterology, pengobatan dengan NSAID menyebabkan gastritis
menyebabkan gastritis akut dalam 100% kasus dalam satu minggu setelah awal
mengobatan. Lesi erosif gastrointestinal terjadi pada 20-40% pasien, yang
menerima secara teratur NSAID.2
1
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering
dijumpai, terutama di negara-negara tropik, akibat kaitannya yang sangat erat
dengan taraf sosial ekonomi. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolong
tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.
Prevalensi ini terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan
wanita hamil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.1
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. Gejala
umum anemia yang disebut sebagai sindrom anemia (Anemic Syndromes)
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8
g/dl. Gejala ini berupa badan lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga berdenging.1
Dengan masih banyaknya prevalensi anemia defisiensi besi di klinik, maka
perlu diberikan perhatian khusus baik secara farmakologi maupun non
farmakologi (gizi) dan para klinisi khususnya dokter umum harus dapat
menyelesaikan masalah ini pada lini pertama (primer).
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn.RBZ
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh harian pasar
Alamat : Desa Suka Pindah Ogan Ilir
MedRec : 904886
Ruang : Yasmin A Kamar 2-5
Tanggal MRS : 01-Agustus-2015
Tanggal Pemeriksaan : 11-Agustus-2015
II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS): 11 Agustus 2015
Keluhan Utama
Badan semakin lemas sejak 2 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
BAB hitam sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit.
Sejak 1 bulan SMRS, Os mengeluh badan lemas (+), lesu (+),
badan cepat lelah (+), pucat (-), pandangan berkunang-kunang (-), telinga
berdenging (-), sesak nafas (-), Nyeri dada (-) demam (-), mual (-),
muntah (-). Nafsu makan menurun (+), perdarahan gusi (-), mimisan (-),
lebam biru pada tubuh (-), BAB dan BAK biasa. Os belum berobat.
Sejak 3 minggu SMRS, Os mengeluh badan lemas (+), lesu (+),
badan cepat lelah (+), pandangan berkunang-kunang (-), telinga
berdenging (-), pucat (+), sesak nafas (-), nyeri dada (-). Os juga
3
mengeluh BAB cair (+), 3x sehari, 2 gelas setiap kali BAB, BAB hitam
(+), darah (-), lendir (-). nyeri perut (+) seperti ditusuk-tusuk, tidak
menjalar demam (-), mual (-), muntah (-). Rasa penuh di perut (-) Nafsu
makan menurun (+) BAK biasa. Os masih dapat melakukan aktifitas,
kemudian os datang berobat ke bidan oleh bidan diberikan obat yang os
lupa namanya. Keluhan berkurang.
Sejak 2 hari SMRS, Os mengeluh badan semakin lemas (+), lesu
(+), pandangan berkunang-kunang (+), telinga berdenging (-), pucat (+)
Os tidak dapat melakukan aktifitas yang biasa dilakukannya lagi, sesak
nafas (-), nyeri dada (-). berdebar-debar (+), demam (-), mual (-), muntah
(-). Os juga mengeluh masih BAB hitam (+), konsistensi lunak kental,
disertai darah merah segar (-), nyeri perut (+) seperti ditusuk-tusuk tidak
menjalar, mual (-), muntah (-), perut terasa penuh (-). Nafsu makan
menurun (+), BAK biasa. Os mengaku jarang mengkonsumsi daging,
namun suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Os bekerja sebagai buruh
harian pasar dan sehari-hari bekerja menggunakan sepatu. Kemudian os
datang berobat ke IGD RSMH Palembang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit kuning disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat alkohol disangkal
Riwayat merokok (+) 25 tahun yang lalu + 3 batang perhari
Riwayat minum obat nyeri (+) os tidak ingat namanya sejak + 5 tahun, 1
tablet/minggu.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
4
Riwayat Sosial Ekonomi
Os bekerja sebagai buruh harian dipasar
Kesan: sosial ekonomi menengah kebawah.
III. Pemeriksaan Fisik (11 Agustus 2015)
Keadaan Umum
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 87 kali per menit, reguler, isi dan tekanan cukup
Pernapasan : 18 kali per menit, abdominotorakal
Suhu : 36,7o C
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 22,6 (berat badan normal)
Pemeriksaan Organ
Kepala
Bentuk oval simetris, ekspresi biasa, rambut tidak mudah dicabut,
alopesia (-), deformitas (-), wajah sembab (-).
Mata
Eksoftalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+/+),
sklera ikterik (-), pupil bulat, isokor, reflek cahaya baik.
Hidung
Deviasi septum nasal (-), sekret (-), epistaksis (-)
Telinga
CAE lapang, selaput pendengaran tidak ada kelainan, pendengaran baik.
Mulut
Faring hiperemis (-), bibir pucat (+), lidah kering (-), atropi papil lidah
(+), chelitis (+)
5
Leher
Pembesaran KGB submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak ada
pada inspeksi dan palpasi, JVP (5-2) cmH2O.
Dada
Bentuk dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada (-),
spider naevi (-), barrel chest (-), venektasi (-), spider nevi (-), angulus
costae <90, nyeri tekan (-)
Paru-paru
Inspeksi : Statis kanan = kiri, dinamis kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :Vesikular (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung atas ICS II, Batas jantung kiri ICS V
linea midklavikularis sinistra, batas jantung kanan
linea sternalis dekstra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, HR 87 x/menit, reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Kulit
Warna coklat, kulit kering (-), pucat (+), turgor < 2 detik.
6
Anogenitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Superior :
Palmar pucat (+), kuku hitam-hitam (-), Clubbing fingers (-),
koilonikia (+), akral dingin (-)
- Inferior :
Edema pretibia (-), kuku hitam-hitam (-), akral dingin (-), Clubbing
fingers (-), Koilonikia (+)
IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin ( 1 Agustus 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 3,5 gr/dL 13,2 – 17,3 g/dL
Eritrosit 2,71.106/mm3 4,20-4.87.106/mm3
Leukosit 5,6.103/mm3 4.500-11.000/mm3
Trombosit 180.000/mm3 150.000-450.000 mm3
Hematokrit 14% 43 - 49%
MCV 53,1 fl 85 – 95 fl
MCH 13 pg 28 – 32 pg
MCHC 24 g/dl 33 – 35 g/dl
LED 18 mm/jam < 15 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0 %
6 %
61 %
23 %
11 %
0-1
1-6
50-70
25-40
2-8
Retikulosit 2,1 % 0,5 – 1,5%
7
2. Gambaran darah rutin (1 Agustus 2015)
Eritrosit : Mikrositik, hipokrom, sel sigar, sel pensil
Leukosit : Jumlah cukup
Trombosit : Jumlah cukup, penyebaran merata, bentuk normal
Kesan: Gambaran anemia defisiensi besi
3. Darah Rutin ( 4 Agustus 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 6,6 gr/dL 13,2 – 17,3 g/dL
Eritrosit 3,87 106/mm3 4,20-4.87.106/mm3
Leukosit 7,0 103/mm3 4.500-11.000/mm3
Trombosit 236.000/mm3 150.000-450.000 mm3
Hematokrit 24% 43 - 49%
MCV 62,8 fl 85 – 95 fl
MCH 18 pg 28 – 32 pg
MCHC 28 g/dl 33 – 35 g/dl
LED 14 mm/jam < 15 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0 %
12 %
55 %
18 %
15 %
0-1
1-6
50-70
25-40
2-8
Retikulosit 0,3 % 0,5 – 1,5%
4. Urinalisis dan fases (4 Agustus 2015)
Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan
Urinalisis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
8
Berat jenis 1.025 1.003 – 1.030
PH urin 6 5-9
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 1 0,1 – 1,8 EU/dl
Sedimen urin
- Epitel
- Leukosit
- Eritrosit
- Silinder
- Kristal
- Bakteri
- Mukus
- Jamur
Negatif/ LPB
0-2/LPB
0-1/LPB
Negatif
Negatif
Negatif
Positif +++
Negatif
Negatif/LPB
0-5/LPB
Negatif/ LPB
Negatif/ LPB
Negatif/ LPB
Negatif/ LPB
Negatif/ LPB
Negatif/ LPB
Tinja
Makroskopik
- Warna
- Konsistensi
Coklat
Keras
Mikroskopis
- Amoeba
- Eritrosit
- Leukosit
- Bakteri
- Jamur
- Telur cacing
- Sisa makanan
Protein
Negatif
0-1 /Lp
2-3/Lp
++
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
9
Lemak
Karbohidrat
- Darah samar
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
5. Gambaran Darah Tepi ( 4 Agustus 2015)
Eritrosit : Mikrositik, hipokrom, anisopoikilositosis, tear
drop cell, eliptosit, fragmentosit, sel target.
Leukosit : Jumlah cukup
Trombosit : Jumlah cukup, morfologi dalam batas normal
Kesan: Anemia mikrositik hipokrom dengan anisopoikilositosis
6. Gambaran elektrokardiografi
V. Diagnosis Sementara
Anemia perdarahan e.c. susp. gastritis erosif
VI. Diagnosis Banding
Anemia penyakit kronis e.c susp. gastritis erosif
VII. Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
- Istirahat
- Diet Lambung II
10
- Edukasi (diagnosis, penatalaksanaan, pemeriksaan yang akan
dilakukan, diet yang harus dijalan dan bentuk pencegahan).
Farmakologis :
- IVFD RL gtt XX/m (makro)
- Transfusi PRC 5 kolf (750 cc)
- Besi dekstran 1500 mg (IV)
- Inj. Omeprazole 2 x 40 mg (IV)
- Sucralfat syrup 3x1 C
VIII.Rencana pemeriksaan
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan urine rutin
- Pemeriksaan fases rutin
- Pemeriksaan gambaran darah rutin
- Pemeriksaan benzidin tes
- Pemeriksaan SI, TIBC, Saturasi transferin, Feritin serum,
- Pemeriksaan endoskopi
IX. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
11
X. Follow Up (11 Agustus – 14 Agustus 2015)
Tanggal 11 Agustus 2015S : Badan lemas (+), BAB Hitam (-), nyeri
perut (-)O : KU : sakit sedang Sens : CM TD : 120/80 mmHg Nadi : 92 x/menit RR : 22 x/menit T : 36,5 oCKeadaan Spesifik Kepala : konj. pucat (+/+), SI (-/-),
atrofi papil lidah (+), cheilitis (-) Leher: JVP (5-2) cmH2O pembesaran KGB (-) Thorax Cor : HR: 92 x/m BJ I dan II normal, murmur (- ), gallop (-) Pulmo : Vesikular (+/+), ronkhi (-),
wheezing (-)Abdomen : datar, lemas, hepar/lien ttb,
NT(-), BU(+)NEkstremitas: Palmar pucat(+/+),
edema pretibial (-/-) koilonikia (+)A: - Anemia perdarahan
- Gastritis Erosif (perbaikan)
P:Non Farmakologis :
- Istirahat
- Diet Lambung II
- Edukasi
Farmakologis :
- IVFD RL gtt XX/menit (makro)
- Besi dekstran 1500 mg (IV)
- Inj. OMZ 2 x 40 mg
- Sucralfat Syr 3x1C
- Transfusi PRC 5 kolf (750 cc), Masuk 300 cc
Rencana Pemeriksaan:Endoskopi bila Hb ≥ 8 g/dl
Tanggal 12 Agustus 2015S : Badan lemas (+), BAB hitam (-),nyeri
perut (-)O : KU : sakit sedang Sens : CM TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 21 x/menit T : 36,6 oCKeadaan Spesifik
Kepala : konj. pucat (+/+), SI (-/-), atrofi papil lidah (+), Cheilitis (-)
P:Non Farmakologis :
- Istirahat- Diet Lambung II
- Edukasi
Farmakologis :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Besi dekstran 1500 mg (IV)
- Inj. OMZ 2 x 40 mg
12
Leher: JVP (5-2) cmH2O pembesaran KGB (-) Thorax Cor : HR: 88 x/m BJ I dan II normal, murmur (- ), gallop (-) Pulmo : Vesikular (+/+), ronkhi (-),
wheezing (-)Abdomen : datar, lemas, hepar/lien ttb,
NT(-), BU(+)NEkstremitas: Palmar pucat (+/+),
edema pretibial (-/-) koilonikia (+)A: - Anemia Defisiensi Besi
- Gastritis Erosif (perbaikan)
- Transfusi PRC 5 kolf (750 cc)
LaboratoriumFe : 12TIBC : 382Ferritin : 3,73Saturasi transferin : 6,2
Rencana Pemeriksaan:Endoskopi bila Hb ≥ 8 g/dl
Tanggal 13 Agustus 2015S : Badan lemas (-), BAB Hitam (-),nyeri
perut (-)O : KU : sakit sedang Sens : CM TD : 120/80 mmHg Nadi : 90 x/menit RR : 22 x/menit T : 36,5 oCKeadaan Spesifik Kepala : konj. pucat (+/+), SI (-/-),
atrofi papil lidah (+), cheilitis (-) Leher: JVP (5-2) cmH2O pembesaran KGB (-) Thorax Cor : HR: 90 x/m BJ I dan II normal, murmur (- ), gallop (-) Pulmo : Vesikular (+/+), ronkhi (-),
wheezing (-)Abdomen : datar, lemas, hepar/lien ttb,
NT(-), BU(+)NEkstremitas: Palmar pucat(+/+),
edema pretibial (-/-) koilonikia (+)
P:Non Farmakologis :
- Istirahat- Diet Lambung III- Edukasi
Farmakologis :
- IVFD RL gtt XX/menit (makro)
- Besi dekstran 1500 mg (IV)
- Sucralfat Syr 3x1C - Transfusi PRC 5 kolf (750 cc),
masuk 250 cc
Rencana Pemeriksaan:Endoskopi bila Hb ≥ 8 g/dl
13
A: - Anemia defisiensi besi
- Gastritis Erosif (perbaikan)
Tanggal 14 Agustus 2015S : Badan lemas (-), BAB hitam (-), nyeri
perut (-)O : KU : sakit sedang Sens : CM TD : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,5 oCKeadaan Spesifik
Kepala : konj. pucat (+/+), SI (-/-), atrofi papil lidah (+), Cheilitis (-)
Leher: JVP (5-2) cmH2O pembesaran KGB (-) Thorax Cor : HR: 80 x/m BJ I dan II normal, murmur (- ), gallop (-) Pulmo : Vesikular (+/+), ronkhi (-),
wheezing (-)Abdomen : datar, lemas, hepar/lien ttb,
NT(-), BU(+)NEkstremitas: Palmar pucat (+/+),
edema pretibial (-/-) koilonikia (+)A: - Anemia Defisiensi Besi
- Gastritis Erosif (perbaikan)
P:Non Farmakologis :
- Istirahat- Diet Lambung III
- Edukasi
Farmakologis :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Besi dekstran 1500 mg
- Sucralfat Syr 3x 1C
- Transfusi PRC 5 kolf
LaboratoriumHb :8,1Fe : 18TIBC : 394Ferritin : 5,72Saturasi transferin : 4,5
Rencana Pemeriksaan:Endoskopi
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anemia Defisiensi Besi
3.1.1 Definisi Anemia Defisiensi Besi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
sehingga tidak dapat memenuhu fungsinya untuk membawa oksigen jalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk proses
eritropoiesis karena cadangannya yang kosong yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin yang berkurang. Anemia
defisiensi besi ditandai oleh anemia hiprokromik mikrositer dan hasil
laboratorium yang menunjukkan cadangan besi kosong. 1
3.1.2 Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering
dijumpai, terutama di negara-negara tropik, akibat kaitannya yang sangat
erat dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga
penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat
merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. 1
Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi anemia defisiensi
besi di Indonesia. Martoatmojo et al memperkirakan anemia defisiensi besi
pada laki-laki 16-50% dan 25% - 84% pada wanita tidak hamil, sedangkan
pada penduduk suatu desa di Bali didapatkan angka prevalens anemia
defisiensi besi sebesar 27%. 1
Perempuan hamil merupakan segmen penduduk yang paling rentan
pada anemia defisiensi besi. Di India, Amerika Latin, dan Filipina anemia
defisiensi besi pada wanita hamil berkisar 35% sampai 99%, sedangkan di
Bali, pada suatu kunjungan Puskesmas didapatkan prevalens anemia
defisiensi besi pada wanita hamil sebesar 50% sampai 75%.1
15
3.1.3 Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya
masukan besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akIbat perdarahan
menahun. 1
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat
berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian
obat-obat NSAID, keganasan disaluran cerna,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Menorrhagia atau metrorhagia.
c. Hematuria
d. Hemoptoe
2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam
makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) yang tidak baik
(makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas anak
dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue, atau
kolitis kronik.
Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai diklinik
hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau
peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab
perdarahan paling sering pada laki-laki adalah perdarahan gastrointestinal,
dinegara tropik paling sering akibat infeksi cacing tambang. Sedangkan
pada wanita dalam masa reproduktif paling sering disebabkan oleh meno-
metroragia. 1
Tabel 1: Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi2
Inadequate iron intake/absorption/stores
Vegetarian eating styles,
Increased iron requirements/losses
Heavy/lengthy menstrual
16
especially vegan diets Macrobiotic diet Low intakes of meat, fish,
poultry or iron fortified foods Low intake of foods rich in
ascorbic acid Frequent dieting or restricted
eating Chronic or significant weight
loss Meal skipping Substance abuse History of iron deficiency
anemia Recent immigrant from
developing country Special health care needs
periods Rapid growth Pregnancy (recent or
current) Inflammatory bowel
disease Chronic use of aspirin or
nonsteroidal antiinflammatory
drugs (e.g., ibuprofen) or corticosteroid use Participation in endurance
sports (e.g., long distance running,
swimming, cycling) Intensive physical
training Frequent blood donations Parasitic infection
3.1.4 Patogenesis Anemia Defisiensi Besi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga
cadangan besi semakin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini
disebut dengan Iron depleted state atau negative iron balance. Keadaan ini
ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi
dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. 1
Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi
menjadi ksong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang
sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia
secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai Iron deficient
erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai ialah
peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam
eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity
(TIBC) meningkat. Akhir akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah
peningkatan reseptor transferin dalam serum. 1
Apabila jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis semakin
terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul
anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia.
17
Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa
enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring
serta berbagai gejala lainnya. 1
3.1.5 Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar, yaitu: gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi
besi, dan gejala penyakit dasar.
Tabel 2: Gejala-gejala Anemia Defisiensi Besi2
FatigueLethargyDizzinessHeadachesShortness of breathRinging in earsTaste disturbancesRestless leg syndrome
PallorFlattened, brittle nails (spoon nail)Angular stomatitis (cracks at mouth corners)GlossitisBlue sclera (whites of eyes)Pale conjunctivaePica (ice chewing)
3.1.5.1 Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia yang disebut sebagai sindrom
anemia (Anemic Syndromes) dijumpai pada anemia
defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8
g/dl. Gejala ini berupa badan lesu, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, serta telinga berdenging. 1
Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar
hemoglobin yang terjadi sevara perlahan-lahan sering kali
sindroma anemia tidak terlalu mencolok dibandingkan
dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinya
terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi
tubuh dapat berjalan dengan baik. Anemia bersifat
simtomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat,
terutama pada konjungtiva dan jaringan bawah tubuh. 1
18
3.1.5.2 Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi,
tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain, yaitu: 1
a. Koilonichia: kuku sendok, kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga
mirip seperti sendok.
b. Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilitis): adanya peradangan pada
sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna
pucat keputihan.
d. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel
hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
f. Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak
lazim seperti tanah liat, es, lem, dan lain-lain
3.1.5.3 Gejala Penyakit Dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-
gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia difisiensi
tersebut. Misalnya pada anemia akibat penyakit tambang
dapat dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit
telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada
anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon
dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau
gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut.1
3.1.6 Penegakkan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai
pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat 3 tahap diagnosis
anemia defisiensi besi. Tahap pertama adalah penentuan adanya
19
anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit.
Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi, sedangkan
tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari anemia defisiensi
besi.1
Secara laboratoris untuk menegakkan diagnosis anemia
defisiensi besi (tahap I dan II) dpt dipakai kriteria diagnosis anemia
defisiensi besi, sebagai berikut:
Didapatkan kesan anemia hipokromik mikrositer pada
hapusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC <31%
dengan salah satu 4 kriteria dibawah ini:1,3
a. Dua dari tiga parameter dibawah ini :
Besi serum <50 mg/dl
TIBC >350 mg/dl
Saturasi transferin <15%, atau
b. Feritin serum <20 mg/l, atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia
(Perl’s stain) menunjukkan cadangan besi (butir –
butir hemokonsiderin) negatif.
d. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari
(atau preparat besi lain yg setara) selama 4minggu
disertai kenaikan kadar Hb >2 g/dl.
Pada tahap ketiga penentuan penyakit dasar yang menjadi
penyebab defisiensi besi. Pada pasien dewasa fokus utama adalah
mencari sumber perdarahan. Dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti. Pada perempuan masa reproduktif
ananmesis tentang menstruasi sangat penting, kalau perlu
dilakukan pemeriksaan ginekologi. Untuk laki-laki dewasa di
Indonesia perlu dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur
cacing tambang. Titik kritis mendiagnosis cacing tambang sebagai
penyebab utama jika ditemukan telur pergram feses > 2000 pada
wanita dan > 4000 pada laki-laki.1
20
Tabel 3: Diagnosis Banding Anemia Defisiensi Besi3
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Penyakit Kronis
Thalasemia Anemia Sideroblastik
Derajat Anemia Ringan-berat Ringan Ringan Ringan-beratMCV Menurun Menurun/ N Menurun Menurun/ NMCH Menurun Menurun/ N Menurun Menurun/NBesi Serum Menurun Menurun Meningkat /
NormalMeningkat/N
TIBC Meningkat Menurun Menurun/ N Menurun/NTransferin Menurun Menurun/ N Meningkat MeningkatBesi Sutul Negatif Positif Positif Kuat Positif
dengan ring sideroblast
Ferritin Serum Menurun N/ Meningkat Meningkat / Normal
Meningkat/ N
Protopofirin Eritrosit Meningkat Meningkat Normal NormalElektroforesis Hb Normal Normal HbA2
MeningkatNormal
2.1.7 Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi
Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana
pemberian terapi, berupa terapi kausal, terapi pemberian preparat
besi, dan terapi parenteral.
2.1.7.1 Terapi Kausal
Terapi Kausal diberikan dengan tujuan mengatasi
penyebab anemia defisiensi besi, sebagai contohnya
pengobatan infeksi cacing tambang, pengobatan hemoroid,
pengobatan menorrhagia, dan lain-lain. Pengobatan kausal
ini harus dilakukan agar anemia tidak terulang kembali. 1,3
2.1.7.2 Pemberian Preparat Besi
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama
karena kefektifitasannya, murah, dan keamanannya.
Preparat yang tersedia adalah sulfas ferosus merupakan
preparat pilihan pertama oleh karena paling murah tetapi
efektif. Dosis anjuran 3 x 200 mg, dengan dosis tersebut
terjadi absorbsi besi sebanyak 50 mg dan dapat
21
meningkatan proses eritropoiesis dia sampai tiga kali
normal. Preparat besi lainnya yang dapat diberikan, yaitu:
ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan
ferrous succinate.1
Efek samping utama pemberian preparat besi per
oral adalah gangguan gastrointestinal yang dijumpai pada
15-20% pasien. Keluhan ini dapat berupa mual, muntah,
serta konstipasi. Untuk mengurangi efek samping preparat
besi dapat diberikan saat makan atau dosis dikurangi
menjadi 3 x 100 mg.1
Pengobatan besi diberikan selama 3- 6 bulan,
sampai kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan
besi tubuh. Untuk meningkatan penyerapan besi dapat
diberikan preparat vitamin C, atau pemberian diet yang
banyak mengandung besi, seperti hati dan daging.1
2.1.7.3 Terapi Besi Parenteral
Terapi besi parenteral sangat efektid tetapi
mempunyai resiko lebih besar dan harganya lebih mahal.
Oleh karena itu bei parenteral hanya diberikan pada
indikasi tertentu, yaitu:
Intoleransi terhadap pemberian besi oral.
Kepatuhan terhadap obat yang rendah.
Gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif yang
dapat kambuh jika diberikan besi oral.
Penyerapan besi terganggu, seperti hereditary
hemorrhagic teleangiectasia.
Kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek,
seperti kehamilan trimester 3 atau sebelum operasi.
22
Defisiensi besi fungsional reatif akibat pemberian
eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau
anemia akibat penyakit kronik.1
Preparat besi parenteral yang tersedia, yaitu : Iron dextran complex (mengandung 50mg besi/ml).
Iron sorbitol citric acid complex
Iron ferric gluconate
Iron sucrose
Efek samping pemberian besi parenteral yang dapat
timbul, yaitu: timbul warna hitam pada kulit tempat
penyuntikan secara intra muskular, reaksi anafilaktik,
flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut,
dan sinkop.1
2.1.7.4 Pengobatan lain
Diet: pemberian makanan bergizi dengan tinggi protein
terutama yang bersal dari protein hewani.
Vitamin C: diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi.
Transfusi darah: anemia defisiensi besi jarang memerlukan
transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi darah pada
anemia defisiensi besi, yaitu: 1
o Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman
payah jantung.
o Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia
dengan gejala pusing yang sangat mencolok.
o Pasien yang memerlukan peningkatan kadar
hemoglobin yang cepat, seperti pada kehamilan
trimester ke-tiga atau pra-operasi.
Tabel 4: Faktor Dietary yang Menghambat atau Meningkatkan
23
Penyerapan Besi Oral2
Meningkatkan Penyerapan Besi
Daging
Ikan
Unggas
Seafood
Gastric acid
Ascorbic acid
Malic acid
Asam sitrit
Menghambat Penyerapan Besi
Fosfat
Kalsium
Teh (asam tannic)
Kopi
Minuman Bersoda
Protein Kedelai
Mineral dosis tinggi
Serat
2.1.8 Komplikasi
Anemia defisiensi besi jarang menimbulkan komplikasi yang berat.
Pada anak-anak anemia defisiensi besi berhubungan dengan gangguan
fungsi kognitif, tumbuh kembang, dan imunitas tubuh. Pada anemia
defisiensi besi akibat perdarahan hebat dapat menyebabkan kematian. 3
2.1.9 Prognosis
Tanda pengobatan yang baik, antara lain retikulosit naik pada
minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke-10 dan kembali normal
setelah hariu ke -14, kenaikan Hb 0,15 g/dl perhari, atau 2 g/dl setelah 3-4
minggu. Hb kembali normal dalam 4- 10 minggu pengobatan.3
2.2 Gastritis Erosif
2.2.1 Definisi
Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. Secara umum gastritis dapat disimpulkan peradangan pada mukosa
lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau
lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi
24
pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa
dispepsia atau indigest.
2.2.2 Etiologi
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAIN
(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid,
kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat,
dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli,
tuberculosis, dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa,
yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung
2.2.3 Patofisiologi
25
Gastritis dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi,
sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan
2.2.4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis gastritis dapat berupa:
1. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
2. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
3. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
4. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
26
5. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
2. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
3. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam noktural.
7. Feses: tes feses akan positif H. Pylory
8. Kreatinin : biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah
besar diberikan.
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat
atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat
terjadi setelah trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
2.2.6 Penatalaksanaan
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung
dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
27
asam lambung berupa antagonis reseptor H2 Inhibition pompa proton,
antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo protektor berupa
sukralfat dan prostaglandin.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi
nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Devivat
Prostaglandin Mukosa. Untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna
bagian atas dapat dibemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat .
pengobatan gastritis dapat berupa:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
2.3 Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi klinik mulai dari ringan,
misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan mengancam hidup.
Hematemesis maupun hematin (hitam seperti kopi) merupakan indikasi adanya
perdarahan saluran cerna bagian atas. Melena (fases berwarna hitam) biasanya
berasal dari saluran cerna bagian atas, walaupun perdarahan usus halus dan bagian
proksimal kolon juga dapat bermanifestasi dalam bentuk melena.7
Etiologi perdarahan saluran cerna atas tersering di indonesia disebabkan oleh
pecahnya varises esofagus. Sedangkan yang lainnya dapat disebabkan perdarahan
28
tukak peptik, gastritis erosiva (terutama akhibat OAINS), gastropati hipertensi
porta, esofagitis, tumor, angiodisplasia.7 Manifestasi klinik perdarahan saluran
cerna tergantung pada lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang dan
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien
datang dengan anemia defisiensi besi akhibat perdarahan tersembunyi yang
berlangsung lama. Atau hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa anemia
dengan atau tanpa gangguan hemodinamik.6
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid
(misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan cepat menggunakan dua jarum
berdiameter besar dan pasang monitor CVP. Tujuannya untuk memulihkan tanda-
tanda vital dan mempertahankan tetap stabil. Secepatnya kirim pemeriksaan darah
untuk menentukan golongan darah, kadar Hb, Leukosit, Trombosit dan
Hematokrit.
Transfusi diberikan sangat individual, tergantung jumlah darah yang hilang,
perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan berlangsung.
Permerian darah pada saluran cerna dipertimbangkan bila:
a) Perdarahan dalam hemodinamik yang tidak stabil
b) Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1
liter atau lebih
c) Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan Hb <10g% atau
hematokrit < 30%
d) Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan menurun.
BAB IV
ANALISA MASALAH
Pada anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan badan semakin
lemas sejak 2 hari yang lalu. Os juga mengeluh pandangan berkunang-kunang,
pucat, os tidak dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan karena terlalu
lemas. Berdasarkan data ini dapat diihat bahwa pasien menunjukkan gejala-gejala
29
anemia, yaitu berupa badan lemas, lesu, cepat lelah, pandangan berkunang-
kunang, pucat, telinga berdenging.
Pada pemeriksaan fisik kita temukan, dari kepala konjungtiva palpebra
pucat, dari mulut terdapat bibir pucat, atrofi papil lidah dan cheilitis, ekstremitas
didapatkan palmar pucat, dan ditemukan kuku sendok (koilonikia) pada jari
tangan dan kaki. Pada pemeriksaan fisik ini semakin memperkuat bahwa pasien
mengalami anemia ditandai dengan konjungtiva palpebra yang pucat dan palmar
yang pucat. Kemudian pada klinis penderita juga menunjukkan adanya anemia
defisiensi besi yang dicirikan dengan adanya atrophi papil lidah, chelitis serta
kuku sendok. Maka dapat diambil kemungkinan bahwa penderita mengalami
anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh perdarahan kronis.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan anemia, dengan Hb
dibawah normal yaitu 3,5 gr/dl dan pada pemeriksaan gambaran darah tepi
didapatkan kesan anemia hipokromik mikrositer. Data ini dapat menunjukkan
anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis dan anemia perdarahan yang
berlangsung lama
Untuk menentukan diagnosis pasti pada pasien ini masih perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, yaitu: serum feritin, TIBC, serum transferin, benzidine
test, dan endoskopi.
Pada anamnesis juga didapatkan bahwa, Os juga mengeluh BAB warna
hitam sejak 3 minggu yang lalu, perut terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan tidak
menjalar. Os sering mengkonsumsi obat-obat penghilang nyeri sejak 10 tahun
yang lalu. BAB hitam dapat diartikan sebagai melena yaitu terjadinya pengeluaran
darah melalui fases, dimana darah tersebut berasal dari saluran cerna bagian atas.
Darah bereaksi dengan asam lambung sehingga pewarnaan darah menjadi hitam.
Obat-obatan yang sering diminum dapat menimbulkan luka pada lambung, yang
dikenal dengan gastritis erosif.
Pada pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian atas, Kemungkinan
pasien datang dengan anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang
berlangsung lama (kronis). Pada kasus ini os yang mengkonsumsi obat-obat
NSAID dalam jangka waktu lama, mengalami gastritis erosif sehingga timbul
30
melena. Perdarahan kronis yang dialami pasien ini membuat pasien datang dengan
keluhan badan semakin lemas. Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan penurunan serum iron, peningkatan TIBC dan penurunan feritin yang
menunjukan anemia defisiensi besi.
DAFTAR PUSTAKA
1. W. Sudoyo, Aru, et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid II.
Jakarta: InternaPublishing. 2009.
2. Stang J, Story M (eds). Guidelines for Adolescent Nutrition Services. 2005
31
3. Tanto, Christ, et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapeus. 2014
4. Utari. Dina. 2013. Hematemesis melena et causa gastritis erosif dengan
riwayat penggunaan obat nsaid pada pasien laki-laki lanjut usia. Jurnal
Universitas Indonesia.
5. Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien anemia. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi D, Alwi I. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta Pusat: Interna Publishing .
6. Pangrestu Adi. 2011. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta Pusat: Interna Publishing .
7. Dharmika Djojoningrat. 2011. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta Pusat: Interna Publishing .
32